Dinamika Sentuhan-1.docx

  • Uploaded by: syafir
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dinamika Sentuhan-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,186
  • Pages: 39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 1960, terdapat pertumbuhan unit perawatan kritis pada lingkungan rumah sakit umum. Sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan yang sebelumnya tak terbayangkan dalam hak perkembangan teknologi, fasilitas canggih dan modern, serta meningkatnya penyediaan peralatan invasive dan non-in-vasif untuk pengukuran, pemonitoran, dan pengaturan sistem tubuh. Menjadi pasien di ruang perawatan kritis kemungkinan lebih menakutkan, lebih kesepian, lebih bingung, dan kebanyakan lebih tidak manusiawi daripada sebelumnya. Dimensi peran perawat pada lingkup ini mempunyai perubahan yang serupa. Peran yang lebih berorientasi pada teknologi, fisik, lebih sering, lebih intelektual dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Karena perubahan ini, aspek member perawatan sebagai dimensi utama keperawatan menjadi lebih penting dan meningkatkan ancaman. Perawat dapat menunjukkan perawatan terhadap pasien dalam banyak cara. Terdapat deskripsi dalam kepustakaan keperawatan tentang mekanisme memberikan dukungan emosional, sosial, spiritual, dan fisik pada lingkup keperawatan. Satu perilaku yang menembus semua tindakan ini adalah sentuhan. Dengan menggunakan sentuhan yang berarti, ikhlas, bersungguh-sungguh, perawat mampu menunjukkan perhatian dan dukungan pada pasien dan keluarga. Dengan memahami kekuatan sentuhan dalam suatu interaksi, perawat berhasil merencanakannya pada asuhan mereka dan mengembangkan keterampilan dengan memasukkannya dalam proses komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari perhatian ? 1

2. Apakah pengertian dari sentuhan ? 3. Apa saja jenis-jenis dari sentuhan ? 4. Bagaimana cara melakukan pengkajian keperawatan tentang kebutuhan pasien dan keluarga akan sentuhan ? 5. Bagaimana rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien ?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari perhatian. 2. Untuk mengetahui pengertian dari sentuhan. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sentuhan. 4. Untuk mengetahui cara melakukan pengkajian keperawatan tentang kebutuhan pasien dan keluarga akan sentuhan. 5. Untuk mengetahui rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Perhatian Terdapat sedikit perselisihan diantara penulis keperawatan dimana perhatian merupakan fokus sentral dalam keperawatan. Leininger mengatakan sebagai suatu keyakinan kuat dari pentingnya perilaku perhatian dalam perawatan. Ia menggambarkan ikatan yang kuat antara mengobati (fokus utama pada pelayanan kesehatan) dan perhatian oleh petugas pelayanan kesehatan. “Saya berprinsip bahwa hal itu (perhatian) adalah konsep sentral dan penting dalam keperawatan. Lebih dari itu, perhatian merupakan faktor vital untuk pertumbuhan manusia, pemeliharaan kesehatan, dan bertahan hidup. Memberikan perhatian pada manusia dan manusia berhubungan erat. Perhatian manusia masih merupakan simensi penting dari pekerjaan professional, khususnya saat mengatasi masalah krisis kehidupan, memelihara kesehatan, dan perubahan dalam praktik kesehatan.” Watson menggambarkan “ilmu tentang perhatian” (science of caring) sebagai suatu keseimbangan dari ilmu pengetahuan dan kemanusiaan: “Pemeliharaan perhatian manusia merupakan agenda kritis bagi keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan dewasa ini. Keperawatan harus mencapai keseimbangan yang sulit antara pengetahuan ilmiah dan perilaku praktik kemanusiaan. Watson juga mengatakan hubungan yang erat antara mengobati dan perhatian. “Dimana faktor kuratif bertujuan untuk mengobati penyakit pasien, faktor perhatian bertujuan untuk proses perawatan yang membnatu seseorang mencapai (atau mempertahankan) kesehatan atau meninggal dengan damai.” Dasar filsafat ilmiah perhatian terdiri dari “(1) pembentukan sistem nilai kemanusiaan-altruistik, (2) menanamkan kepercayaan-harapan), (3) pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain”. 3

Penulis lain menunjukkan dugaan tentang perhatian dari sudut pandang yang berbeda. Noddings menyatakan, “Sebagai manusia, kita menginginkan perhatian dan member perhatian. Perhatian adalah penting, [ini meliputi pembuatan langkah tentang kerangka referensi pribadi pada orang lain. Saat kita memperhatikan, kita mempertimbangkan pandangan orang lain, kebutuhannya, dan apa yang diharapkan dari kita.” Benfield menguji konsep perhatian sebagai mempunyai perkembangan dalam pelayanan kesehatan dunia modern. Ia menggambarkan dua filosofi perawatan yang berbeda: (1) perawatan yang berorientasi pada penyakit, dan (2) perawatan yang berorientasi pada orang. Pada perawatan yang berorinetasi pada penyakit, focus dan perhatian pada patologi dan penyakit, tidak perlu melihat konteks manusia. Pada perawatan yang berorientasi pada orang, fokusnya pada kualitas hidup seseorang dan keluarga. Kerumitan pelayan kesehatan saat ini menyatukan kedua ahli filosofi keperawatan tersebut. Jika perawat memebrikan sebagian besar perawatan yang berorientasi pada orang, dan dokter memberikan perawatan yang berorientasi pada penyakit, tantangan utama terletak pada pembuatan kedua perawatan ini secara beriringan untuk saling meningkatkan (Barbara, 1996). Untuk mewujudkan kenyataan, beberapa hambatan yang yang harus ditanggulangi: a. Perawat dan dokter harus mengembangkan komunikasi dan tim kerja yang lebih efektif. b. Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang berorientasi pada pasien oleh perawat harus dinilai oleh institusi dimana perawat bekerja.

4

c. Perawat harus menghentikan, atau memperluas, stereotip yang berfokus pada teknik dalam perawatan kritis yang berhubungan dengan peran dan keterampilan pemberi perawatan yang berorientasi pada pasien.

Selama bertahun-tahun, kepustakaan keperawatan telah mendiskusikan aktivitas yang merefleksikan asuhan. Cohn menggambarkan perilaku ini sebagai atribut kemanusiaan tentang perawatan pasien yang tak dapat digantikan oleh teknologi: mendengar, perhatian, humor, keterlibatan, dan berbagi. Cowper Smith menyarankan pemeliharaan kesopanan, belas kasihan, menghargai, martabat, dan ketulusan sebagai faktor penting dalam perhatian pada pasien. Kalisch menggambarkan empati tingkat tinngi sebagai faktor utama dalam proses perhatian. Jourard dengan gamblang menggambarkan perasaannta tentang hubungan pasien dan perawat, perhatian, dan pengaruh bahwa mereka berada pada kesembuhan pasien. Menurut Jourard, penyembuhan pasien tergantung pada luasnya pemahaman seseorang yang merawatnya. Pemberian asuhan oleh perawat meningkatkan kenyamanan, identitas, dan integritas pasien. Kurangnya perhatian dapat secara actual menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Kehangatan, rasa cinta, dan perhatian yang responsive pada manusia berada di antara inti penyembuhan. Perawat sebagai seseorang professional yang paling mungkin dan mampu memberikan aspek perawatan menusiawi ini. 2. Sentuhan Sentuhan merupakan bentuk personal dari komunkasi verbal (Fundamental Keperawatan edisi 2, halaman 386). Ada dau jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kulit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non kontak merupakan sentuhan mata. Sentuhan adalah bagian penting dari hubungan 5

perawat dan pasien, namun sentuhan harus digunakan sesuai batasan karena penggunaannya terbatas oleh norma sosial yang kuat. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994). Rangsang raba adalah yang paling penting dalam perkembangan. Sensasi sentuhan merupakan sensori yang paling berkembang saat lahir (Liaw, 2000). Memegang, mengurut dan menepuk, memberikan ASI, mengganti popok, memijat dan memandikan merupakan pengalaman perabaan bervariasi. Rangsangan atau stimulasi yang dilakukan sejak dini, terus menerus dan bervariasi dengan suasana yang menyenangkan akan memacu perkembangan bayi dari berbagai aspek. Kulit merupakan reseptor terluas pada tubuh dan stimulasi pada reseptor ini menjadi alat komunikasi non verbal. Ungkapan cinta kasih orangtua pada bayinya dapat disampaikan melalui terapi sentuhan. Pada saat lahir semua manusia memiliki reseptor yang berada di permukaan kulit yang dapat menyebabkan fisiologi eksitasi pada saat menerima kontak personal dari manusia lainnya diteruskan ke otak melalui saraf. Keadaan ini dapat terjadi pada saat bayi prematur menerima stimulasi, salah satunya dengan terapi sentuhan.

3. Mengkomunikasikan Perhatian melalui Sentuhan Komunikasi yang bermakna adalah hal penting dalam proses perhatian yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bentuk komuniaksi yang penting pada pelayanan kesehatan adalah sentuhan. Kebutuhan untuk kontak taktil ada pada setiap orang sejak lahir dan berlanut sepanjang kehidupan. Ini merupakan kebutuhan, jika dipenuhi akan bertambah dan tumbuh pada potensi manusia dan merupakan dasar perkembangan yang sehat dari seseorang. Kebutuhan akan sentuhan dianggap untuk ditingkatkan selama episode stress tinggi dan tidak dapat secara total 6

dipenuhi dengan bentuk komunikasi yang lain. Perawat, saat menggunakan sentuhan, biasanya mencoba untuk memahami, mendukung, member kehangatan, perhatian, dan kedekatan pada pasien. Komunikasi ini adalah suatu aktivitas proses keperawatan. Sentuhan tidak hanya meningkatkan pemulihan fisik dari penyakit. Peran sentuhan dalam perawatan dapat dipandang dari berbagai sudut. Ini membantu banyak tujuan dalam interaksi perawat-pasien. Komuniaksi dengan sentuhan adalah sederhana, terus terang, dan langsung. Sentuhan adalah perilaku positif yang menghasilkan efek kepuasan pasien dan berada diantara kebutuhan dasar dari kesehatan perkembangan mental dan fisik. Hal ini merupakan rasa yang paling penting. Sentuhan menyatakan penerimaan terhadap realita melalui sensai lain dan merupakan bagian sentral dari proses komunikasi manusia. Hal ini berefek positif pada kemampuan kognitif dan persepsi dan dapat mempengaruhi tanda fisiologis seperti pernapasan dan aliran darah. Sebagai kesimpulan sentuhan mewakili interaksi positif dan elemen terapeutik interaksi manusia. Tindakan menyentuh atau disentuh terkait dengan stimulasi reseptor pada

kulit

yang

menyampaikan

pesan

ke

otak

yang

kemudian

diinterpretasikan oleh seseorang. Sebagian besar segmen otak dicurahkan pada sentuhan. Tidak dapat dipungkiri, sentuhan mendukung berbagai aspek komunikasi, belajar, dan pemahaman. Sentuhan itu sendiri seringkali bentuk biasa dari komunikasi antaar pribadi yang dilakukan dalam area atau jarak yang kecil antar orang. Area itnim dipertimbagnkan pada daerah 6 sampai 8 inci dari tubuh seseorang. Fakta bahwa sentuhan melanggar jarak intim ini sebagai tanda berarti pada pesan-pesam yamg dikirimkan. Terdapat peningkatan kebutuhan terhadap sentuhan pada unit perawatan kritis dimana mesin dan teknologi mendukung secara kuat 7

depersonalisasi pasien. Sebelum teknologi modern dikembangkan, hal terbesar dimana perawat dapat mengupayakan kenyamanan pasien dan perhatian dengan keberadaan dan sentuhan mereka, dalam hal ini banyak diterapkan. Perawat mungkin tergoda untuk memikirkan bahwa sentuhan sangat mudah menjadi efektif. Bagaimanapun, penignkatan medis yang sedikit dapat menggantikan keuntungan dari kehangatan dan menyentuh. Sentuhan yang non-task merupakan intervensi terapeutik yang kuat yang mengkomunikasikan perawatan. Otoritas keperawatan pada umumnya meyakini bahwa peningkatan afektif yang berarti pada hubungan dengan pengobatan berdasarkan sentuhan dapat bermakna unuk meningkatkan proses komunikasi pasien-perawat. B. Jenis Sentuhan Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan pasien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non kontak. Sentuhan konta merupakan sentuhan langsung kulit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkan dalam tiga kategori: 1. Sentuhan Berorientasi-tugas Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada pasien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan pasien. 2. Sentuhan Pelayanan (Caring) Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan pasien, memijat punggung pasien, menempatkan pasien dengan hati-hati, atau terlihat dalam pembicaraan (komunikasi non verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pasien, meningkatkan 8

harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Boyek dan Watson, 1994). 3. Sentuhan Perlindunga, Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat dan/atau pasien (Fredrikddon, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan pasien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, dan oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.

C. Komponen Terapi Sentuhan Komponen dalam tindakan stimulasi taktil/terapi sentuhan menurut Liaw (2000) ada 5 komponen dalam terapi sentuhan, yaitu: 1. Durasi: merupakan lamanya proses sentuhan yang dilakukan pada bayi prematur. Pada beberapa penelitian durasi sentuhan pada bayi prematur adalah 15 menit sesuai dengan yag dilakukan oleh penelitian Dieter et al. (2003). 2. Lokasi : merupakan bagian tubuh pada bayi yang mendapatkan stimulasi sentuhan. Lokasi sentuhan ini adalah kepala, bahu, lengan, kaki dan bokong (Roesli, 2001). 3. Pelaksanaan: pada saat pelaksanaan terapi sentuhan ini memerlukan tindakan secara bertahap. Pada saat bayi merasa nyaman ketika mendapatkan terapi sentuhan ini maka pelaksanaan terapi sentuhan ini dapat diteruskan. 4. Intensitas: merupakan kekuatan pada saat sentuhan. Pada saat sentuhan pada bayi prematur harus dilakukan dengan lembut karena tubuh pada bayi prematur ini sangat rentan dan rapuh. 5. Frekuensi: merupakan jumlah sentuhan yang dilakukan pada setiap harinya. Frekuensi dari terapi sentuhan ini adalah 3x sehari sesuai yang dilakukan oleh Lahat et al. (2007), Dieter et al. (2003) dan Diego et al. (2008).

9

D. Manfaat Terapi Sentuhan pada Fungsi Fisiologis Penelitian tentang terapi sentuhan ini telah banyak dilakukan dengan manfaat secara fisiologi dan dapat dibuktikan secara ilmiah, manfaat itu antara lain: 1. Dampak biokimia positif: penurunan kadar hormon stres (cathecolamine) peningkatan kekebalan terutama IgD, IgA dan IgM. 2. Dampak klinis yang posotif yaitu: peningkatan jumlah sel dan daya toksin dari sistem imunitas, mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur terlelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik, meningkatkan hubungan orangtua dan bayi, meningkatkan volume air susu ibu (Ema, 2010).

E. Efek Lain dari Sentuhan Keperawatan Efek sentuhan pada lingkungan klinik sulit dicapai. Sentuhan telah memainkan peran utama dalam meningkatkan dan mempertahankan orientasi terhadap kenyataan pada pasien yang mengalami kekacauan menta tentang waktu, tempat, dan mengidentifikasi orang. Sentuhan keperawatan paling menolong dalam situasi dimana orang mengalami ketakutan, ansietas, atau depresi. Ini juga menguntungkan bagi pasien yang membutuhkan dukungan atau asuhan, yang mempunyai kesulitan mengungkapkan secara verbal, atau yang mengalami disorientasi, tidak responsif, atau penyakit terminal. Usia pasien besar pengaruhnya terhadap persepsi sentuhan. Pada penelitian oleh Day, pasien yang lebih muda merasakan bahwa sentuhan digunakan sehari-hari sebagai bagian positif dari asuhan keperawatan, sementara orang yang lebih tua merasakan bahwa hal tersebut digunakan untuk tujuan terapeutik pada saat nyeri, kesepian, dan depresi. Pasien juga merasa bahwa

10

kebutuhan untuk disentuh meningkat pada penyakit serius dan menurun dengan meningkatnya kedekatan keluarga. Holliger menyarankan agar perawat menyadari hal tersebut, untuk pasien lansia, kebutuhan komunikasi adalah pokok. Strategi yang komunikatif hendaklah memasukkan arti verbal dan non-verbal, “dengan sentuhan menjadi bentuk penting dari interaksi non-verbal antara perawat dan pasien.” Sentuhan menambah

maknanya

karena

kebutuhan

akan

stimulasi

yang

optimal

mempertahankan berkurangnya sensori terhadap kerusakan lebih dari yang ada, atau proses neurologis atau psikologis. Saat terjadi penurunan penggunaan sensori, orang lansia mengalami kebutuhan yang lebih besar akan komunikasi afektif karena meningkatnya kemungkinan isolasi dan kesepian. Hal ini diyakini bahwa faktor-faktor ini besar pengaruhnya ada kesehatan fisik dan mental pada orang lansia. Pada studi lain, kegunaan sentuhna oleh perawat pada unit perawtan kritis tidak bervariasi menurut usia atau jenis kelamin pasien. Sayangnya, kebanyakan pasien yang sakit yang mungkin membutuhkan dan menginginkan banyak sentuhan-sedikit disentuh. Studi tentang kebiasaan menyentuh dan perilaku perawat pada perawatan orang jompo ditemukan bahwa orang-orang dengan kerusakan fisik sedikit atau tidak sama sekali lebih banyak disentuh. Pria dan yang secara fisik terganggu menerima sentuhan lebih sedikit. Pasien yang mengalami kehilangan pendengaran atau penglihatan menunjukkan kebutuhan yang tinggi akan komunikasi yang efektif dan kreatif dari perawat. Penggunaan yang sengaja, sentuhan yang direncanakan tampaknya memberikan pasien-pasien ini rasa pengendalian yang lebih besar terhadap lingkup rumah sakit yang tidak akrab. Menggunakan sentuhan sebagai bagian dari perawatan (misalnya penyuluhan prabedah) menghasilkan intervensi keperawatan yang efektif. Hasil ini mengarah pada kebutuhan termasuk sentuhan sebagai

11

intervensi khusus pada rencana perawatan. Jika upaya dikoordinasikan oleh perawat, penggunaan sentuhan dapat lebih merelasasi pasien daripada menggunakan sedatif atau tranquilizer. Yang lebih penting, terdapat pertumbuhan yang nyata dimana secara alami interaksi pasien-perawat mempengaruhi hasil fisik dan psikis dari penyakit. Alasan bahwa sentuhan seperti kata emosional dimana orang seringkali mengalaminya sebagai kekurangan. Perawat memberikan pesan yang bevariasi luas melalui

penggunaan

sentuhan dalam asuhan keperawatan, termasuk keamanan, pemahaman, ketulusan, penghargaan, dukungan, kehangatan, perhatian, jaminan, minat, empati, kenyamanan, kedekatan, dorongan, penerimaan, keinginan dibantu dan keinginan terlibat. Walaupun yakin perawat memperhatikan pesan-pesan, tepatnya sepertiga dari mereka menyadari penggunaan sentuhan dalam praktik, hanya berhubungan dengan komunikasi verbal karena kemungkinan terjdi kesalahpahaman pasien. F. Pesan-Pesan dari Sentuhan Sentuhan dapat diinterpretasikan dalam beberapa cara tergantung pada karakteristik berikut: lamanya, lokasi, frekwensi, tindakan, intensitas, dan sensasi. Lamanya sentuhan merupakan jumlah waktu dimana sentuhan terjadi. Umumnya makin lama sentuhan memungkinkan meningkatnya kesempatan bagi pasien untuk mengidentifikasidan menyaatukan sentuhan. Sentuhan yang lebih lama juga memungkinkan lebih merealisasikan bagian tubuh dan batasan tubuh serta meningkatkan harga diri. Lokasi sentuhan menyinggung daerah dan bagian tubuh yang disentuh. Lokasi sentuhan memberikan pesan terhadap bagian tubuh tertentu dan menyatukannya menjadi satu kesatuan. Sentuhan pada tungkai lebih dari lengan (merujuk pada sentrapetalitas) sering menyampaikan pesan kedekatan dan 12

intimasi dengan penyentuh. Sejumlah lokasi sentuhan dapat memindahkan pesan positif pada penilaian diri terhadap pasien yang disentuh. Frekwensi

sentuhan,

atau

total

jumlah

sentuhan

yang

dialami

kemungkinan besar mempengaruhi harga diri, kedekatan dengan orang lain, kemampuan kognitif dan emosi serta identitas seksual. Tindakan menyentuh merujuk pada “jumlah pendekatan pada permukaan tubuh” dan energi yang digunakan untuk menyentuh. Pendekatan yang cepat untuk menyentuh meningkatkan persepsi diri pada orang yang disentuh, memberikan pasien melihat dirinya sebagai seksual yang mandiri. Intensitas sentuhan merujuk pada tekanan yang digunakan pada permukaan tubuh selama menyentuh. Intensitas diukur oleh derajat lekukan kulit. Intensitas sentuhan ringan dilaporkan mengakibatkan efek terapi yang paling sedikit, dimana variasi kuat lemahnya intensitas mempunyai kemungkinan tertinggi untuk efek positif. Sensasi merupakan interpretasi tubuh terhadap sentuhan sebagai hal yang menyenangkan atau menyakitkan. Sensasi yang menyakitkan mengubah gambaran diri dengan mengganggu penggunaan normal kemampuan persepsi tubuh. Sentuhan yang menyenangkan lebih cocok untuk memberikan perasaan bahwa bagian tubuh berharga dan bernilai. Meskipun simbol sentuhan ini memberikan komponen yang dapat diukur untuk mencari perilaku kita, pesan dikirim dan diterima dan konteksnya terjadi secara bervariasi. Hal ini akan membantu untuk mengingat bahwa sentuhan merupakan bahasa yang dapat menjadi bagian terkuat interaksi perawat-pasien.

13

G. Taksonomi Sentuhan Taksonomi sentuhan telah dikembangkan dan diusulkan dengan penekanan utama pada pengelompokkan yang di tentukann oleh peran dan hubungan orang terkait. Haslin mengembangkan grafik taksonomi didasarkan atas temuan penelitian terhadap sentuhan sebagi perluasan bentuk komunikasi nonverbal. Taksonomi menggambarkan tatanan informal suatu hubungan yang dimana terdapat pengaturan jenis-jenis sentuhan yang di ijinkan masyarakat. Dalam konteks taksonomi ini, intensitas hubungan antara penyentuh dan penerima sentuhan meningkat karena kemajuan mereka melalui tingkatan tersebut.

a. Tingkat 1 : fungsional/profesional Hubungan pada tingkat ini, sentuhan dilakukan berhubungan dengan tugas profesional. Sering kali terjadi sentuhan intim; bagaimanapun, hal iini tetap berada dalam fungsinya/hubungan profesional. Contoh pada hubungan ini adalah hubungan perawat-pasien, perawat-keluarga pasien, ahli terapi pernafasan-pasien, dokter-pasien.

b. Tingkat II: sosial/kesopanan Hubungan pada tingkat ini mempunyai perilaku sentuhan dimana ditandai oleh batasan budaya dan yang diperbolehkan. Berjabatan tangan merupakan contoh perilaku sentuhan pada tingkat ini; hal ini berfungsi sebagai penetralisir antara dua orang.

c. Tingkat III : persahabatan / kehangatan Hubungan pada tingkat ini sring kali tidak mudah, karena kurang formal daripada tingkat sosial atau tingkat kesopanan hal ini sering ditafsirkan sebagai mewakili tingkat yang tinggi dari cinta atu perilaku seksual ingin membawa pesan perhatian dan perhatian tepatnya sering dijadikan salh paham 14

terhadap perasaan yang lebih dalam. Pesan dimana beberapa orang merasa perhatian secara seksual dengan orang sesama jenis atau lawan jenis mungkin membuat mereka waspada terhadap sentuhan pada tingkat ini. Perilaku menyentuh yang sangat umum pada tingkat ini adalah memeluk.

d. Tingkat IV : rasa cinta / keintiman Sentuhan

pada

tingkat

ini

perhatian

yang

dalam

dan

komitmen.

Ketidaknyamanan dengan isyarat pada tingkat ini sering membuat bingung pada komitmen suatu hubungan. Orang-orang lebih nyaman dengan isyarat sentuhan jika tingkat hubungan ini tepat mengirim pesannya.

e. Tingkat V : Getaran Seksual Tingkat ini merupakan tingkat yang mendalam dari suatu hubungan dimana sentuhan menyampaikan arti seksual dan stimulasi. Pesan ini memasukkan atau mengeluarkan cinta dan komitmen. Heslin membuat hipotesa dimana terdapat dua kemungkinan cara dimana taksonomi ini memberikan skor intensitas terhadap kepribadian dan kemanusiaan orang lain. Sebuah model memprediksi bahwa tingkat kemanusiawian dan individualisme meningkat pada korelasi dengan tingkat taksonomi, dari tingkat 1 smpai 5. pada situasi ini, individu menjadi kurang objektiv dan lebih sebagai individu karena tingkat hubugnan yang tinggi. Heslin memilih model dimana penghargaan tertinggi terhadap individu lain terjadi pada tingkat persahabatan / kehangatan. Dalam hubungan ini, terjadi penerimaan lebih besar pada orang lain dan toleransi yang lebih besar, serta istimewa. Ini ideal jika penerimaan yang sama senantiasa terjadi pada tingkat 4 dan 5 pada taksonomi.

15

Ikatan perawat-pasien Dari penelitian Heslin, pertanyaan-pertanyaan berkembang, “dimana hubungan perawat-pasien terjadi dalam taksonomi?” hal ini sunguh tepat dimana banyak

tugas

terkait

fungsional/profesional membolehkan

dengan yang

sentuhan

interaksi

mengijinkan

(pemeriksaan

berhubungan sejumlah

fisik,

dengan

aktivitas

mengganti

tingkat

perawatan

posisi

pasien,

memandikan, mengganti baju, atau meletakkan elektroda monitor jantung). tetapi apa arti “sentuhan afektif?” penerimaan, perhatian, perawatan, dan dukungan pindahkan oleh perilaku ini menandakan interaksi pada tingkat persahabatan atau kehangatan. Adalah mungkin bagi perawat mempunyai kapasitas untuk bergerak diantara dua tingkat pada satu cara dalam rangka mempertahankan peran profeisonal sementara juga berhubungan pada tingkat manusiawinya dengan perawatan yang tulus untuk tiap pasien sebagai individu. Hal ini merupakan kombinasi yang membuat hubungan perawat pasien unik dan kuat. Perhatian, rasa percaya, dan dukungan berkembang diantara perawatpasien merupakan dasar dari ikatan perawat-pasien. Tak ada pelayanan kesehatan professional lain mempunyai kesempatan yang konsisten dan sering berinteraksi dengan pasien pada kerangka kerja yang sama. Tak ada kerangka kerja interaksi lain tentang interaksi dapat mengusahakan sumber dukungan pasien yang lebih kuat: seorang profesional, dasar pengetahuan dan perawatan, penerimaan manusia sebagai pribadi yang berharga dan bermartabat. “Hipohuganemia” Konsep “hipohuganemia” menerangkan suatu keadaan kekurangan sentuhan pada pasien. Karena sentuhan merupakan kebutuhan dasar dari lahir sampai dewasa, setiap orang berusaha memenuhi kebutuhan ini yang bervariasi dengan pengalaman hidup. Sakit atau dirawat, kehilangan orang yang dicintai, atau mengalami krisis dapat meningkatkan kebutuhan atau keinginan seseorang akan 16

sentuhan. Jika kejadian terjadi dan kebutuhan tidak tercukupi, seorang berada dalam “hipohuganemia”, meskipun stimulus bentuk lain menurun secara cepat pada kebutuhan ini, hanya sentuhan manusia yang mampu memuaskannya. Pasien dan keluarga resiko tinggi Meskipun pasien yang dikirim keunit pelayanan intensif dapat mengalami beberapa ancaman terhadap kekurangan sentuhan, situasi ini menandai resiko tinggi pada pasien atau keluarga. Sebaiknya, sentuhan yang direncanakan menjadi strategi efektif untuk menurunkan keadaan kekurangan sentuhan dimana situasi ini terjadi. Kekurangan sensori Karena gangguan penggunaan sensasi atau input sensori yang tidak memadai secara kuantitas maupun kualiitas. Pasien ICU kurang dapat berhubungan dengan lingkungan yang berarti. Seperti pasien mendapat keuntungan dari perencanaan sentuhan individu oleh perawat. Stimulasi yang bijaksana dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang dirinya, persepsi batas tubuhnya, harga diri, keseluruhan, dan berhubungan dengan realita. Sentuhan dapat sangat efektif jika digunakan sendiri atau dikaitkan dengan bentuk lain komunikasi verbal dan nonverbal. Ancaman Body Boundary (Jarak Kedekatan Pribadi) Lingkup perawatan kritis mengusahakan tantangan khusus bagi pasien untuk mempertahanakan pemahaman yang jelas tentang batas tubuh mereka sendiri. Meningkatnya penggunaan mesin dan teknologi disamping tempat tidur seperti monitor invasive dan teknik pengobatan dapat menakutkan dan membingungkan pasien dengan penyakit kritis. Selang, kateter, dan kabel melintang dipermukaan tubuh untuk menghubungkan dengan peralatan intravena, alat pemonitor, alat mekanik untuk menunjang kehidupan. Hal ini dapat menyulitkan bagi pasien 17

untuk mengetahui dimana bagian tubuh berakhir dan mesin dimulai. Kesulitan ini dapat meningkat jika perawat memakai banyak waktunya disisi tempat tidur untuk menyentuh dan mengotak –atik peralatan. Pada situasi ini, perawat menemukan cara untuk mengusahakan sentuhan pada pasien selama di sisi tempat tidur. Diyakini bahwa menyentuh sejumlah besar permukaan bagian tubuh dapat mendorong kemampuan pasien untuk merasakan bentuk tubuh secara akurat dan menyatukan informasi tentang bagian tubuh dan tubuh sebagai suatu keutuhan. H. Ketakutan, Ansietas, dan Kehilangan Kendali Lengkap perawatan kritis adalah sebuah lingkungan yang menyulitkan, walaupun bagi pasien yang kuat dan berani untuk merasa tidak takut, tenang, dan puas. Perawat haruslah memberikan perhatian pada proses psikologi pasien jika kemajuan optimal dapat dibuat di daerah perawatan. Tujuan keperawatan harus selalu ada dimana pasien diijinkan berpartisipasi sebanyak mungkin. Partisipasi tergantung pada luasnya proses komunikasi dan sokongan yang dibangun untuk membangun kepercayaan, menurunkan ketakutan, menurunkan ansietas, dan mempertahankan martabat. Proses ini dapat diperluas oleh penyampaian perawat tentang perawatan bijaksana, hangat, mendukung, dan memahami melalui sentuhan. Pesan-pesan disampaikan melalui sentuhan dapat hidup dan mendalam selama kritis. Jika pada hubungan ini dilakukan dengan tenang, pesan verbal yang jelas, kontak mata, atau mendengar efektif, komunikasi selama perawatan dapat meningkat. I. Perpisahan dari Keluarga Meski kebjakan berkunjung paling bebas pada unit perawatan kritis tidak dapat meyakinkan bahwa keluarga dan orang yang dicintai lainnya akan berada dekat dengan pasien saat pasien mengalami kritis, sebuah kritis membutuhkan tidak hanya perubahan fisiologi kasar atau ancaman kehidupan. Hal ini mungkin terjadi sebagai periode kesepian yang tiba-tiba, terjaga dilingkungan yang tidak 18

dikenal, takut meninggal, atau kontak fisik yang sederhana dengan orang yang dicintainya. Perawat mempunyai kesempatan untuk mengkaji pasien melalui waktu seperti ini dengan berada didekat pasien dan menyentuh secara terapetik untuk memberikan kontak dengan lingkungan, perasaan kedekatan dengan otang lain, dan kepercayaan pada yang merawatnya. J. Penghalang Komunikasi Pasien membutuhkan pengalaman berkomunikasi dengan orang yang merawatnya untuk mempertahankan persepsi mereka sebagai individu yang berhubungan dengan realita dan dapat berinteraksi dengan orang kain. Tantangan komunikasi meningkat jika pasien tili, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa perawat, atau tidak mampu menggerakkan tangannya, lengannya, atau otot wajah lebih sering terbatas komunikasinya. Menggunakan sentuhan untuk meningkatkan komunikasi verbal, untuk mendapatkan perhatian pasien, atau menyampaikan pesan menjadi sangat efektif. Memberikan pasien menyentuh perawat cara yang dapat diterima untuk meningkatkan komunikasi dengan

pemberi

perawatan.

Pasien

dapat

menyampaikan

emosinya,

pemahamannya, kegelisahan, dan kesenangan di anatara pesan yang disampaikan oleh pasien yang memegang tangan perawat, menyentuh wahaj perawat, atau menggenggam tangan perawat. Hal ini cara yang sangat berguna dan berhasil bagia pasien yang mengusahakan tantangan yang tidak biasa dengan perhatian pada komunikasi. K. Keluarga dari Pasien Perawatan Kritis Keluarga adalah keperluasan pasien, dan perhatian pada pasien juga perlu untuk dicintai. Dalam banyak cara keluarga mengalami banyak kritis yang sama pada pasein perawatan kritis. Mereka sering bingung dan ketakutan dan merasa untuk mengintervensi dan membantu pasien. Seperti pasien, keluarga mengalami beberapa rasa menyerah terhadap kendali tim pelayanan kesehatan. Mereka 19

menemukan diri mereka sendiri terpisah dari orang yang mereka cintai dan menjadi korban kebijakan jam kunjung, lingkungan yang aneh dan menakutkan, dan tidak diketahui. Terlepas dari waktu bersama-sama dengan pasien secara actual, komunikasi yang paling berarti dan mendukung untuk keluarga berasal dari staf perawat. Perawat dapat menurunkan “penghalang komunikasi” untuk keluarga dengan menggunakan terminilogi yang tak dapat dipahami, memerlukan waktu untuk mendengar pertanyaan dan keluhan, dan menggunakan sentuhan pada anggota keluarga. Dengan menyentuh tangan dan bahu atau memegang tangan, perawat dapat meningkatkan mendengar dengan tulus dan memberikan saat memberi informasi. L. Ketakutan Keluarga Tentang Menyentuh Pasien Keluarga sering sekali merasa tak berdaya dan penuh ketakutan berada di sisi tempat tidur pasien penyakit kritis. Selang, balutan, kabel, dan mesin yang di pasang perawat menakutkan anggota keluarga. Mereka melihat alat yang melekat pada orang yang dicintainya dan terbatas untuk meraih dan menyentuh karena takut menyebabkan bahaya bagi pasien atau alat tersebut. Merreka sering kaget dan terkejut saat memandang orang yang mereka cintai tampak begitu sakit. Perawat mempunyai kesempatan pada saat ini untuk memberikan dukungan pada keluarga dan pasien dengan cara unik. Dengan penjelsan dan uraian alat dan penampilan pasien pada keluarga sebelum mereka ke tempat tidur pasien, Perawat dapat menyiapkan mereka untuk hal ini yang seringkali merupakan pengalaman sulit. Selama penjelasan ini, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk mengembangkan rasa peraya dan dukungan terhadap keluarga. Selain itu menyentuh lengan dan bahu atau meletakkan lengan disekitar anggota keluarga sementara iya mendekat tempat tidur pasien dapat memberikan pemahaman, perawatan, dan dukungan. Ditempat tidur pasien perawat dapat menyentuh pasien saat berbicara dengan pasien dan keluarganya untuk

20

mendemonstrasikan kontak yang aman. Dengan membawa tangan keluarga dan menyentuh tangan, lengan, bahu dan wajah pasieen, perawat dapat membantu mengawali prilaku menyentuh, membantu menurunkan takut bahaya padda pasien atau alat. Proses tindakan tersebut sebagai model peran untuk keluarga dan pasien serta membantu mereka lebih nyaman pada lingkungan asing. M. Pengkajian Keperawatan Tentang Kebutuhan Pasien dan Keluarga Akan Sentuhan Pengkajian individu terhadap kebutuhan sentihan adalah langkah yang sangat penting bagi perawat.karena banyak factor yang mempengaruhi keinginan sentuhan, perawat harus mengingat bahwa kebutuhan orang-orang dan reaksi terhadap sentuhan bersifat individu. Tak ada rumusan yang pasti untuk mengukur jumlah dan kualitas aspek ini pada tiap orang karena factor yang begitu kompleks yang menunjang keyakinan seseorang dan peasaan tentang sentuhan. Praktik keluarga secara individu, praktik kebudayaan, dan gaya koping merupakan kekuatan yang mempengaruhi keinginan untuk dan menginterpretasikan sentuhan oleh orang lain. Perawat harus menggunakan informasi yang ada pada lingkungan perawatan, insting subjektif dan interpretasi pola interaksi keluarga untuk menentukan strategi mereka untuk memenuhi kebutuhan sentuhan dari pasien mereka dan keluarganya. Terdapat

beberapa

pertanyan

kunci

bahwa

perawat

harus

mempertimbangkan saat mengkaji kebutuhan sentuhan pasien dan keluarga.Di bawah ini beberapa tanda utama meningkatnya kebutuhan untuk sentuhan sebagai berikut.

21

Pedoman Pengkajian T : Jumlah total sentuhan yang diterima saat ini dari keluarga dan anggota tim kesehatan. O : Pasien lansia masalah orientasi C : Tingkat kesadaran? Masalah Komunikasi? Diintubasi? Trakestomi? Krisis Situasi? H : Teknologi Canggih di tempat tidur? Priode Stres yang tinggi? Rasa tidak berdaya dan putus asa? Tanda-tanda depresi? I : Psikosis ICU? Kekacauan mental : Gelisah? Inisiatif Menyentuh oleh pasien? N : Penggunaan sensai normal G : Memberikan isyarat perilaku? Verbal? Nonverbal? T : Jumlah sentuhan total adalah rendah dari keluarga dan tim kesehatan. Pasien membutuhkan sedikit perawatan fisik, mungkin diisolasi, atau mungkin menggunakan tempat tidur kinetik. Hal ini dapat juga bagi pasien yang keadaanya relative stabil dan situasi di unit dengan sedikit lalu lintas. Kemudian, sedikit orang pergi dekat tempat tidur sampai ada keperluan untuk melakukan prosedur atau pengobatan. Seringkali Pasien ini mempunyai pengunjung, atau anggota keluarga sangat ragu-ragu menyentuh pasien. Ketika dengan pasien mereka tetap jauh dari tempat tidur dan munculnya ketakutan atau rasa tidak nyaman dengan menyentuh atau menunjukan pengaruhnya dan perawatan. O : Pasien lansia sering meningkatkan kebutuhan akan sentuhan yang berarti selama periode krisis. Proses penuaan juga membuat mereka lebih cenderung terjadi penurunan sensori, kekacauan mental dan kesulitan komunikasi yang

22

dapat dikurangi dengan sentuhan yang berarti dalam memberikan perawatan. Mempunyai pengunjung dan interaksi verbal sedikit dapat memperbesar kebutuhan mereka akan sentuhan. U: Ancaman yang tidak biasa terhadap gambaran diri dan jarak kedekatan pribadi terjadi saat pasien mengalami ketidaknyamanan dan bingung tentang bagian tubuhnya dan menyatukan bagian-bagian tersebut kedalam satu tubuh yang utuh. Mereka juga mengalami kesulitan dengan pembedaan tubuh mereka dari peralatan mesin yang digunakan pada perawatan. Pasien pascabedah atau yang dilakukan tindakan invasive atau mengalami efek samping pengobtan, penurunan atau peningkatan berat badan karena penyakit atau pengobatan, atau tergantung pada alat penunjang hidup yang semuanya mempunyai masalah persepsi tubuh. Pasien yang menerima transplantasi organ mungkin juga mengalami kekacauan mental tentang persepsi tubuh mereka. Transplantasi organ orang lain ke tubuh orang lain mungkin menciptakan perasaan keutuhan, identitas diri, dan gambaran diri. C : Tingkat kesadaran pasien memberi isyarat akan kebutuhan sentuhan. Mungkin terjadi kurang kecenderungan menyentuh pasien saat sadar jika mereka stabil dan dapat berpartisipasi pada perawatan mereka. Kecendrungan ini, jika lama secara nyata menyongkong tidak terpenuhinya kebutuhan akan sentuhan. Pasien yang kurang sadar, latergi, stupor, semikoma, atau koma mungkin lebih membutuhkan sentuhan perawat. Karena komunikasi terbatas oleh perubahan tingkat kesadaran, menyentuh menjadi komunikasi berarti sangat trapetik. Menggunakan sentuhan pada pasien menyampaikan perhatian dan dukungan

serta

memberikan

kontak

yang

berarti

dengan

lingkungan.Kenyamanan dan keamanan dipindahkan melalui sentuhan dapat sangat berarti pada pasien-pasien ini.

23

Kesulitan berkomunikasi menjadi tantangan yng umum pada perawat ICU. Pasien yang diintubasi, yang mempunyai trakeostomi, atau yang secara fisik tidak dapat berkomunikasi secara verbal karena penyakit atau ketidakmampuan mereka selalu merupakan tantangan komunikasi

bagi

perawat ICU. Semua pasien mengalami peningkatan kebutuhan akan komunikasi yang berarti. Pentingnya sentuhan yang efektif meningkat pada pasien ini. Krisis dapat memicu peningkatan kebutuhan akan dukungan, kedekatan dengan orang lain, komunikasi yang jelas. Sering terjadi sedikit kesempatan bagi perawat untuk memberikan dukungan verbal yang lama selama situasi krisis, walaupun kebutuhan dukungan dan perawatan semakin besar. Pasien mengalami masa krisis yang mungkin meningkatkan kebutuhan terhadap sentuhan yang mendukung. H : Teknologi canggih sangat menunjang bidang perawatan intensif. Dilain Pihak, hal ini mendukung terjadinya proses dehumanisasi di lingkungan ICU. Perhatian pada alat dan mesin membuat pasien ICU merasa sangat diremehkan dan tidak di pandang diantara selang, kabel, computer dan lainnya. Pasien ini mungkin membutuhkan sentuhan manusia sebagai jaminan kemanusiaannya, martabat, dan harga diri di lingkungan yang menakutkan, mengagumkan, dan teknologi canggih. Masa stress tinggi di ICU tidak selalu menjadi krisis fisiologis. Ketika pasien mengalami ketakutan, ansietas yang meningkat, kehilangan kendali mungkin membutuhkan dukungan komunikasi dan perhatian yang tinggi. Beberapa kegiatan perawatan rutin, seperti mengganti posisi, member makan, mengubah bantal, meningkatkan kita bahwa pasien tidak mampu melakukan semuanya sendiri.

24

Melakukan hal-hal tersebut untuk dirinya. Perawat yang mengenal dimana intervensi “rutin” ini merupakan ancaman psikologi bagi harga diri pasien dapat menggunakan sentuhan untuk menyampaikan pemahaman, kedekatan dan perhatian. Beberapa penelitian baru mengingatkan kita betapa kompleksnya komunikasi yang mendukung selama tahap stres tinggi. Henneman melakukan studi pada 26 pasien yang secara acak di atur sebagai kelompok kontrol dan eksperimen selama percobaan penyampihan dari mesin ventilator. Kelompok eksperimen menerima sentuhan dan interaksi verbal selama proses penyampihan, tetpi kelompok kontrol tidak dilakukan. Denyut nadi, tekanan arteri rata-rata; dan jumlah frekwensi pernapasan lima menit setelah ventilator dihentikan di catat pada kedua kelompok. Pengukuran ini mewakili respons pasien terhadap stres pada proses penyampihan. Tak ada perbedaan yang bermakna yang di temukan pada pengukuran dua kelompok. Henneman mengingatkan pembacaan bahwa pesan yang di sampaikan tergantung pada situasi dan makna nya bagi orang yang terkait. Penelitian lebih lanjut terhadap sentuhan yang khusus pada pengalaman pasien. Ketidak berdayaan dan keputusasaan merupakam perasaan yang dialami pasien jika mengetahui bahwa mareka tidak meningkatkan situasi meraka tidak dapat meningkat yang dapat diterima. Perasaan ini memungkinkan mareka dalam kehancuran dan depresi.mareka akan memperlihatkan perasaan ini dengan tampak apatis terhadap kondisi mareka atau perawatan, menarik diri, atau menghidari komunikasi, atau menangis dan terlukamerasa kesepian dalam krisis mareka hanya membuat makin putus asa. pasien ini mungkin sangat terbuka terhadap dukungan dan pemberian perhatian sentuhan perawat sebagai tanda bahwa seseorang memperhatikan dan bersamanya.

25

I : Psikosis ICU, kekacuan mental, dan tak berdaya merupakan kemungkinan efek samping dari lingkungan perawatan kritis pada kombinasi tingkat stres pasien, kurang istirahat, dan penggunaan obat juga mendukung terjadinya ketidak seimbangkan yang dialami pasien. Sentuhan yang hati hati dan direncanakan dapat membantu pasien melalui episode ini. Keinginan yang menyentuh bagi pasien mungkin merupakan isyarat kebutuhannya untuk mengadakan kontak rasa dengan orang lain. Pasien yang meraih perawat atau memegang erat tangan perawat atau lenganmya mungkin menandakan kebutuhan mereka untuk kedekatan dan kontak orang lain. N : Menggunakan lima indra seca normal dan input sensori yang normal dan jumlah serta kualitasnya meningkatkan kemampuan pasien untukmengatasi anisestas, lingkungan asing, dan krisis. Sayangnya, penyakit kritis, umur, dan lingkungan

perawatan

kritis

sering

mengubah

input

sensori

dan

penggunaannya. Perawat dapat mencoba meningkatkaninput sensori pasien dengan menilai tiap orang dalam usaha mengindentifikasi perilaku menyentuh yang memperkuat keseimbangan proses sensori. Memberikan perhatian yang sensitif pada prilaku pasien yang merupakan langkah pertama dalam mencapai keseimbangan ini. Langkah kedua termaksut menggunakan sentuhan yang bermakna dalam mencoba mengkomunikasikan perawat dan menghubungkan pasien dengan realita, martabat, dan harga diri. Langkah ketiga membutuhkan perawat untuk melihat respons pasien untuk menilai intervensi pada tingkat individu. G : Memberikan isyarat perilaku terhadap kebutuhan sentuhan merupakan fenomena yang tidak disadari pasien, ekspresi wajah, kontak mata, ungkapan verbal, ingin menyentuh, dan sering memanggil perawat mungkin menandakan kebutuhan pasien akan seseorang disampingnya. Kadang-

26

kadang,

keinginan

menyentuh

dipindahkan

begitu

halus

sehingga

mengidentifikasi karakteristik pesan yang pasti. Apakah pesan jelas atau saamar-samar dan apakah pengkajian keperawatan bersifat objektif atau intuitif tak ada perbedaannya. Perawat yang sensitif terhadap kebutuhan sentuhan pasien dapat mengindentifikasi pesan-pesan dan isyarat sepanjang waktu. Perawat yang spontan dan tulus menggunakan sentuhan untuk memberikan perawat yang sudah diproses pasien secara halus. Sama pentingnyamenyadari isyarat pasien untuk menghindari sentuhan. Ingatlah pasien sebagai individu, perubahan suasana hati, pengaruh budaa, dan perubahan fisiologis mungkin menyebabkan fluktuasi pada kebutuhan pasien atau kesiapan fisik untuk kontak. Keterbukaan untuk menyentuh pada satu waktu tidak meyakinkan bahwa pasien akan merasa nyaman dengan sentuhan dibawah kondisi lain. Penting untuk memahami bahwa kebutuhan pasien dan berespons menyentuh mungkin berubah dari waktu ke waktu atau hari ke hari. N. Studi Kasus Ny. Bello diterima pada pusat unit medik perawat kritis yang besar sekitar 10 hari yang lalu. Ia berusia 79 tahun, menikah, dipindahkan di rumah sakit daerah sekitar 100 mil setelah mengalami operasireseksi usus karena kangker. Setelah mengalami kesulitan pembedahan, ny. Bellon menunjukakan gejala gagal ginjal akut dan gagal jantung. Ia menderita ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berat dan diketahui keracunan gentamycindalam darahnya. Pengobatan utamanya sejak pindah adalah hemodialisa. Keadaan ny. Bello lebih stabil selama seminggu dan belum menampakan kekacauan mental dan disorientasi. Dugaan saat ini bahwa ia menderita kehilangan pendengaran yang berat akibat tingakat keracunan obat. Ia menunjukan ekspresi wajah yang sangat cemas dan tampak tidak berdaya. Ia 27

memanggil perawat setiap 10-15 menit dan sulit menyampaikan keinginannya begitu perawat tiba. Nancy smith, RN, telah perhatian ny, bello selama beberapa hari. Ia menduga

bahwa sepanjang berkaitan dengan aspek perawat, Ny.bello

mendapatkan keuntungan dari interaksi sentuhan yang direncanakan oleh perawat. Ia menjadualkan konferensi keperawatan untuk tujuanmengkaji kebutuhan sentuhan Ny. Bello dan mengembangkan beberapa strategi bagi perawat yang mana semua staf perawatan akan berpatisipasi. Konferensi

menghasilkan

dan

memacu

pikiran.

Staf

cepat

mengidentifikasi faktor resiko terhadap kekurangan sentuhan dan gejala yang mungkin dihubungkan dengan penurunan stimulasi rasa. Faktor resiko tersebut meliputi dibawa ini: 

Ny. Bello sudah tua dan mungkin kurang efektef menggunakan stimulasi sensori dari efek penuaan.



Hal ini merupakan pengalaman krisis bagi pasien.



Terdapat peningkatan penggunaan teknologi cangih di sisi tempat tidur yang mungkin menakutkan dan mengagumkan.



Pasien mengalami perpisahan dengan keluarga dan orang yang di cintainnya karena jauhnya jarak dari rumah dan keterbatasan waktu kunjungan yang ada di unit perawatan kritis.



Karena ia kehilangan pendengaran , Ny. Ballo mengalami kesulitan dalam interpetasi lingkungannya barunya dan komunikasi efektif dengan orang lain.



Stimulus sensori yang ada pada Ny. Bello adalah asing baginya dan menambah bingung tentang lingkungannya. Tempat tidurnya ditempatkan pada ujung unitdimana tidak ada jendela dan sedikit lalu lintas. Kepala tidurnya sering pada posisi fowler’s rendah, terbatas lapang pandang langsung terhadap lingkungan.

28



Ny. Bello mengalami beraneka ancaman terhadap gambaran dirinya. Ia memounyai sayatan panjang diperutnya. Jarum dan seling intravena di lengannya, masker oksigen di wajahnya, dan pakaian rumah yang asing dan aneh menutupi tubuhnya. Irama jantung digambarkan pada monitor dekat tempat tidurnya.



Terakhir, tubuhnya biasanya kuat dan tangkas sekarang lemas dan tak berdaya. Ia tak dapat membalikkan badannya sendiri, menyisir rambut, atau pergi ke kamar mandi. Kesemuanya ini mewakili perubahan yang berarti bagaimana ia memandang dirinya.

Berdasarkan pengkajian konfrensi keperawatan, staf perawat mengembangkan suatu rencana keperawatan. Pada kesimpulan konferensi, perawat setuju pada catatan implementasi perilaku merencanakan konferensi dua hari kemudian untuk menilai hasilnya. Dua hari kemudian, staf perawatan bertemu untuk mendiskusikan kemajuan Ny. Belo dan menilai kembali strategi mereka. Mereka mengidentifikasi prubahanperubahan berikut ini pada status pasien dan keluarga dimana mereka merencanakan penggunaan sentuhan: 

Ny bello tampak berkomunikasi lebih efektif dengan menggunakan papan tulis untuk membaca pesan dari perawat. Ia masih tampak sulit berbicara secara jelas karena pendengarannya menurun, tetapi ia menampakkan peningkatan. Ia kadang-kadang meraih perawat yang menyentuhnya selama komunikasi verbal dan penggantian tulisan.

29

O. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 5-1 DIAGNOSA

KRITERIA

INTERVENSI

KEPERAWATAN

HASIL/TUJUAN

KEPERAWATAN

PASIEN Perubahan sensori-

Pasien akan

1) Rencanakan kunjungan

persepsi,

mengembangkan

yang sering ke pasien .

pendengaran,

komunikasi efektif

menggunakan kombinasi

penglihatan,

teknik komunikasi . ber

kinestetik, dan taktil

bicara sambil menyentuh

: yang berhubungan

dan kontak mata :

dengan perubahan

menggunakan papan tulis

kesehatan

untuk menulis pesan , menggunakan tekanan dan sentuhan yang bervariasi saat berkomunikasi. 2) Monitor status mental dari tanda dan gejala penurunan sensori.

Isolasi sosial : yang

Pasien akan

Menempatkan kembali

berhubungan dengan

mempertahankan interaksi

pasien di ICU untuk

tidak adekuat

bermakna dengan perawat

memberikan pandangan

sumber-sumber

dan keluarga.

yang jelas pada daerah

sekunder terhadap

perawatan uatama dan

perawatan di rumah

sering , mudah dimasuki

sakit.

oleh perawat.sering pergi ke tempat tidur

30

,menggunakan sentuhan dan kontak mata selama berkomunikasi

Perubahan proses

Orientasi pasien terhadap

pikir : yang

waktu , tempat , dan orang

berhubungan dengan

di pertahankan.

1) Atur waktu kunjunagn teratur denmgan keluarga 2) Letakkan kalender dan

perubahan

jam besar dalam

pendengaran dan

jangkauan pandangan

perawatan di rumah

pasien.

sakit Ansietas : yang

Pasien akan

1) Memberi salam saat

berhubungan dengan

mendemonstrasikan

mendekati tempat tidur

takut

mekanisme koping yang

dan menyentuh tangan

sakit/meninggal dan

efektif

dan lengannya dengan

lingkungan

segera untuk waktu yang

perawatan kritis

lama. 2) Gunakan sentuhan tangan dan bahu saat berbicara ; tetap menyentuh saat berbicara;tetap menyentuh saat berbicara 3) Tinggal bersama pasien sdelama pengobatan atau prosedur untuk memberikan dukungan dan keyakinan melalui

31

sentuhan 4) Gunakan kontak mata dan interaksi verbal dengan sentuhan untuk memperkuat pesan tentang dukungan dan perhatian 5) Memberikan pasien mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan lingkungan 6) Interaksi pasien tentang teknik relaksasi Ketidakberdayaan :

Komunikasi pasien –

berhubungan dengan

perawat akan

pasien untuk lebih

perasaan

dipertahankan

disentuh atau tidak ingin

ketidakmampuan dan pola komunikasi yang tidak efektif

1) Waspada terhadap isyarat

disentuh 2) Observasi ekspresi wajah , gerakan tubuh , respons yang dapat dilihat untuk disentuh , atau usaha lain untuk menandakan sentuhan ; dorongan pasien untuk mengawali sentuhan 3) Observasi perubahan perilaku , kegelisahan , penurunan ansietas ,

32

perubahan denyut jantung , dan respons lain terhadap sentuhan 4) Anjurkan pasien untuk mengatakan keinginannya ; menggunakan kontak mata saat mendengarkan 5) Gunakan sentuhan sedang sapai lama pada tungkai dan kontak mata yang baik 6) Berkunjung ke sisi tempat tidur untuk tunjuan sentuhan komunikasi Gangguan konsep

Pasien akan

1) Masukkan perencanaan

diri , gambaran ,

mempertahankan haraga

sentuhan yang berarti

harga diri ,

diri dan mengatakan

kedalam aktifitas

penampilan peran ,

dirinya berharga serta

keperawatan . selama

dan identitas pribadi

merasakan dukungan dan

pengkajian fisik ,

;yang berhubungan

perhatian.

gunakan sentuhan yang

denagn perubahan

cukup lama pada

status sehat dan

ekstremitas untukl

penurunan kekuatan

menjelaskan persepsi

dan aktifitas

pasien terhadap batas tubuhnya .menyentuh batang tubuh jika

33

mungkin ; menyentuh bahu saat auskultasi jantung paru , memijat punggung saat mengkaji edema sakrum. 2) Gunakan kontak mata untuk meperkuat proses komunikasi yang terjadi selama menyentuh 3) Rencanakan kemajuan memperkuat aktivitas dengan pasien – perawat atau pasien-keluarga 4) Memberikan umpan balik positif secara verbal dan non verbal tentang penampilan 5) Menyentuh kaki ,lengan,bahu punggung,kepalapada prosedur pengkajian.memberikan lama sentuahan yang cukup. Perubahan proses

Mempertahankan

dalam keluaraga :

komunikasi pasien-

merencanakan kunjungan

yang

keluarga yang efektif .

keluarga , membiarkan

berhubungandengan

1) Bantu dalam

peraturan berkunjung

34

penurunan

yang fleksibel untuk

komunikasi dan

menambah waktu bagi

interaksi sosial

pasien

sekunder

2) Rencanakan perawatan

terhadaopnperawatan

yang tidak berhubungan

di rumah sakit

dengan kunjungan 3) Menjadi model peran bagi anggota keluarga . menggunakan sentuhan saat berinteraksi dengan mereka untuk membagun kepercayaan .beri salam pada keluarga dengan jabatan tangan , menemani mereka ke tempat tidur 4) Demonatrasikan sebtuhan pada pasien untuk memperlihatkan pada keluarga bahwa tidak akan membahayakan pasien atau peralatan 5) Mendorong keluarga menggunakansentuhan saja atau dengan komunikasi verbal dengan pasien.katakan

35

pada keluarga daerah yang tidak boleh di sentuh 6) Memberikan keluarga dan pasien kunjungan Pasien akan

yang tidak

mendemonstasikan

terputus.rendahkan

mekanisme koping yang

pagarn tempat tidur dan

efektif.

letakkan kursi disamping tempat tidur 7) Mendorong pasien untuk mengidentifikasi situasi yang berhubungan dengan kemampuan koping (contoh takut tidak sembuh dan mandiri) 8) Bertemu dengan keluarga secara teratur untuk memonitor keefektifan koping , instruksikan strategi koping efektif .menganjurkan menggunakan sentuhan pada pasien

36

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Leininger mengatakan sebagai suatu keyakinan kuat dari pentingnya perilaku perhatian dalam perawatan. Ia menggambarkan ikatan yang kuat antara mengobati (fokus utama pada pelayanan kesehatan) dan perhatian oleh petugas pelayanan kesehatan. “saya berprinsip bahwa hal itu (perhatian) adalah konsep sentral dan penting dalam keperawatan. Lebih dari itu, perhatian merupakan faktor vital untuk pertumbuhan manusia, pemeliharaan kesehatan, dan bertahan hidup . . . memberikan perhatian pada manusia dan manusia berhubungan erat. Perhatian manusia masih merupakan simensi penting dari pekerjaan professional, khususnya saat mengatasi masalah krisis kehidupan, memelihara kesehatan, dan perubahan dalam praktik kesehatan. Komunikasi yang bermakna adalah hal penting dalam proses perhatian yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bentuk komuniaksi yang penting pada pelayanan kesehatan adalah sentuhan. Meskipun simbol sentuhan ini memberikan komponen yang dapat diukur untuk mencari perilaku kita, pesan dikirim dan diterima dan konteksnya terjadi secara bervariasi. Hal ini akan membantu untuk mengingat bahwa sentuhan merupakan bahasa yang dapat menjadi bagian terkuat interaksi perawat-pasien. B. Saran Terapi sentuhan ini merupakan tindakan yang sederhana akan tetapi dap memberikan pengaruh yang banyak terhadap pasien. Akan tetapi beberapa pelayanan kesehatan belum begitu mengaplikan tindakan ini kepada pasien. Sebaiknya setiap pelayan kesehatan menerapkan terapi sentuh ini terutama berguna untuk psikologis maupun fisiologis pasien.

37

Makalah ini belum begitu lengkap dikarenakan referensi yang kurang. Semoga penyusun makalah selanjutnya dapat melengkapi isi dari makalah yang kami susun ini.

38

DAFTAR PUSTAKA Engram, Barbara 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC Gallo M. Barbara dkk. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI Volume I. Jakarta: EGC Hikmah, Ema. 2010. Pengaruh Terapi Sentuhan Terhadap Suhu Dan Frekuensi Nadi Bayi Prematur Yang Dirawat Di Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten Tanggerang. Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

39

Related Documents

Dinamika
June 2020 47
Dinamika Kelompok.pptx
December 2019 42
Dinamika Eksekutif
April 2020 42
Dinamika Partikel.docx
June 2020 17
Dinamika Rotasi
April 2020 32
Dinamika (4)
November 2019 36

More Documents from "starky"