Eka Yuni Astuti Elis Puji Lestari Elisa Fadilah Esy Riza Utari Fauziah Siti R Febriyanti Sholiha

  • Uploaded by: Fuzi Fauziah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Eka Yuni Astuti Elis Puji Lestari Elisa Fadilah Esy Riza Utari Fauziah Siti R Febriyanti Sholiha as PDF for free.

More details

  • Words: 1,034
  • Pages: 16
Eka Yuni Astuti Elis Puji Lestari Elisa Fadilah Esy Riza Utari Fauziah Siti R Febriyanti Sholiha

harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lian yang berpikir ada;ah hal negative diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi, Menurut Keliat (2010).

Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatof tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negative mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). 2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri atau kemampuan dalam waktu lama.

A. 1.

2.

3.

Faktor Predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotype peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari keolmpok sebaya, dan perubahan struktur social. (Stuart & Sudeen, 2006)

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari keolmpok sebaya, dan perubahan struktur social. (Stuart & Sudeen, 2006) Faktor presipitasi 1. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk kegagalan atau produktivitas yang menurun.Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik.

Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan, yang sedang sampai berat. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara : •

Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,.Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan.



Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

Respon adaptif Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya. 1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif denga latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima 2. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupn yang negative dari dirinya. (Eko P, 2014) Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi. 1. Harga diri rendah adalah individu yangcenderung untuk menilai dirinya yang negative dan merasa lebih rendah dari orang lian 2. Keracunan identitas adalah identitad diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan

Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2014) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangguang jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. Faktor Prepitasi Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik

Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain : a. Mengkritik diri sendiri b. Menarik diri dari hubungan sosial c. Pandangan hidup yang pesimis d. Perasaan lemah dan takut e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri g. Hidup yang berpolarisasi h. Ketidakmampuan menentukan tujuan i. Merasionalisasi penolakan j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal.Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini : Jangka pendek : 1.

2.

3.

Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini : 1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu 2. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart,2006)

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi : 1.

Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)

2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)

3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)

4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005)

Related Documents


More Documents from ""