Contoh Format Laporan.docx

  • Uploaded by: fitri ramdayani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Format Laporan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,711
  • Pages: 25
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN 2 ( Proses Pencapan Kain Nylon dengan Zat Warna Asam Variasi Konsentrasi Asam Asetat Metode Steaming )

KELOMPOK 8 : ANGGOTA

: FITRI RAMDAYANI

( 16020070 )

: ANANDA ABIYYU

( 16020076 )

: DEA HARYANTI

( 16020077 )

: YUNIARTI NUR AZIZAH ( 16020081 ) GROUP

: 3K3

DOSEN

: KHAIRUL U.,S.ST.,MT

ASISTEN

: Drs. SOLEHUDIN : DESIRIANA

POLITEKNIK STTT BANDUNG 2018 – 2019

I.

Maksud dan Tujuan -

Mengetahui dengan baik prinsip dasar proses pencapan poliamida dengan zat

warna asam -

Memahami karakter poliamida, zat warna asam, zat pembantu dan alat

pencapan yang akan digunakan -

Dapat membuat perencanaan proses pencapan

-

Dapat menghitung kebutuhan bahan, zat warna dan zat pembantu sesuai

proses pencapan -

Mampu melakukan proses pencapan dengan hasil pencapan yang rata dan

ketajaman motif yang memadai sesuai target

II. 2.1

-

Mampu mengevaluasi dan menganalisa hasil proses pencapan

-

Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja

Dasar Teori Serat Poliamida Serat poliamida pertama kali ditemukan oleh Wallace H Carothes pada tahun 1928.dalam usaha membuat polyester Carothes justru berhasil menemukan poliamida yang dibuat dari heksametilena

diamina dan asam

adipat.

NH2(CH2)6 NH2

+

COOH (CH2)4COOH

(heksametilena diamina)

(asam adipat )

NH2(CH2)6 NHCO(CH2)4CCOH + H2O (heksametilena diamonium adipat) Pembuatan serat poliamida

Molekul-molekul yang dihasilkan tersebut dapat bereaksi terus membentuk molekul yang panjang. Poliamida yang dibuat dari heksametilena diamina dengan asam adipat ini disebut Nylon 66 karena masing-masing zat tersebut

mempunyai enam atom karbon. Dalam perkembangannya kemudian dikenal pula beberapa jenis poliamida seperti nylon 6, nylon 7, nylon 610, dan lain-lain.

2.1.1 Pembuatan Serat Poliamida Bahan baku pembuatan serat nylon 66 adalah asam adipat dan heksametilena diamina yang keduanya dapat dibuat dengan beberapa cara, misalnya dengan pengolahan dari biji-bijian, butadiena atau dari fenol. Pembuatan dari fenol sebagai salah satu cara tersebut dapat digambarkan melalui proses-proses sebagai berikut :

COOH (CH2)4COOH + 2NH3 (asam adipat)

H2NOC (CH2)4CONH2 + 2H2O

(amoniak)

H2NOC(CH2)4CONH2

P 2O3

dehidratasi

NC (CH2)4CN + 4H2

katalis

(adipamida)

NC (CH2)4CN + 2 H2O (adiponitril) H2NCH2(CH2)4CH2NH2

(heksametilena diamina) Pembuatan serat poliamida Heksametilena diamina dan asam adipat masing-masing dilarutkan secara terpisah dalam methanol untuk membentuk garam nylon pada saat dicampurkan. Garam nylon itu dilelehkan dalam atmosfir nitrogen pada suhu 2850 – 2900C kemudian disemprotkan membentuk suatu pita dan didinginkan dengan air dingin untuk mengurangi ukuran kristal. Pita-pita nylon tadi dipotong-potong menjadi serpihan nylon yang kemudian dipintal dengan cara pemintalan leleh.

2.1.2 Sifat Fisika Serat Nylon 66 Stuktur fisika serat nylon secara umum terdiri atas dua bagian besar, yaitu amorf dan kristalin. Pada serat nylon ini komposisi kristalin sekitar 85 % sedangkan bagian amorfnya 15 %. Sifat-sifat fisik yang dimiliki serat nylon ini antara lain : 1. Bentuk morfologi serat

Penampang melintang dan membujur serat Nylon 2. Kekuatan dan mulur Kekuaatan nylon berkisar antara 4,3 – 8,8 g/denier sedangkan mulurnya 18 – 45% kekuatan basahnya sekitar 80 – 90% kekuatan kering. 3. Elastisitas Elastisitas nylon termasuk tinggi. Pada penarikan 8% elastisitasnya masih 100 % sedangkan pada penarikan 16 % elastisitasnya 91%. 4. Moisture Regain Moisture regain pada kondisi standar adalah 4,2 %. 5. Kilau Sebelum penarikan nylon tampak suram, tetapi setelah penarikan seratnya menjadi berkilau dan cerah. Untuk mendapatkan serat yang suram, kedalam polimernya perlu ditambahkan T1O2. 6. Titik leleh Pada atmosfir nitrogen nylon meleleh pada suhu 2630C, sedangkan di udara dapat meleleh pada suhu 2500C. Pada pemanasan 1500C diudara selama 5

jam, nilon dapat berubah menjadi kekuning-kuningan, sehubungan dengan itu, pada pembakaran nylon tidak meneruskan api. 7. Berat jenis nilon adalah 1,14

2.1.3 Sifat Kimia Serat Nylon 66 Stuktur kimia serat nylon merupakan rantai panjang senyawa poliamida yang mempunyai gugus-gugus amida (-CONH-), amino(-NH2) dan karboksilat (-COOH). Nylon tahan terhadap pengerjaan asam-asam lemah atau asam encer. Asam-asam kuat seperti HCl pekat pada suhu mendidih dapat menguraikan nylon menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidroklorida. Nylon sangat tahan terhadap basa, pengerjaan dengan NaOH 10 % pada suhu 85 0C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nylon sebanyak 5%. Nylon tahan terhadap pelarut pelarut yang digunakan pada pencucian kering. Pelarut yang biasa dipakai untuk melarutkan nylon adalah asam formiat, fenol dan kresol.

Struktur molekul poliamida 2.1.4 Sifat-Sifat Lain Nylon memiliki ketahan yang baik terhadap jamur, bakteri maupun serangga seperti serat sintetik lainnya. Terhadap pengaruh sinar, pada penyinaran selama lebih dari 16 minggu nylon dapat berdegradasi dan berkurang ketahanannya sebesar 23%. Nylon yang lebih mengkilap dan kuat memiliki katahanan yang lebih baik.

2.2

Zat Warna Asam Zat warna ini disebut zat warna asam karena pada zat warna aslinya mengandung asam-asam mineral atau asam organik dan memiliki gugus pembawa warna pada anionnya. Kebanyakan zat warna asam merupakan garam dari sulfonat atau karboksilat. Zat warna asam memiliki afinitas terhadap seratserat protein dan poliamida. Mekanismenya adalah pembentukan ikatan garam antara anion zat warna dengan gugus amino dalam serat. Untuk membantu mekanisme tersebut dalam proses pencelupan zat warna asam pada umumnya perlu ditambahkan asam. Pengaruh penambahan asam ini akan memperbesar penyerapan zat warna serta meningkatkan kecepatan penyerapannya. Untuk menghasilkan pencapan yang rata beberapa jenis zat warna memerlukan penambahan garam. Pengaruh garam tersebut adalah untuk merintangi atau memperlambat penyerapan zat warna dengan jalan menempati dahulu tempat yang aktif pada serat dalam berikatan. Akan tetapi pada proses pencapan dengan suasana pH tinggi, pemberian garam ini justru akan mempercepat penyerapan dan memperbesar penyerapan zat warna. Disamping hal-hal diatas, penyerapan zat warna asam ini juga dipengaruhi temperatur. Pada temperatur dibawah 400C hampir tidak ada zat warna yang terserap. Kenaiakan temperatur diatas itu akan mempercepat penyerapan zat warna sampai temperatur tertentu dimana penyerapan zat warna akan maksimum.

2.2.1 Klasifikas Zat Warna Stuktur kimia zat warna asam menyerupai bentuk zat warna direk, merupakan senyawa yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai berikut:



Golongan I Zat warna asam derivate trifenil–metan misalnya Xylena Blue VS (C.I.Acid Blue), contoh zat wara tersebut dapat dilihat pada gambar :

Zat Warna Asam Turunan Derivat Trifenil-metan ▪

Golongan 2 Zat warna asam derivate xanten misalnya Lissamine Rhodamine B(C.I.Acud Red 52.). Contoh zat warna asam derivate xanten dapat dilihat pada gambar :

Zat Warna Turunan Derivat Xanten ▪

Golongan 3 Zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitro aromatik, misalnya Napthol yellow 1 (C.I.Acid Yellow 1). Contoh zat warna asam golongan nitro dapat dilihat pada gambar :

Zat Warna Asam Golongan Nitro



Golongan 4 Zat warna asam merupakan senyawa-senyawa azo misalnya C.I. Acid Red 73

Zat warna asam senyawa azo ▪

Golongan 5 Zat warna asam yang punya inti pirazolon, misalnya tetrazine

Zat warna asam dengan inti pirazolan ▪

Golongan 6 Zat warna asam derivate antrakuinon, misalnya Solvy Blue B(C.I.Acid Blue 45), zat warna ini dapat dilihat pada gambar

Zat Warna Derivat Antarkwinon

2.2.2 Sifat Kelarutan Zat Warna Zat warna asam pada umumnya akan mudah sekali dilarutkan dalam air, hal ini karena pada molekul zat warna asam ini terdapat gugus–gugus yang berfungsi sebagai pelarutnya dalam air, yaitu gugus asam sulfonat atau dapat juga suatu gugus garam sulfomamida. Zat warna asam ini kelarutannya dalam air cukup besar yaitu sekitar 5-7%, sehingga lebih sukar terjadinya difusi zat warna kedalam serat. Hal ini disebabkan karena kelarutannya didalam larutan polimer nylon lebih kecil daripada kelarutannya dalam air. 2.3

Mekanisme Pencapan Nylon Dengan Zat Warna Asam Nylon dapat dicap dengan zat warna asam karena adanya gugus amina dan amida pada struktur kimianya terutama pada gugusan aminanya akan menyerap ion-ion hydrogen dari pasta cap asamnya sehingga akan bersifat positif dari muatan gugus tersebut, yang selanjutnya akan berikatan dengan ion-ion zat warna. Dengan adanya penambahan asam dari larutan celupnya serat nilon akan memiliki ion ammonium bebas yang memungkinkan terjadinya ikatan dengan zat warna asam. Serat nylon akan menyerrap (mengikat) ion-ion hydrogen dari pasta cap yang mengandung asam, dimana ion-ion hydrogen tersebut akan diikat oleh gugus amida, amina atau gugus gugus karboksilat dengan membentuk ikatan garam yang dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen. Reaksinya sebagai berikut: +

H3N - CONH – COOH + ZW-

+

H3N – CONH2+ – COOH + 2ZW-

ZW- + H3N- CONH – COOH ZW +H3N – CONH2+ - COOH

Pemberian elektrolit yang menghambat penyerapan zat warna asam pada serat poliamida disebabkan karena anion elektrolit memiliki stuktur yang lebih sederhana sehingga lebih mudah bergerak dan berikatan dengan serat. Akan tetapi karena ikatan tersebut lemah, pada akhirnya ikatan tersebut digantikan dengan ikatan antara zat warna dengan seratnya.

2.4

Zat Kimia Pembantu Zat kimia pembantu adalah zat yang ditambahkan dalam pasta cap dengan tujuan untuk menghindari dan mengatasi masalah yang terjadi sehingga diperoleh hasil produk dengan mutu yang baik atau diharapkan.

Beberapa jenis zat pembantu kimia a. Pelarut zat warna Membantu pelarutan dan pendispersian zat warna untuk mencegah agregasi dan efek speck (belang bintik). Pemilihan zpt ini perlu disesuaikan dengan jenis zat warnanya, karena zat pelarutan ini spesifik untuk jenis zat warna tertentu. b. Zat hidrofobik c. Zat pelunak air Ketika ada ion-ion logam tercampur pada pasta cap selama persiapan pasta atau selama proses pencapan, zat warna dengan struktur tertentu dapat membentuk khelat dengan ion logam sehingga ketuaan warna akan turun, corak warna berubah atau memperburuk daya disperse zat warna. Penambahan zat pelunak air dimaksudkan untuk meredam kereaktifan ion logam yang ada pada pasta cap tersebut, pemakaian yang dianjurkan adalah 0,1-0,5%. Pemakaian lebih besar dianjurkan jika ada kontak langsung dengan bagian logam seperti rakel rol. d. Zat anti reduksi Pengental kanji dan turunannya serta serat selulosa merupakan subyek proses reduksi pada pengerjaan suhu tinggi terutama dalam suasana alkalis. Juga ketika pasta pencapan mengandung ion logam (khususnya besi), zat warna akan sangat tereduksi pada suhu tinggi, akibatnya terjadi perubahan corak dan ketuaan warna sesuai dengan rusaknya struktur molekul zat warna, khususnya pada zat warna azo. e. Zat anti busa f. Pengawet Pasta pengental yang disimpan lama, akan membusuk sehingga viskositasnya akan turun. Agar tidak rusak dan viskositasnya stabil maka perlu ditambahkan pengawet. g. Zat higroskopis

h. Zat pemercepat/pemacu fiksasi Senyawa penggelembung sering dipakai untuk memperbaiki fksasi zat warna maupun mempercepat waktu fiksasi. Efektif mencegah fiksasi yang tidak rata akibat fluktuasi kondisi fiksasi seperti fluktuasi suhu, waktu, kelembaban dsb. i. Zat pereduksi j. Zat pengatur pH k. Zat pencegah koagulasi l. Zat pencegah gas fading Zat-zat pembantu yang digunakan disesuaikan dengan jenis serat dan zat warnanya, berfungsi untuk memperoleh hasil pencapan yang baik seperti penetrasi zat warna, kerataan warna dan fiksasi yang optimal. 2.5

Persiapan Pasta Cap

2.5.1 Persiapan Larutan Zat Warna Jenis zat warna yang digunakan untuk pencapan pada umumnya sama dengan yang digunakan untuk pencelupan. Zat warna untuk pencapan biasanya dalam bentuk pasta selain dalam bentuk bubuk yang lebih halus. Pemilihan jenis zat warna yang digunakan pencapan disesuaikan dengan mesh alat cap, jenis serat, sifat tahan luntur warna dan sifat-sifat lain yang diinginkan seperti kestabilan dalam pasta cap, kepekaan terhadap zat-zat kimia, ketahanan terhadap suhu tinggi dan sebagainya. Zat warna yang akan digunakan setelah dilakukan penimbangan sesuai kebutuhan dimasukkan ke dalam tangki, zat warna dilarutkan atau didispersikan dengan menggunakan air atau zat pelarut/pendispersi, dengan bantuan pengadukan pemanasan atau zat pembantu yang bersifat memperbaiki kelarutan agar segera terbentuk larutan/pasta zat warna yang homogen.

2.5.2 Persiapan Pengental Induk Pengental dalam pencapan mempunyai peran yang penting, yaitu berfungsi untuk melekatkan zat warna pada bahan tekstil sehingga diperoleh gambargambar tertentu dengan batas yang tajam. Jenis pengental yang dipakai untuk pencapan disesuaikan dengan jenis bahan/kain yang akan di cap, jenis zat warna dan alat atau mesin yang

digunakan. Karena tiap pengental mempunyai viskositas, daya rekat, daya penetrasi dan elastisitas tertentu, kadang-kadang dilakukan pencampuran beberapa jenis pengental untuk memperoleh sifat yang diinginkan atau diperlukan pencampuran untuk mengurangi biaya produksi. Viskositas pasta induk sebagai pengental yang akan digunakan untuk pasta cap, dibuat lebih tinggi viskositasnya daripada viskositas pasta cap. Pada umumnya pembuatan pengental induk dilakukan dengan menambahkan bahan pengental ke dalam air dingin atau panas sedikit demi sedikit sambil dilakukan pengadukan kecepatan tinggi dalam waktu tertentu sampai terbentuk pengental yang homogen dan apabila diperlukan didiamkan selama waktu tertentu untuk menghilangkan gelembung udara. Pembuatan pengental induk dilakukan pada tangki pengental plastik atau tangki yang dilengkapi dengan pengaduk kecepatan tinggi, pemanas, kran air dan pompa penyuplai. Dalam pengental induk yang telah jadi, dapat ditambahkan pelunak air 0,5% dan pengawet 0,05% (anti busuk) dan atau zat pembantu lain untuk menjaga kestabilan pasta pengental induk. Zat pembantu yang ditambahkan bisa pada waktu persiapan pasta cap atau pada saat akan digunakan pencapan tergantung dari sifat pengental dan kondisi proses pencapan.

2.5.3 Persiapan Pasta Cap Pasta cap adalah pasta yang siap digunaan untuk proses pencapan, di dalam pasta cap terdiri dari beberapa komponen pokok, yaitu : 1. Zat warna 2. Pengental induk 3. Zat kimia pembantu 4. Air (sebagai pelarut dan balance)

Pada bagian ini dilakukan penimbangan, pencampuran dan jika perlu penyaringan terhadap beberapa komponen pokok tersebut. Penimbangan disesuaikan dengan resep pasta cap yang telah ditentukan oleh laboratorium, misalnya berdasarkan kesesuaian warna, urutan warna motif dan mutu pencapan dari contoh pemesan (proofing). Jumlah pasta cap disesuaikan dengan jumlah bahan/kain yang akan di cap dan besar kecilnya motif.

Selain hal tersebut kekentalan (viskositas) pasta cap perlu dilakukan pengujian yang disesuaikan dengan alat cap dan bentuk/ukuran motifnya. Prinsip pembuatan pasta cap adalah pencampuran sejumlah zat warna yang telah di larutkan/dipastakan dengan air atau dengan bantuan zat pelarut zat warna ke dalam pengental induk yang telah dicampur dengan zat-zat pembantu, secara sedikit demi sedikit sambil dilakukan pengadukan. Untuk pengaturan viskositas pasta cap dilakukan dengan mengatur jumlah air dan atau pengental induk sampai diperoleh viskositas yang diinginkan.

III.

Metode Praktikum 3.1 Alat dan Bahan Alat :

Bahan :

-

Kasa datar

-

Kain Nylon

-

Rakel

-

Zat warna asam

-

Meja pencapan

-

CH3COOH

-

Gelas plastik

-

Gliserin

-

Timbangan

-

Pengental Tamarin

-

Pengaduk

-

Air

-

Pipet ukur

-

Hairdryer

-

Stenter

-

Kompor

3.2 Resep dan Perhitungan Resep Resep -

Zat warna asam

: 30 g

-

Gliserin

: 40 g

-

CH3COOH

: 0 – 20 – 40 – 60 g

-

Pengental

: 600 g

-

Balance

:xg : 1000 g

-

Pengental induk

: 15 %

Perhitungan resep -

15

Pengental Induk Tamarin = 100 𝑥 600 = 90 gram pengental + 510 gram air Kain 1 30

-

Zat warna

: 1000 × 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Gliserin

: 1000 × 50 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

CH3COOH

: 1000 × 50 = 0 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Pengental

: 1000 × 50 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Air

: 1000 𝑥 50 = 16,5 gram

40 0

600 330

Kain 2 30

-

Zat warna

: 1000 × 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Gliserin

: 1000 × 50 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

CH3COOH

: 1000 × 50 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Pengental

: 1000 × 50 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Air

: 1000 𝑥 50 = 15,5 gram

40 20

600 310

Kain 3 30

-

Zat warna

: 1000 × 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Gliserin

: 1000 × 50 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

CH3COOH

: 1000 × 50 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Pengental

: 1000 × 50 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Air

: 1000 𝑥 50 = 14,5 gram

40 40

600 290

Kain 4 30

-

Zat warna

: 1000 × 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Gliserin

: 1000 × 50 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

40

60

-

CH3COOH

: 1000 × 50 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Pengental

: 1000 × 50 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚

-

Air

: 1000 𝑥 50 = 13,5 gram

600 270

3.3 Fungsi Zat -

Zat warna asam : Sebagai zat yang memberikan warna pada pasta cap.

-

Pengental Tamarin

: Meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat warna

pada bahan tekstil dan sebagai pengatur viskositas. -

CH3COOH

: Sebagai pemberi suasana asam dan sebagai pendonor muatan positif

agar penyerapan zat warna asam pada kain meningkat. -

Deterjen

: Menghilangkan sisa pasta cap yang menempel di permukaan serat

pada proses pencucian -

Gliserin

: Sebagai zat higroskopis sehingga zat warna tidak mudah bermigrasi

3.4 Diagram Alir Pembuatan Pengental Tamarin

Pembutan Pasta Cap

Proses Pencapan

Pre-Drying

Steaming 100°C 15'

Cuci Dingin

Cuci Panas

Cuci Sabun

Drying

Evaluasi Ketuaan dan Kerataan Warna

3.5 Cara Kerja Pembuatan Pengental CMC 1. Tamarin bubuk ditimbang sesuai kebutuhan, sementara air hangat untuk pembuat pengental disiapkan sesuai kebutuhan. 2. Ke dalam air hangat, bubuk Tamarin dimasukkan sedikit demi sedikit sambil dikocok dengan mixer sampai viskositas pengental sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan Pasta Cap 1. Mengambil pengental Tamarin yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan 2. Memasukkan zat warna asam dan zat pembantu ke dalamnya sesuai kebutuhan. 3. Diaduk terus sampai semua bagian merata Proses Pencapan 1. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan rata pada meja cap. 2. Meletakkan screen pertama tepat berada pada bahan yang akan dicap. 3. Pasta cap diletakkan pada bagian atas screen (tidak mengenai motif). 4. Dilakukan perakelan sebanyak 2 kali secara merata, dengan tekanan. 5. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif. 6. Screen kemudian dilepaskan. 7. keringkan kain hasil pencapan pertama agar pada pencapan kedua warna tidak bercampur sehingga hasil pencapan menjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan 8. Berikutnya dilakukan perakelan untuk screen kedua dengan warna yang berbeda. Screen diletakkan tepat pada motif warna kedua. 9. Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang screen dengan memposisikan motif, agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat. 10. Lakukan perakelan kembali. 11. Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga sedikit mengering. 12. Dilakukan proses pre drying terlebih dahulu pada setiap kain. 13. setelah itu lakukan proses steaming pada pada suhu 100°C selama 15 menit. 14. setelah proses steaming selesai bilas kain dengan air dingin, kemudian air panas dan terakhir dengan sabun.

15. kemudian setelah dicuci keringkan kain dan akukan evaluasi (ketuaan dan kerataan warna)

IV.

V.

Data Pengamatan

No

Jenis Pengental

Nilai Viskositas ( Cps )

1

CMC 15%

40.000

2

Tamarin 15%

11.000

No

Variasi Konsentrasi

Nilai Ketuaan Warna Motif

Kain

Asam Asetat ( gram )

( 10 – 100 )

1

0

50

2

20

60

3

40

65

4

60

40

Diskusi 5.1 Penggunaan Pengental CMC dan Tamarin Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang mudah larut dalam air dan banyak digunakan sebagai pengental terutama dalam bidang tekstil. Adapun reaksi pembuatan CMC adalah sebagai berikut: ROH + NaOH

R-ONa + HOH

R-ONa + Cl CH2COONa

RCH2COONa + NaCl

Pada praktikum kali ini digunakan pengental CMC dengan konsentrasi 15% kemudian dilakukan pengukuran viskositas dengan alat viskometer menunjukkan hasil kekentalan dari pengental induk CMC sebesar 40.000 Cps. Penggunaan pengental CMC pada pasta cap dengan penambahan asam sebesar 0 – 40 gram menunjukkan hasil kekentalan pasta cap yang cukup bagus secara visual, sedangkan dengan penambahan asam sebesar 60 gram menyebabkan pasta cap memiliki viskositas yang lebih encer.

Selain menggunakan pengental CMC, pada praktikum pencapan nylon dengan zat warna asam ini juga digunakan pengental tamarin, pengental tamarin itu sendiri merupakan pengental yang terbuat dari bahan alami seperti biji asam. Penggunaan tamarin dengan konsentrasi 15% sebagai pengental induk didapatkan nilai viskositas dengan menggunakan alat viskometer sebesar 11.000 Cps. Pengaruh penambahan asam pada pasta cap menunjukkan hasil kekentalan yang sama seperti pada penggunaan pengental CMC yaitu penggunaan pengental tamarin pada pasta cap dengan penambahan asam sebesar 0 – 40 gram menunjukkan hasil kekentalan pasta cap yang cukup bagus secara visual, sedangkan dengan penambahan asam sebesar 60 gram menyebabkan pasta cap memiliki viskositas yang lebih encer.

5.2 Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Asetat pada Ketuaan Warna Motif Zat warna ini disebut zat warna asam karena pada zat warna aslinya mengandung asam asam mineral atau asam organic dan memiliki gugus pembawa warna pada anionnya.Kebanyakan zat warna asam merupakan gram dari sulfonat atau karboksilat .Zatwarna asam memiliki afinitas terhadap serat serat poliamida .Mekanismenya adalah pembentukan ikatan garam antara anion zat warna dengan gugus amino dalam serat. Untuk membantu mekanisme tersebut dalam proses pencapan zat warna asam pada umumnya perlu ditambahkan asam .Pengaruh penambahan asam ini akan memperbesar penyerapan zat warna. Mekanisme pencapan nylon dengan zat warna asam adalah sebagai berikut : Nylon dapat dicap dengan zat warna asam karena adanya gugus amina dan amida pada struktur kimianya terutama pada gugusan aminanya akan menyerap ion ion hidrogen dari pasta capnya sehingga akan bersifat positif dari muatan gugus tersebut ,yang selanjutnya akan berikatan dengan anion zat warna asam .Dengan adanya penambahan asam pada pasta capnya, serat nilon akan memiliki ion ammonium bebas yang memungkinkan terjadinya ikatan dengan zat warna asam. Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Serat Nylon H2N CONH COOH

+ H N CONH 3

COO

- +

H3N CONH

COOH

+

+ H3N CONH2

COOH

Serat nylon akan menyerap (mengikat) ion ion hidrogen dari pasta cap yang mengandung asam ,dimana ion ion hidrogen tersebut akan diikat oleh gugus amida ,amina atau gugus gugus karboksilat

dengan

membentuk ikatan garam yang dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen. Adanya tempat-tempat positif pada bahan memungkinkan terjadinya ikatan ionik antara anion zat warna asam dengan serat yang sudah menyerap ion H+ dari serat poliamida. Pada praktikum pencapam nylon dengan zat warna asam ini dilakukan pencapan dengan variasi konsentrasi asam asetat, dimana dengan penambahan asam asetat yang semakin banyak maka gugus amida dari serta nylon akan lebih banyak mengikat ion hidrogen sehingga dapat mengikat lebih banyak anion zat warna asam dengan kata lain bahwa semakin banyak asam asetat yang ditambahkan maka ketuaan warna motif yang dihasilkan akan lebih tua. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dengan penambahan asam asetat sebesar 0 gram, 20 gram sampai 40 gram menghasilkan ketuaan warna yang semakin tua sedangkan pada penambahan asam asetat sebesar 60 gram ketuaan warna yang dihasilkan tidak semakin tua hal tersebut bisa terjadi karena kation yang berada dalam serat sudah terikat seluruhnya dengan anion zat warna asam sehingga sudah tidak ada tempat lagi anion zat warna asam untuk berikatan dengan kation yang ada pada serat nylon.

VI.

Kesimpulan Berdasarkan praktikum pencapan nylon dengan zat warna asam dapat disimpulkan bahwa : 6.1. Penggunaan pengental CMC ( Carboxy Methyl Cellulose ) dengan pengental tamarin menghasilkan viskositas pasta cap yang relatif sama. 6.2. Penggunaan asam asetat dengan jumlah yang lebih banyak menghasilkan ketuaan warna motif yang semakin tua.

Daftar Pustaka -

Purwanti., et al. Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan. Bandung: Institut Teknologi Tekstil., 1978. Lubis, H. Arifin., Agus Suprapto & Elina Hasyim. (1998). Teknologi Pencapan Tekstil, Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Isminingsih, S.Teks, M.Sc.dkk. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut Teknologi Tekstil. Bandung: 1982

1. Hasil Pencapan dengan Variasi Asam Asetat 0 gram

2. Hasil Pencapan dengan Variasi Asam Asetat 20 gram

3. Hasil Pencapan dengan Variasi Asam Asetat 40 gram

4. Hasil Pencapan dengan Variasi Asam Asetat 60 gram

Related Documents


More Documents from "anik utami"