Dasar Teori Dan Pembahasan Asam Sianida.docx

  • Uploaded by: Rosita Rosi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dasar Teori Dan Pembahasan Asam Sianida.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,273
  • Pages: 6
Dasar teori Asam sianida (HCN) adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat. Cairan HCN memiliki titik didih 25,6°C dan memiliki tetapan dielektrik yang sangat tinggi (107 pada 25°) sehubungan dengan penggabungan molekul molekul polar (seperti H2O) oleh ikatan hidrogen dan cairan HCN tidak stabil dan dapat terpolimerisasi dengan hebat tanpa adanya stabilisator (Cotton dan Wikinson, 1989: 305). Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Kandungan asam sianida (HCN) biasanya terdapat pada singkong. Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau serta tak berwarna. Dalam kemiliteran sianida ini dikenal dengan nama AN (Hidrogen Sianida ) dan CK ( Sianogen klorida). Hidrogen sianida ini inipula yang digunakan dalam kamar gas kamp pembantaian Jerman pada perang dunia kedua. Sianida menurut Brachet (1957) adalah suatu racun yang berbahaya bagi seluruh makhluk hidup karena disamping menghambat pernapasan juga dapat mengakibatkan perkembangan sel tidak sempurna. Selanjutnya sianida dapat menghambat kerja enzim ferisitokron oksidase dalam proses pengambilan oksigen untuk pernapasan. Hidrogen sianida juga dapat disebut dengan formonitrile, sedangkan dalam bentuk cairan disebut dengan nama asam prussit dan asam hidrosianida. Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna atau juga dapat berwarna biru pucat pada suhu kamar. Hidrogen sianida bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat bedifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air, sehingga sering digunakan. Sianida juga banyak digunakan dalam industri terutama dalam pembuatan garam seperti Natrium, Kalium atau Kalsium sianida. Berikut ini merupakan contoh produsen dari sianida, antara lain : 1. Bakteri, jamur dan ganggang. 2. Rokok dan asap kendaraan bermotor.

3. Bayam, bambu, kacang, tepung tapioka, singkong (ubi kayu). 4. Pada produk sintetik. Sianida dengan konsentrasi tinggi sangatlah berbahaya. Sebenarnya bila sianida masuk kedalam tubuh dalam konsentrasi yang kecil, maka sianida dapat diubah menjadi tiosianat dan berikatan dengan vitamin B12, tetapi bila kadar sianida yang masuk meninggi, maka sianida akan mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase dan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Tanda awal dari keracunan sianida adalah: 1. Hiperpnea sementara. 2. Nyeri kepala. 3. Dispnea. 4. Kecemasan. 5. Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah. 6. Berkeringat banyak, warna kulit memerah, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul. Tanda akhir adanya CNS adalah koma, dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejangkejang, gagal nafas sampai henti jantung. Efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan oksigen maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan.

Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan analisa HCN pada sampel bahan makanan. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya asam sianida

( HCN )

pada bahan makanan. Pada praktikum ini bahan makanan yang dianalisa adalah singkong. Metode yang digunakan untuk analisa HCN ini adalah metode kromatografi kertas dimana kertas saring telah dicelupkan oleh asam pikrat dan dikeringkan kemudian dicelupkan dalam larutan natrium karbonat 8 % dan kertas ini akan diletakkan dalam Erlenmeyer tertutup berisi sampel dan asam tartarat 5% yang dipanaskan, maka dalam suasana asam uap dari sampel ini yang mengandung HCN akan berikatan dengan pikrat dan menghasilkan warna merah muda pada bagian kertas saring yang tercelup oleh natrium karbonat 8%. Terbentuknya warna merah pada kertas pikrat tersebut menunjukan sampel yang diuji mengandung asam sianida (HCN ). Prinsip dari metode kromatografi kertas ini adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air dan melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak pada arah aliran pelarut. Dalam hal uji asam sianida ini , yang merupakan fase gerak adalah natrium karbonat dan yang merupakan fase gerak adalah asam sianida yang beruapa uang di didalam suatu bejana yang dalam hal ini adalah Erlenmeyer tertutup, maka apabila asam sianida terkandung dalam cuplikan singkong tersebut maka akan terbentuk warna merah mudah pada kertas saring. Pada praktikum sampel atau cuplikan yang digunakan untuk uji HCN adalah singkong. Untuk melakukan uji ini dilakukan terlebih dahulu preparasi sampel . Sampel ditimbang sebanyak 12,5 gram kemudian dihaluskan . Sampel yang telah homegen ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan ditambahkan larutan asam tartrat 5% sebanyak 10 ml. Selanjutnya dimasukan kertas saring yang telah dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh dan sudah dikeringkan sebelumnya yang kemudian dibasahi oleh larutan Na2CO3 8%. Kertas saring tersebut digantungkan pada leher erlemeyer kemudian ditutup sedemikian rupa sehingga kertas tidak kontak dengan cairan dalam erlemeyer. Kemudian Erlenmeyer ini dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 50o C selama 15 menit. Setelah 15 menit pemanasan maka hasil yang diperoleh adalah kertas saring menunjukan perubahan

warna dari kuning menjadi merah.. Hal ini menunjukan bahwa di dalam sampel singkong mengandung HCN (asam sianida). Sianida dalam jumlah kecil akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan disekresikan melalui urine,selain itu sianida dapat berikatan denga vitamin B12, tapi bila jumlah sianida yang masuk dalam jumlah besar, tubuh tak akan mampu mengikatnya dengan vitamin B12. Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.Ubi Singkong banyak mengandung linamarin, yaitu suatu glikosida yang bersifat mengikat sianida (HCN). Beberapa jenis ubi singkong ternyata cukup banyak mengandung sianida(HCN) yang bisa menimbulkan keracunan. Kadar sianida tertinggi terdapat pada bagian paling luar ubi singkong. Selain itu daun singkong ternyata juga mengandung sianida. Asam sianida ini tersebar merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi akar. Kandungan unsur penggangu yang bersifat racun (HCN) berbeda untuk setiap jenis atau varietasnya, sehingga sinkong dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kandungan asam sianida antara lain golongan yang tidak beracun, golongan beracun sedikit, golongan beracun, serta golongan sangat beracun. (Johan, 2005). pada siang ataupun sore hari hasil fotosintesis sudah berlansung dan mengakibatkan peningkatan asam sianida. Bila sianida masuk kedalam sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah hati. Sianida dapat mengakibatkan banyak efek pada sistem kardiovaskuler termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian ataupun juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalm bentuk ruhalasi baru dapat menimbulkan efek dalam jangka waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia pada otak dan kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun. Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah, penglihatan, paru-paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih di mata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernapasan. Gas sianida sangat berbahaya apalagi jika terpapar dalam konsentrasi yang tinggi.

Hanya dalam jangka waktu 5-8 menit, akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat dengan berakhir dengan kematian. Tanda awal dari keracunan sianida adalah: 1. Hiperpnea sementara. 2. Nyeri kepala. 3. Dispnea. 4. Kecemasan. 5. Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah. 6. Berkeringat banyak, warna kulit memerah, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul. Tanda akhir adanya CNS adalah koma, dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejangkejang, gagal nafas sampai henti jantung. Efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan oksigen maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan.

Rujukan

Related Documents


More Documents from "rohmantree"