Doc-20190305-wa0014.docx

  • Uploaded by: Aida Nurai
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc-20190305-wa0014.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,105
  • Pages: 16
LAPORAN PENDAHULUAN “KEPERAWATAN KELUARGA”

Disusun Oleh : Alawiyah Ayu Fatmawati Hesti Dwi Riani Khairul Fikry Lifit Nuryanih Nadaa Shofiyyah Nuraida Siti Isnaini Rahmawati

6A KEPERAWATAN

Gedung STIKes Banten, Jalan Raya Rawa Buntu No. 10, BSD City – Serpong, Tangerang Selatan 15318

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, atas berkatrahmat dan kharunia-Nya, penulis dapat meyelesaikan pembuatan makalah tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Selawat beserta salam semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan sebagai Intelektual Muslim. Penulis juga mengucapkan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberi masukan dan pengarahan kepada mahasisa keperawatan dapat mengaplikasikan dan bermanfaat dalam kehidupan. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu sudilah kiranya pembaca memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang datang.

Padang,

Desember 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangan menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori keluarga memiliki gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori tersebut cocok dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan konsep dan teori keperawatan keluarga. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keerawatan keluarga b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga diwilayah kerja Puskesmas c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga d. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga bina asuhan keperawatan keluarga g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga dalam Harmoko (2012) : a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri. e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. B. Tujuan Dasar Keluarga 1) Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat 2) Membentuk anggota

keluarga sebagai

anggota masyarakat

biopsikososial spiritual 3) Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat

yang sehat

4) Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya 5) Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya C. KonsepTahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga: a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family) Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko, hal 52; 2012). b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family) Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan). ( McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M. Friedman, hal 108: 2010) c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl) Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010 d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children) Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. (Harmoko, hal 56; 2012) e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers) Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah

biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 115: 2010) f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012) g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families) Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. (Harmoko, hal 60; 2012) h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut) Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya. (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010) D. Keluarga Sebagai Sistem Lingkungan

Masukan

Proses

Keluaran

Umpan Balik

gambar: Komponen dalam sistem keluarga Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Harmoko, hal 15; 2012): a. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari keluarga (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.

b. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keluarga. c. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga yang terdiri atas perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku sebagai warga negara, dan lain-lain d. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan dan proses yang berasal dari keluaran. Karakteristik keluarga sebagai sistem Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu sistem (Harmoko, hal 17; 2012) a. Pola komunikasi keluarga Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan. b. Aturan keluarga a) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat. b) Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas. c. Perilaku anggota keluarga a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri, mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya. b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan.

E. Struktur Keluarga Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012) sebagai berikut a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid. b. Struktur peran Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami. c. Struktur kekuatan Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power), dan effektif power. d. Strukur nilai dan norma a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan annggota keluarga. b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. F. Tipe – tipe Keluarga Tipe keluarga ((Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut a. Nuclear Family Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah. b. Extended Family Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya. c. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. d. Middle Age/ Aging Couple Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier. e. Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu bekerja di rumah. f. Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah. g. Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak h. Commuter Married Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. i. Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. j. Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. k. Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti. l. Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. m. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anakanak. n. Unmarried paret and child Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi o. Cohibing Cauple Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan. G. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010) b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010) c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010) d. Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010) e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010) H. Tugas Keluarga 1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya 2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya masingmasing 4) Sosialisasi antara para anggotanya 5) Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga 6) Pengaturan jumlah anggota keluarga

sesuai dengan kedudukannya

7) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya I. Ciri – ciri Keluarga 1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan 2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara 3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan 4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkannya J. Ciri Keluarga Indonesia 1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong 2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran 3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah 4) Berbentuk monogram 5) Bertanggung jawab 6) Mempunyai semangat gotong royong

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 1. Pengertian Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan indivisu sebagai anggota keluarga.(Harmoko, hal 69: 2012) 2. Pengkajian a. Data umum a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi) b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan. e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya. f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya. c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber

pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang. d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua. c. Pengkajian lingkungan a) Karakteristik rumah Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi. c) Mobilitas geografis keluarga Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal. d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada. e) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga. d. Struktur keluarga a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik formal/informal

d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan e. Fungsi keluarga a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya. d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. f. Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka pendek dan panjang 1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan 2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah. 3. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012) Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012) a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan waktu yang cepat

b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. 4. Perencanaan Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012). Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga (Harmoko, hal 94; 2012) a. Menentukan sasaran atau goal b. Menentukan tujuan dan objek c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan d. Menentukan kriteria dan standar kriteria. 5. Implementasi Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97; 2012) Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012) a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi sumbersumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut. 6. Evaluasi Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)

More Documents from "Aida Nurai"

Rps.kep.kom 2.stikba-1.docx
October 2019 14
Attachment.docx
October 2019 12
Doc-20190305-wa0014.docx
October 2019 15
Sap 4 Fix.docx
October 2019 42
Kombis 6 (blom Fix).docx
October 2019 43