Critical Book Report Filsafat Pendidikan.docx

  • Uploaded by: Juju Manullang
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Critical Book Report Filsafat Pendidikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,654
  • Pages: 18
Critical Book Report Filsafat Pendidikan CRITICAL BOOK REPORT

D I S U S U N OLEH

:

-ADELIA SINAGA -MARATUA OLOAN HARAHAP -NINE JULIANA KRISTINE DAELI -RIZKY ARYA NUGRAHA KELAS

:EKS A

Lambang_unimed.jpg

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN ini yang berjudul ‘’Critical Book Report’’.kami berterima kasih kepada ibu dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya. Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kami dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dalam tugas ini agar di lain waktu kami bisa membuat tugas dengan lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa bermanfaat bagi orang lain.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..i BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….…1 1.1LatarBelakang………………………………………………………………………………… …………………………….……1 1.2Tujuan………………………………………………………………………………………… ……………………………………..2 1.3Manfaat………………………………………………………………………………………… …………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………2

2.1 Identitas Buku……………………………………………………………………………………………… …………………….2 2.2 Ringkasan isi buku………………………………………………………………………………………………… …………….3 2.3 Penilaian Terhadap Buku……………………………………………………………………………………………… ….18 BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………19 3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………… …………………………….19 3.2 Saran……………………………………………………………………………………………… ………………………………….20 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….21

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan peristiwaperistiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.

Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara mendalam.

Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan bersemayam di langitlangit.

Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teoriteori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya.

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

1.2Tujuan 1.Mengkritik 2 buku untuk menambah ilmu dalam Filsafat Pendidikan 2.Untuk menambah wawasan tentang Filsafat Pendidikan khususnya Filsafat Pendidikan Pancasila 3.Untuk mempelajari Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia 1.3 Manfaat 1.Memperbaiki diri menggunakan teori-teori Filsafat Pendidikan Pancasila 2.Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari Filsafat Pendidikan Pancasila dapat menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 IDENTITAS BUKU Buku Pertama (Buku Utama) 1.Judul buku

:Filsafat Pendidikan

2. Pengarang

: Dr.Edward Purba,MA

3.Pengarang

:Prof.Dr.Yusnadi,MS

4. Penerbit

: UNIMED PRESS

5. Tahun terbit

: 2013

6. Kota Terbit

:MEDAN

7.Tebal buku

:164 lembar

Buku Kedua (Buku Pendamping) 1. Judul buku

: FILSAFAT PENDIDIKAN

2. Pengarang

:Prof.Dr.H.Jalaluddin

3.Pengarang

:Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed

4. Penerbit

: Raja Grafindo Persada

5. Tahun terbit

: 2011

6. Kota Terbit

:Jakarta

7.Tebal Buku

:384 Lembar

2.2RINGKASAN ISI BUKU

Sumber:FILSAFAT PENDIDIKAN FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN A.

Manusia dan Filsafat

Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting

bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara mendalam. Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan bersemayam di langitlangit. Dengan menangkap kesan indera lalu dipadukan dengan analisis radio manusia mulai sadar bahwa pengertiannya melalui kesan indera itu belum memuaskan. Manusia berpikir dan berpikir sepanjang masa dan sepanjang jaman tentang hakikat dirinya dan alam semesta. Masing-masing dunia ini memerlukan pendekatan yang berbeda-beda sebab wujud dan sifat realitas yang akan ditafsirkan berbeda secara mendasar dan kualitatif. Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sebelum ada ilmu, filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului ilmu pengetahuan. Demikian pula kesimpulankesimpulan filsafat yang bersifat hakiki, menyebabkan kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan. Karena itulah filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan karena kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut ratu ilmu pengetahuan (Queen Knowledge). B.

Filsafat dan Teori Pendidikan

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya. 2. Filsafat, juga berfungsi memberika arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dalam kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup masyarakat.

3. Filsafat, termasukjuga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik. C.

Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan

1. Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain :

a.

Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai problem dan objek.

b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu. c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan. d. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. e.

Filsafat juga memberikan metode atau cara kerja kepada tiap ilmu pengetahuan.

2. Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. b.

Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.

B.PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA MANUSIA,MASYARAKAT,PENDIDIKAN DAN NILAI.

TENTANG

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. 1.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang , baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau social. Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar.2002:191) mengemukakan gambaran manusia Pancasila sebagai berikut; a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum dalam Pancasila. b. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya. c. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya. d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya. e.

manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.

f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia. g. Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk social yang berada didalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusa Indonesia yang lainnya. h. Selanjutnya manusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama,menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh. I. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain. j. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai,memeliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. k. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntu saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan tarag kehidupan yang lebih baik. Dari penjelasan di atas dan disimak dari nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila,dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (social) Indonesia.Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.Berikut ini digambarkan Profil manusia Indonesia era millennium Ketiga (Tilaar.2002:199), jelasnya digambarkan seperti matriks berikut ini;

2.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikam kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.akan terwujud sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai.karena itu nilai-nilai luhur Pancasila tidak pernah tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Akuntasi nilai filsafat Pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah di jelaskan bahwa masyarakat bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman , damai,sejahtera,terbuka serta toleran,adil dan makmur.Berarti masyarakat Indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan dan menghargai masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat,masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat , masing-masing budaya etnis yang ada di masyarakat mendapakatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang.

3.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat , bangsa dan negara. Pendidikan berlangsung di keluarga,di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. 4.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia.Menurut kaelan,2000 (dalam surajiyo 2008,161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari silasilanya merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.Oleh karena itu,sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek,seperti berikut ini: a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa; Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya,melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang di olahnya.

b. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab; Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidikan harus menjaga keseimbangan antar daerah , keberadaan masyarakat dan warga negara,letak dan jarak atau geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk sama rendah,dan bahu membahu membangun bangsa ini. c. Sila Persatuan Indonesia,Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. d. Sila kerakyatan yanf dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan:mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensinya, masing masing warga negara menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:Sila ini mengandung nilai bahwa manusia Indonesia harus menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,manusia dengan Tuhan,Manusia dengan manusia lain,manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia.Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam indentifikasi diri sebagai bangsa,sebagai landasan,arah,dan etos,serta sebagai moral pembangunan Nasional.

C.Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional. Tatacara bernegara di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang selama ini belum pernah mengalami amandemen,kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998.Kendatipun amandemen keempat telah rampung bulan agustus 2002 , namun Pembukaan Uud 1945 masih tetap , tidak diamandemen ,dan alinea keempat menyebutkan antara lain:”... untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial,...” Dengan tidak adanya perubahan terhadap pembukaan Uud 1945, menunjukan bangwa bangsa Indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengankat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional.Lebih lanjut sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional,UUD 1945 pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi : 1.

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

2. Pemerintah mengusahakan menyelanggarakan suatu sistem pendidikan nasional;yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,yanf diatur dengan undang-undang;

3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan Nasional; Sumber : FILSAFAT PENDIDIKAN 1. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa Pancasila adalah : 1.

Jiwa seluruh rakyat Indonesia

2.

Kepribadian bangsa Indonesia

3.

Pandangan bangsa Indonesia

4.

Dasar negara Indonesia

5.

Tujuan hidup bangsa Indonesia

6.

Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak

kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat, alam dan Tuhannya à mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan à sehingga mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan. Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi: 1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana. 2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat masyarakat dan sinambungnya generasi.

terbentuknya

3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama. 4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong. 5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan. Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.

1. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17 Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas pendidikan nasional: Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar, 1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ingin menciptakan manusia pancasila Th 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia (Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM) Prof.Dr. Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo, 1960:431). Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat. Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan.

3.

Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang membedakannya dengan bangsa yang lain.

Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

4. a.

Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Ontologi

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum (abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut: a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah (Darmodiharjo, 1988: 40) Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian, sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila. c. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. ini berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1. d. Sila Kerakyatan yang PermusyawaratanPerwakilan

Dipimpin

oleh

Hikmat

Kebijaksanaan

dalam

Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini, demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai contoh, dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan kehendak untuk kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan. e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang didasarkan pada asas kekeluargaan. b.

Epistemologi

Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat menentukan tujuantujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila. 1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25). 2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak ada” apaapa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya.

3) Sila Persatuan Indonesia Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. 4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dala Permusyawaratan Perwakilan Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata mufakat. 5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63). Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan. c.

Aksiologi

Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai. 1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan subsistem pendidikan nasional. 2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam. 3) Sila Persatuan Indonesia Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian, warga negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai. 4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya al-Qur’an. 5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari sistem pendidikan nasional.

2.3 Penilaian Terhadap Buku. Perbandingan antara kedua buku

1.Kelemahan Buku. Buku Filsafat Pendidikan dari Edward Purba memiliki cover buku yang berwarna cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik untuk melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama melihatnya Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama melihat bukunya. Buku dari Edward Purba sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga sedikit sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari Jalaluddin memberi banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi yang diberikan. 2.Kelebihan Buku. Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang di jelaskan.

Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa yang diajarkan agama lain.

3.Perbedaan kedua Buku. Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang membuat rasa penasaran dari calon pembaca. Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward Purba,akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail dan banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk memahaminya.

BAB III PENUTUP Kesimpulan. Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi. Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada terbentuknya pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasifondasi pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

Saran. Menurut kelompok kami , kelompok (10) cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon pembaca,ketika calon pembaca kurang suka membaca buku , hal utama yang dilihat pembaca yang malas adalah tampilan buku.Karna akan percuma jika isi buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca buku tersebut kurang ,pembaca yang malas tidak akan membaca buku yang tampilannya kurang bagus , dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap.

DAFTAR PUSTAKA 1. Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press. 2. Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Related Documents


More Documents from "helen sitorus"