Cerpen 1 Lembar.docx

  • Uploaded by: Kodok Net
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cerpen 1 Lembar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,267
  • Pages: 28
Kisah Seorang Penjual Koran

Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Ipiin setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus. “Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati. Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.

GADIS PENJAJA TIKAR Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kejenuhan. Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar. “Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!” Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. “Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi. “Saya harus membantu ibu saya. “jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu. Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak Umar heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja.

Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga.

Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.

RINDU MERAH JAMBU Otakku browsing ke masa tiga minggu lalu. Saat pertama melihatmu. Aku terkesiap, sama sekali tak menyangka parasmu begitu rupawan. Laksana pangeran dalam impian. Dan senyumnya menaburkan gula-gula di hatiku. Aku merasa mulai terpedaya dengan rasa suka. Di rumah kita berbagi cerita. Dan engkau menabur banyak benih kekaguman di hatiku. Saat kau shalat di rumah, desah khusyu memanggil Rab sungguh mengharu biru. Kuteriakkan dalam hatiku, ” Rab, seperti inilah lelaki pujaanku!” Lembut matamu memandangku. Kuteriakkan padamu,” jangan menatapku begitu, Ben. Daku malu!” Kau pun tersenyum kemudian meminum teh botol yang kusuguhkan. Setelah itu kita sama-sama mengandung rindu. Tapi seperti jumpa perdana, pertemuan berikutnya susah rasanya. Kau dijerat kesibukan luar biasa. Padahal jarak bukan masalah bagi kita. Kau tidak lagi di Perancis sana. Kau ada di Jakarta. Dengan dua jam saja sebenarnya kita bisa bersua. “Aku rindu,” smsku hari itu. “Aku juga sangat rindu padamu,” jawabnya. “Jadi kapan kita dapat bertemu?” tanyaku menghiba. “Secepatnya. Jika aku tidak sibuk tentu saja.” Uh, jadi sangat benci sekali dengan kata itu. Kata itu telah menjadi racun dalam kehidupanku. Sibuk, sibuk dan sibuk. Jika sibuk itu adalah sebuah bantal, tentu akan kupukul agar dia tidak jadi penghalang pertemuanku lagi. Jika sibuk itu sebuah apel akan kulumat sampai habis, kalau perlu bijinya kutelan sekalian. Tapi sibuk itu telah menjadi mahluk, pembatas rasa rindu kami. Jadinya kuberdoa terus agar engkau tidak lebih mencintai mahluk bernama sibuk itu daripada diriku. Lama-lama bosan juga melawan si sibuk itu. Kukatakan pagi itu lewat sms. “Pagi ini kusegerakan shalat, berdoa di hadapan Rabku. Rab, jika Ben itu baik untukku maka mudahkanlah pertemuanku dengannya. Tetapi jika ia tidak baik untukku, maka tolong jauhkan ia dariku dan gantikan dengan yang jauh lebih baik darinya.” Seperti kebakaran jenggot Ben membalasnya panjang lebar. “Aku harap kamu mau mengerti kesibukanku. Akan kuusahakan sebisaku bertemu. Hari Rabu, ya hari Rabu. Bagaimana, bisa tidak?” Rabu adalah hari dimana kuharus memprogram semua kegiatan belajar murid-muridku. Rabu adalah pekerjaanku yang utama. Tapi aku tahu, rindu memerlukan pengorbanan. Jadi kukatakan padanya, “Ya, bisa saja tidak masuk kerja. Tapi bagaimana dengan pekerjaanmu?” Jawabnya sungguh di luar dugaan. “Bagaimana lagi, kalau rindu susah ditahan kan?” Ah Ben, jadinya kumulai menghitung hari sejak pertama kau katakan itu. Kubayangkan melihatmu lagi. Senyummu, gaya berwibawamu dan semuamu. Ya Tuhan, izinkan aku bertemu dengannya. Biarlah rindu merah jambuku mengantarku dalam kebaikan bersamanya. Amin.

Cerpen AIDA ”KREOL” Cerpen Raudal Tanjung Banua INI kepulangan yang mendebarkan, setelah lama ia bayangkan bakal menuntaskan kunjungan ke sebuah kota "yang dibangun dari menara sekaligus terowongan bawah tanah". Ya, ini akan menjadi kepulangan yang menuntaskan segala sesak di dada Aida, tentu bukan lantaran ia punya sedikit gejala asma. Meski ia sendiri, sungguh celaka, tak sanggup merumuskan sesak karena apa. Aneh memang, tiap kali ia mencari tahu apa yang bergolak dalam batinnya (yang sesungguhnya tidak menyenangkan), yang muncul justru debar. Seolah ia menunggu sesuatu entah apa, tapi dengan membayangkannya saja semuanya terasa menyenangkan. Ah, semoga benarlah semua bakal menyenangkan, ia berharap. Ya, mestinya memang demikian. Ini kepulangan yang kedua kalau dihitung sejak ia bertunangan dengan Kudal, lakilaki perantauan yang dicintainya. Serta kepulangan pertama sejak Aida menikah dan punya seorang anak yang gemar melukis bis. Seharusnya pernikahan mereka di kampung juga, tapi malaria yang menulari mereka di kapal, membuat mereka memasang nawaitu, membulatkan tekad untuk segera menikah jika sembuh --padahal baru saja datang dari kampung yang jauh. Maka begitu sembuh, jadilah mereka "pengantin malaria", berkah yang menuntaskan pertunanganan menjadi perkawinan seketika, mengenyahkan sekian rumus rumit berumah tangga. (Mengapa tak malaria di kampung saja kalau ternyata membuat kami menikah sekarang juga? Kata Kudal garuk kepala. O, inilah rahasia jodoh, kata petugas nikah yang arifbijaksana). Batal menikah di kampung, tak apa, toh semuanya rampung dengan cepat, di mana mereka sebagai pengantin pun kaget mendapatkan diri saling pandang di ranjang rumah kontrakan. Sepasang mata mereka basah. Tapi lalu terbiasa. Termasuk menyiapkan kepulangan kali ini, sebutlah "membayar hutang" kepulangan yang tertunda --o, mereka pun arif-bijaksana! *** Bersambung ***

PERSAHABATAN YANG RAPUH Alkisah ada persahabatan yang damai. Persahabatan itu hanya ada dua orang. Namanya Lina dan Rika. Dua orang itu sangat berbeda, Rika sangat kaya dan sombong. Sedangkan Lina seorang anak yang sederhana dan baik hati. Pada suatu hari Lina mengajak Rika berenang di pantai. Sesampainya di pantai dia berganti baju dan berenang. Rika menantang Lina, dia ingin berenang sampai ke bawah laut dan harus menemukan benda yang berharga. Sesampainya di bawah laut Lina dan Rika mencari benda itu, Lina di kiri dan Rika di kanan. Rina melihat banyak harta hingga matanya berkaca-kaca, begini katanya “Aku harus bisa mengalahkan Lina”. Dia langsung naik ke atas, sementara Lina masih di bawah. Rika menunggu Lina sampai lama dan dia berteriak, “Lina cepat naik ke atas”. Lina pun menuruti perintah Rika tetapi dia belum mendapatkan benda satu pun. Sesampainya di atas Rika pura – pura bertanya seperti ini “Lina mengapa kamu tidak membawa benda berharga?” “Kan sudah kamu panggil”, ujar Lina. “Kalau begitu, aku yang jadi pemenangnya dong”, kata Rika. ”Ya sudah kita pulang saja yuk,” ajak Lina. “Ayo”. Sesampainya di rumah Rika, Lina tidur siang sedangkan Rika bermain dengan benda yang didapatkannya. Pada malamnya Lina dan Rika sedang menonton TV sambil mereka berbicara banyak hal disertai dengan senda gurau yang membuat persahabatan mereka sungguh indah. Pada waktu Lina dan Rika sedang asyik berbicara, tiba-tiba mama Rika memberikan pop corn sambil berkata, “Anak-anak, ini untuk kalian berdua.” ”Iya Ma,” jawab Rika. “Terima kasih, Tante,” ujar Lina. Pada saat mama Rika pergi lalu keduanya berebutan pop corn hingga mereka bertengkar dan lupa akan makna pembicaraan yang baru saja mereka bicarakan. Mereka saling dorongmendorong sehingga Rika terjatuh dan menangis. Datang mamanya Rika untuk mendamaikan pertengkaran mereka.

“Rika, Lina, ayo kalian jangan bertengkar. Bertengkar bisa membuat persahabatan kalian menjadi hancur serta saling marah. Marah itu teman setan. Kalian tidak mau jadi teman setan, kan?” mama Rika menasehati keduanya. “Tidak mau, Ma. Tapi Lina yang nakal mendorong saya hingga terjatuh,” Rika berkata sembari terisak tangis. “Saya juga tidak mau jadi teman setan, Tante,” Lina turut berbicara.”Saya tidak sengaja mendorongnya,” tambah Lina seolah bersalah. “Ya sudah, Mama tidak membela siapa-siapa. Siapa yang mau minta maaf lebih dulu disayang Tuhan,” kata mama Rika dengan bijaksana.

WAKTU UNTUK DIA Telah ribuan juta detik waktu yang ku berikan setiap harinya hanya untuk memimpikan dia. Bahkan berkali lipat dari itu aku selalu merindukan setiap senyum kecil itu, yang selalu menghiasi wajah tirus-nya. Ayu, mempesona, setiap hari yang aku lalui tak pernah luput dari bayang itu. Segala gerak langkahnya menghiasi malam yang aku lewati. “Sungguh, tiada waktu yang lebih indah selain waktu yang kuhabikan untuk dirinya”, ucapku lirih sambil memeluk bulan di peraduan. Pagi, enam empat puluh tujuh menit aku selalu sudah duduk menanti dia di stasiun kereta itu. Disana aku selalu melihat rabutnya yang terurai saling berkejaran. Beberapa buku di genggaman, seutas kabel headset terlihat membelah menuju satu celana. Indah, sejurus kemudian aku akan menyaksikannya duduk dibangku kereta dengan membaca sebuah buku. Di balik jendela itu, selalu terlihat wajah yang sama setiap paginya. Siang, di sela jam istirahat aku selalu sibuk menerka dan menebak apa yang sedang ia lakukan. “Ah, mungkin dia sedang santai di mall”, pikirku, “tapi tidak mungkin, kelihatannya dia bukan tipe wanita seperti itu”, lanjutku. Dari tampang dan penampilannya, memang dia bukan tipe wanita yang selalu bersolek atau terlalu perduli dengan penampilan. Nyatanya, penampilannya sederhana, meski terlihat sangat cantik. “Dia kan selalu membaca buku, mungkin dia sedang dikampus, belajar”, ucapku setengah berteriak. Ya, wanita cantik itu, dalam setiap pertemuan rahasiaku, memang selalu dekat dengan buku. “Tapi…. Mungkin saja buku cerpen atau novel”, pikirku ragu untuk menebak. Di sore hari, berbeda dengan pagi dan siang, aku selalu menghabiskan waktu untuk menunggunya di stasiun tempat ia berangkat. Selalu, sampai batas jam enam sore tak satu pun sosok yang mirip dengan dirinya, “semoga hari ini ia pulang dengan kereta yang sama”, harapku cemas. Selalu saja begitu, satu kali dua puluh empat jam, waktu ku untuk dia tidak terganti dengan apapun. Bahkan, perjalanan waktu itu telah menjadi catatan sejarah hidup yang tak lupa aku bukukan dalam ingatan. Selepas magrib, menyadari ia tak muncul di stasiun kereta itu, beberapa menit ku mengasap, menguap entah kemana. Angan dan khayal ku membumbung, mencoba mencari kemanakah rimba gadis nan rupawan itu saat ini. Aku benar-benar tak puas mendapat kenyataan bahwa aku hanya bisa bertemu dengannya di pagi buta itu, hanya sekejab, tanpa kata tanpa makna. Terus, aku mencari ke seluruh penjuru alam, bahkan sampai ditempat-tempat yang paling kelam. Riuh pasar ku datangi, sepi hutan ku lalui, hanya untuk mengejar bayang sang gadis pujaan, sampai akhirnya aku letih dan tertatih. Deru kereta jam tujuh malam memaksaku terbangun dari mimpi, membangkitkanku seolah berkata keras, “waktumu telah habis, sekarang kau harus pulang”. “Sial”, ucapku kaget. Kenapa begitu cepat hari berganti, kini hari telah gelap dan aku harus kembali berjuang di gelapnya malam dalam jeruji dinding yang aku buat sendiri. Seindah apapun dinding kamar itu aku buat, aku selalu terpenjara dalam sunyi dengan bayang wajahnya yang menghantui.

PETANI CABE SUKSES DI DESAKU Untuk menjadi sukses itu impian semua orang contohnya saya, saya sangat ingin sukses seperti tetanggaku. Dia sukses karena kegigihanya bekerja dengan disertai doa dan tekat yang kuat, petani cabe di desaku bayak yang sukses. Aku ingin sekali seperti mereka yang sukses dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dan sebenarnya aku sangat iri dengan kesuksesan tetangga di desaku. Aku jadi terpancing untuk melakukanya, dia saja bisa kenapa saya tidak. Aku mulai mencari informasi tentang tata cara bagaimana penanaman cabai yang baik dan benar, agar sebagai petani pemula bisa menanam dengan hasil yang baik. Dan keberuntungan berpihak kepadaku aku diajak tetanggaku yang menanam cabai dan membantunya, kesempatan emas bagiku agar aku tau akan tatacara penanaman cabai yang baik dan benar, sambil mencari atau mengambil ilmunya. “Sibuk apa di?” Tanya tetanggaku kepadaku. “Masih nganggur mas” ujarku? Tanpa basa basi dia langsung mengajakku untuk membantunya. “Kamu mau tidak untuk membantuku untuk menanam cabai” jawabnya “Boleh, dari pada saya cuma lontang-lantung di rumah tidak ada kerjaan saya mau” ujarku dengan wajah yang berbinar. Senang saya jadi bisa mengambil ilmunya tentang menanam cabai karena sudah sejak lama aku ingin menanam cabai. Setelah beberapa hari aku membantunya. Ternyata menanam cabai itu tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak hal hal yang perlu di ketahui untuk mananam cabai itu, missalnya obat obatan untuk tanaman cabai, pupuk, ataupun pemilihan bibit cabai yang unggul. Dalam peneneman cabai harus dengan keberanian yang tinggi dan tekat yang kuat agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan perlu diketahui juga ternyata jadi petani cabai itu, sawah tempat menanam cabai jadi rumah kedua banyak kegiatan yang dihabiskan di sawah hampir dua puluh empat jam kita habiskan disana. Dalam perawatan tanaman cabai sangat lah sulit untuk pemula seperti saya apalagi saya belum banyak mengetahuinya tatacara peneneman yang baik itu. Setelah dengan pemikiran yang cukup matang saya mengurungkan niat saya untuk menanam. Saya belum mengetatui banyak hal bagaimana perawatanya itu dan modal yang sangat besar juga saya juga belum memegang itu. Kali ini saya akan mambantu tetangga saya sampai saya benar benar bisa dan mampu untuk mengikuti jejak seperti dia seperti dia. Setelah cukup lama aku bersamanya dan saya sudah cukup dan memegang modal ilmu darinya saya mencoba mandri akan menanam cabai sendiri, dan semoga berhasil seperti tetangga tetangga di desaku yang sukses gara gara jadi petani cabai. ---oOo---

PEDAGANG UNTUNG BESAR KARENA GIAT Dengan kerja keras dan tak pantang menyerah keuntungan akan diperoleh dengan mudahnya. Contohnya pedagang ditempatku yang bekerja sangat giat dan dengan tekun keuntungan akam menghampirinya dengan sangat cepat. Pedagang ditempatku bernama Umi. Dia sangat giat dalam mencari lembaran rupiah untuk kehidupanya dan keluarganya. Umi bisa disebut dengan pedagang dadakan tidak setiap hari dia berdagang cumin hari hari tertentu dan kalau ada sebuah pertunjuan di desa. Disetiap ada pertunjukan di mana saja, pasti dia berdagang untuk menjemput rejekinya. Suatu hari saya mengasih tahu kalau ada tontonan atau pertunjukan yang cukup jauh dari desaku. “Um, ada tontonan di desa tetangga” kataku “Di mana? Katanya “Di lapangan desa sebelah” kataku lagi “Kapan?” “Besok kayaknya?” “Beneran gak nih”. “Lihat saja besok kalao ada berarti aku tidak berbohong” Dan keesokan harinya benar saja dia sudah ada disana untuk menjemput rejekinya. Memang baru baru ini saya lihat keuntunganya belum seberapa karena pembelinya tidak seberapa. Tapi dia tidak pantang menyerah untuk menjemput rejekinya itu yang masih jauh. Dia masih tetap saja mencari rejekinya yang tak kunjung didapatkannya itu. Dia pantang menyerah untuk berdagang demi kebutuhanya dan keluarga dan semangatnya perlu di apresiasi. Memang semangatnya begitu sangat besar. Suatu hari dia berdagang dengan tekniknya dia kali ini mendapat untung sang sangat besar. Dan setiap berdagang dia selalu untung besar, di setiap berdagang dia serlalu menyelipkan teknik teknik dagang caranya sampai dia sukses dengan berdagang. Dengan teknik berdagang dan strateginya mengatur keuangan dan barang dagangannya sekarang dia sudah mendapat untung besar. Dengan keuntungan yang didapatnya tersebut dia tidak lagi berdagang keliling. Waktu ada tontonan atau pun pertuntukan dia sudah menetap dengan barang daganganya. Karena dengan kejujuran yang dia miliki dan stategi berdagang dia mampu, jadi pembeli tidak pindah ketempat lain. Di tokonyaa tambah banyak pembeli pembeli yang sesana. Dia sangat ambisius dengan berdagang kalau suatu hari nanti dia bisa untung besar dan sukses dengan hasilnya dia sendiri dia bisa mebuktikanya itu

KITA ADALAH SAHABAT Teet.. Teet.. Teeet.. Bunyi bel sekolah tanda untuk masuk kelas. Vyo, vina dan yani memasuki kelas “vyo, si udik kemana, kok gak keliatan dari tadi?” kata vina sambil melihat seisi kelas “gak tau, tanya aja sama sahabatnya. Tuh.. Si yani.” kta vyo sambil menunjuk yani “aku juga gak tau, sakit mungkin” sahut yani “Ssst.. Mr. kasir dateng” kata vina Semua siswa tenang mendengarkan Mr. kasir, selain vyo vina, iqbal dan rangga, yaa.. Mungkin kami sedikiit nakal Selang beberapa menit kemudian ada suara yang memecah keheningan “maaf mister, saya terlambat, saya bangun kesiangan” kata aisah memelas “ya sudah.. Letakan tas kamu di meja lalu berdiri satu kaki di depan kelas sampai jam pelajaran saya habis” kata Mr. kasir seenaknya “yaah.. Gak bisa dinego ya pak?” tanya aisah “nego nego!” Hentak Mr. kasir “iya iya pak!” aisah pun menyerah “udah udik, alay, pemalas lagi. Aduh, pake hidup segala” celoteh vyo “dasar udik” sahut rendra “udik dipelihara” fernanda pun ikut menyaut semua menertawakan aisah dan menyorakinya “Sudah! Diam semua. Apa mau ikut dihukum?” Kata Mr. kasir Detik demi detik berlalu jam Mr. kasir pun berakhir, Aisah langsung diserbu anak-anak sekelas menggunakan sampah yang dilemparkan ke mukanya, dan saat itu pula aisah berlari ke kamar mandi, mungkin dia menangis. Penyebabnya dia dimusuhi adalah karena dia merusak kelas saat semua anak di kelas menghias dan membersihkannya dengan susah payah, dia kotori dengan sepatunya yang kotor arena menginjak lumpur saat berangkat sekolah, dan akhirnya kelas IX B tidak jadi juara kelas “yaah.. Beraninya lari, dasar pecundang!” Ejek vyo Vyo dan vina pergi ke aula untuk mencari tau tugas yang diberikan pak sumardi guru bahasa Indonesia “eh.. Ada si udik disini” kata vyo sambil menunjuk aisah “iya, udik udiik.. Huh, udah kayak kuman kamu, bawa sial!” cemooh vina Vyo dan vina pun kembali ke kelas karna guru yang seharusnya mengajar tidak ada, suasana kelas sangat ricuh dan ramai tapi disitu tidak ada aisah.. Keesokan harinya Sebelum masuk kelas sudah kebiasaan anak satu kelas nongkrong di kantin, walau hanya sekedar ngerumpi. Bel kelas berbunyi kami semua memasuki kelas, tapi, ada sesuatu yang berbeda, saat kami sampai di dalam kelas. Sangat bersih dan indah.. Kami menemukan tulisan di board: “kawan, maafkan aku.. Hari itu memang kesalahanku. Tapi, itu belum penilaian terakhir, hari inilah penilaian terakhir, aku sengaja sebelum pulang sekolah mempersiapkan ini semua.. Ku mohon kalian bisa memaafkan ku” tertanda: aisah Lantas kami pun tercengang melihat tulisan itu, kami sepakat untuk memaafkan aisah, saat aisah masuk kelas semua tersenyum padanya “good job!” puji bowo “elo nggak ngecewain kita!” tandas udin “aisah! Loe emang nggak kuman!” kata vyo dan aisah Saat pak. sumarno mengumumkan juara kelas, semua terdiam dan tenang “juara kelas umum adalaah.. Sembilaan B” “Yeee…” Semua bersorak sorai dan untuk merayakannya kami anak IX B makan makan di mall ternama di kota kami

SENDIRI ITU SANGALAH TIDAK MENYENANGKAN

Namaku Tiara. Biasanya aku selalu bersama temanku. Tapi aku membuat satu kesalahan yang tak bisa dimaafkan mereka. Mutia, musuhku, membuatku merobek data untuk acara Pensi sampai benar-benar tinggal serpihan. Lalu Mutia menuduhku yang merobeknya ke sahabatku, Ana, Widya dan Sarah. Aku tak bisa mengelak karena memang aku yang merobeknya. Tapi jika ku katakan Mutia yang menyuruhku, mereka tidak akan percaya karena Mutia adalah ketua geng mereka, sedangkan aku hanya ikut Ana ke geng mereka dan Mutia itu gak suka padaku dan berusaha mengeluarkan aku dari gengnya. Oke Mutia, apa kamu sudah puas? Melihatku sendiri di sini? Tanpa ada yang menemaniku. Mungkin jika aku pergi, kau akan lebih bahagia lagi. Memang, aku akan pergi dari hidupmu. Aku mengidap kanker kronis dan umurku tinggal 1 minggu lagi dan sekarang aku sedang ada di rumah sakit. 6 hari sudah berlalu, aku ingin bertemu dengan Ana, Widya, Sarah dan Mutia. Aku ingin minta maaf pada mereka dan ku katakan keinginanku pada ibuku. 30 menit kemudian, Ana, Widya, Sarah dan Mutia sudah datang. Aku pun langsung minta maaf pada mereka. Ternyata, kata Ana, Mutia sudah mengatakan bahwa ia yang menyuruhku merobek kertas itu. Dan napasku mulai tersengal-sengal dan aku tidak ingat apa-apa lagi. Yang terakhir ku dengar suara tangisan yang makin terisak-isak dan Mutia yang mengatakan “Selamat jalan Tiara. Aku mencintamu.”

CINTA SEGITIGA Beberapa hari yang lalu aku baru saja menjomblo lagi, dan belum bisa move on dari mantan ku itu. Oh iya perkenalkan namaku Ivana, dan mantanku bernama Nicolas. Aku bingung mengapa setelah aku putus dari Nicolas, aku susah sekali melupakannya dan menerima cowok lain di hatiku ini. Dan ketika aku mulai menyukai seseorang yaitu kakak kelasku sendiri yang bernama Ryan. Aku amat senang sekali, karena aku bisa melupakan dan mendapatkan pengganti Nicolas. Lalu aku mencoba mendekati teman dekatnya Ryan, yaitu Riko aku curhat ke dia kalau aku menyukai Ryan. Dan aku juga curhat ke Feby teman dekat Ryan juga sekaligus mantan sih. Lalu ketika istirahat mendadak ka Feby dan ka Riko mendatangi Ryan yang sedang di kelas dan berlari dan berteriak “Ryan… Ryan..” lalu Ryan menjawab “Ada apaan sih? rame banget?” lalu ka Feby bilang ke Ryan “ada yang suka sama lo yan” lalu kata Ryan “Hah? siapa? gua mau pacaran ntar aja ah kelas 2 SMK!” kata ka Feby “tuh si Ivana anak kelas 8″ lalu ka Riko menyambung “iya tuh si Ivana suka sama lu, kasian tau kalau waiting terus” lalu kata Ryan “tapi gue maunya ntar aja kelas 2 SMK baru pacaran lagi” lalu kata ka Feby dan ka Riko “Ya udah deh terserah lu” Dan ketika hari sabtu, aku curhat berduaan sama ka Feby. Lalu bell pulang sekolah pun berbunyi *teet* Ryan pun mengeluarkan motor dari parkiran, di hadapanku dia bermuka kaku tetapi ketika melihat ka Feby dia tersenyum. Dan ketika Ryan sudah pulang dengan ka Riko disitu aku belum pulang dengan kak Feby. Dan kak Ana pun teman dekat Ryan juga, seperti ingin bicara sesuatu kepada kak Feby. lalu kak Feby meninggalkan aku sebentar dan pergi ke kak Ana. lalu kak Ana bilang kalau Ryan itu suka sama kak Feby lagi, lalu kak Feby balik ke aku lagi. tetapi kak Feby bilang kalau kak Feby tidak dikasih tau apapun sama kak Ana. Singkat cerita, beberapa hari kemudian kak Feby ditembak sama Ryan di belakang sekolah, memang menyakitkan, tetapi Cinta memang gak bisa dipaksain!, aku mencoba tegar dan melupakan Ryan, dan sekarang pun aku sudah mendapatkan penggantinya, Thanks God

PEMUDA DAN BELATINYA Pada musim yang tak menentu, terlihat seorang pemuda pengelana waktu yang selalu ditemani dengan gitar antiknya. Berkelana menyusuri tiap jengkal cahaya semesta, tiap bait langkah yang terinjak meninggalkan beribu pertanyaan yang tak terjawab. Kemudian ia bersandar pada dinding pohon rindang di teriknya siang. Ditemani dengan sapaan angin dan burung-burung yang menari di atas ranting. Terhelap kemudian terhanyut dalam mimpi sekejap, mimpi-mimpi para belati yang mencoba menari di tepian api. Tak lama ia pun terbangun dengan penuh kejut. Mimpi sesaat yang tak akan pernah mungkin dilupakan olehnya. Langkahnya pun kembali dilanjutkan, menyelusuri jembatanjembatan renta, sungai-sungai berbatu dan tebing-tebing curam yang tak bertuan. Rasa lelah terkadang datang bertamu, namun tak ada tempat yang cukup nyaman untuk bersinggah. Menahan kelalahan dengan senyum dan tawa kepahitan. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah danau yang membuahkan air jernih. Di tepian ia beristirahat untuk melepas rasa lelah. Dengan gitar antiknya ia mulai menarikan jari-jari di tipisnya senar-senar yang tersusun dengan indah. Menikmati suasana alam yang begitu indah, tertawa dan tersenyum mengingat begitu banyak hantaman-hantaman semesta yang tak pernah diduga. Matahari pun mulai surut. Dengan bermodalkan tenda yang dibuat dari ranting-ranting pohon, ia tertidur lelap di sunyinya malam. Cahaya pagi telah menyinar, mata kantuknya terbuka lebar. Merenung sesaat karena kembali telah mengingat semua alur yang telah dilaluinya. Kemudian ia kembali melanjutkan perjalanannya.. kini ia tahu, bahwa setiap detik yang berputar adalah sebuah misteri, ya.. misteri dari kehidupan yang datang tanpa kata sapa. Apapun itu.. itulah jawaban… jawaban dari sebuah misteri yang selalu ia tunggu.

PENYESALAN 5 ANAK MANUSIA Di sebuah daerah bernama desa Mori-mori yang dikelilingi sungai-sungai panjang nan luas dan daratan yang hanya separuhnya hiduplah sekelompok anak yang berteman. Mereka adalah Adi, Dodi, Nina dan Roni. Mereka selalu berangkat sekolah menaiki perahu kayuh menuju sekolahnya yang berada Di desa sebelah yang bernama Mora. Mereka anak usia 8 tahun. Perjuangan mereka untuk ke sekolah dengan jarak rumah yang sangat jauh harus diacungi jempol. Mereka berangkat sekolah selalu bangun pagi sekali. Suatu ketika salah satu dari mereka yang bernama Adi berkata “Teman-teman aku penasaran banget apa sebenarnya pekerjaan ayah dan ibu kita” (sambil mengangkat jari telunjuk). Teman-temannya yang mendengar Adi berkata hanya mengangguk saja tanda mengerti. Keesokannya Adi dan teman-teman saat istirahat mereka menghambur hamburkan uang dengan jajan banyak dan buang sampah sembarangan. Ketika mereka pulang perahu yang mereka naiki terbawa arus. Mereka sangat ketakutan, saking ketakutannya mereka memegangi sisi perahu dengan kuat. Akhirnya perahu mereka terdampar di sisi sungai yang memiliki hutan dan entah apa daerahnya. Salah satu dari mereka yang serba ingin tahu yaitu Adi berjalan menyusuri hutan dan teman-temannya mengikuti Adi. Saat Adi melewati hutan dia melihat dari celah-celah pohon di sungai. Dia melihat banyak sekali sekumpulan orang tua yang berkumpul disana. Karena sikap ingin tahunya muncul Adi menerobos celah pohon dan teman-temannya yang lain mengikuti Adi menerobos celah pohon Mereka tercengang sekaligus menatap sedih mereka melihat Orangtua mereka memulung sampah di sungai dengan penampilan basah dan kotor. Tanpa disadari Orangtua Mereka pun menatap ke arahnya sambil tersenyum. Sejak kejadian itu Adi, Nina, Dodi dan Roni berjanji tidak akan menghambur-hamburkan uang dan tidak akan membuang sampah sembarangan.

ARTI MAKNA SEBUAH KEHIDUPAN Awal cerita berawal dari seorang anak yang merantau ke negri orang dimana dia dulunya adalah seorang anak yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya yang bernama JANUR. Anak ini mencari pekerjaan di kota metropolitan. Dimana dia diterima bekerja di sebuah kantor sebagai O.B .3 tahun lamanya janur bekerja dia mulai berpikir bahwa pekerjaan yang ia jalani tak sesuai dengan pendidikanya. Dia berkata” kenapa aku bekerja sebagai O.B padahal aku lulusan dari SMK OTOMOTIF apakah ini yang di maksud jalan takdir” ucap janur dalam hatinya. Lama kelamaan ia menghayal dalam pikiranya dalam hayanlannya itulah dia membayangkan masa masa yang indah dimana dia dulu sering dimanja oleh kedua orang tuanya bahkan di sering melwan dan menolak bila ia di suruh kedua orang tuanya. Dan ia pun berkta “ ya allah maafkan aku atas perbuatan ku yang dulu yang selalu aku lakukan kepada kedua orang tuaku., kini aku menyadari betapa berharganya mereka untukku” ucap janur. Dan ia pun sontak meneteskan airmatanya ke lantai. “ sambil memukulkan kepalanya ke tembok hingga berdarah”, ketika saat itu ia terbirit birit untuk minta ijin pulang ke desa kepada atasannya. Saat itulah dia langsung berangkat ke terminal untuk mencari bis untuk pulang kedesa, beberapa lama jam kemudian di sampai ke tempat desanya tinggal, tapi sayangnya kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Lalu ia pun bertanya kepada tetangga di sebelah rumah” maaf bang liat kdeua oarang tua saya tidak?” ucap janur. Dan si abangnya pun menjawab” oh ia.. ibu sama bapak kamu lagi ada di sawah” dan janur pun menjawab” oh ia bang terima kasih”. Dan janur pun langsung bergegas menyusul kedua orang tuanya ke sawah. Setelah bertemu kedua orang tuanya ia pun bersujud dan menangis.” Oh ibu oh ayah.. ampuni anakmu ini yang telah banyak berbuat dosa kepada kalian semua” ucap janur ” memangnya ada apa nak?” ucap ibunya “ aku tlah banyak berbuat dosa pada kalian semua, maafkanlah anak mu ini” ucap janur, “ tlah lama kami sudah memaafkan kesalahanmu semua” ucap ibunya Tersentak janurpun menangis dihadapan kedua orang tuanya. Disaat itulah kesuka dukaan itu pun terjadi.

Kisah Seorang Penjual Koran Kumpulan Tugas Sekolahku Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Ipiin setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus. “Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati. Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.

GADIS PENJAJA TIKAR Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kejenuhan. Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar. “Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!” Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. “Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi. “Saya harus membantu ibu saya. “jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu. Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak Umar heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja.

Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga. Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.

Arti Sebuah Waktu Cerpen Singkat Terbaru Alkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke kota agar dia bisa mengoperasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”. Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah hayalannya datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum sendiri?” “Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih citacitamu”. “Baik nek”, kata wanita tadi. Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang. Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya. Supaya lebih mantap silahkan lihat juga film singkat dari cerita di atas. oOo

KISAH SEORANG PENJUAL KORAN Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul. “Biasa saja.”jawab Ipiin. Bang Ipul mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Ipiin setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus. “Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Ipiin membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati. Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.

"LAGU SEDIH" Ada kejadian menarik saat aku mengajar ekstra musik kelas 4-5 di SD Hidayatullah, Surabaya tadi pagi. Sengaja materi yang kuberikan untuk hari ini adalah lagu berjudul ‘Pertengkaran Kecil’ karya EdCoustic. Lagu ini bertema persahabatan dengan tempo rendah, melow. Pas lah pikirku. Pasti anak-anak bakal baper, dan nangis. Secara, anak-anak punya perasaan yang peka. Mereka tak sungkan menangis apabila mendengar atau melihat sesuatu yang mengharukan. Kemudian kuberi contoh nada lagu tersebut kepada mereka. Di depan mereka, kunyanyikan lagu itu terlebih dahulu dengan suara yang menurutku sudah paling sedih, menyayat, tak lupa kupasang ekspresi mirip orang gak dikasih makan tiga hari berturut-turut. Sedih. Pasti abis ini mereka akan nangis, pikirku. Dan benar saja, saat aku sudah mencapai bagian reff, aku melihat salah satu siswa menusap mata. Nampak mata itu merah. Wah, pasti anak ini menangis setelah mendengar suaraku yang merdu unyu-unyu ini, aku membatin. Melihat anak itu menangis, aku makin bersemangat. Sambil nyanyi, kali ini aku pasang ekspresi orang tidak makan 3 hari + ekspresi orang kebelet tapi gak nemu toilet. Dramatis. Baper, baper dah kau, Nak. Setelah lagu habis, aku tanya kepada anak yang terlihat mengucek matanya tadi. “Kenapa nangis, Mbak?” “Eh,” Yang kutanyai gelagapan. “Kenapa nangis? Sampai matanya merah gitu. Sedih ya dengar lagu yang baru kakak nyanyikan?” aku tersenyum. Eh, dia menggeleng, “Ndak, Kak. Aku gak sedih, kok. Aku cuma ngantuk tadi, soalnya kemarin malam aku gak bisa tidur nyenyak.” Aku nelan ludah.

"RASA BINTANG LIMA, HARGA KAKI LIMA" “Bang. Setiap naik kereta, aku pasti ingat kejadian dua tahun lalu.” Istriku berucap setelah kami sempurna duduk di kursi gerbong kereta, hendak berlibur di kampung halaman. “Kejadian apa, Neng?” tanyaku penasaran. Sebentar lagi kereta api akan berangkat. Istriku tersenyum, “Saat itu aku dari stasiun Bandung mau ke Pare, Kediri.” “Pasti mau beli sate.” Aku memotong. Istri menimpukku pakai roti, “Dengerin dulu. Jangan sok tau. Aku mau les bahasa Inggris sama kedua teman kuliah di sana.” “Terus?” “Nah, waktu itu kami bertiga beli tiket ekonomi. Di tiket itu tertulis kalau kami bertiga duduk di gerbong 1. Akhirnya kita naik dan cari gerbong tersebut. Di dalam kereta kita terus berjalan maju, hingga menemukan ruangan bertulis ‘Gerbong 1’. Ya Allah, Bang. Ternyata ruangan itu bagus banget. Tempat duduknya kayak tempat duduk bioskop. Gak nyangka ada ruangan kelas ekonomi sebagus itu. Kami sesuaikan nomor di tiket, menaruh barang, sambil duduk selonjoran.” “Mau minum dulu?” Aku menyodorkan air minum pada istri. Istriku marah, “Jangan potong dulu ceritanya.” “Eh, ya sudah. Lalu?” Ia tersenyum, “Sepanjang menunggu kereta berangkat, kami bertiga ketawa-ketawa. Bayangkan, dengan harga ekonomi, kita dapat fasilitas kereta kelas bisnis. Ah, mungkin ini kebijakan presiden untuk memanjakan para pengguna kereta. Kalau presiden yang sekarang mau nyalon lagi, aku pasti memilihnya. Beneran. Soalnya baik banget sama orang-orang gak berduit banyak kayak aku. Kami pun selfie bareng, terus upload foto itu ke fb dengan status ‘Rasa Bintang 5, Harga Kaki 5. Wkwkwkwk.’ Pasti iri deh yang lihat foto kita.” Aku kagum, “Wah, enak banget ya? Bayar harga ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis.” “Cerita belum selesai,” ucap istriku. “Sebab, satu menit sebelum kereta berangkat, ada tiga penumpang yang datang ke tempat duduk kami. Bilang bahwa tempat duduk yang kami duduki adalah tempat duduk mereka.” “Terus?” kali ini terpaksa aku memotong. Penasaran dengan kelanjutan cerita. “Tentu kami bertiga ngeyel. Bilang kalau ini tempat duduk kami. Terus salah satu dari mereka mengeluarkan tiketnya dan menyuruh kami menunjukkan tiket masing-masing. Dan alamak, ternyata gerbong yang kami naiki adalah gerbong kelas bisnis. Kelas ekonomi ada di barisan gerbong paling belakang. Takut dilaporin petugas dan diturunkan secara paksa, kami bertiga akhirnya pindah ke belakang dengan kepala tertunduk malu. Abang bisa bayangkan betapa malunya kami saat itu? Rasanya pingin sekali aku sembunyi di kamar mandi selama perjalanan.” Aku menepuk dahi. Benar-benar kejadian konyol.

"MATEMATIKA KEHIDUPAN" 2 pangkat 2 = 4 –> (nilai akhir makin besar) 2 pangkat 3 = 8 –> (nilai akhir makin besar) 2 pangkat 4 = 16 –> (nilai akhir makin besar) Sekarang perhatikan ini… 1/2 pangkat 2 = 1/4 –> (nilai akhir makin kecil) 1/2 pangkat 3 = 1/8 –> (nilai akhir makin kecil) 1/2 pangkat 4 = 1/16 –> (nilai akhir makin kecil) Dari sini dapat kita simpulkan: Angka yang utuh (contoh: 2) jika dipangkatkan dengan angka yang makin tinggi akan bernilai makin besar. Sebaliknya, angka yang tidak utuh atau pecahan (contoh: 1/2) jika dipangkatkan dengan angka yang makin tinggi, nilai akhirnya malah jadi semakin kecil. Lalu apa hubungannya dengan kehidupan? Orang yang utuh keimanan dan keilmuannya, jika diberi pangkat (jabatan) makin tinggi, maka ia akan menjadikan lingkungan, organisasi, perusahaan, atau bahkan negara yang ia pimpin, makin bertambah besar dan melesat maju. Sedangkan orang tidak utuh keilmuannya, bobrok imannya, bila diberi pangkat makin tinggi, maka ia akan membuat segala sesuatu yang awalnya bernilai besar menjadi semakin kecil, dan terus mengalami kemunduran. Maka benarlah jika Rasul mulia pernah bersabda, “Jika kalian menyerahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka bersiap-siaplah kalian akan datangnya hari kehancuran.”

KANCIL DAN TIKUS Pada suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya, Manggut menjawab dicuri tikus. "Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca. "Iya betul kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong. Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke rumahnya. "Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus. "Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus. "Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata Manggut. "Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana!" kata Kanca mengakhiri percakapan. Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan. Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terperangkap. Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura tenggelam dalam sungai. "Aaa...Manggut, tolong aku...!" teriak tikus. Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai. Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan. Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi

PERSAHABATAN SINGA DAN TIKUS Di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor singa perkasa yang semua makhluk lain sangat takut kepadanya. Raja hutan tersebut dikenal sangat mengerikan, tidak mengenal rasa takut dan dia merasa harus dihormati oleh semua makhluk yang ada di hutan. Dia menghabiskan sebagian waktunya dengan berburu dan sebagian lagi untuk tidur. Tidak ada makhluk hidup yang ada di hutan berani mendekati sarangnya terutama saat singa sang raja hutan sedang tidur. Binatang perkasa itu sangatlah marah jika tidurnya terganggu dengan cara apapun. Tapi suatu hari tikus kecil sangat penasaran ingin melihat bagaimana sarang Singa si Raja hutan. Dengan niat yang bulat dia berangkat ke gua dimana singa biasa beristirahat. Namun ketika dia sampai, dia tidak melihat adanya sang raja hutan. “Dia pergi ke suatu tempat. Apakah dia akan segera kembali?” Timbul pertanyaan dalam hati si tikus kecil. Untuk mengobati rasa penasarannya si tikus kecil masuk menyelinap kedalam gua. Gua itu sangatlah gelap, ditanah dia melihat jejak kaki sang raja hutan, dan jejak kaki besar itu membuatnya sangat ketakutan. “Sepertinya aku harus segera kembali.” Pikiri si tikus. Namun malang, saat itu terdengar suara langkah kaki singa memasuki gua. “Oh tidak dia akan segera masuk. Apa yang harus aku lakukan.” Si tikus gemetar. Ternyata singa si raja hutan hanya pergi untuk minum di sungai, dan dia datang kembali untuk beristirahat. Si tikus bersembunyi di dalam gelap gua dan melihat bayangan besar singa jatuh dilantai. . Singa duduk dekat pintu masuk gua dan beristirahat kepalanya di kaki yang besar. Segera ia tertidur pulas. Seluruh gua tampak bergetar dengan mendengkur keras raja hutan. Si tikus berusaha merayap keluar secara diam-diam yang dia bisa. Segera ia berada di dekat pintu masuk. Tapi saat dia mencoba untuk menyeberangi singa, ekor kecilnya menyerempet kaki kiri dari Sang raja hutan, dan penguasa hutan terbangun dengan kaget. Terlihat kemarahannya saat dia melihat tikus kecil di sarangnya. Walaupun takut si tikus tidak kehilangan akal, dia segera berlari. Namun malang singa segera dapat menangkapnya. Sang raja hutan membuka rahang untuk menelan tubuh si tikus kecil. Si tikus kecil seketika berteriak.” Maaf, ya Raja, saya tidak bermaksud membangunkan anda, saya hanya mencoba untuk meninggalkan gua ini dimana selama ini saya sangat penasaran ingin melihatnya. Mohon biarkan saya pergi kali ini, dan saya tidak akan pernah lupa kebaikan Anda. Jika takdir memberi saya kesempatan, saya akan membantu Anda dengan cara yang saya bisa pada salah satu nanti. " Singa merasa geli mendengar ucapan si tikus. Bagaimana tikus kecil membantunya? Tapi dia membiarkan tikus kecil itu pergi dan tertawa terbahak-bahak. Si tikus berlari untuk menyelamatkan hidupnya, dia sangat berterima kasih kepada sang raja hutan yang tidak jadi memakannya

SINGA DAN BERUANG Suatu hari, seekor Singa mengajak Beruang untuk mencari makanan bersama. Beruang pun setuju dengan ajakan Singa, dan pergi mencari makan bersama. Mereka berdua pun pergi kedalam hutan Setelah melakukan perjalanan yang lumayan cukup jauh. Akhirnya, mereka sampai di sebuah hutan belantara. Mereka berdua besembunyi di balik semak-semak untuk mencari mangsa. Setelah menunggu lama. Akhirnya, mereka menemukan mangsanya masing-masing. Mereka pun megamati mangsa tersebut. Namun, mereka berdua tidak menyadari bahwa mangsa yang mereka incar adalah mangsa yang sama. Yaitu seekor Rusa. Dengan sangat mudah Rusa tersebut dapat tertangkap. Namun, kedua binatang terebut langsung bertengkar untuk memperebutkan Rusa tersebut. Menjelang sore, mereka masih memperebutkan Rusa tersebut. Lama-kelamaan mereka berdua kelelahan dan berhenti bertengkar. Mereka berdua duduk kelelahan. Tanpa mereka sadari. Ternyata, ada seekor Serigala yang mengamati pertengkaran antara Singa dan Beruang. Ia terus mengamati kedua binatang tersebut. Ia pun mengetahui bahwa Singa dan Beruang yang sudah kelelahan. Serigala mencari akal untuk mendapatkan Rusa yang sudah mereka tangkap. Ia mencari kesempatan untuk merebut Rusa tersebut. Serigala langsung berlari menghampiri Singa dan Beruang, ia pun segera merebut Rusa tersebut. ‘’ Kalian terlalu kelelahan untuk memakan Rusa ini. Rusa ini akan aku bawa pulang. Terimakasih, kalian teman yang baik sudah memberiku seekor Rusa yang lezat ini. Silahkan teruskan pertengkaran kelian berdua wahai temanku.’’ Ucap Serigala sambil tersenyum senang. Singa dan Beruang sangat terkejut melihat kedatangan Serigala yang sangat tiba-tiba. Dengan sekuat tenaga Singa dan Beruang berusaha untuk mendapatkan Rusa tersebut. Namun, usaha mereka sia-sia. Mereka terlalu lelah untuk mengejar Serigala yang sudah berlari dengan sangat cepat. Akhirnya, Rusa tersebut berhasil di rebut oleh Serigala. Singa dan Beruang sangat sedih. Mangsa yang mereka cari dan di tunggu-tungga seharian dicuri begitu saja. Mereka pun sangat menyesali pertengkaran mereka tersebut. ‘’ Semuanya salah kita berdua. Seandainya, kita mau berbagi dan tidak memperebutkan Rusa tersebut. pasti saat ini kita sama-sama kenyang dan merasa senang karena sudah berhasil mendapatkan mangsa bersama-sama’’ ucap Singa dan Beruang dengan wajah yang sangat sedih dan menyesal.

KANCIL YANG BAIK HATI

Pada suatu siang hari yang panas. Di sebuah hutan yang sangat rindang. Ada seekor kancil yang sedang berjalan di tepi sungai. Pada saat itu kancil sedang mencari makan. Di tengah perjalanan kancil mendengar teriakan. Si kancil berkata “siapa yang berteriak minta tolong?”. Mendengar suara teriakan itu, kemudian kancil mencari di mana asal suara itu. Kemudian kancil melihat ada seekor rusa yang badannya tertusuk kayu. Lalu si kancil pun menghampiri rusa tersebut. Dan si rusa pun berkata “Kancil tolonglah aku, tolong aku untuk mencabut kayu yang menusuk di tubuhku ini!”. Kancil kebingungan bagaimana caranya untuk bisa mencabut kayu yang menusuk di tubuh si rusa. “Tenanglah rusa aku akan menolongmu sebisaku”. Jawab kancil. Beberapa jam kemudian. Tetapi kancil belum bias mencabut kayu itu dari tubuh rusa. Dan si rusa pun sudah terbaring lemah tak berdaya menahan rasa sakit yang ia rasakan. “Bagaimana ini kancil aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit ini?”. Kata rusa “Sabar rusa aku sedang berusaha sebisaku untuk menolongmu”. Jawab kancil Dan si kancil pergi meninggalkan rusa untuk mencari bantuan binatang lain. Kancil sudah mengelilingi hutan tetapi tidak ada satu pun binatang lain. Lalu si kancil kembali ke tempat rusa berada dengan tubuh lelah dan lemas. “Bagaimana ini rusa aku sudah mencari bantuan tapi tidak ada satu pun binatang lain yang berkeliaran di hutan ini?”. Kata si kancil dengan wajah sedih “Lalu lalu aku harus bagaimana kancil aku sudah tidak kuat lagi rasanya sakit sekali”. Saut si rusa dengan wajah kesakitan “Tenanglah rusa aku akan mencoba lagi sekuat tenagaku untuk membantumu”. Kemudian si kancil mencoba lagi untuk mencabut kayu yang menusuk di tubuh rusa. Kancil dengan sekuat tenaganya untuk bisa mencabut kayu itu hingga kancil kelelahan. Dan si kancil berhasil mencabut kayu yang menusuk di tubuh rusa tersebut. Setelah berhasil mencabut si kancil pun mengobati luka di tubuh si rusa, dan setelah mengobati luka si rusa, kemudian rusa berterima kasih kepada si kancil. “Terima kasih kancil kau sudah berusaha untuk menolongku hingga kau kelelahan, kau sangat berjasa kepadaku kancil”. Ucap si rusa “Sama-sama rusa aku senang bias menolongmu karena kau adalah temanku”. Kata si kancil “tanpa kau aku tidak tahu lagi kancil mungkin aku sudah tiada, sungguh kau baik hati kancil”. Ucap si rusa dengan penuh berterima kasihAkhirnya si kancil pun mengantarkan si rusa pulang ke rumahnya. Setelah sampai mengantar si rusa pulang kemudian si kancil berpamitan kepada si rusa. “Aku pulang dulu ya rusa”. Kata si rusa “Iya kancil, sekali lagi terima kasih atas bantuanmu kancil”. Jawab rusa“Iya rusa”. Dan kancil berjalan menuju pulang ke rumahnya.

GURU KU MOTIVASI HIDUP KU Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Dimana semua siswa Indonesia akan memperingati hari guru. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat berjasa sekali bagiku. Guru tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya, yang kelak akan bermanfaat untukku di masa depan. Tanpa guru aku bukanlah siapa-siapa. Bukan orang yang berpendidikan. Juga bukan orang yang mempunyai prestasi. Guru adalah ibu kedua bagiku. Tempat aku berdialog dan tempat aku bersosialisasi. “Wayo!! Kamu sedang mikiri apa?” Ika menepuk pundaku sambil mengagetkan aku. “Apaan sih, kaget tahu.” Jawabku yang penuh dengan kekesalan. “Oh iya, kamu tahu tidak. Sebentar lagi sekolah kita akan memperingati hari guru. Kalau boleh tahu guru Favorit kamu siapa?” Tetttt.. tettt.. tett Bel tanda masuk berbunyi. Aku tidak sempat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ika tadi. Aku langsung bergegas masuk, karena pelajaran akan dimulai. Saat aku mengingat semua jasa guru. Aku teringat dengan sosok guru yang memotivasi hidupku. Guru itu bernama Ibu Sity. Tetapi ia lebih suka dipanggil Bunda. “Assalamualaikum anak-anak.” Ibu Sity menyambut semua siswanya dengan ucapan dan senyuman. “Waalaikumsalam Bunda.” Jawaban yang diucapkan oleh semua siswa dengan semangat. Ibu Sity adalah guru yang selalu dinanti-nanti kehadirannya. Banyak motivasi yang selalu ia sampaikan. Motivasi itu yang sangat berguna sekali bagiku dan teman-temanku semua. Kadang aku berpikir apa motivasi hidupku di masa depan. “Apakah aku bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak?” Namun ketika aku mengingat kata-kata Ibu Sity. Aku belajar untuk mengintropeksi diriku. “Orang yang dikatakan fisiknya tidak sempurna saja bisa menjadi orang yang sukses dan tidak pantang menyerah. Kenapa aku yang dikatakan sempurna tidak mau berusaha dan berdoa. Hanya bisa menyerah dengan keadaan. Aku mencoba merenungi semua kata-kata yang dilontarkan Ibu Sity. Hingga terbawa aku ke dalam lamunan yang tidak tahu akhirnya. “Raa..Ra..araaa” Ika memanggilku berkali-berkali dengan nada yang mulai kesal. Aku bergegas melihatnya sambil berkata. “Ada apa Ika? Kenapa teriak-teriak begitu?” “Aku memanggil kamu sedari tadi. Kamu belum menjawab pertanyaanku Ra!! Siapa guru Favorit kamu?” Ika masih penasaran dengan jawabanku. “Guru Favorit aku Ibu Sity, Ika.” “Dia baik iya Ra..” “Tentu. Ibu Sity selalu memotivasi hidupku. Membuatku mengerti kenapa ilmu sangat berguna sekali di masa depan.” Aku menatap Ika dengan senyuman. Guru itu ibarat lilin. Ia rela terbakar, demi menerangi masa depan anak muridnya. Dan guru mempunyai 1001 cara agar siswanya kelak menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Walaupun sudah lelah, guru tidak pernah memperlihatkannya kepada siswa-siswanya. Karena ia tidak ingin siswanya menjadi orang yang selalu menyerah. Peran guru sangatlah penting bagi Pendidikan. Guru tidak pernah meminta imbalan sedikit pun dari siswanya, meski ia sudah mengajar berpuluh-puluh tahun.

MENGAPA KAU TINGGALKAN AKU SAHABAT? Hai namaku Alicia Yunita Lovers biasa dipanggil Alic atau Nita, tapi lebih sering dipanggil Nita aku kelas tiga. Nama kakakku Adityia Diva Farid kakakku kelas lima. Nama adikku Aprilia Kamili Lovers adikku kelas satu, sudah cukup ya perkenalannya kita ke cerpen yuk. Kriiing… kriiing… kriiing… jam weker berbunyi “waktu pukul tujuh… waktu pukul tujuh…” begitulah sampai lima kali. Lalu aku mematikan jam weker yang berada tepat di sebelah kiriku di atas meja. “Ah, udah jam berapa nih” lalu aku pun melihat ke jam weker “haaaaaah jam tujuh” teriakku sambil kaget. Lalu aku pun bergegas pergi ke kamar mandi dan segera mandi. Setelah mandi aku sarapan dengan kakakku, adikku, ayah dan bundaku, kami selalu sarapan pagi bersama. Setelah sarapan aku, kakakku dan adikku pergi ke sekolah. Setelah itu kami masuk kelas, setelah aku masuk kelas aku bertemu Rida, sahabatku lalu aku dan Rida pun asyik bercakap-cakap sampai bel masuk kelas pun tiba. Lalu bu Mia guru kelas tiga sedang tidak hadir di sekolah maka kelas kami digantikan olen guru kelas yang sangat cantik guru kelas itu bernama Reni. “Anak-anak hari ini kita pelajaran matematika, ayo dibuka halaman sepuluh” kata bu Reni kepada murid-murid. Setelah pelajaran kami pun istirahat. Lalu aku dan Rida sahabatku pergi ke kantin, di kantin kami bertemu Ria, Hani, dan Irfan. Lalu aku pun menyapa mereka dengan lembut “hai Ria, hai Fani, hai Irfan” sapaku kepada mereka. Mereka membalas sapaanku dengan lembut juga “hai juga Nita” secara mereka bersamaan. Lalu kami kembali ke kelas lagi dan setelah itu kami pulang. Setelah pulang aku dan Rida pulang bersama karena memang aku dan Rida rumahnya bersebelahan. Setelah pulang sekolah aku berganti pakaian. Dan setelah berganti pakaian aku ke teras sambil memanggil nama Rida “Rida ayo bermain”. Lalu Rida pun menjawab “iya, sebentar aku lagi di kamar mandi” kata Rida kepadaku. Aku pun menunggu sebentar dan akhirnya Rida pun datang dan kami pun bercakap-cakap sampai waktu senja tiba. “Sudah ya bicara-bicaranya aku dipanggil ibuku” kata Rida kepadaku. Lalu aku masuk ke rumah lagi dan tidur. Paginya aku ke rumah Rida (kebetulan itu hari Minggu) lalu pada saat aku memanggilnya aku melihat sebuah bendera kuning tertancap di depan rumahnya “siapa yang meninggal kumohon jangan Rida” gumamku dalam hati lalu aku memakai baju hitam (baju melayat). Aku pun masuk ke dalam rumah dan ternyata “Rida mengapa kau tinggalkan aku sahabat” kataku sambil menangis “tidaaaaaaaak…” Lalu begitulah kehidupanku setelah Rida meninggal. Hidupku sendiri bagaikan di dalam hutan sendirian. “hiks… hiks… hiks… mengapa kau meninggalkan aku Rida?”

Related Documents

Cerpen
November 2019 40
Cerpen
June 2020 33
Cerpen
May 2020 20
Cerpen
June 2020 18
Cerpen
October 2019 33
Cerpen
May 2020 32

More Documents from ""

Makalah Al Ghaffar.docx
December 2019 25
Pengertian Seni Tari.docx
December 2019 24
Cerpen 1 Lembar.docx
July 2020 24
Amilum Manihot.docx
December 2019 24