Eviden Based Practice.docx

  • Uploaded by: Nurul Abibah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Eviden Based Practice.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,257
  • Pages: 6
EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP) TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

Oleh : Aditia Duta Tirani Ahmad Kusnaeni Hilman Mulyana Budianto Euis Tetihayati

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2015

A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab umum kerusakan dari berbagai organ vital tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung seperti jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung dan disritmia), ginjal (nefrosklerosis, insufisiensi, gagal ginjal), otak (stroke), serta arteri perifer dan retinopati. Hipertensi sering disebut silent killer karena penderita dapat mengidapnya selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital tubuh. Gejala hipertensi biasanya samar, seperti sakit kepala dan nyeri leher bagian kuduk sehingga sering diabaikan (LeMone & Burke, 2008). Akibatnya prevalensi hipertensi terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan hipertensi diidap oleh hampir 26,4% populasi dewasa di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 1,5 milyar penduduk menderita hipertansi di tahun 2025, hipertensi merupakan faktor resiko penyebab kematian mencapai 13,5% dari seluruh kematian (Brook, et al, 2013). Hipertensi dibedakan menjadi menjadi dua tipe yaitu hipertensi primer dan hipertansi sekunder. Hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, berkontribusi 90% dari semua kasus hipertensi (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2007). Fakta menyatakan meningkatnya risiko hipertensi tidak hanya karena faktor keturunan tapi juga faktor stres, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok dan olahraga (Brook, et al, 2013). Penanganan

hipertensi

meliputi

dua

metode,

yaitu

farmakologis

dan

nonfarmakologis. Terapi farmakologis dapat diklasifikasikan menjadi terapi diuretik, beta bloker, vasodilator, kalsium antagonis, ACE inhibitor, dan bloker reseptor angiotensin (Black & Hawk, 2005). Selain terapi farmakologis membutuhkan biaya yang mahal dan terdapat efek samping sehingga dapat menimbulkan ketidakpatuhan. Terapi nonframakologis merupakan faktor yang berperan besar dalam penurunan tekanan darah jangka penjang. Terapi ini meliputi modifikasi gaya hidup seperti menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, mengurangi konsumsi alkohol, latihan fisik, menurunkan konsumsi garam dan lemak (Brook, et al, 2013). Black dan Hawk (2005) menambahkan modifikasi gaya hidup, pembatasan cairan, teknik relaksasi dan tambahan ion K dapat menormalkan tekanan darah pada klien hipertensi. Beberapa teknik relaksasi tersebut contohnya stretch release relaxation (SRR), Jacobson’s progressive

muscle relaxation (JPMR), cognitive imagery relaxation (COG) dan

meditasi (Shinde, KJ, SM, Hande & Bushan, 2013) Relaksasi otot progresif adalah metode relaksasi dengan menegangkan dan merilekskan otot tubuh secara berturut-turut. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh

Jacobson (1938 dalam Synder & Lindquist, 2010)) dan masih banyak digunakan saat ini. Pada relaksasi otot progresif ini, perhatian klien diarahkan agar dapat merasakan perbedaan antara saat otot-otot dikontraksikan dan saat direlaksasikan. Manfaat dari metode ini adalah menurunkan kecemasan, konsumsi oksigen tubuh, kecepatan metabolisme, frekuensi napas, ketegangan otot, tekanan darah sistol dan diastol, kontraksi ventrikel prematur dan peningkatan gelombang alfa otak. Manfaat terapi relaksasi otot progresif telah banyak dikonfirmasi melalui berbagai penelitian dalam hubungannya dengan kecemasan, tekanan darah, tegangan psikologis, efek samping kemoterapi pada pasien kanker, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka saya tertarik untuk mengkaji jurnal–jurnal atau artikel terkait manfaat relaksasi otot progresif untuk penurunan tekanan darah pada klien hipertensi.

B. METODE dan HASIL PENELITIAN EVIDEN BASED PRACTICE METODE PICO Peneliti : Shinde N.;KJ Shinde; SM Kathri; Handee, D., & Bhushan, V. (2013) Judul Penelitian : “Immediate Effect of Jacobson’s Progressive Muscular Relaxation inHypertension”. -

Population : Guru dari berbagai perguruan tinggi fisiotherapy dan ilmu medis dengan hipertensi primer tanpa disertai 4 masalah kesehatan utama, jumlah responden 105 dengan usia 22-55 tahun, TD diatas 140/90 mmHg

-

Intervention : Latihan relaksasi otot progresif metode Jacobson dengaan posisi berbaring dan mata tertutup selama 30 menit dengan supervisi, pemeriksaan tekanan darah dan nadi diukur sebelum dan segera setelah intervensi

-

Comparison : Penelitian ini membandingkan tekanan darah dan denyut jantung sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan relaksasi otot progresif metode jacobson

-

Outcome : terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah dan denyut jantung pre dan post intervensi. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada tekanan darah sistolik (p < 0,05), tekanan darah diastolik (p = 0,05) dan denyut jantung (p < 0,05) perbedaan signifikan pada setiap kelompok usia yaitu 22-35; 35-45; 45-55

Peneliti : Patell, H.M., Kathrotial, R.G., Pathak, N.R., Thakkar, H.A. (2012) Judul Penelitian “Effect Of Relaxation Technique On Blood Pressure In Essential Hypertension”. -

Population : 50 orang dari 84 orang yan memenuhi kriteria : usia antara 20 – 45 tahun, tekanan darah kombinasi dalam 3 kunjungan terakhir lebih atau sama dengan 140/90 mmHg, subyek dengan atau tanpa obat anti hipertensi, tanpa penyakit ginjal, dm, penyakit hati kronis atau endokrin, tanpa riwayat alkohol, subyek wanita tidak meminum obat kontrasepsi.23 orang kontrol dengan tekanan darah normal

-

Intervention : Terapi Progresif Muscular relaxation dalam 3 bulan. Grup 1a 24 orang (dengan hipertensi dan tidak diajari tehnik relaksasi). Grup 1b 26 orang diajarkan untuk melakukan relaksasi 2 x sehari dengan mendengarkan instruksi melalui radio kaset selama 3 bulan

-

Comparison : Penelitian ini membandingkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah pada kelompok terapi PMR, kelompok terapi non PMR dan kelompok kontrol.

-

Outcome : setelah 3 bulan terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik kelompok dengan terapi PMR sebelum dan sesudah terapi dari 142,93 menjadi 137,87mmHg (p < 0,05), terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok dengan terapi PMR dan non PMR setelah 3 bulan terapi (p < 0,05), dan terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah

sistolik maupun diastolik antara kelompok

kontrol dan kelompok hipertensif setelah terapi PMR 3 bulan.

Peneliti : Sheu, S., Irvin, B.L., Lin, H.S., Mar, C.L. (2003) Judul Penelitian : “Effect Of Progressive Muscle Relaxation on Blood Pressure and Psychosocial Status for Clients with Essential Hypertension in Taiwan”. -

Population : 40 orang dengan hipertensi primer yang dibagi menjadi 2 kelompok.

-

Intervention : Kelompok intervensi melakukan latihan relaksasi otot progresif selama 30 menit tiap hari.

-

Comparison : Penelitian ini membandingkan tekanan darah sebelum dan setelah melakukan latihan relaksasi otot progresif

-

Outcome : Hasil yang diperoleh setelah satu minggu terjadi penurunan tekanan darah sistolik 3,7 – 6,5 mmHg, sementara untuk tekanan darah diastolik turun 3,0 – 3,8 mmHg. Efek lanjut latihan terlihat pada minggu ke tiga dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2,2 mmHg, dan pada minggu ke empat tekanan darah sistolik menurun sebesar 5,1 mmHg sedangkan tekanan diastolik turun 2,2 mmHg

C. KESIMPULAN

Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh signifikan terhadap perubahan tekanan darah baik secara langsung maupun dalam jangka panjang terutama terhadap perubahan tekanan darah sistolik. Terapi relaksasi otot progresif belum bisa digunakan sebagai terapi tunggal untuk intervensi. Terapi relaksasi otot progresif lebih tepat jika digunakan sebagai terapi tambahan/ adjuvant therapy. Berdasarkan hasil penelitian yang ada telah menggunakan desain quasi eksperiment dan randomize kontrol trial, namun kelompok umur responden masih beragam. Hasil penelitian tersebut terkait dengan kelompok umur 20 – 55 tahun. Jadi belum bisa disimpulkan apakah berdampak sama untuk kelompok umur yang lain misalkan lansia. Terapi ini bisa dilakukan sendiri oleh penderita dengan terlebih dahulu diberikan pelatihan oleh terapis, namun tidak dianjurkan pada orang yang mengalami gangguan otot, jaringan atau nyeri punggung bawah, peningkatan tekanan intrakranial, hipertensi tidak terkontrol dan penyakit arteri koroner berat

Metode : Proses pencarian sumber riview literature dilakukan dengan menggunakan kata kunci stretch release relaxation , Blood Pressure dan Essential Hypertension. Telaah yang dilakukan dengan menggunakan review terhadap 3 hasil penelitian yang di terbitkan sejak tahun 2003 – 2013 yang diperoleh dari data base jurnal PROQUEST dan EBSCO. Metode analisis yang digunakan pada studi literatur ini adalah analisis isi (content analysis) yakni peneliti membandingkan tekanan darah dan denyut jantung sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan relaksasi otot progresif metode jacobson kemudian menyeleksi metode penelitian (eksperiment, Quasy Eksperiment

dan

Case

Control)

sebagai

pendekatannya.

Hal

ini

untuk

mengidentifikasi dan dapat memberikan pengetahuan (evidence base practice) dalam penatalaksanaan nursing care pada kasus hipertensi.

Related Documents


More Documents from ""