Diversifikasi & Kerawanan Pangan Di Pulau Sulawesi

  • Uploaded by: Rosita Rosi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diversifikasi & Kerawanan Pangan Di Pulau Sulawesi as PDF for free.

More details

  • Words: 523
  • Pages: 13
Diversifikasi & Kerawanan Pangan di Pulau Sulawesi

Diversifikasi Pangan  Dalam Peraturan

Menteri Pertanian tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal disebutkan bahwa pangan lokal didefinisikan sebagai pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumberdaya wilayah dan budaya setempat.  Badan Ketahanan Pangan (2009) dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Gerakan Percepatan Penganekaragan Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal mendefinisikan diversifikasi/ penganekaragaman konsumsi pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis saja tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan.

Perkembangan pola konsumsi pangan pokok di Indonesia

Komoditi beras dan terigu

Komoditi jagung, ubi kayu, dan ubi jalar

Komoditi sagu dan umbi-umbian lainnya

Kerawanan Pangan  ketahanan pangan rumah tangga dikelompokkan menjadi

empat kategori yaitu: (1) tahan pangan; (2) rentan pangan; (3) kurang pangan; dan (4) rawan pangan.  Dikatakan rawan pangan bila proporsi pengeluaran pangan tinggi dan tingkat konsumsi energinya kurang  Berdasar ketahanan pangan tingkat rumah tangga masih ditemukan rumah tangga yang tergolong rawan pangan yaitu sebanyak 10,39 persen di Provinsi Jawa Timur, dan 9,21 persen di Provinsi Sulawesi Selatan dengan ketergantungan terhadap konsumsi energi yang bersumber dari beras masing-masing senesar 47,9 dan 84,19 persen.

Di Sulawesi Selatan jumlah rumah tangga yang termasuk dalam kategori tahan pangan sebanyak 38,60 persen, dan sebagian besar berada di kota (58,52 persen dari jumlah rumah tangga di kota).

Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi rumah tangga di kota lebih baik daripada di desa. Namun demikian sebagian besar rumah tangga di Sulawesi Selatan adalah termasuk dalam kategori rentan pangan yaitu mencapai 45,15 persen dan sebagian besar berada di desa (53,20 persen dari jumlah rumah tangga di desa).

Berbagai macam program diversifikasi pangan telah dilakukan guna mensubstitusi beras dengan bahan pokok lainnya. Akan tetapi, pola konsumsi masyarakat yang akrab dengan nasi sebagai salah satu bentuk olahan pangan pokok membuat berbagai macam bentuk diversifikasi seperti pembuatan roti dan mie masih belum tepat. Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal merupakan salah satu kebijakan pembangunan pangan dalam rangka mencapai ketahanan pangan. Masyarakat diharapkan tidak hanya bergantung pada satu macam produk pangan yaitu beras, sehingga strategi dan upaya yang dilakukan salah satunya adalah menjadikan pangan lokal sebagai sumber karbohidrat dalam bentuk tepung-tepungan. Adanya perkembangan teknologi pangan dapat membantu upaya diversifikasi pangan dengan cara mengolah bahan-bahan sumber karbohidrat menjadi produk yang diterima masyarakat.

 Salah satu bentuk olahan dari bahan tersebut adalah beras

analog. Karakteristik beras analog ini diharapkan dapat lebih diterima masyarakat karena memiliki bentuk dan rasa yang menyerupai beras sehingga masyarakat tidak perlu mengubah pola makannya karena cara konsumsi beras analog sama seperti beras yang berasal dari padi.  Beras analog merupakan salah satu bentuk solusi yang dapat dikembangkan dalam mengatasi permasalahan ini baik dalam hal penggunaan sumber pangan baru ataupun untuk penganekaragaman pangan. Beras analog merupakan tiruan dari beras yang terbuat bahan-bahan seperti umbi-umbian dan serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras.

Di Provinsi Sulawesi Utara produksi ubi kayu cukup melimpah, luas areal panen ubi kayu pada tahun 2009 mencapai 6.467 Ha dengan produksi 84.539 ton dan produktivitas 130,72 Kw/Ha, oleh sebab itu maka perlu ditingkatkan pemanfaatan dari ubi kayu, salah satunya dengan mengolahnya menjadi beras analog.

Related Documents


More Documents from "SUBRAMANIAM RENGASAMY"