Edisi 11

  • Uploaded by: masyhudi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Edisi 11 as PDF for free.

More details

  • Words: 12,577
  • Pages: 24
Nasionalisme Ala PMII

Edisi 11, Th.III/Agustus 2008

Tema: Refleksi Semangat 45, Upaya Memperkokoh Komitmen Intelektual Mahasiswa di Era Globalisasi Tempat: Auditorium STAIN Jember Tgl: 26-27 Agustus 2008

Hidup Mahasiswa ! ! ! ! !

DEWAN EKSEKUTIF MAHASISWA (DEMA) ‘08 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAN NEGERI (STAIN) JEMBER

Kolom Bebas Bulling dan Memanusiakan Peserta DIdik Sebagai Manusia

KIS-AH Bulan Sabit Tanggal Lima Belas Infaq: Rp. 2.999,-

DAFTAR ISI Salam KIS 03 Artikel PMII Nasionalisme Alam PMII .... 04 Telaah Sejarah dan Refleksi Terhadap Perjalanan PMII 08 Jiwa Interpreuner “Sebuah Jawaban Terhadap Masa Depan Kader PMII Dalam Pergerakan Global 14 Kolom Bebas Bulling dan Memanusiakan Peserat Didik Sebagai Manusia 17 Membuka Cermin Diri; Mewujudkan Kreatifitas 21 Refleksi Kemerdekaan RI dan Isra’ MI’raj Nabi Muhammad s.a.w. “Rekonstruksi Manajemen Organisasi Kemahasiswaan Sebagai Upaya Meningkatkan Skill dan Kemampuan Akademik 25 KIS-AH Bulan Sabit Tanggal Lima Belas 29 Secercah Cahaya Menjelang Fajar 32 Coverboy Syurga 40 Resensi Menjalani Hidup Lebih Bermakna dengan Perbuatan Amal Shaleh 35 Pahlawan Spiritual Islam 38 Inmemorian Wisudawan Kader PMII STAIN Jember 44

Seluruh Kader PMII STAIN Jember

Mengucapkan Selamat Meunaikan Ibadah Puasa Semoga Amal Kita di Ampuni Oleh Yang Maha Pengampun Pimred KIS

Ketum Komisariat

Ach. Royani

Zainal Anshari

Canda-KIS 46 Do’a Si-Dores Redaksi menerima kritikan dan saran pembaca. Harap mencantumkan identitas dan Alamat. Kirim ke alamat Redaksi di Jl. Jum’at Barat Kampus STAIN Jember. Telp. 0852 5809 4201. Atau ke-E-mail: [email protected]. Atau SMS ke no. 0852 5880 7880 02

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

47

Canda-KIS

Salam KIS

DO’A SI DORES Oleh: Didik Harianto Dores kelas tiga ips siswa yang paling pendek diantara temanteman sekolahnya.tapi kalau soal ibadah siapa pun tak ada yang menandinginya. Tak heran jika saudaran, tetangga dan orang tuanya mengenal dores adalah pemuda yang tekun beribadah. Sholat tahajjud, sholat dluha dan amat rahin beribadah. Jam 12 malam tepatnya dores sedang sholat tahajjud dimasjid yang terletak disebelah rumahnya. Kebetulan juga ada ustad yang sedang sholat juga. Dengan wajah yang ngantuk dan sedikit lelah sang ustad mengakhiri sujud untuk memanjatkan do’a kepada sang halik. Tapi lain halnya dengan dores, sebelum ustad datang dores sudah menengadahkan kepalanya pada sang ilahi untuk memanjatkan do’a. begitu rajinnya anak muda ini, entah perihal apa yang menjadi hajatnya??(bisik hati si ustad penuh dengan pertanyaan). Dengan penuh rasa penasaran, ustadpun menunggu dores untuk ingin tau perihal apa yang menjadi hajatnya sehingga selalau istiqomah beribadah?? Tak lama kemudian dores mengangkat kepalanya tanda sudah selasai mengutarakan hajatnya pada sang halik dan hendak beranjak pergi namun ustad tadi mencegatnya dan terjadilah perbincangan antara

46

keduanya dibawah ini : Ustad : dores kau rajin sekali beribadah apalagi sholat tahajjud tak pernah kau tinggal..(ustad memulai pembicaraan). Dores : ah..ustadz jangan terlalu memuji..(maklum…dores selalu rendah diri). Ustad : perihal apa yang kau lakukan dalam sujudmu yang sangat lama itu nak..??? Dores : saya berdo’a tiap kali sujud dengan khusyu’ ustad (jawab dores dengan tenang). Ustad : apa yang kau pinta sehingga banyak menyita waktu tiap kali sujud nak ??? Dores : ……………………………………(diam tertunduk dan tak menjawabnya). Ustad : kalau ustad tau apa yang menjadi hajatmu, ustad akan membantu mendo’akannya agar lekas terkabulkan(ustad memancing dores agar nengatakan do’a apa yang ia panjatkan). Dores : …(mendengar perkataan ustad bdores bahagia karena ustad akan membantu mendo’akan agar permintaannya lekas terkabulkan.). Ustad : …..(diam saja dan menunggu jawaban dari dores dengan penuh keheranan) dores : saya berdo’a agar diberika tubuh yang tinggi seperti reman-teman saya disekolah ustad..!!! Uatad : ..........................!!!!????????

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Salam silaturahmi. Alhamdulillah kis bisa hadir kembali ditengah kesibukan sahabat-sahabati. Sebelumnya segena redaksi kis mohon maaf kepada para pembaca karena keterlambatan kami dalam penrbitan,keterlambatan karena adanya berbagai macam kegitan dalam PMII. Mulai dari persiapan BIMTEST, RTAR rayon tarbiyah dan kegiatan-kegiatan yang lainya. Segenap redaksi KIS juga mengucapkan selamat atas diterimanya semua mahasiswa baru dikampus pergerakan, semoga semua niat yang dibawa dari rumah terlaksana. Pada (edisi XI), KIS merupakan edisi khusus untuk sema kretivitas kader PMII. Maka kami mengambil sub tema “KREATIVITAS KADER” Misalnya dalam berbagai karya kader, seperti artikel, cerpen,

humor dan lain-lain, akak kami tampung dalam buletin KIS ini. Selain itu kami juga memberikan kenang-kenagan untuk saabatsahabat PMII yang akan wisuda pada tahun ini. Berupa memoriem sahabat-sahabat tersebut Untuk lebih jelasnya sahabatsahabati bisa membaca dalam bulletin KIS yang ke X ini.

Buletin ini diterbikan oleh Komisariat PMII STAIN Jember bekerja sama dengan LSM Research, Education, and Development (RED) for Ondonesian. Alamat Redaksi: Jl. Jum’at Mangli Barat Kampus STAIN Jember (MABES Komisariat PMII STAIN Jember).Telp: 085 236 986 141. Email: [email protected]. Pembina: Siti Raudhatul Jannah, S.Ag, MN Harisudin, M.Fil.I. Andiono Putra, SH.I Penanggung-Jawab: PK. PMII STAIN Jember. Pimpinan Redaksi: Ahmad Royani. Sekretaris: Redaksi: Ima Maghfiroh. Bendahara: Sinta. A.N. Litbang: Ulfatur Rahmah, Qurratul ‘Ayun. Nadirah. Rofiqotul Aini. Reporter: Faizah Rahma, Angkova. Lay Out: Mashudi. Distributor. Leny Marinda, Ida Wasiatun. Magang, Jannatin Kholidah, Lini Farokah, Nazila, Ddik Hariyanto

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

03

In Memorian Kader PMII STAIN Jember

Foto: Wisudawan/i

Artikel PMII

Nasionalisme ala PMII Oleh. Andiono Putra

“Hai bangsa Indonesia, berkorbar-kobarlah dengan rasa nasional, dengan rasa kebangsaan, cintailah tanah airmu ini, cintailah bangsamu ini, hiduplah dalam satu dalam jiwa nasional”. —Ir. SoekarnoSelasa (5/8) malam lalu, sejak pukul delapan hingga sekitar jam sepuluh lewat, saya nongkrong di warung Bu Pelor. Ada kenikamatan tersendiri kala itu, ketika saya merasakan suguhan “kopi rakyat” yang rasanya tidak terlalu manis. Kata teman-teman, mak nyus… Tapi bukan itu saja yang membuat saya bertahan, betah berlama-lama cangkrukan dengan sahabat-sahabat saya dari PMII. Melainkan karena sudah lama saya tidak ngobrol, berdiskusi dengan generasi muda negeri ini, kader PMII.

04

Nasionalisme Malam itu, saya sengaja ngobrolin tentang nasionalisme ala PMII. Ya, ini mungkin kosa kata baru. Atau bahkan bisa jadi, saya mengada-ada(!). Karena selama ini, kata nasionalisme—setahu saya—tidak tidak pernah disandingkan dengan kata benda, semisal PMII. Tapi sudahlah, untuk saat ini, itu tidak penting diperdebatkan. Anda tahu apa itu nasionalisme? Nasionalisme, dalam cara pandang saya adalah cinta pada tanah air dan bangsa. Gampangannya begitu. Saya memang tidak mau berteori terlalu banyak dalam tulisan kali ini. Itu tidak penting bagi saya. Yang terpenting saat ini, saya harus menjelaskan kepada Anda, mengapa saya menulis Nasionalisme ala PMII. Akhir-akhir ini, saya seringkali dibikin kaget bercampur gemas melihat “potensi” kader yang hanya bisa mengkritik PMII, tanpa bisa memberikan sesuatu yang berarti pada organisasi yang kini sudah separuh abad lebih usianya. Fenomena ini sejatinya sudah saya saksikan sedari dulu. Apalagi saya juga bagian dari fenomena itu. Ya, itu karena saya juga “rajin” ngritik sistem di organisasi saya. Tapi kini saya malah khawatir, bila ini dibiarkan begitu saja,

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Agus Harianto, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Agus Harianto, SPdI Tarbiyah/ PAI

Ach. Dasuki, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Abd, Ghafur, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Agus Harianto, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Agus Harianto, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Nurul Anam, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Ilmawan Nehru H, S.HI Syariah/ PAI

Soni R. A , S.PdI Tarbiyah/ PAI

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

45

Artikel PMII

In Memorian Kader PMII STAIN Jember

Ach. Barocky, S.PdI Tarbiyah/ KI

Ach. Winarno, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Supono, S.PdI Tarbiyah/ KI

Ach. Ilyas, S.PdI Tarbiyah/ KI

Budi Yanro, S.PdI Tarbiyah/ PAI

Erfan Junaidi S.SosI Dakwah/ KPI

Ketentuan tulisan yang dimuat dalam buletin KIS 1. Artikel. Ketentuan: tulisan dietik rapi, menggunakan bahasa indoneisa yang baik dan benar, format tulisan times new roman (12pt),spasi 1,5 tulisan bisa dikirim lansung kepada Sahabati Leni (0852 5857 2072) 2. Cerpen. Ketentuan: tulisan Tulisan diketik rapi sebanyak dua lembar, A-4. bebas tida ada unsur SARA. Bisa dikirim langsung ke Sahabati ‘Ayun (0852 3686 3290) 3. Puisi. Ketentuan: bebas. Naskah diserahkan kepada Angkova 4. Humor dan tips. Ketentuan bebas *Tulisan yang masuk berhak di edit oleh redaksi. Selain dikirim kenama yang tertera, karya sahabat/I juga bisa dikirim ke- via e-mail: [email protected]. Jangan lupa menyantumkan nama (bukan nama samaram), prodi dan semester.

44

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

maka kader PMII yang berjiwa kritis, justru akan membuat mengalami PMII krisis kader. Mengapa saya bilang krisis kader? Ya, itu tadi. Karena mereka sudah sibuk mencari kejelekan PMII. Mereka tidak berpikir, apa yang bisa dikerjakan untuk PMII, kecuali hanya pandai mengkritisi. Lihat misalnya, di buletin KIS yang diterbitkan generasi KIS ke-2. Di dalamnya tertera dalam surat pembaca, “KIS tidak mengalami perubahan”. Ini saya pikir janggal bin aneh! Karena dalam amatan saya, yang pernah bersusah payah membangun dan membesarkan KIS bersama kader-kader lainnya, saat ini KIS sudah lebih maju, lebih baik, dan lebih progresif. Anda tahu kenapa saya bilang demikian? Itu karena, dulu, KIS berdiri tanpa ada seleksi secara organisatoris. Dulu, saya selaku ketua Komisariat, hanya menunjuk sejumlah orang pilihan, yang saya anggap mau belajar dan membesarkan KIS. Tapi, ya, saya undang mereka terlebih dahulu. Sehingga wajar, dong, jika saat itu saya menuai kritik dari salah satu kader: “Apa saya salah memilih anda?” Itu dulu. Sekarang, rekrutmen kru KIS sudah berbeda. Dengan diawali pelatihan, bahkan ada yang magang, baru kemudian nama mereka masuk di susunan redaksi. Nah, itu dia kelebihannya. Belum lagi tanggung jawab bergiliran dalam menulis. Ini lebih profesional. Dulu, tidak. Karena yang bertanggung jawab

hanya beberapa orang. Itu satu kasus. Yang lain? Anda boleh percaya, pun boleh tidak. Setiap kali saya ke Komisariat, yang sering saya baca adalah selebaran yang isinya mesti—jika bukan semua—mengkritik PMII. Entah itu sistem kaderisasinya yang tidak beres, senior-seniornya yang sering mempolitisir kader, pengurusnya yang…(?). Ah, ada banyak lah yang dikritik. Tidak hanya itu. Bosan juga pada akhirnya saya baca. Jenuh. Jengah dengan kondisi yang ada. Apakah mental kader sekarang sesederhana itu dalam membaca PMII? Ah, semoga ini tidak benar. Kenapa saya bilang demikian? Karena dulu, hal semacam itu pernah saya alami. Pada awal-awal saya belajar nulis, yang saya tulis pada edisi ke-3 tulisan saya adalah ngritik PMI. Ya, seniornya. Ya, sistemnya. Pokoknya, mesti ada yang saya bikin merah raut mukanya setelah membaca tulisan saya, marah! Tapi lama-kelamaan saya sadar, PMII tidak butuh di kritik. PMII butuh peran aktif generasi muda PMII. Tanpa itu, krisitisitas kader pada akhirnya akan membuat PMII mengalami krisis kader. Karena semua kadernya sudah jenuh hidup bersama PMII. Memberi, Bukan Menerima Sejatinya, dalam berorganisasi, bukan hanya kritik yang dibutuhkan. Kritikan itu bagus. Tapi akan lebih baik lagi, jika rasa cinta yang ada pada organisasi, kita tunjukkan dengan aksi dan perbuatan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

05

Artikel PMII nyata. Semisal, berdiskusi tentang bagaimana membesarkan PMII. Atau, belajar menulis bersama dengan membikin komunitas. Banyak, pokoknya. Maksud saya, energi yang meledakledak dalam diri kader, kalau hanya dibuat untuk ngritik, gak ada matinye! Semuanya berusaha semau gue ngomongin kejelekan PMII. Bukan kelebihannya, tapi keburukannya. Ah, jangan-jangan cak dion cuman bisa ngomong? Tidak! Jelek-jelek begini, saya sedari dulu berusaha memberikan yang terbaik. Di semester awal saya menjadi kader PMII, saya pernah membuktikan “kecintaan” saya pada PMII dengan mengkritik sistem dan senior-senior saya yang menjalankan roda kaderisasi PMII. Saya masih ingat kala itu, saya mendapat acungan dua jempol jari tangan lantaran tulisan saya yang mengkritik PMII dibaca teman dari organisasi lain. Tapi pasca itu, saya sadar, PMII tidak hanya membutuhkan kritikan (dan saran), tapi juga aksi nyata kaderkadernya, termasuk saya.

06

Satu misal, mendatangi rayon bila berdiskusi. Lha wong kader-kadernya banyak yang tidak suka baca buku, bagaimana mau enjoy berdiskusi. Ya, ndak bisa tho. Sehingga akhirnya, di saat mereka masuk forum, semua jadi pendengar setia tanpa bisa memberisumbangsih pemikiran. Demikian pula dengan pelatihanpelatihan yang diadakan PMII, tak jarang kaderkadernya hanya

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Kisah airmatanya untuk orang yang telah menghianatinya. Ternyata ketampanan wajah seorang Rifki tidak menjamin kebahagiaan hatinya. Dulu dia bangga bisa mendapatkan cinta Rifki, karena ia tahu tidak sedikit mahasiswi yang mengejar-ngejar Rifki. Sekarang, kebahagiaan itu telah hancur karena ulah Rifki yang sok kegantengan. Tebar cinta sana sini. Tiba-tiba Lia teringat pada kata-kata Dina,. Seseorang menarik bukan karena lahiriahnya, tapi karena budi pekertinya. Untuk pertama kalinya dia mengaku sepakat dengan pendapat Dina. “ Din, aku sekarang tahu kenapa kamu menganggap coverboy pada orang yang sering lewat kemasjid itu” Lia menatap dina yang sedang melepas mukenanya. “Oya?” “ Iya, kamu mengatakan itu semua karena kamu yakin orang itu akan masuk surga, dan bukankah disurga tidak ada orang yang jelek? “ Yap bener, eh ternyata putus cinta membuatmu lebih cerdas ya..” Lia tersenyum. “ Aku sependapat denganmu, ternyata keelokan fisik jika tidak diikuti dengan kebaikan budi pekerti dan akhlak yang mulia tidak ada artinya apa-apa “ “ Terruus..?” Dina mendekat “ Sekarang aku jadi kangen sama coverboymu..” “ Maksudmu..” “ Aku ingin mendapatkannya..” “ Enak aja, kamu harus bersaing dulu sama bidadari ini” Dina menepuk dadanya. Lia tergelak dan melempar dina

dengan bantal. Keceriaan tergambar diwajahnya. “ Eh din, kamu serius ingin mendapatkannya? “ Iya, tapi nanti di surga, aku sekarang masih berusaha untuk menjadi bidadari surga…” “ Kalo gitu kita bersaing, gimana?” “ Siapa takutt?! ——————ooo000ooo—————— HIKMAH Begitu banyak diantara kita yang menjadikan kelebihan lahiriah sebagai tolak ukur penilaian terhadap seseorang. Kebaikan ‘ kondisi’ lahir, seolah menjadi daya pikat satusatunya, kita lupa bahwa ada yang lebih penting daripada itu semua, yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Karena dengan dasar keimanan dan ketakwaan akan terpantul karakter mulia yang lebih bernilai dan berharga dari apapun. Firman Allah dalam surat At-Tin ayat 4-6. Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendahrendahnya. Kecuali orang-orang yang berimaan dan mengerjakan amal sholih, maka bagi mereka pahala yang tiada putus. Keelokan lahir dan keburukan lahir adalah karunia dari Allah yang wajib kita syukuri dan kita terima. Ketampanan tidak akan membawa kita ke syurga, begitupun juga keburukan tidak akan menjerumuskan kita pada neraka. jadi, kenapa kita harus sombong dengan keelokan wajah dan bersedih karena keburukan bentuk pada diri kita?

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

43

Artikel PMII

Kisah “ Mo ngerti maksudku? “ Iya! Lia mengangguk mantap “ Begini lia, menurutku daya tarik terkuat dari seseorang itu tidak terletak pada bentuk fisiknya, melainkan pada budi pekerti dan Akhlaknya. Seburuk apapun fisik seseorang jika dia berakhlak baik maka dia jauh lebih menarik dari Aribowo sekalipun. Setiap memandangnya kita akan dapati kesejukan, dan sikapnya mampu memotivasi kita pada kebaikan. Sebaliknya, secantik atau seganteng apapun seseorang kalau dia punya perangai yang tidak baik, bagiku dia sama sekali tidak menarik”. “ Iya, tapi apa gak berlebihan kalau kamu mengatakan orang itu seperti coverboy? “ Menurutku enggak dan itu hakku, toh aku tidak memaksamu untuk berpendapat sama. Dan yang perlu kamu ketahui aku mengatakan demikian karena aku yakin dia kelak akan digandrungi para bidadari karena dia adalah coverboy syurga” “ Woow manis sekali kata-katamu” Lia bangkit, nampaknya dia tidak tertarik melajutkan perbincangan siang itu. Dina bangkit menuju almari pakaian, jam sudah menunjukkan dua belas lebih lima belas menit. Dia harus bersiap-siap. Sementara Lia menyambar handuk dan segera berlari kekamar mandi. “Din nanti malam kita lanjutin ya diskusinya” -oDina baru kembali dari mengambil wudlu ketika dia melihat Lia dikamarnya telungkup ditempat tidur, menenggelamkan wajahnya di bantal,

42

bahunya berguncang-guncang. Dia menangis. “ Lia, kamu kenapa? Dina memegang punggung temannya. Lia menangis lebih keras. Dina mengelus-elus rambut Lia, “ Kamu ribut lagi sama rifki? Lia bangkit lalu membalikkan badannya dan memeluk dina sambil terus menangis. “ Kita putus Din..” “ A………apa..?! “ Iya, kita sudah akhiri semuanya” Lia sesenggukan “ Tapi kenapa? “ Dia selingkuh! Suara Lia meninggi “ Huss! Jangan keras-keras…” “ Aku benci Din, aku benci… ternyata dia tidak setia..” “ Sudahlah, mungkin ini terbaik bagi kalian berdua. Seharusnya kamu bersyukur karena ditunjukkan kenyataan itu sekarang, coba kalau tidak, atau kamu tahunya nanti ketika kalian menikah. Pasti akan jauh lebih sakit lagi..” Dina menepuknepuk pundak temannya. “ Tapi aku tetap sakit Din..” “ Kamu akan segera baikan, asalkan kamu menganggap dia bukanlah yang terbaik bagimu, dia tidak pantas untukmu, karena dia telah menghianatimu” Lia mengangguk-angguk. Dina melepaskan pelukan lia. “ Aku mau sholat Isya dulu, mumpung punya wudlu” Lia mengusap air matanya. Ia merasa lebih tenang setelah apa yang diucapkan Dina. Dia merasa sadar bahwa Rifki tidak pantas untuk ditangisi. Terlalu mahal

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

bisa mengkritik pengurusnya tidak pandai bikin program kerja. Padahal kadernya sendiri, bisanya hanya tidur. Tak peduli lembaga bersusah-payah mengadakan pelatihan. Itu sedikit contoh tentang nasionalisme ala PMII. Lalu apa substansi nasionalisme ala PMII ini? Cita-cita saya sederhana. Saya ingin kader-kader PMII, kapan pun dan di mana pun, tidak hanya pandai ngritik senior-seniornya, atau kader-kadernya. Apalagi lembaga. Jika kita bisa berfikir seperti yang dikatakan Jhon F. Kennedy soal pertanyaan, apa yang sudah saya berikan pada negara, bukan apa yang saya terima dari negara, seharusnya kita belajar memberikan yang terbaik tuk PMII. Bukan malah “menghabisi” PMII. Lha wong kritikan kader-kader masa kini jauh lebih tajam dari masa lalu. Padahal perjuangan mereka juga tidak lebih baik dari angkatan-angkatan

sebelumnya. Anda boleh percaya, pun boleh tidak. Itulah makanya, penting kiranya saya munculkan wacana baru, tentang nasionalisme ala PMII. Kata ini, sedari dulu mungkin sudah kita dengar. Sejak sekolah dasar sepertinya sudah diperdengarkan. Tapi nyatanya, kita sulit mengaplikasikannya. Nah, di sinilah nasionalisme itu bisa diterapkan, di PMII. Sebab, saya punya angan-angan, bagaimana cita-cita anak bangsa yang berada di PMII, muaranya, ending-nya, kelak adalah demi Indonesia. Jadi, nasionalismenya tetap demi Tanah Air dan bangsa, Indonesia tercinta. Dari PMII untuk Indonesia. Indah, bukan?

*) Penulis adalah alumni PMII Rayon Syari’ah STAIN Jember angkatan 2001; Kini sebagai jurnalis

Pasang Iklan di Buletin KISS, Pasti Mengesankan ! ! ! Hubungi kami: Ahmad Royani. PP Nuris II. (085 258 807 880). Qurratu ‘Ayun. Asrama (085 236 863 290). 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890 12345678901234567890

Tarif Iklan KISS

1. 2. 3. 4. 5.

Cover Luar (hal:20) Cover dalam depan (hal:2) Cover dalam belakang (hal:19) 1 halaman penuh Setengah halaman

Rp. 20.000,Rp. 15.000,Rp. 15.000,Rp. 10.000,Rp. 5.000,-

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

07

Oleh. Asnawan S.Pd.I Mantan Sekum Rayon Tarbiyah STAIN Jember Masa Khidmat 2006/ 2007

Artikel PMII

Dalam sebuah organisasi idealnya tak satupun di antara para kader Movement yang menghendaki PMII akan menua, memfosil dan kehilangan peran kesejarahannya di jagat raya tercinta ini. Tudingan negatif di atas sebaiknya menjadi cambuk yang bisa memberikan dampak bagi PMII untuk kembali melakukan telaah terhadap eksistensi dan kiprahnya selama ini di lingkup nasional bahkan lokal. Dalam tradisi keilmuan dan gerakan, kritisisme adalah yang mampu menjadikan organisasi tersebut dinamis, peka terhadap keadaan sosial dan menjadi anak zamannya sepanjang sejarah. Kritisime dalam berpikir, bersikap dan berprilaku inilah yang akan mampu menghantarkan PMII beserta kader-kadernya ‘melek sosial’ dan peradaban dimana ia tidak hanya menjadikan kader PMII kembali kritis

sudah mulai di pelitir sedikit demi sedikit. Gerakan PMII meliputi dua hal utama, antara lain, Pertama, berkaitan dengan tatanan internal keorganisasian, yang bertumpu pada lima fakta organisasi PMII (1). Ideologi dan paradigma gerakan (2). Sistem organisasi (3). Sistem pengkaderan (4). Strategi organisasi (5). Logistik organisasi. Kedua, pola relasi PMII dengan institusi, kekuatan dan realitas sekelilingnya, yang meliputi (1). Relasi PMII - negara (2). Relasi PMII rakyat serta kekuatan sipil lainnya (3), Relasi PMII - kampus, gerakan mahasiswa dan pro demokrasi (4). Relasi PMII - kekuatan kapitalisme global. Maka melihat hal tersebut tampaknnya PMII sudah mulai menjauh walaupun tak satupun organisasi bergerak tanpa payung idologi yang jelas. Ideologi sebetulnya berfungsi ibarat

Telaah Sejarah Dan

Refleksi Terhadap

PERJALANAN “PMII” dan pejuang perubahan. Lebih dari itu, kritisisme itu akan menjadi salah satu takaran penting dalam mengaplikasiakan berbagai nilainilai ideologis-paradigmatis PMII dalam menjawab persoalan kekinian maupun akan datang lebih-lebih pada nilai dasar pergerakan (NDP) yang semakain hari

08

sebuah obor penerang jalan kiprah sebuah organisasi. Ideologi yang kerap dimaknai sebagai “a set of closely related belief, or ideas, or even attitudes, characteristics of a group or community” akan menjadi titik pembeda antara PMII dengan organisasi kemahasiswaan lainnya maka seharusnya ideology yang

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Kisah di dahi, persis gaya Ivan gunawan di TV. Dina tersenyum melihat tingkah teman sekamarnya. “ Orang kayak gitu dibilang coverboy, coverboy dari Hongkong? Lia memang suka meniru gaya-gaya di TV, biar gaul katanya. Dia kembali ketempat tidur dan mulai meletakkan head set hand phone di telinganya, dan mulailah dia berdendang “Gantengnya pacarku, oow… Dina tidak menghiraukan apa yang dilakukan oleh temannya, dia masih menatap kejalan seolah tidak mau kehilangan momen penting sedetikpun. Secara fisik orang itu memang tidak sempurna. Wajahnya bulat, rahangnya lebar, mulutnya mokit ‘Monyong Dikit’, tingginya kira-kira seratus dua puluh lima centimeter, ukuran yang tergolong mini untuk laki-laki. Belum lagi cacat permanen yang dialaminya, kakinya panjang sebelah!. Dina tersenyum sendiri, memang pantas menurutnya kalau Lia tidak sepakat mengatakan orang itu sebagai coverboy, apalagi dia tahu temannya adalah tipe gadis yang suka menilai sesuatu dari tampilan luar saja. Tapi menurutnya orang itu istimewa, bukan karena bentuk fisiknya melainkan karena ketaatannya dalam beribadah kepada Allah, padahal dia diciptakan dengan ketidak sempurnaan. Disaat banyak orang yang lebih sempurna fisiknya mengeluhkan kekurangan yang dialaminya, orang itu justru menunjukkan rasa syukurnya dengan begitu rajin pergi ke masjid, meskipun di cuaca yang panas seperti ini. Orang itu juga menjadi motivator baginya dalam beribadah kepada Allah. Maka tidaklah berlebihan

baginya menjuluki orang itu sebagai coverboy syurga. Dina yakin orang seperti itulah yang kelak akan meRAJAi syurga. Dia ingat sabda nabi Muhammad yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu akan tetapi Allah melihat apa yang tersimpan di dalam hatimu” (HR. Muslim) Ketika orang itu telah menghilang ditikungan jalan, Dina segera menutup korden jendelanya kemudian melangkah keluar menuju kamar mandi. Dia teringat bahwa dirinya belum menunaikan sholat dhuhur. Sementara Lia masih asyik dengan musik di kupingnya. Dina mengakhiri bacaan Al-Qurannya ketika Lia bertanya padanya. “ Din menurutmu cowok ganteng itu kayak apa sich?” Dina tersenyum mendengar pertanyaan temannya, “ Kayak orang yang lewat tadi” Dina menjawab sekenanya sambil melipat mukenah. “ Apaa???! Gak salah Din?” Lia mendekat dengan tatapan antusias. Dina geli melihat mimik temannya. “ Iya bener, dan aku yakin orang seperti dia dapat membuat bidadari tergila-gila” “ Maksudmu apaan sich? Menurutku jangankan bidadari aku saja yang tak secantik bidadari ogah ama dia” Lia memperbaiki posisi duduknya seolah bersiap untuk diskusi panjang yang menarik. “ Ya, itu karena kamu tak secantik bidadari, coba kalau kamu seperti bidadari kamu pasti mendambakan orang yang semacam itu” “ Aduuuh, yang jelas dong Din, gak paham nich..”

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

41

Artikel PMII

Kisah

COVERBOY SYURGA Oleh : A~Lia Syam

Matahari tepat berada di tengah langit Kota Jember, sinarnya yang membentuk garis vertical terasa begitu panas menyengat. Dalam kondisi seperti ini pasti tidak menyenangkan jika berada di luar rumah, maka tidak heran kalau sebagian warga Mangli memilih untuk diam di dalam rumah, sekedar nonton TV atau istirahat siang. Kalau tidak terlalu penting dan dianggap mendesak mereka enggan untuk keluar rumah. Panas dan berdebu. Dina mendekati jendela kamar kostnya, melongokkan kepalanya keluar, hal yang sering dilakukannya setiap bangun tidur pagi ataupun siang. Hari itu dia ada kuliah jam setengah satu siang. “Ah panas sekali hari ini” Dina menggerakkan kepalanya ke kiri ke kanan dan melemaskan otot-otot lengan dan kakinya. Ada rasa enggan dan malas keluar rumah pada cuaca panas seperti ini. Dina hendak menutup korden jendela ketika dia melihat sosok yang tidak asing baginya melintas di jalan depan kamar kostnya. Jalannya terseok-seok sehingga ketika bakiak yang dikenakannya beradu dengan jalan beraspal membentuk irama khas dan tidak asing bagi siapa saja yang mendengarnya. Dina mengurungkan niatnya,

40

diperhatikannya orang tersebut. Di bahunya sajadah yang sudah tampak usang tersampir, sarungnya yang melinting keatas ‘Takut Najis’ begitu biasanya teman-temanya bilang menampakkan bentuk kakinya yang tidak sempurna. Dia memang tidak pernah mengenal dan tahu lebih jelas tentang orang itu. Tapi yang dia tahu betul orang itu sangat ramah dan santun pada setiap orang yang berjumpa denganya, dia sering melihat sosok itu berpapasan dengan orang-orang, senyumnya terlihat ikhlas dan manis sekali. Satu hal lagi yang dia tahu, orang itu rajin sekali pergi kemasjid. Setiap datang panggilan sholat ia sering melihat orang itu melintas di depan kamarnya, menuju masjid Sunan Ampel yang ada di lingkungan kampus STAIN Jember. Sekarangpun orang itu baru keluar dari masjid, menunaikan ibadah sholat dhuhur. Melihat orang itu, selalu timbul ghiroh beribadah pada dirinya. “ Dia adalah Coverboy” gumamnya pelan. “ Siapa din?” nampaknya Lia yang sudah terbangun dari tadi mendengar ucapan lirih Dina. “ Tuh!” Dina menjawab singkat, dia masih tetap mengamati sesosok yang kian jauh dari pandangan matanya. “ Ah, jangan gila’ dooong” Lia tertawa sambil meletakkan punggung tangannya

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

sudah dimilki harus betul-betul diaplikasikan dalam raelita kehidupan yang nyata. Dalam wilayah yang ideal, PMII diandaikan mampu memerankan dirinya pada kerja-kerja besar ideologi, mulai dari; pertama, PMII mampu menjadi penggagas ideologi bagi diri dan masyarakatnya (kader), dengan ini characteristic building PMII mewujud kukuh dalam setiap gerakannya. Ini berarti PMII harus mampu menyusun dan mengembangkan ideologinya, mulai

dari postulasi pemikiran yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, hingga tafsir dan detail pengembangan dan penggunaannya. Kalau hal ini tak tercapai, maka kedua, PMI berfungsi menjadi pendukung dan mufassir ideologi tertentu sebagai pembenar dalam setiap sikap dan tindakannya sehingga akan melahirkan kader yang militan dan peka sosial. Dan ketiga, menggiring PMII sebagai pengemban ideologi, dimana PMII menggerakkan diri dan masyarakatnya

Kader PMII pada waktu hari AIDS dengan memberikan seribu bunga di perempatan Mangli

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

09

Artikel PMII untuk mencapai arah akhir dari ideologi anutannya. Hal tersebut pula pada awal Orde Baru ditegakkan, PMII masih berkutat dengan pergulatan Islam sebagai ideologi politik dan tawaran developmentalisme yang memaksakan depolitisasi aliranaliran dan dealiranisasi politik. Titik balik terjadi, ketika PMII kemudian mentahbiskan dirinya independen tidak terkait dengan organisasi politik manapun melalu Deklarasi Murnajati 1972 di Malang. Independensi PMII ini bermakna hilangnya keterikatan organisasi dari sikap dan tindakan siapapun dan hanya setia dengan perjuangan PMII sendiri serta cita-cita perjuangan nasional berlandaskan Pancasila. Puncaknya, independensi PMII itu menjadi entry point upaya pencarian (merumuskan) jati diri organisasi yang sesungguhnya. Artinya, PMII mulai harus mengurus dirinya sendiri tanpa menggantungkan dirinya dengan orang (kekuatan) lain, sambil terus berpegang pada landasan yang berasal dari dalam tradisinya sendiri serta kekuatan yang dibangunnya sendiri. Sikap ini telah mampu mencairkan berbagai trauma-trauma politik dan gerakan PMII di masa sebelumnya, hingga PMII memiliki keleluasaan gerak lebih lugas memilih peran-peran intelekual, kemasyarakatan dan kritisisme terhadap agama maupun negara tanpa terbebani oleh kejumudan tradisi (ortodoksi pemahaman

10

keagamaan) ataupun terbatasi oleh keterikatan politik dengan kekuatan manapun.(baca: sejarah PMII) Perumusan ideologi PMII sangat dipengaruhi oleh tiga momentum penting pertma Kembalinya NU kepada

khittah 1926 kedua Diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya azaz tunggal dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara ; ketiga Serta dirumuskannya NDP PMII dalam Konggres ke-8 tahun 1985. Bersamaan dengan itu kader PMII telah mulai menyebar di berbagai kampus umum dan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Resensi teman-temannya dalam keadaan mabuk. Melihat keadaan Firman dan teman-temannya, Iqbal sadar dan bersyukur atas perubahan pada dirinya yang dulu juga mengalami hal yang sama. Setelah menjalankan shalat shubuh, kedua orang tua Firman terkejut dengan kehadiran Iqbal. Mereka bertanya tentang asal usul Iqbal. Saat berkenalan, Kedua orang tua Firman menceritakan semua perihal keluarganya kepada Iqbal. Dan pada akhirnya orang tua Firman memohon kepada Iqbal untuk tetap tinggal di sana untuk merubah tingkah laku anaknya tersebut. Tiga tahun menjalani kehidupan di sana, ia mendapatkan pengalaman –pengalaman yang lebih berarti di bandingkan kehidupan sebelumnya. Dan pada akhirnya ia menemukan kesejatian cinta terhadap Tuhan. Melalui gaya tutur kata yang lancar, mengalir dan penuh hikmah. Taufiqurrahman seorang mahasiswa di Universitas Sains al-Qur’an (UNSIQ) bisa dikatakan berhasil dalam merampungkan novel-novel bernuansa islami yang terangkum dalam novel trilogy “Makrifat Cinta”

yang terdiri dari Syahadat Cinta, Musafir cInta dan Makrifat Cinta. Setelah berhasil mengarang novel “Syahadat Cinta” dan disusul dengan novel “Musafir Cinta” yang dinobatkan sebagai novel best seller sen a s i o n a l . Taufiqurrahman tidak pernah kehilangan kekuatan cerita dan maknanya, karena tujuan makna yang diusungnya yaitu semangat pencarian kebenaran islam yang kaffah dengan basis syariat, tarekat dan makrifat. “Musafir Cinta” merupakan novel yang beruntun dan bertahap. Jadi, membacanya harus diurut secara teratur. Namun, ketebalan halaman menjadi kendala dalam menarik minat pembaca. Jadi, pembaca harus sabar untuk menyelami maksud novel tersebut. Selain itu dari segi penokohan dan karakter tokoh utama dari novel ini hampir serupa dengan novel – novel islami best seller lainnya. Sehingga novel ini terkesan pasaran. * Kader PMII Rayon Syari’ah STAIN Jember.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

39

Artikel PMII

Resensi

PAHLAWAN SPIRITUAL ISLAM

aktif bergerak di berbagai LSM untuk melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat serta terlibat intens dalam aksi-aksi jalanan melawan hegemoni negara. Pengkaderan PMII “Sekarang”

Oleh: Shinta Anisatun Ni’mah

Meningkatkan nilai spiritualitas keimanan tidak hanya dengan membaur bersama santri, kyai dan ulama-ulama terkemuka. Iman merupakan hadiah dari tuhan, karena keimanan hadir tanpa disangka-sangka. Adakalanya seseorang yang hidup diantara orang-orang yang notabenenya tidak beriman, mendapatkan kesejatian iman tersebut. Novel islam tentang kisah hidup seorang Iqbal sebagai musafir(pencari) kesejatian cinta ilahi dengan judul “Musafir Cinta” memberikan semangat juang untuk meraih kesejatian iman. Setelah meninggalkan pesantren, Iqbal panggilan dari IQBAL MAULANA memulai kehidupan di luar untuk mencari kebenaran agamanya dan keberadaan Tuhan. Ia berhijrah tanpa tujuan. Ketika bus mogok di Banjarnegara, hatinya 38

berkata untuk tinggal di sana. Saat mendengar senandung lagu yang menggetarkan hatinya, ia tertarik untuk mendekati suara tersebut. Dihampirinya pelantun lagu itu, yang tidak lain adalah beberapa preman yang sedang mabuk. Setelah la bercengkrama dengan preman tersebut akhirnya Iqbal di ajak kerumah Firman, salah satu preman jalanan yang paling kaya. Hal ini Sudah menjadi tradisi. Firman pulang malam bersama

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Indikator termudah dan seringkali dijadikan ukuran keberhasilan dari sebuah organisasi adalah seberapa banyak (kuantitas)dan seberapa hebat (kualitas) integritas dan kapabilitas out put (alumni) yang dihasilkannya. Miskinnya sebuah oragnisasi dalam me-reproduksi intelektual, tokoh/

pemimpin yang memiliki kecakapan di bidangnya (profesional), kritis, visioner dan berkarakter akan menunjukkan macetnya sebuah organisasi berarti pula kegagalan kaderisasi ditubuh organisasi tersebut. Pemahaman publik yang seperti ini sedikit banyak juga berpengaruh pada sistem dan pola pengkaderan di PMII. PMII menjadikan dirinya sebagai organisasi massa sekaligus organisasi kader dengan basis massa terbesar di Indonesia. Beban berat tersandang dipundak PMII, sebab besarnya massa yang dimiliki, menuntut PMII harus mampu mengantarkan warganya memahami realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya melalui proses pembebasan (liberation) dan pemanusiaan (humanization). Oleh karena itu, sistem pengkaderan di PMII, bukan untuk mengarahkan kadernya sebagai individu-individu yang terasing (alienasi) dan tercerabut dari realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, yang menghantarkan para kader PMII hanya mampu menjadi penonton gerak sejarah dan perubahan, bukan pencipta sejarah serta perubah itu sendiri. Namun, sistem pengkaderan di PMII diarahkan pada terciptanya individu-individu yang merdeka, otonom, independen, baik dalam bepikir, bersikap maupun berperilaku serta memiliki kapasitas dan kepedulian berpartisipasi secara kritis dalam setiap aksi perubahan menuju tatanan masyarakat, negara yang PMII cita-citakan. Kader merupakan roh organisasi,

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

11

Artikel PMII karena itu pengkaderan di PMII atau tidak, disadari atau tidak oleh diformulasikan secara sistemik dan beberapa kader atau alumni PMII yang terencana dengan baik, sehingga mencoba membangun loyalitas kader menjadi ujung tombak keberlangsungan dengan setumpuk tawaran pragmatisme, dan kesinambungan dinamika telah mengakibatkan kader-kader PMII organisasi. Tersistem artinya, pola mengalami deviasi (erosi idealisme dan pengkaderan di PMII mengandung esensi moral) dari tujuan semula sebagai dalam rangka organisasi kader. memformulasikan Kentalnya tahapan jenjang pragmatisme, kader yang membawa runtuhnya dibangun di atas nilai-nilai ideologis kerangka pijakan kader akan sistem yang jelas, dalam nilai-nilai, keyakinan bingkai ideologi dan dan sikap yang selalu paradigma gerakan, menjunjung tinggi serta menyangkut kebenaran, keadilan, muatan yang harus dan kejujuran, apapun dipunyai oleh kader taruhannya. Hal ini foto: Dokumentasi PMII PMII itu sendiri. Kader PMII besama-sama saat mengadakan MAPABA ‘07 berimplikasi pada Seharusnya pengkaderan di PMII menurunnya kadar kritisisme pemikiran diproyeksikan bagi terlaksananya pola dan gerakan yang membuat PMII kaderisasi yang disusun secara reguler, mengalami degradasi cukup tajam seperti berjenjang dan sesuai dengan visi serta sekarang ini. misi organisasi. Oleh karena itu, gerak Oleh karena itu, kedepan strategi pengkaderan di PMII diarahkan bagi gerakan PMII harus merambah dan tersedinya human resources (SDM) ditransformasikan ke dalam wilayah penopang utama bagi keberlangsungan gerakan seperti. Pertama, strategi gerakan organisasi yang disandarkan pada intelektual. PMII pernah mengalami klasifikasi dan kualifikasi kader sesuai booming pemikiran di era paruh kedua dengan tingkatannya demi mengemban ’80-an dan selama dasawarsa ‘90-an. amanat, nilai-nilai, serta ide-ide besar Pada saat itu muncul diskursus PMII. dekonstruksi atas Aswaja, open society, Namun, problem mendasar PMII hari civil society, FMI (free market of ideas), ini adalah sulitnya mencari “kader pribumisasi Islam, teologi pembangunan, ideologis dan idealis”, yang sesuai masyarakat komunikasi, dan beberapa dengan idealisasi paradigma diskursus lainnya. pengkaderan di atas. Harus diakui, Para aktifis PMII (atau alumninya) pragmatisme yang dibangun baik sengaja mampu mengangkat berbagai wacana

12

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

In Memorian Kader PMII STAIN Jember Resensi beberapa Judul Buku : Manajemen Umur ( Resep Sunnah Menambah hal yang Pahala dan usia ) bisa Nama Pengarang :Muhammad Bin Ibrahim An Nu’aim dilakukan Penerbit : Pustaka At Tazkia Jakarta oleh Tahun Terbit : 2001 manusia Tebal Buku : xviii +232 hlm supaya Presensi : Nazila (Kader PMII Rayon Tarbiyah STAIN Jember) mempunyai umur yang muslim ibarat satu bangunan yang panjang dengan keberkahan serta kokoh, ataupun ibarat sebuah badan produktif seperti contoh dengan cara jika salah satu anggota badan sakit menyambung tali silaturrahim, maka akan merasa sakit anggota dimana silaturrahim itu sendiri badan yang lain. merupakan perintah Allah SWT yang Ternyata kalau kita kaji begitu sangat dianjurkan guna mencegah banyak amal – amal yang pahalanya permusuhan dan memeperoleh berlipat – lipat tanpa perlu mengasah kedamaian serta ketentraman dalam penat, misalnya hanya dengan hidupnya. mengucapkan atau membaca Manusia juga bisa menggunakan beberapa kalimat tasbih kita dapat waktunya dengan memperbanyak memperoleh segunung pahala atau amal-amal sholeh seperti salat membaca surat Al – Ikhlas yang berjama’ah. pahalanya setara dengan membaca salat berjama’ah itu sendiri telah sepertiga AlQur’an sungguh Allah dijelaskan mempunyai kelebihan dari SWT memang benar – benar sangat pada solat sendiri yaitu memperoleh pemurah. pahala sebanyak 27 pahala selain itu Namun heran sekali ketika melihat manusia juga dapat memperbanyak manusia di dunia ini yang sudah pahala dengan rutin mengerjakan hampir langka untuk dapat berbuat solat sunnah, menjawab adzan dan baik dan menambah pahalanya memenuhi adab _ adab sebelum sendiri padahal jika kita bisa menjalankan solat jum’at. melaksanakan hal – hal yang sudah Tidak hanya berhenti pada disiratkan dalam buku itu yang hubungan horizontal tetapi hubungan untung bukan orang lain tetapi diri vertical sesama manusia juga harus sendiri. diperhatikan oleh kita selaku sesama umat muslim, dan rasulullah pun sangat tegas besabda bahwa sesama

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

37

Artikel PMII

Resensi singkat. Bahkan pahala itu bisa meelampaui jatah umurnya di dunia. Menurut kami, banyak hal yang bisa kita petik dari buku manajemen unur ini, diantaranya adalah bagaimana seseorang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin dengan cara melakukan amalan-amalan yang ringan tetapi dapat memeperoleh pahala yang besar, kemudian buku ini juga menuntun kita untuk selalu mensyukuri karunia Allah SWT yang sangat besar entah Foto: berupa nikmat ww m yw igte a .tge co s.m kesehatan ataupun rezeki yang telah diberikan Allah SWT kapada uamtnya. Ada poin penting yang perlu kita garis bawahi bahwa sebuah buku kecil ini menuntun hidup kita lebih bermakna serta mendorong kita untuk mempunyai jiwa besar dalam menghadapai segala cobaan dan rintangan dari sang pencipta. Disamping beberapa kelebihan

36

diatas, Dalam buku ini penulis juga menguatkan penjelasannya dengan mengutip sejumlah ayat-ayat al qur’an dan beberapa hadist yang telah di tahrij, tak lupa pengarang juga menjelaskan perbedaaan pendapat di kalangan ulama’ salaf, selanjutnya buku ini juga mencoba mendekatkan pemahaman melalui hitungan matematika serta menyingkap sejumlah rahasia agar kita membuka mata terhadapa persoalan baru tentang bagaimana mengatur usia supaya produktif. Sehingga argumen dari penulis tidak hanya di latarbelakangi bahasa rasional ansich akan tetapi ada landasan normative berupa AlQuran dan Hadist Rasullullah SAW yang dijadikan sebagai sandaran dari argimennya. Dan pastinya dapat di pertanggung jawabkan baik dihadapan publik maupun di hadapan Allah SWT kelak. Dan juga buku ini mernjelaskan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

tadi ke publik luas dan mampu mempengaruhi mainstream wacana publik yang lebih didominasi oleh formalisme dan politisasi Islam kelompok Islam modernis, developmentalisme dan nasionalisme semu rezim Orde Baru.hal tersebut saat ini harus dimiliki oleh kader dan bisa membuat sejarah PMII berkibar dan booming gerakan kerakyatan. Kedua, strategi gerakan sosial. PMII memanifestasikan dirinya sebagai komunitas kelas menengah intelektual yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat, dan karenanya harus terlibat dalam problem-problem dasar yang dihadapi masyarakat. Realitas sosial dan komunitaskomunitas rakyat merupakan tempat kerja (sosial) dan belajar sekaligus, bagi sekuruh aktifis PMII. Implikasi kongkritnya adalah terbebasnya PMII dari eksklusifisme kelompok yang menyebabkannya ter-alienasi dari konteks sosio-kultural dan politik masyarakat. Meminjam istilahnya Paulo Freire, PMII bukan saja harus ada di dalam masyarakat, tetapi lebih dari itu harus bersama dengan masyarakat. Keterlibatan PMII dalam setiap problematika masyarakat melalui gerakan sosial berdimensi liberasi dan transformasi, berarti meneguhkan eksistensi PMII bagi perjuangan humanisasi masyarakat. Ketiga, strategi gerakan kebudayaan. PMII mendeklarasikan dirinya sebagai salah satu kekuatan peretas “kebudayaan baru” masyarakat, untuk menyingkirkan budaya monolitik produk Orde Baru yang dipaksakan agar mengakar dalam pola

sikap dan hidup masyarakat. Orde Baru tidak hanya melakukan pembatasan gerakan kebudayaan, bahkan penghancuran kebudayaan masyarakat, yang hingga saat ini menyisakan trauma cukup mendalam bagi para pekerja budaya. PMII berperan membuka ruang artikulasi dan kreasi diri dari masyarakat agar tercipta sentrum-sentrum kebudayaan yang plural, pembebas, dinamis dan mencerahkan. Pada saat yang sama PMII juga total dalam membongkar kesadaran naif masyarakat yang tercermin dalam pola berfikir, bersikap dan bertindak mereka yang monolitik, pasif, penuh was-was, dan anti (alergi) perubahan. Oleh karena itu, gerakan kebudayaan PMII terkonsentrasikan pada upaya pembudayaan diri dan masyarakat, sehingga individu dan kolektif masyarakat menjadi otonom, bebas, kreatif dan dapat merealisasikan diri sebagaimana mestinya. Karena itu, PMII mesti melakukan reorientasi, reaktualisi, redefinisi dan rekonstruksi strategi gerakannya agar kemudian PMII tidak semakin terasing atau teralinasi dari komunitas pejuang demokrasi, kemanusiaan, dan para pembela kebenaran serta keadilan. Tanpa itu, maka kekhawatiran akan datangnya “era titik balik” berupa pudarnya gerakan PMII akan semakin mengemuka, menghalangi segenap kritisisme, liberasi, dan independensi PMII di semua lini organisasi dan gerakannya. Salam Pergerakan!!!!!!

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

13

Masjid Sunan Ampel

Artikel PMII

Oleh. Supono, S.Pd.I Sekum PMII Cabang Jember Masa Khidmat 2006/ 2007

Jiwa Interprenuer (Sebuah Jawaban Masa Depan Kader PMII Dalam Pergulatan Globalisasi)

“Hegemoni Kapitalisme global” Michael Foucault (1980) pelopor postmodernisme, pernah mengatakan bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang ada tanpa hubungan kekuasaan. Hubungan pengetahuan adalah hubungan kekuasaan. 14

Pengetahuan adalah peredaran perwakilan negara, perusahaan multinasional, universitas dan organisasi formal lainnya dalam memajukan masyarakat. Foucault sebenarnya hendak mengatakan bahwa proses muncul dan berkembangnya ilmu pengetahuan sangat terkait dengan relasi kekuasaan. Ilmu pengetahuan akan semakin dominan dan dianut kebenarannya oleh masyarakat apabila ditopang oleh struktur kekuasaan.

Semangat Jiwa Nasionalisme Membangun kekuatan nasional dibutuhkan semangat jiwa nasionalime. Dengan memiliki semangat jiwa nasionalisme akan memberikan motivasi tersendiri untuk memajukan bangsa ini.. carut marutnya bangsa ini akibat dari kurang dimilikinya jiwa-jiwa nasionalisme mulai masyarakat kelas bawah hingga para elit. wajar jika ada pertanyaan apakah nasionalisme masih relevan sekarang ini? Patut kita refleksikan kembali perjalanan bangsa ini mulai awal kemerdekaan hingga sekarang, apakah bangsa ini sudah betul-betul mendapatkan kemerdekaan? jawabannya, tidak. terkecuali kita

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

t pu m e J

Resensi

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna

Air Dengan Perbuatan Amal Sholeh Oleh: Jannatin Kholidah oleh: Nazila

Sangat menakjubkan ketika melihat sebuah judul buku karangan Muhammad bin ibrahim an nu’aim dimana kita akan berfikir panjang bahkan menimbulkan tanda Tanya besar di benak kita sebelum membaca buku ini.bisakah seorang manusia memenage umur mereka sendiri dan bisakah seorang manusia memperpanjang umur mereka? Jawabannya adalah bisa. Di dalam buku setebal 232 halaman ini memberikan kontribusi yang sangat nesar bagi pembacanya, terutama bagi kalangan kaum muslim. Dimana disitu dijelaskan beberapa kiat – kiat untuk memperpanjang umur dan t pu hidup mengisi Jemdengan kita r ca yang a sesuatu P produktif. Sebagian manusia di dunia ini banyak yang sudah lupa akan berkurangnya

umur kita setiap hari, mereka menganggap umur yang mereka jalani detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun merupakan pertambahan umurnya, padahal bila kita bisa berfikir kreatif umur itu bukan bertambah melainkan berkurang hanya angkanya saja yang bertambah. Manusia tidak sadar setiap kali merayakan hari ulang tahun berarti mereka merayakan makin dekatnya hari kematian, angka umur telah menjebak kita seakan-akan setiap tahun umur kita bertambah, namun pada kenyataannya itu adalah hitungan mundur dari maut. Sebuah buku fenomenal ini mampu menggugah hati manusia yang selama ini tertidur, pesan serta resep-resep didalamnya sangat bermanfaat bagi siapapun baik ulama’, guru, remaja, orang, tua. Berbagai amalan yang disebutkan dalam buku ini sangat mudah diterapkan namun juga bisa sulit jika kita tidak mempunyai niat dan gambaran tentang pahala itu sendiri, dimana seseorang dapat memperoleh pahala yang sangat banyak dalam waktu yang sangat

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

35

Artikel PMII

Kisah “ Ayah…. Jangankan hanya tamparan, dibunuh sekalipun hayati rela, kalau itu bisa membuat ayah sadar dan insyaf. “Ayo lakukan ayah…… teriak hayati memaksa sambil menangis. Tiba-tiba teriakan hayati membangunkan sang ibu dan kakaknya . “hayati….!!!” Teriak ibu dan kakaknya kaget yang keluar dari kamar dan menghampiri hayati yang bertekuk lutut mremohon kepada sang ayah. Apa yang kau lakukan nak…..? “ Tanya ibu. “ bukankah ibu dan kakak sudah tidak mampu melakukan hal ini” sahut hayati. mendengar omongan gadis kelas 2 SMP itu, Pak Sarjo hanya duduk termenung melihatnya.dan melamun entah apa yang telah dipikirkan. Tibatiba, jam menunjukkan 03.30, suara adzan dari masjid memanggil semua orang untuk menunaikan sholat subuh. Pak Sarjo yang sejak tadi duduk lemas, tersentak kaget seakan-akan suara adzan itu bagaikan air yang menyirami tubuhnya yang panas dan menghancurkan puing-puing hitam dalam jiwa pak sarjo. Hati yang selama ini keras,sedikit demi sedikit lunak, Kemudian pak sarjopun 34

berteriak sekeras-kerasnya, bersujud dengan bercucuran air mata “ Ya…..Allah, selama ini aku telah melupakanmu, menghalalkan sesuatu yang engkau haramkan, aku telah menjauh dari engkau, apa orang sepertiku masih bisa engkau ampuni?? Aku telah banyak berbuat dosa. Tangisan laki-laki berkulit hitam itu semakin histeris, seakan-akan mengundang perhatian semua tetangganya yang akan berangkat ke masjid. Hayatipun mengelus dada dengan mengucapkan syukur kepada Allah atas Hidayah yang telah diberikan-NYA kepada sang ayah tercinta. Ibu dan kakaknya merangkul hayati dan membersihkan keningnya dari lumuran darah, sang ayah menghampirinya dan mencium tangan istrinya yang selama ini selalu di siksa dan di aniaya.dan merangkul hayati dan kakaknya. Semua orang yang melihat di sekitarnya, bertepuk tangan, dan menangis haru, kagum pada keberanian Hayati yang mampu mengangkat ayahnya dari jurang kenistaan. * Kader PMII Rayon Tarbiyah STAIN Jember

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

memaknai kemerdekaan itu lepas dari bentuk penjajahan yang bersifat fisik. Suatu bangsa dapat dikatakan merdeka apabila bangsa itu sudah mandiri, baik secara politik maupun ekonomi. Perlu kita sadari perekonomian kita masih menggantungkan dari luar, buktinya sampai sekarang hutang luar negeri kita masih tersisa baik di IMF, wold bank, serta lembaga-lembaga keuangan lainnya. kondisi perekonomian besar pengaruhnya terhadap perpolitikan ditanah air, bagaimana tidak? kan untuk bisa mendapatkan kekuasaan aja membutuhkan cost yang tinggi. fenomena seperti tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan oleh pemilik modal, baik yang dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Para pemodal umumnya rela mengeluarkan biaya yang tinggi untuk membantu seseorang yang akan merebut kekuasaan, karena kelak yang dibiayai menang dalam merebut kekuasan sudah barang tentu para pemodal tersebut meminta sesuatu yang memuluskan usahanya, entah itu di sektor moneter maupun disektor riil. Kondisi dilematis itulah yang dihadapi bangsa ini sekarang: untuk bisa keluar dari cenkeraman itu diperlukan jiwa interprenuer bagi semua lapisan masyarakat. Problem yang sangat mendasar adalah apakah setiap kader pmii sudah mampu dan siap bersaing ditenggah-tengah ketatnya persaingan atau hanya bertopang dagu, ataukah melakukan terobosan-terobosan

untuk keluar dari situasi dan kondisi yang serba tidak menentu.. Bagimanapun juga kita tidak mungkin memperoleh sesuatu yang lebih kita tidak berani melakukan terobosan yang inovatif dan kreatif. Inovasi dan kreativitas memang selalu harus menerobos penghalang yang sudah menjadi aturan main, konvensi, dogma dan doktrin, demi berdirinya nasionalisme itu sendiri.

Kader PMII dan Jati Diri Bangsa

foto: Dokumen PMII

Kader PMII STAIN Jember saat melakukan demonstrasi di depan KOPMA, menuntut penutupan KOMPA STAIN Jember Globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk Indonesia. kader PMII merupakan komponen bangsa yang paling rentan dalam proses amalgamasi

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

15

Artikel PMII tata nilai dan budaya itu. Maka dikhawatirkan keadaan tersebut akan memberikan pengaruh pada rasa kebangsaan (nasionalisme) di kalangan kader pmii . Maka harus ada perhatian pemberian ruang khusus bagi peran kritis generasi kader pmii dalam pembangunan dan pemberdayaan karakter kebangsaan yang positif, yang menunjang pada kemandirian bangsa di tengah terpaan arus globalisasi. Hal penting mengingat kader PMII pada dasarnya memiliki mental kepribadian yang kuat, bersemangat, ulet, pantang menyerah, disiplin, inovatif dan bekerja keras, untuk dapat menjadikan bangsanya menjadi bangsa yang memiliki daya saing tinggi, sehingga dapat berada sejajar dengan bangsa bangsa lain. Upaya strategis yang harus dilakukan oleh kader PMII dalam menghadapi hal tersebut adalah sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilainilai budaya bangsa. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (character builder), sebagai pemberdaya karakter (character enabler), dan sebagai perekayasa karakter (character engineer). Tanpa adanya peran aktif dalam gerakan revitalisasi kebangsaan yang dimaksud di atas, maka bukan tidak mungkin penggerusan nilai-nilai budaya bangsa akan berjalan terus secara sistematis dan pada

16

akhirnya bangsa ini akan semakin kehilangan integritas dan jati-dirinya.

Saatnya Merebut Ruang Publik Tidak ada waktu lagi untuk bersantai untuk kader PMII, Jika kekuatan anti reformasi dan demokrasi kembali memimpin negeri ini, maka pupuslah sudah harapan perubahan di negeri ini. Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada dua kekuatan besar (Two Big Power). Pertama, status quo ekonomipolitik. Kedua, kaki tangan asing. Kedua kelompok inilah yang pada hakikatnya tidak menginginkan adanya perubahan, kecuali hanya sekedar basa-basi. Sebab perubahan tersebut akan mengganggu kedudukan dan dominasinya saat ini. Mereka masih bertengger di puncak kekuasaan negara ini, dan di pos-pos publik strategis. Karena hanya dengan itulah mereka masih leluasa memainkan ludruk-ludruk politik-ekonominya. Maka kita sebagai kader PMII yang merupakan pundak perjuangan bangsa, dituntut untuk selalu terjun ke tengah kontestasi perebutan ruang-ruang publik tersebut demi menjaga dan membangun kualitas martabat bangsa. Karena hanya dengan begitu , kita akan mampu mewarnai dan berkontribusi secara konkrit dalam mencari solusi dan pemecahan permasalahan bangsa yang kian akut. Dengan kata lain, sudah saatnyalah kader PMII untuk menempati ruang-ruang public yang tidak hanya diranah politik tetapi juga diranah-ranah yang lain.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Kisah

kamar ketika aku ingin menegur perilaku ayah yang sudah melampaui batas kepada ibu. Di malam yang semakin larut, hembusan angin yang menerpa tubuhku melewati celah jendela yang hanya terbuat dari bambu,aku bangkit dari tidurku,berharap ingin menghilangkan semua masalah yang selalu menyelimuti diriku setiap waktu, Ya….. Allah apa yang harus aku lakukan pada ayahku……? Seorang perempuan yang masih ingusan hatinya menjerit dan air matanya terus mengalir deras. Akhirnya, muncullah keberanian pada dirinya, dengan membaca basmalah hayati bangun dari tempat tidurnya terus menuju kamar mandi.Perlahan-lahan wajahnya ia siram dengan air, seketika itu dingin pula hatinya. Segala perbuatan ayahnya, ia adukan kepada Allah sambil menangis. Ia bertakbir, bertahmid, ruku’, dan sujud kepada Allah sehingga ia mendapatkan ketenangan dalam hatinya. Dok….dok….???? “buka pintunya………..hayati, teriak ayahnya dari luar rumah. Deg….deg….deg….!jantung hayati berdetak kencang.

Sambil bangkit dari tempat duduknya ia berdo’a dalam hati, “Ya………Allah pada malam ini berilah keberanian padaku dan petunjuk MU pada ayahku. Aku ingin mencoba memberi pengarahan pada ayah barangkali dengan celotehanku dibukakan pintu hidayah, “gerutu dalam hatinya”. Perlahan –lahan gadis berambut hitam lurus membuka pintu dengan hati yang tenang sementara ayahnya memandang hayati dengan wajah bengisnya. Hayati menunduk dan tak hentihentinya menyebut nama Allah. “O…kamu Hayati,………?”Tanya ayahnya dengan suara linglung. “ Ayah……..”kata hayati sambil menggandeng ayahnya kekursi. Ia menarik nafas dalam-dalam. “Ayah……. Insyaflah ini semua adalah perbuatan Syaitan. “Apa…………..”plak………….!tamparan sang ayah sangat keras, sehingga gadis cantik yang masih memakai mukenah itu terjatuh, dahinya terbentur kursi dan berdarah. Lalu diapun bangkit tanpa menghiraukan sakit yang dirasakan menghampiri ayahnya yang lagi mabuk berat.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

33

Kisah

SECERCAH CAHAYA

MENJELANG FAJAR Oleh: Rofiqoh

Dari pos kamling sebelah rumah, bel berdenting dua kali. Jam menunjukkan pukul dua malam akan tetapi, Hayati tidak bisa memejamkan mata. Padahal, semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidurnya. Ternyata, ada suatu hal yang mengganggu pikiran gadis yang berusia 12 tahun itu. Masih terngiang ditelinganya, katakata pak Ali guru agamanya pagi tadi. “anak-anak….apa yang harus kita lakukan terhadap teman kita yang berperilaku jelek?” tanya pak Ali. “Menegurnya paaaak…” jawab siswa kelas 2 SMP dengan serentak.. “menasehatinya paak…..”jawab siswa yang lain menambah. “Ya betul… kita harus menegur dan menasehatinya”. “Lantas bagaimana cara menegur dan menasehati jika orang tua kita yang berbuat buruk?” tanya Anis. “Kita juga wajib menasehatinya, akan tetapi dengan cara yang lemah lembut dan jangan sampai menyinggung perasaannya” jawab pak Ali dengan tegas. Paham anak32

anak…..”?? paham…. ‘jawab murid serentak. Mengingat semua itu, Hayatipun terbayang wajah sang ayah yang selalu pulang larut malam dalam keadaan mabuk, setiap hari yang ia lakukan hanya menghamburhamburkan uang dengan mabuk dan berjudi, uang yang ia dapatkan dari hasil jerih payah sang ibu yang setiap harinya bekerja sebagai tukang cuci panggilan, selain itu ibu juga menjual kue yang dititipkan ke warung-warung,terkadang aku juga membantunya untuk dijual di sekolah,meskipun aku agak malu pada teman-teman ku..ketika uang hasil dari penjualan sudah cukup untuk dibuat belanja esok hari, namun sang ayah merampas uang itu dari genggaman ibu, Ibu ku tak bisa berbuat apa-apa ketika uang itu sudah ada di tangan ayah,dia hanya bisa menangis sambil mengelus dada,berharap ayah bisa sadar dan tak melakukan suatu hal yang dilarang oleh agama. Ibu dan yanti kakakku sudah tak bisa berbuat apa-apa sedangkan aku selalu di suruh diam dan masuk ke

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Kolom Bebas

Nurul Anam Mantan Sekbi II (Keilmuan) Rayon Tarbiyah STAIN Jember Masa Khidmat 2007/ 2008

Bullying dan

Memanusiakan Peserta Didik Sebagai Manusia Bullying atau kekerasan tidak lagi hanya terjadi di jalanan atau di lorong-lorong gelap tempat para pelaku tindak kriminal beraksi tetapi aksi atau tindakan yang destruktif itu, tanpa permisi dulu, sudah dipraktikkan di lembaga pendidikan.

Bullying baik berupa verbal (seperti ejekan dan membuat komentarkomentar berbau rasis), mental/ psikologis (seperti mengucilkan, membentak, dan sebagainya), serta tindakan fisik (memukul, menampar dan sebagainya) sudah mengakar dan menjadi “bumbu” proses belajar mengajar di lembaga pendidikan di Indonesia. Lembaga lembaga pendidikan kini seolah tak lagi diasuh oleh para guru yang bijak, yang menanamkan rasa cinta kasih sesama. Tetapi di kuasai oleh para manusia jalang yang menyebarkan atau paling tidak membiarkan rasa kebencian di kalangan anak didik. Sebagai orang tua peserta didik merasa terpukul dan mungkin kehilangan kepecayaan. Dimanakah tanggung jawab para guru dan para pendidik ?. Siapapun tahu, bullying

tak pernah diinginkan, apalagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif. Ada apa dengan lembaga lembaga pendidikan kita ? Mengapa lembaga pendidikan bisa menerima atau paling tidak membiarkan budaya bullying di sela-sela kegiatan pendidikan. Moto asih, asah dan asuh seolah telah digeser secara sadar atau tak sadar dengan pendekatan yang mengetengahkan penanaman disiplin secara keras bahkan dengan cara bullying. Di mana itu petunjuk Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tur Wuri Handayani ? Hanya tinggal retorika kah? Sebenarnya di dalam UU 20 Tahun 2003, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara pendidikan, masih

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

17

Kisah

Kolom Bebas

berdasarkan UU yang sama, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Kalau dari bunyi yang tersurat dalam UU tersebut, begitu mulia tunjuan pendidikan tersebut diselenggarakan di Indonesia. Namun, kenapa praktek bullying itu terus menerus terjadi? Ada beberapa penyebab yang bisa mendasarinya. Pertama, bullying dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Muatan kurikukum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan afektif menyebabkan berkurangnya proses humanisasi dalam pendidikan. Selain itu, terkadang pendidikan yang tidak mempunyai kompetensi yang berkualitas melakukan praktek bullying sebagai solusi untuk peserta didik yang tidak patuh dan tidak menuruti semua perintahnya.

18

Kedua, bullying dalam pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media massa yang memang belakangan ini kian vulgar dalam menampilkan aksiaksi bullying. Ketiga, bullying bisa merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat, sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution maupun jalan pintas. keempat, bullying dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku. Kelima, Penegakkan hukum yang masih minimal, ini yang kemudian melanggengkan seluruh struktuk dan praktek bullying yang terjadi di lembaga pendidikan. Buat saya, nggak mungkin, lembaga pendidikan secara institusional maupun pimpinannya secara personal tidak mengetahui praktek bullying dan premanisme yang terjadi di lembaga yang dipimpinnya Memanusiakan Peserta Didik Sebagai Manusia Dengan beberapa faktor yang sangat krusial tersebut maka salah satu solusi untuk menghadapi persoalan tersebut adalah merekonstruksi lembaga pendidikan secara radik dan integral. Pendidikan adalah ilmu normatif, maka fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subyek didik ke tingkat yang normatif lebih

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

belas bukannya kesempurnaan yang aku dapat justru bulat sabit yang aku lihat. Saat terdengar nada pesan dari ponsel jadul ku, lamunankupun buyar. “Orang sukses membandingkan prestasinya dengan tujuannya, orang gagal membandingkan prestasinya dengan orang lain”1 (Nido qubein, Aura edisi 32) sederet kalimat itu menghiasi layar Nokia 2300 ku. Aku tersenyum membaca sms yang dikirim oleh salah seorang seniorku di organisasi. Pesan singkat itu sedikit mampu mengobati kekecewaanku.

Aku tak ingin menjadi orang gagal yang selalu membandingkan prestasinya dengan orang lain. Biarlah orang lain menganggapku gagal karena nilaiku hancur, namun sejatinya aku yakin aku akan sukses dengan menjadikan tujuan sebagai tolak ukur kesuksesan. Dan tujuanku tak lain adalah menuntut ilmu, berjihad melawan kebodohan agar tak ada lagi ratapan dan tangisan. * Kader PMII Rayon Dakwah STAIN Jember, sekarang aktifis BULETIN KIS Komisariat.

JANGAN PERNAH SELINGKUH ( JPS ) Tepatnya hari senin sunaryo berdiri dipinggir jalan melihat kendaraan yang berlalu lalang.. Sedangkan dia sedang menunggu bus cepat datang dan membawanya kejakarta kota impiammya untuk mengadu nasib. Dengan membawa tas berisi barangbarang yang dibutuhkan dan ditangan kanannya kardus pemberian istrinya sebelum dia berangkat tadi. Tak lama kemudian bus pun datang dan membawanya pergi. Dengan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, tibalah sunaryo dijakarta. Istirahat sejenak sambil melepas lelah dan melirik kardus yang diberikan istrinya sebelum dia meninggalkan rumah. Pastilah kardus ini berisi sebungtkus nasi dan lauk pauk masakan sang istri tercinta(bisik sunaryo dalam hati). Setelah dibuka ternyata isinya adalah sebuah peti. Waaaah..ini pasti sedikit uang sebagai bekal berkelana dikota metropolitan ini(kenbali sunaryo berharap positif terhadap peti pemberian istrinya). Dengan semangat empat lima ia membuka peti itu yang ternyata isinya adalah secarik kertas dengan tulisan yang sangat jelas. Dengam penuh kekcewaan sunaryo membaca tulisan pada secarik kertas itu dengan sangat lantang “mas…jaangan pernah selingkuh…!!!! Alias jps… Sunaryo :….???????? Sunaryo :…..yaaaa enggaklah….maaasa’..yaaaa…. enggak dooong….(sumaryo bersuara dengan lantang sekali). (Didik)

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

31

Kisah “Ya…maksud aku nilaiku nggak cukup untuk nempuh semua mata kuliah semester depan soalnya sks yang aku peroleh cuma 20 sedangkan sks untuk semester depan jumlahnya 22, jadi aku harus ninggal” “Coba lihat” iapun mengambil map coklat itu. “Masak sich Filsafat Ilmu kamu dapat C, aku aja yang nggak ngerti apa-apa dapat B” komentarnya setelah melihat KHS ku. Aku sendiri juga tak habis pikir mengapa aku sampai “kejatuhan” bulan sabit itu. Padahal seingatku soal-soal ujian akhir sudah aku jawab semua dengan mudah, tanpa kesulitan yang berarti. Tugas makalah dan resume pun juga selesai tepat waktu. “Sher...kamu masih ingat nggak yang pernah dikatakan mbak Dewi dulu?” tanya Dinda. “Memang mbak Dewi pernah ngomong apa?” aku balik bertanya sambil mengertnyitkan kening. “Kata mbak Dewi kalau yang ngajar Pak Santoso lebih baik kita diam saja, nggak usah banyak tanya apalagi sampai ngritik, tapi menurutku kamu justru sebaliknya makanya kamu dapat nilai C, untung beliau masih berbaik hati nggak ngasih nilai D”. Aku termenung mendengar penjelasan Dinda. Jika apa yang dia katakan benar, alangkah tidak adilnya Pak Santoso, aku merasa didzolimi. Memang selama Pak Santoso mengajar mata kuliah filsafat ilmu, bisa dibilang akulah mahasiswa yang paling aktif, entah itu bertanya atau sekedar memberi

30

komentar. Memang cukup sulit bagiku untuk memahami filsafat yang terkesan sangat mbulet dan butuh perenungan yang mendalam. Lalu apakah salah jika aku bertanya, bukankah malu bertanya tidak hanya sesat di jalan tapi juga sesat di pelajaran dan pengetahuan. Dan aku tak mau hal itu terjadi padaku. ***** Desir angin malam lembut membelai dedaunan, binatang malam mulai mendendangkan kidung kehidupan. Orkestra alam telah digelar di bawah temaram cahaya purnama. Pekat langit yang bertabur bintang menjadi atap termegah dari setiap panggung kehidupan. Dari atas balkon tempat kost, aku menikmati suasana itu. Sepi. Sendiri. Ucapan Dinda siang tadi kembali terngiang di telingaku. Ada segumpal kecewa saat aku teringat kata-katanya, apalagi jika ingat nilaiku. Aku masih saja tak habis pikir dengan cara Pak Santoso menentukan nilai, memang aku bukan mahasiswa jurusan pendidikan tapi setidaknya aku tahu bahwa standard menentukan nilai ditinjau dari tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Tapi apa benar nilai yang aku dapat dari pak Santoso sudah sesuai dengan semua itu?. Entahlah....aku pusing. Di atas sana purnama kian cantik berpadu dengan kerlip bintang. Seperti biasa, tepat tanggal lima belas bulan pasti tampak sempurna menemani malam. Namun yang terjadi padaku sangat bertolak belakang, tanggal lima

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Kolom Bebas

baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subyek didik karena peserta didik bukan merupakan obyek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat kemanusiannya. Jadi, lembaga pendidikan khususnya guru harus memanusiakan peserata didik sebagai manusia yang mempunyai potensi yang sangat besar. Menurut Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindasnya. Dunia dan realitasnya bukan “sesuatu yang ada dengan sendirinya”, dan karena itu “harus diterima menurut apa adanya”, sebagai suatu takdir atau nasib yang tak terelakkan. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta, dan itu berarti manusia mampu memahami keberadaan dirinya. Oleh karena itu, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya. Adanya beberapa bentuk bullying dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-

nilai kemanusiaan. Di sinilah urgensi memanusiakan peserta didik sebagai manusia. memanusiakan peserta didik sebagai manusia merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi. Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang termasuk sebagai upaya untuk memanusiakan peserta didik sebagai manusia. Pertama, The accelerated learning. Model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

19

Kisah

Kolom Bebas

refleksi). Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. Kedua, Humanizing of the classroom. Model pembelajaran ini di latarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja,

20

tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi. Kedua, Active learning. Model pembelajaran ini dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

BULAN SABIT DI TANGGAL LIMA BELAS Oleh : Qurotul a’yun

Sebuah lingkaran menghiasi angka lima belas pada kalender yang tergantung di tembok kamarku. Harap-harap cemas aku menunggu hari itu. Hari di mana aku akan mengetahui hasil perjuanganku dalam belajar selama enam bulan terakhir ini. Aku khawatir jangan-jangan nilaiku hancur. Karena jika hal itu terjadi bukan hanya “kuliah tambahan” yang akan aku dapatkan dari orang tua, tetapi aku juga akan kehilangan peluang untuk mendapatkan beasiswa prestasi dari kampus. Padahal bea siswa itu begitu berarti bagi mahasiswa rantau dengan modal pas-pasan seperti aku. “Hei kok ngelamun, mikirin apa sich?” suara Dinda, teman sekamarku, membuat lamunanku buyar. “Nggak kok cuma aku sedang memprediksi IP ku semester ini, kira-kira bagus atau enggak” jawabku. “Sherli…aku yakin banget, mahasiswa sepintar kamu pasti IP nya selalu di atas rata-rata” “Ah…kamu bisa aja Din..tapi ya mudah-mudahan apa yang kamu katakan itu jadi kenyataan”

“Kamu juga doakan aku donk” “Iya…kita sama-sama mendoakan” “Tapi jujur sich aku juga takut nilaiku jelek, aku nggak mau ninggal lagi kayak semester kemarin” “Ya udah nggak usah terlalu di fikirkan, toh semua itu masih belum jelas, besok baru kita tahu hasilnya” ucapku pada gadis yang telah aku kenal sejak dua tahun yang lalu itu. ***** Pagi yang cerah menyambut langkahku menuju kampus. Tak sabar hati ini untuk segera mengetahui indeks prestasi yang aku peroleh semester ini. Di depan akademik, mahasiswa dan mahasiswi sudah berjubel bak antrian BLT, dan akhirnya tiba juga giliranku. Setelah menyebutkan NIM dan prodi, map coklat berisi Kartu Hasil Study itupun berada dalam genggamanku. Dengan jantung berdebar aku membukanya. Dan ternyata….sebuah bulan sabit menghiasi secarik kertas putih dalam map itu. “Gimana hasilnya, kamu ikut program atas lagi kan?” tanya Dinda yang tiba-tiba ada di sampingku. “Jangankan program atas, buat program yang semester depan aja aku harus ninggal dua sks” jawabku lesu. “Maksud kamu?”

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

29

Kolom Bebas

Kolom Bebas

organisatoris yang matang. Namun, hal itu masih sulit untuk diwujudkan di lingkup STAIN Jember tanpa adanya kesadaran bersama akan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari sebuah organisasi. Maka dari itu, di dalam berorganisasi, tawaran teori Hubard yang membagi manusia dalam tiga dimensi ini sangat penting untuk diketahui oleh sosok organisatoris, sebagai upaya memahami akan job diskripsi yang baik dalam sebuah organisasi. Hubbard (1997)1 membagi manusia dalam tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, pikiran dan kalbu. Dimensi fisik artinya yang menjadi penunjang aktivitas manusia dalam bentuk nyata dan rasional, dan dimensi kalbu adalah sebagai pencipta spirit dan memiliki bersifat abstrak. Sedangkan dimensi pikiran adalah yang berfungsi sebagai jaringan system komunikasi dan system kendali, yang menjembatani antara dimensi kalbu dengan dimensi fisik. Selain menjadikan teori Hubbard sebagai landasan kita di dalam menjalankan aktivitas berorganisasi, maka ada beberapa langkah sederhana yang positif dan aplikatif untuk dilakukan yaitu dengan mengadakan pelatihan-pelatihan2 seperti pelatihan keorganisasian, pelatihan administrasi atau manajemen, pelatihan Steering Commite (SC), dan Organizing Commite

28

(OC) serta diadakannya pembimbingan-pembimbingan oleh pihak STAIN Jember, baik pimpinan, dosen ataupun ditingkatan Senat Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa, sehingga nantinya out put dari sebuah lembaga organisasi akan lebih baik. Oleh karena itu, jadikanlah sebuah organisasi sebagai wahana improvisasi diri menjadi yang terbaik dengan tidak mengenyampingkan potensi intelektual diri yang seharusnya wajib dikembangkan. Terakhir adalah banyak orang yang besar karena proses organisasi yang matang dan banyak juga orang yang hancur karena memanfaatkan organisasi kepada hal-hal yang tidak baik. Semoga bermanfaat. Fotnote 1 Momentum 17 Agustus ’45 dan Peristiwa Isra’ Mi’raj patut kita jadikan pemompa semangat kemahasiswaan dan berangkat dari keresahan penulis yang melihat sebuah orgasisasi sudah tidak mampu berperan sesuai dengan visi dan misi yang diembannya, upaya menciptakan sumber daya manusia didalamnya sudah jarang dilakukan. 2 Lihat Jann Hidayat Tjakraatmadja, Knowledge Management, 2006: 81. 4 Seperti dalam bentuk DIKLAT, Workshop atau bahkan bisa dalam bentuk Seminar sangat bagus bila hal itu ada di lingkup STAIN Jember untuk mahasiswa/i.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Ahmad Munir Ketua Rayon STAIN Jember Masa Khidmat 2007/ 2008

Membuka Cermin Diri;

Wujudkan Kreatifitas

Mukaddimah

Diskursus tentang manusia, sampai saat ini masih dianggap penting dalam membuka tabir dibalik proses penciptaannya, dengan meneropong eksistensi dirinya dalam pentas kehidupan. Sejauh mana kiprah dan langkahnya dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan goncangan, dan letupan problem yang hari demi hari kian deras, penuh dengan kompleksitas, tantangan dan halangan selalu menghadang. Dalam kehidupan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari sesuatu yang melekat dalam kepribadiannya yakni sifat, karakter dan pembawaan, baik dalam aspek psikologis, sosiologis maupun fisiologis. Hal demikan merupakan bagian dari kepribadian manusia yang selalu berubah, bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu, sebagai sebuah langkah pencarian jati diri mereka yang selalu diterpa oleh suatu keadaan yang menuntunnya,

mengarahkannya dan menjadikan dirinya menjadi makhluk yang beradap. Dari aspek psikologis, manusia dianugerahkan akal, hati, instink(naluri), dan nafsu, sehingga wujudnya berupa, kemampuan berfikir, merasa, menikmati dan mengharapkan segala sesuatu, baik yang menyangkut persoalan kebutuhan kehidupan mereka didunia, lebih-lebih menuju pintu akhirat. Pada aspek fisiologis, dalam diri manusia menampilkan sosok fisik yang berupa tubuh (ragawi) kasar, halus, dan tidak bisa dilepaskan dari kaidah-kaidah umum dari makhluk biologis yang kecondongannya bisa berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan, dari kecil hingga menjadi besar1. Sedangkan dalam ranah sosiologis, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang mempunyai tendensi untuk hidup dengan orang lain, membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dalam hal ini terwujud dalam sebuah proses interaksi sosial, saling melengkapi, saling membantu satu sama lain, sebagai sebuah langkah menuju simbiosis mutualism of excellent. Secara hakiki, manusia adalah merupakan makhluk Tuhan yang didalam dirinya terdapat suatu muatan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

21

Kolom Bebas

Kolom Bebas

quantum dan potensi-potensi yang dapat mengantarkan dan menjadikan dirinya menjadi makhluk yang bisa “menguasai, memimpin, mengatur dan mengelola” alam jagad raya ini dengan kelebihankelebihan yang dimilikinya. Namun kegagalan dalam dirinya, menyebabkan dirinya masuk dalam area kenistaan, jauh dari kebahagiaan yang hakiki.

Adaptasi Dan “Positioning Personal” Dalam Kehidupan Sosial2 Kalau dikontekstualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, manusia dibenturkan kepada sejuta problema yang sangat fariatif, berbagai rintangan menderus dan mencengkram bak gelombang yang menghantam daratan. Keberhasilanya membuat dirinya tegak, kokoh, dan membuat dirinya menikmati kehidupan dengan penuh kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan. Begitu pula sebaliknya, kenistaannya membuat dirinya kehilangan jati diri, orientasi hidup, serta terjerembab dalam arus. K.H Abdullah Gymnastiar salah sesorang dai dan kiai, pernah melakukan sebuah usaha dalam me manage kehidupannya dengan penuh kebahagian dalam merespon setiap problem yang ada yakni dengan konsep “Manajemen Qalbu”. Salah satu karya tulis yang pernah diterbitkan dalam bentuk buku kecil, diantara berjudul “Diam Itu Emas, 7 T Kiat Membentuk Pribadi Sukses,5 S (senyum, salam, sapa, santun, sederhana”. Didalamnya mendeksripsikan tentang cermin

22

kepribadian muslim. Bagaimana seharusnya yang dilakukan dirinya, baik dalam pola berfikir, bersikap, berperilaku yang titik tekannya fokus pada penataan hati. Qalbu(hati) disini menjadi sangat urgen dan signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di era modern ini, manusia lebih memposisikan rasionalitas dibanding dengan emosionalitasnya, sehingga takaran kehidupan hanya diukur oleh satu-satunya alat ukur yaitu logika, pada hal manusia mahluk dimensional, yang tidak bisa menempatkan akal sebagai satu-satunya alat penakar yang baik dalam kehidupan. Disaat gersang dan kerasnya akal, maka manusia harus memberikan gizi pada qalbunya, sebab bagaimanapun kehidupan dimasyarakat sangat aspektual. Lebih-lebih masyarakat pada saat ini, mengalami degradasi di berbagai sektor kehidupan. Tidak ayal jika masyarakat post industri, terbelah dalam banyak stratifikasi yang sangat memprihatinkan. Salah satu yang menjadi problem klasik dan tak pernah kunjung padam adalah pada sektor ekonomi, di sektor tersebut telah menjauhkan bangunan masyarakat secara integratif, apalagi paradigma kapitalistik yang begitu kuat menghegemoni masyarakat modern. Jelas, hal ini akan memperkeruh sekat yang sudah mendaging di masyarakat, yaitu terbelahnya antara si miskin dan si kaya, atau dalam kamus ideologinya terkenal dengan kelas borjuis dan

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

Organisasi adalah perkumpulan dari dua orang atau lebih yang memiliki visi dan misi yang sama dengan tujuan tertentu. Ditingkatan mahasiswa, yang juga sering diabaikan adalah persoalan manajemen berorganisasi, sehingga sangat banyak yang berlabel aktivis ataupun organisatoris akan tetapi tidak paham akan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang baik dan benar, padahal itu sangat penting sebagai upaya membentuk sosok organisatoris yang capable dalam mengelola dan memajukan sistem roda organisasi. Ada berbagai bentuk organisasi di STAIN Jember yang memiliki orientasi yang beraneka ragam, baik yang berlabel Intra Kampus maupun Ekstra Kampus, mulai dari berorientasi pada Keilmuan dalam hal ini Unit Kegiatan Pengembangan Keilmuan (UKPK), Kesenian dalam hal ini Komunitas Seni (KOMSI), Kesadaran akan lingkungan dalam hal ini MAPALA PALMSTAR (PA), dan banyak lagi yang lainnya yang berfungsi untuk pemberdayaan anggotanya masing-masing. Nah, pada saat ini apakah organisasi kita di STAIN Jember sudah berjalan sesuai orientasi dan harapan yang kita inginkan ?, saya menganggap masih belum berjalan dengan apa yang kita harapkan, baik dari sisi pemberdayaannya dan penataan sistemnya. Namun, dalam artikel ini, saya hanya akan

mengomentari sebuah organisasi di STAIN Jember dari sisi sistem manajemennya yang masih kurang mapan. Bagaimana tidak, hal itu sering terlihat dalam hal kepanitiaan saja, sehingga sering terjadi tumpah tindih pekerjaan karena pola komunikasi yang dibangun masih sentralisasi kepada ketua panitia, tanpa peduli dengan job deskripsi yang telah dibuat atau disepakati. Padahal itu tidak akan membuat kita mempunyai pengalaman yang berarti dan kematangan dalam berorganisasipun sulit tercapai. Begitu pula dalam konsep kepengurusan organisasi mahasiswa di STAIN Jember, baik intra ataupun extra kampus sering terjadi bahwa seolah-olah hanya ketua umum yang berperan aktif (sentralisasi) dalam artian yang boleh pintar segala hal tentang organisasi adalah ketua umum saja. Hal itu yang harus dirubah, bagaimana sebuah organisasi bisa membuat semuanya memiliki peran penting dalam perjalanan roda organisasi tersebut. Dengan realitas seperti itu, desentralisasi pada wilayah job deskripton itu penting dalam sebuah organisasi sebagai bentuk komitmen kerja kebersamaan karena akan jelas manfaatnya. Kenapa dalam sebuah organisasi harus dibentuk kepengurusan, yaitu untuk bersama-sama bekerja dan bersama-sama menjadi sosok

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

27

Kolom Bebas

ke 63 dan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Ketika persoalan kebangsaan dan keagamaan kita perbincangkan, paling tidak kita mampu menganalisa ditingkatan mahasiswa (pemuda) berbagai persoalan di atas, sehingga akan muncul beragam bentuk penyelesaian sebagai upaya membangkitkan semangat pemuda dan generasi bangsa kita untuk selalu mengasah otak menuju bangsa yang bermartabat. Sekarang pertanyaannya adalah kita mau berubah atau tidak ?. Mungkin paparan di atas, terasa hanya konsep melangit yang sulit untuk dibumikan. Walaupun begitu, konsekuensinya akan memunculkan dalam benak kita harus seperti apa kita akan mewujudkan cita-cita tersebut dengan kondisi masyarakat yang seperti saat ini. Maka jawabannya adalah ada di pundak kita semua sebagai pemegang tongkat estafet kedepan. Nah, persoalannya pada saat ini adalah bentuk perjuangan seperti apa yang harus kita lakukan dalam posisi kita sebagai insan organisatoris,

26

Kolom Bebas

karena bangsa ini sebenarnya membutuhkan tangan-tangan yang sudah matang dalam konsep kenegaraan yang tidak mengawangawang tetapi, bersifat realistis untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia. Di sinilah peranan kita kenapa harus matang dalam berorganisasi, yang bertujuan untuk membentuk manusia yang terdidik membawa harum bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa siapapun yang berorganisasi dengan baik dan benar, maka akan melahirkan sosok leader yang kredibelitas, integritas, kapabilitas, dan visioner sehingga akhirnya akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju, relevantif, dan kompetitif. Menata Sistem Manajemen Organisasi Mahasiswa di STAIN Jember.

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

proletar. Oleh sebab itu sangat ironis jika seseorang yang memiliki predikat mahluk yang bisa berfikir tidak bisa berfikir tentang sesamanya (think about fellow human’s). Menjadi suatu catatan khusus, bahwa orang yang baik, bukan hanya bisa bicara, banyak uang, memiliki jabatan atau sebagainya, namun yang paling penting adalah mereka yang dalam konsep profetik disebut orang yang bermanfaat bagi manusia lain (Anfauhum Linnas) atau dalam bahasa akademisnya “ngetrend” dengan istilah “humanisasi”. Ini menjadi suatu hal yang penting, sebab manusia bukan hanya dibutuhkan uangnya ansich, populartitas, dan status sosial yang tinggi, tetapi lebih dari itu, manusia dibutuhkan simpati dan empatinya dalam kehidupan masyarakat. Menjadi sangat terhormat jika seseorang yang memiliki jabatan keduniawian ini menjadi masyarakat yang tahu akan ratapan penderitaan saudaranya. Mereka yang menjadi pejabat publik harus cerdas secara sosial, jangan hanya cerdas secara individual. Artinya masyarakat butuh seseorang yang mampu menjadi tambatan hatinya dikala dilanda kesusahan maupun dikala senang. Dengan demikian kecerdasan secara sosial sangat penting untuk ditampakkan, bukan hanya “lipstik” jabatan saja. Adaptasi personal ini menjadi bahan renungan kita bersama, bahwa dikala

masyarakat pada saat ini didera dengan banyak persoalan, maka tugas saya, anda dan kita semua harus mengubur dalamdalam sifat-sifat individu yang tidak populis. Sifat yang harus di aktualisasikan adalah sifat sosial yang tinggi. Maka kreatifitas manusia atas ciptaan-Nya sebagai wakil dimuka bumi ini benar-benar nampak dalam diri manusia yang sejati.

Aktualisasi Diri dan Wujudkan Kreatifitas 3 Cerminan pribadi manusia dalam upaya mempertegas orientasi diri, adaptasi personal terhadap sosial, langkah gerak menuju sinegisitas kehidupan baik dunia maupun akhirat, yakni dengan menajamkan pisau akal dan hati untuk merespon gejala-gejala perubahan kehidupan. Tajam pisau akal dan hati disini mempunyai makna ganda, pertama dapat bertahan dengan serangan-serangan yang mengancamnya. Kedua, dapat mengatasi sekian firus-firus kehidupan yang menggerogotinya, dengan bekal pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang sifatnya normatif (al-Qur’an dan al-Hadits) dan sifatnya filosofis (ilmu pengetahuan dan tekhnologi). Dengan demikan akan tercipta kreatifitas manusia yang bisa dipersembahkan kepada sesamanya sebagai wujud pengabdian dan tugasnya sebagai abdun(hamba) serta khalifah(pemimpin) di alam jagad raya ini. Wassalam…!!!

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

23

Kolom Bebas

Kolom Bebas Ubaidillah Afief Presiden Mahasiswa STAIN Jember Masa Bhakti 2008/ 2009

Footnote 1 JUDUL ini adalah upaya penyadaran diri terhadap sosok manusia dengan predikat yang disandangnya. 2 Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2002 3 Sebuah kegelisahan dan keprihatinan terhadap kondisi para insan-insan penenus bangsa yang

semakin hari semakin terkikis spirit personal dan kepedulian sosialnya, dengan merefleksikan kepribadian dan mengaktualisasikan potensi yang melekat pada diri sebagai langkah menuju manusia paripurna. 4 Sebagai upaya untuk membangkitkan “Quantum Perubahan” pada diri menuju kemaslahatan sosial.

Makhluk itu adalah ketakutan ia hidup di bawah atap kekuasaan yang dihantui rasa takut dalam berbuat sesuatu, takut terhadap apa saja- bahkan takut terhadap suara hatinya sendiri. Ia Meringkuk di bawah ketakutan yang membunuh harapan-harapan.. (Masy & Laksana As) 24

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

“Refleksi Kemerdekaan RI Ke-63 dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW”, Rekonstruksi Manajemen Organisasi Kemahasiswaan: Sebagai Upaya Meningkatkan Skill dan Kemampuan Akademis1

MAUNYA SICH SEKOLAH, PAK!!!

Kok, malah mengemis, dik !!!!!!!

Persoalan Bangsa dan Agama Generasi bangsa kita semakin carut-marut seakan-akan tidak memiliki orientasi masa depan yang jelas untuk membawa bangsa ini menjadi yang terbaik. Tidak hanya persoalan kebangsaan ini, di lain sisi pada saat ini keberagamaan kita layak untuk dipertanyakan, apakah

benar, “Apakah keberagamaan kita telah menjadi petunjuk dan menjadi pencegah terhadap kemungkaran dan penyuruh terhadap kebaikan ?”. Sangat munafik kalau kita menjawab sudah selesai. Pada momentum ini sangat relevan, karena berkaitan dengan peringatan hari kemerdekaan RI yang

Buletin KIS/ Edisi 11/ Th III/Aust/ 2008

25

Related Documents


More Documents from "Abu Fathan"

Sumpah Pemuda
November 2019 44
Tugas 2
November 2019 46
Tugas
November 2019 57
Motivasi
November 2019 48