Dualisme Gelombang Cahaya.docx

  • Uploaded by: Roni Saputra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dualisme Gelombang Cahaya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,671
  • Pages: 18
BAB I

A. Standar Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

C. Tujuan

D. Uraian Materi 1.

Radiasi Benda Hitam Benda hitam merupakan istilah untuk suatu benda yang memiliki emisivitas 1. Benda hitam adalah benda yang akan menyerap semua energi yang datang dan akan memancarkan energi dengan baik. Teori Fisika klasik yang menganggap bahwa cahaya merupakan gelombang ternyata tidak dapat menerangkan spektrum radiasi benda hitam. Max Plank, beranggapan bahwa cahaya dapat dianggap sebagai partikel. Teori ini diperkuat dengan adanya fenomena efek fotolistrik dan efek Compton. Sampai saat ini para ilmuwan masih beranggapan bahwa cahaya mempunyai sifat dualisme yaitu sebagai gelombang dan partikel. Apabila sepotong besi kita panaskan, maka suhu logam tersebut akan mengalami kenaikan. Makin lama dipanaskan, suhunya semakin tinggi. Makin tinggi suhu benda akan menimbulkan ruangan di sekitar benda itu menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa benda memancarkan energi kalor ke sekitarnya. Energi yang dipancarkan benda ke sekitarnya disebut energi radiasi. Energi radiasi yang dipancarkan

sebuah

benda

dalam

bentuk

gelombang,

yaitu

gelombang

elektromagnetik. Faktor apa saja yang memengaruhi radiasi suatu benda? Jika kita berada di dekat benda yang panas, pada tubuh kita akan terasa panas. Tubuh akan terasa semakin panas apabila kita berada di dekat benda yang suhunya lebih tinggi. Serta panas yang kita rasakan akan semakin kuat jika benda yang berada di dekat kita berwarna gelap, di samping itu juga makin luas permukaan benda, semakin terasa panas yang kita rasakan. Di samping benda memancarkan panas, benda pun dapat menyerap panas (energi). Hal ini tergantung pada suhu antara benda dengan ruangan di sekitar benda. Apabila suhu benda lebih tinggi daripada suhu ruangan, benda akan memancarkan panas dan sebaliknya jika suhu benda lebih rendah, maka benda tersebut akan menyerap energi (panas). Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada jenis bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat permukaan benda. Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan benda yang memancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda semakin besar energi yang dipancarkan. Tabel di bawah ini menunjukkan hubungan antara suhu benda dengan warna benda dari hasil eksperimen. Tabel 1. Hubungan Antara Suhu Benda Dengan Warna Benda

dengan: W = intensitas radiasi kalor yang dipancarkan benda tiap detiknya (watt) e = emisivitas benda σ = kontante Stefans – Boltzmann (5,670 x 10-8Wm-2K-4) A = luas permukaan benda (m2) T = suhu benda (K) Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan – Boltzmann. Emisivitas adalah konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan benda yang mempunyai nilai antara 0 hingga 1. Untuk benda yang mempunyai emisivitas 1 dinamakan benda hitam, yaitu suatu benda yang mempunyai sifat menyerap semua kalor. Benda hitam diidentikkan dengan benda berongga yang memiliki lubang kecil.

Gambar 1. Model benda hitam sempurna

Apabila dilihat lubang itu berwarna hitam karena jika ada cahaya yang masuk ke lubang tersebut kemungkinan kecil bisa keluar lagi, cahaya itu akan dipantulkan oleh dinding bagian dalam benda berongga

sehingga akhirnya energi habis terserap. Sebaliknya jika benda tersebut dipanaskan, maka lubang itu akan menyala lebih terang dibandingkan dengan daerah sekitarnya, yang berarti memancarkan energi lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Di sini diartikan bahwa benda hitam adalah benda yang akan menyerap semua energi yang datang dan akan memancarkan energi dengan baik. Dalam hal ini benda hitam sebenarnya hanya suatu model untuk menggambarkan benda hitam sempurna yang kenyataannya benda itu tidak ada. Benda yang mempunyai sifat menyerap semua energi yang mengenainya disebut benda hitam. Benda hitam jika dipanaskan akan memancarkan energi radiasi. Energi radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam. Contoh Soal

1. Sebuah benda dengan luas permukaan 100 cm2 bersuhu 727oC. Jika koefisien Stefan-Boltzman 5,67 x 10−8 W/mK4 dan emisivitas benda adalah 0,6 tentukan laju rata-rata energi radiasi benda tersebut! Pembahasan Data : σ = 5,67 x 10−8 W/mK4 T = 727oC = 1000 K e = 0,6 A = 100 cm2 = 100 x 10−4 = 10−2 Laju energi rata-rata : P = eσ T 4A P = (0,6)(5,67 x 10−8 )(1000)4(10−2) P = 340,2 joule/s

2. Sebuah benda memiliki suhu minimum 27oC dan suhu maksimum 227oC.

Tentukan nilai perbandingan daya radiasi yang dipancarkan benda pada suhu maksimum dan minimumnya! Penyelesaian : Data : T1 = 27oC = 300 K T2 = 227oC = 500 K

2.

P 2/P1

= (T2/T1)4

P 2/P1

= (500/300)4 = (5/3)4 = 625 : 81

Efek Fotolistrik Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.

Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik

Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :

Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti

dengan : Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV) m = massa elektron (kg)

v = kecepatan elektron (m/s) e = muatan elektron (C) Vo = potensial henti (volt) Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai. 1) Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas. Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifatsifat penting yang terjadi pada efek fotolistrik, antara lain : a.

Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.

b.

Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.

c.

Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan logam

dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran. d.

Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.

2) Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap. Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan :

E = Wo + Ek sehingga

atau

Ek = E – Wo

Ek = hf – hfo = h (f – fo)

Grafik hubungan antara Ek dengan f dengan : Ek = energi kinetik maksimum elektron foto h = konstanta Planck f = frekuensi foton fo = frekuensi ambang Contoh Soal

1. Cermati gambar percobaan penyinaran suatu lempeng logam dengan cahaya berikut. Jika fungsi kerja logam adalah 2,2 eV dan cahaya yang disinarkan memiliki panjang gelombang λ dan frekuensi f tentukan:

a. energi cahaya minimal yang diperlukan agar elektron lepas dari logam

b. frekuensi cahaya minimal yang diperlukan agar elektron lepas dari logam c. panjang gelombang maksimum yang diperbolehkan agar elektron lepas dari logam Penyelesaian : Diketahui : Cepat rambat cahaya c = 3 x 108 m/s Tetapan Planck h = 6,6 x 10−34 Js 1 eV = 1,6 x 10−19 J Ditanya : a. W0 = ...? b. f0 = ...? c. λm = ...? Jawab : a. Energi cahaya minimal yang diperlukan agar elektron lepas dari logam energi cahaya minimal tidak lain adalah energi ambang atau fungsi kerja logam. Sehingga Wo = 2,2 eV Wo = 2,2 x (1,6 x 10−19 ) joule = 3,52 x 10−19 joule b.

frekuensi cahaya minimal yang diperlukan agar elektron lepas dari logam. Ingat energi foton atau cahaya adalah E = hf, E disini dilambangkan sebagai Wo sehingga Wo = h fo 3,52 x 10−19 = 6,6 x 10−34 x fo fo = 0,53 x 1015 Joule

c. panjang gelombang maksimum yang diperbolehkan agar elektron lepas dari logam Hubungkan dengan kecepatan cahaya λmax = c / fo λmax = 3 x 108 / 0,53 x 1015 λmax = 5,67 x 10−7 m

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Bila tetapan Planck 6,6 × 10–34 Js maka fungsi kerja logam A adalah …. Penyelesaian : Energi kinetik yang dihasilkan dalam peristiwa efek fotolistrik dirumuskan: Ek = hf − W Untuk mendapatkan nilai fungsi kerja logam (W) bisa memanfaatkan salah satu data pada grafik di atas. Misal kita mengambil data pertama: f = 2 ×1014 Hz Ek = 6,6 × 10–20 J Dengan demikian, diperoleh: Ek = hf − W atau W = hf − Ek = 6,6 × 10–34 × 2 ×1014 − 6,6 × 10–20 = 2 × 6,6 × 10–20 − 6,6 × 10–20 = 6,6 × 10–20 (2 − 1) = 6,6 × 10–20 J

3.

Efek Compton Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein. Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf – hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’.

Gambar. Skema percobaan Compton

Dengan

menggunakan

hukum

kekekalan

momentum

dan

kekekalan energi Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :

dengan λ = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m) λ’ = panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m) h = konstanta Planck (6,625 × 10-34 Js) mo = massa diam elektron (9,1 × 10-31 kg) c = kecepatan cahaya (3 × 108 ms-1) θ = sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)

Besaran

sering disebut dengan panjang gelombang Compton.

Jadi jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualime gelombang cahaya. Contoh Soal 1.

Foton dengan panjang gelombang 0,06 nm mengalami hamburan Compton dengan sudut hamburan 600 . Tentukan : a.

Panjang gelombang foton yang dihamburkan;

b.

Energi foton yang terhambur;

c.

Energi yang diberikan pada elektron yang terpantul !

Penyelesaian : a.

Menentukan panjang gelombang foton yang dihamburkan

Besar panjang gelombang foton yang dihamburkan adalah λ'=0,0612 nm b.

Menentukan energi foton yang terhambur

Besar energi foton yang terhambur adalah E=3,24×10−15 Joule c.

Menentukan energi yang diberikan pada elektron yang terpantul

Besar energi yang diberikan pada elektron yang terpantul adalah E =6,47×10−17 Joule 2.

Sinar x yang mula-mula memiliki energi 200 KeV mengalami hamburan Compton dan dibelokan dengan sudut 600 . Besar energi sinar x yang terhambur adalah ? Penyelesaian :

Langkah pertama kita tinjau terlebih dahulu rumus hamburan Compton di bawah ini

λ′−λ=hmoc(1−cosφ) Kita subtitusikan besar sudut hamburan yang terjadi dalam soal diatas

λ′−λ=hmoc(1−cos600) λ′−λ=hmoc(12) Kemudian kita tinjau persamaan energi foton seperti berikut

E=hf E=hcλ λ=hcE Persaman panjang gelombang di atas bisa kita subtitusikan ke dalam persamaan hamburan Compon sebagai berikut

λ′−hcE=hmoc(12) Kita bisa dapatkan persamaan panjang gelombang hamburan foton sebagai berikut

λ′=h2moc+hcE Pada soal ini yang ditanyakan adalah besar enenrgi yang terhambur, persamaannya bisa kita tuliskan sebagai berikut

E′=hcλ′ Kita subtitusikan persamaan panjang gelombang foton yang terhambur pada persamaan di atas

E′=hch(12moc+cE) E′=cc(12moc2+1E) E′=1(E+2moc2E2moc2) Persamaan besar energi foton yang terhambur setelah menumbuk elektron adalah

E′=E2moc2E+2moc2 Untuk mempermudah perhitungan lebih baik kita hitung dulu nilai moc2

moc2=9,1×10−31(3×108)2 moc2=8,19×10−14 Joule Kemudian bisa kita hitung lengkap nilai energi foton yang terhambur setelah menumbuk elektron

E′=2×2×105×1,6×10−19×8,19×10−142×105×1,6×10−19+2×8,19×10−14 E′=2,68×10−14 Joule E′=167313,6 eV Besar energi yang terhambur adalah

E′=167,3136 KeV

4.

Sifat Gelombang Dari Partikel Sifat gelombang dari partikel berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian didukung dengan percobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan tentang dualisme (sifat kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai gelombang, tetapi cahaya juga dapat bersifat partikel.

Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya elektron dapat berkelakuan seperti gelombang. Sebuah foton dengan frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki momentum p =

, karena c = fλ, maka momentum foton dapat dinyatakan p =

sehingga panjang gelombang foton dapat dinyatakan λ =

. Untuk benda

yang bermassa m bergerak dengan kecepatan memilki momentum linier sebesar mv maka panjang gelombang de Broglie dari benda itu dinyatakan dengan persamaan :

Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada tahun 1927, Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas meyakinkan hipotesis Louise de Broglie

dengan menunjukkan berkas elektron yang terdifraksi bila berkas ini terhambur oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Davisson dan Germer melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan elektron berenergi rendah yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada atom dari nikel yang diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil pengamatan Davisson dan Germer terhadap elektronelektron yang terhambur ternyata dapat menunjukkan adanya gejala interferensi dan difraksi. Dengan demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar. Dari hasil percobaan tentang efek fotolistrik, efek Compton dan difraksi elektron menunjukkan adanya dualisme sifat cahaya yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang dan di sisi lain cahaya dapat bersifat partikel.

Related Documents

Gelombang
May 2020 36
Gelombang
June 2020 26
Gelombang Mekanik
June 2020 33
Gelombang Bunyi.docx
June 2020 26

More Documents from "Ade Rini Handayani"