BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal ya ng berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah kanker serviks yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia (Kemenkes, 2012) dalam (Gustiana, Yulia Irvani and Sofiana, Nurchayati, 2014) Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, Yulia Irvani and Sofiana, Nurchayati, 2014) Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker terutama di negara berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapura sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. (Rsup et al., 2015) Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan,
1
sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi. Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 % faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada suatu bersama,menyeluruh dan
berkesinambungan
untuk
gerakan
meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks. (Calizza, Costantini and Rossi, 2015)
2
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997) dalam (Padila, 2015) B. ETIOLOGI (Padila, 2015) Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain: a. Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. b. Jumlah Kehamilan dan Partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. c. Jumlah Perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. d. Infeksi Virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks. e. Soal Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
3
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. f. Hygiene dan Sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. g. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. C. MANIFESTASI KLINIS a. Perdarahan Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. (Padila, 2015) b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau. (Padila, 2015) Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa gejala. Bila kanker sudah mengalami progresitivitas atau stadium lanjut, maka gejalanya dapat berupa: a) Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuhsembuh. Terkadang bercampur darah. b) Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 7085%. c) Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi. 4
d) Perdarahan pada wanita menopause e) Anemia f) Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi total g) Nyeri 1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul. 2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya. (Rahayu, 2015) Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain 1) Nyeri panggul, 2) Nyeri pinggul, 3) Nyeri kaki, 4) Penurunan berat badan, 5) Anoreksia, 6) Kelemahan dan kelelahan, Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan. (Rahayu, 2015) D. PATOFISIOLOGI (Rahayu, 2015) Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
5
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
6
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
7
Penggunaan Alat Kontrasepsi Cedera serviks saat pemasangan
PATHWAY
Jumlah kelahiran dan partus Efek anastesi Anastesi Histerektomi total
Free Sex
Kekebalan tubuh menurun
Hubungan seksual (< 20 tahun).
Infeksi HPV Pertumbuhan sel abnormal di labia mayora dan minora
Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks
Intoleransi Aktivitas Tindakan pembedahan
Metaplasia skuamosa Ca. Cerviks
Non Pembedahan
Kemotera pi
Histerektomi Radikal Luka perdarahan Jaringan terbuka
Defisit perawatan diri (vulva higiene)
Invasi HPV
Proses Metaplasy Lemah
Merokok
Mual, muntah, anoreksi Penurunan BB
Vaskularisasi jaringan terganggu Peradangan endoserviks dan eksoserviks
Menembus sel epitel
Merusak struktur jaringan serviks
Struma serviks Menginvasi organ lain
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
12
Risiko Infeksi
Nekrosis jaringan Keputihan dan bau busuk Gangguan konsep diri: HDR
Meluas ke jaringan, pembukuh limfe dan vena Dinding pembuluh terdesak Perdarahan spontan
Gangguan Perfusi Jaringan
Anemia Trombositopenia
Rektum
Fistula Uretra
Vagina
Fistula Rektum
Fistula rekto vagina
Fistula vagina
Infiltrasi ke syaraf
Nyeri Akut
Perdarahan rektum
Infiltrasi ke uretra Gangguan Eliminasi Urin
13
KLASIFIKASI (Padila, 2015) Mikroskopis a. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. b. Stadium Karsinoma Insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. c. Stadium Karsinoma Mikroinvasif Pada
karsinoma
mikroinvasif,
disamping
perubahan
derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. d. Stadium Karsinoma Invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. e. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus
10
Makroskopik a. Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa b. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum c. Stadium setengah lanjut Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio d. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya (Padila, 2015)
1. Stage 0: Ca. Pre invasive 2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks 3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi 4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I 5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
11
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina 7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain E. TERAPI (Padila, 2015) a. Irradiasi a) Dapat dipakai untuk semua stadium b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi b. Dosis Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks c. Komplikasi irradiasi a) Kerentanan kandungan kencing b) Diarrhea c) Perdarahan rectal d) Fistula vesico atau rectovaginasis d. Operasi a) Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. f. Cytostatik Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama
12
g. Vaksinasi Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks
13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.A DENGAN CA. SERVIKS STADIUM II B YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI DI IRNA B3 RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR A. PENGKAJIAN Tanggal 12 Februari 2019, jam 11.00 WIB, di ruang B3 Ginecology – RSUP Wahidin Makassar, diperoleh data sebagai berikut: 1. Biodata
Identitas Pasien Nama
: Ny. A
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku / Bangsa
: Bugis / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: S2 Pendidikan
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Kab. Bone
Tanggal masuk
: 10 Desember 2018
Diagnosa Medis : Ca Serviks Stadium II B
Identitas Penanggung Jawab Nama
: Tn. S
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku / Bangsa
: Bugis / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: S2 Pendidikan
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Kab. Bone
Hub. Dengan pasien : Suam
14
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama Saat dikaji pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
Riwayat Kesehatan Sekarang Mulai tanggal 11 Desember 2018, pasien dirawat di RSUP Wahidin dengan diagnosis medis Ca. Serviks stadium II B di ruang B3 Ginecology. Dengan pengobatan Terapi radiasi 25 kali dan kemoterapi 5 kali. Sampai pengkajian klien sudah mendapat kemoterapi ke-5 dan radiasi ke-22. Saat dikaji pasien mengatakan sudah tidak terjadi perdarahan, dan tidak keputihan. Pasien mengatakanmual.
Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bulan September 2018, mengalami perdarahan 7 hari, perdarahan terjadi setelah melakukan hubungan suami istri. Pasien juga mengatakan pernah keputihan
1 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena
perdarahan tersebut pasien dirawat di RS Ibnu Sina dengan diagnosa medis Ca Servic stadium III B. Sebelum di rujuk ke RSUP Wahidin, pasien mendapat terapi Asam Mefenamat dan vitamin penambah darah, dikatakan pasien seingatnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan dari keluarga neneknya pernah menderita penyakit yang sama.
Riwayat Obstetri 1) Menarche : usia : 12 tahun, lama: 7 hari 2) Menikah : usia :23 tahun, suami I mempunyai 2 anak Laki-Laki kembar, 3) Riwayat KB : menggunakan suntik KB 3 bulanan, pasien menggunakan KB sejak tahun 2017 dan lepas Oktober 2018
15
4) Riwayat Obstetri: a) Anak I, usia 1 tahun, jenis kelamin: Laki-laki b) Anak II, usia: 1 tahun, jenis kelamin: Laki-laki
Genogram : Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
3. Diagnosa Medis & Therapy Diagnosa: CA. Serviks Stadium II B Tanggal : 9 Februari 2018. Tanggal / jam 9 Februari 2019 07.00
Plastosin 60 mg infus Infus NS 0,9%
08.00
Infus manitol 2% Infus DS
13.00
Metoclorpramid 1 amp
14.00
Metoclorpramid 1 amp
Therapy Tanggal : 12 Februari 2019.
16
1) Metoclorpramid
3 x 1 tablet
2) SF / BC / C
2 x 1 tablet
3) Vitamin A
1 x 50.000 unit
4) Antasid Syrup
3 x 1 sendok makan
4. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spritual a. Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon
Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pasien mengatakan jika sakit masuk angin, minum jamu tolak angin, kadang periksa di Puskesmas. Pasien mengatakan pernah dirawat di RS Ibnu Sina pada bulan September 2018 dengan diagnosa medis Ca. Serviks stadium II B, saat ini pasien dirawat di RSUP Dr. Wahidin oleh rujukan dari RS Ibnu Sina.
Pola Nutrisi Sebelum sakit
: Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur, dan lauk, 1 porsi habis.
Selama sakit
:Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan. Pasien jarang makan, porsi dari RS hanya habis 2-3 sendok, pasien biasanya ngemil. Berat badan sebelum sakit : 55 kg, BB saat dikaji : 49,5 kg.
Pola Eliminasi Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna tidak diperhatikan, BAK lancar, 4 5x/ hari. Selama sakit :Pasien BAB 1-2x/ hari, berak sedikitsedikit, warna hitam, BAK agak sakit karena dipasang kateter saat kemoterapi terakhir tanggal
9
februari
2019.
Tidak
ada
perdarahan.
17
Pola Aktifitas & Latihan Sebelum sakit :Pasien melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Selama sakit
:Saat pengkajian pasien dapat beraktifitas secara mandiri, pasien sudah hampir 2 bulan dirawat.
Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit
:Pasien mengatakan sulit tidur.
Selama sakit
:Saat mengatakan kalau siang dapat tidur, kalau malam sulit tidur.
Pola Persepsi Kognitif Sebelum sakit dan selama sakit pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pendengaran normal, penglihatan normal, persepsi sensori baik.
Pola Persepsi dan Konsep Diri Sebelum sakit
:Tidak ada gangguan konsep diri.
Selama sakit
:Saat dikaji pasien mengatakan tidak nyeri, tidak ada gangguan konsep diri.
Pola Peran dan Hubungan Sebelum sakit
:Pasien berperan sebagai Guru SMP
dengan merawat kduaa anaknya, pernah bekerja sebagi guru setelah bulan September 2018 pasien tidak bekerja karena dirawat di RS. Selama sakit : Pasien dirawat di RS, pasien tidak dapat berperan sebagai ibu dan istri Tn. S Dalam memenuhi ekonomi keluarga Tn. S bekerja sebagai kepala sekolah.
Pola Reproduksi dan Seksual Pasien menikah umur 23 tahun mempunyai 2 orang anak
18
kembar laki-laki Pasien menggunakan suntik KB 3 bulanan. Sebelum sakit : Pasien melakukan hubungan suami istri 3x/ minggu. Selama sakit : Pasien tidak pernah melakukan hubungan suami istri.
Pola Koping dan Toleransi Stress Sebelum sakit : Jika ada masalah, pasien membicarakan dengan
suami pasien untuk mengambil
keputusan bersama. Selama sakit : Pasien mengatakan sakitnya diobati dengan obat dan di sinar. Pasien takut jika penyakitnya tumbuh lagi.
Pola Nilai dan Kepercayaan Sebelum sakit : Pasien melakukan ibadah sholat. Selama sakit :Pasien melakukan sholat, walaupun dengan alasan sakit.
5. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum :Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 110 / 90 mmHg
Nadi
: 86 x / menit
Pernafasan
: 21 x / menit
Suhu
: 36,30 C
Berat badan
: 49,5 kg Tinggi badan : 155 cm
Pemeriksaan Sistematis Kepala
: Bentuk mesocepal
Rambut
: Warna hitam, ikal, mudah rontok
Mata
: Konjungtiva tidak anemis
Hidung
: Simetris, tidak ada sputum
19
Telinga
: Simetris, ada serumen
Mulut
:Bibir tidak kering, tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab Leher: Tidak ada pembesaran
tiroid
dan
tidak
ada
pembesaran getah bening Dada
: Simetris
Pa
: Vokal fremtus simetri kanan = kiri
Pe
: Sonor seluruh lapang paru
Aus
: Vesikuler
Cardiac I
: Ictus cordis tidak tampak
Pa
: Ictus cordis teraba
Pe
: Pekak
Aus
: Tidak ada bising Abdomen
I
: Datar, ada gambar untuk radioterapi
Aus
: bising usus 5-15x / detik
Pe
: Tympani
Pa
: Tidak ada nyeri tekan
Genitalia
:Ada lesi bekas di garuk di bagian monsfeneris, tidak terpasang kateter, PPV (pengeluaran
per
vagina):
tidak
adakeputihan, tidak ada perdarahan Anus
: Ada lesi di lipatan bokong, tidak ada hemoroid eksternal
Ekstremitas :
Tidak terpasang infus, tidak edema.
Kulit
:Warna sawo matang, turgor kulit baik, capillary refill time kurang 3 detik.
Hepar:
:Ukuran normal, permukaan rata, tepi tajam, parenkim ekogenesitas normal, tak tampak nodul, porta dan V. hepatica tidak
20
melebar. Vesika urinaria
:Dinding tidak menebal, tampak rata, tak tampak masa maupun batu.
Uterus
: Ukuran normal, tak tampak masa.
Ginjal kanan
:Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak baku dan ureter tak melebar.
Ginjal kiri
:Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal normal,
batas
kortikomeduler
jelas,
taktampak penipisan korteks,tampak batu pada pole bawah dengan ukuran 0,7 cm, pielokaliks tampak melebar, ureter tak melebar. Kesan
:Hidronefrosis dan nefrolitiasis sinistra Tak tampak kelainan metastase pada organorgan intra abdomen lainnya diatas secara sonografi
No
Tgl / jam
1
12-2-19 11.00
Data Fokus DS : Pasien
mengatakan
mual dan tidak nafsu makan
Etiologi
Masalah
Efek samping dari
Perubahan
kemoradiasi
nutrisi:
DO : - Makan habis 2 sendok,
Kurang dari
dari 1 porsi
kebutuhan
- Ngemil (keripik, peyek)
tubuh
- BB sebelum sakit: 55 kg, selama sakit : 49,5 kg - Hasil
laboratorium
tanggal 5 febuari 2008 Hemoglobin = 11,80 gr%
21
- Pasien kurang mengetahui tentang kebutuhan nutrisi 2
13-2-19
DS : Pasien menanyakan apakah
Ketidakpastian
17.00
pengobatan sinar
rentang hasil yang
dapat
Ansietas
menyembuhkan penyakit? Apakah diharapkan kanker bisa tumbuh lagi? DO : - Pasien tampak cemas - Pasien takut bila penyakit tumbuh lagi Pasien banyak bertanya 3
14-2-19
DS : Pasien mengatakan sebelum
Proses penyakit,
Perubahan
17.00
sakit pasien melakukan hubungan
perubahan anatomis
kebutuhan
suami istri 2x minggu, selama sakit
seksualitas
tidak pernah melakukan hubungan seksual DO : - Pasien mengatakan tentang frekuensi seksualitas kepada perawat - Pasien aktif menjawab Pertanyaan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan perfusi jaringan (Anemia) berhubungan dengan perdarahan intraservikal. (Padila, 2015) b. Gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. (Padila, 2015) c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) akut berhubungan dengan proses desakan pada jaringan interval. (Padila, 2015)
22
d. Risiko gangguan harga diri berhubungan dengan image negative tentang penyakit, perasaan malu. (Padila, 2015) e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi. (Rahayu, 2015) f.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri. (Rahayu, 2015)
g. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan. (Rahayu, 2015) h. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina. (Rahayu, 2015) C. INTERVENSI KEPERAWATAN NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)
(Nurarif H, 2015)
(Nurarif H, 2015) 1.
Gangguan jaringan
perfusi Tujuan : Setelah diberikan (Anemia) perawatan selama 1x24
1) Observasi tanda tanda vital
berhubungan dengan jam dinharapkan perfusi
2) Observasi perdarahan
perdarahan
jaringan membaik
3) Cek hb
intraservikal .
Kriteria Hasil :
4) Beri O2 jika diperlukan
1) Perdarahan intra
5) Pemasangan vaginal
servikal sudah berkurang
tampon 6) Therapy IV
2) Konjungtiva tidak pucat 3) Mukosa bibir basah dan kemerahan 4) Eksremitas hangat 2.
Gangguan pemenuhan
Tujuan : Setelah nutrisi dilakukan perawatan
1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi
23
kurang kebutuhan
dari kebutuhan nutrisi klien tubuh akan terpenuhi
berhubungan dengan Kriteria : anoreksia, mual dan 1) Tidak terjadi muntah.
penurunan berat badan 2) Pasien mengatakan
untuk penyembuhan 2) Beri makan TKTP 3) Mengajukan makan sedikit tapi sering 4) Jaga lingkungan saat makan
nafsu makan
5) Pasang NGT jika perlu
meningkat
6) Beri nutrisi parenteral
3) Keluhan mual dan
bila perlu
muntah kurang 3.
Gangguan
rasa Tujuan : Setelah
1) Tanyakan lokasi nyeri
nyaman (nyeri) akut dilakukan tindakan 1x24
yang dirasakan klien
berhubungan dengan jam diharapkan klien tahu
2) Tanyakan derajat nyeri
proses desakan pada cara-cara mengatasi nyeri
yang dirasakan klien
jaringan interval.
yang timbul akibat kanker
dan nilai dengan skala
yang dialami
nyeri
Kriteria : 1) Klien dapat
3) Ajarkan tekhnik relaksasi
menyebutkan cara-cara
4) Anjurkan keluarag
mengurangi nyeri yang
mendampingi klien
dirasakan 2) Intensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
berkurang 3) Ekspresi muka dan tubuh rileks 4.
Risiko gangguan harga
Tujuan : harga diri pasien
1) Memberi penghargaan
diri berhubungan
dapat terjaga/ tidak terjadi
pada setiap tindakan
dengan image negative
gangguan harga diri,
yang mengarah kepada
tentang penyakit,
dengan
peningkatan harga diri.
perasaan malu
Kriteria:
2) Menjelaskan tentang
24
1) Pasien mendemontrasikan atau menunjukkan
kondisi pasien. 3) Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan
aspek positif dari dirinya. 2) Pasien mampu bergaul dengan orang lain tanpa merasa malu.
25
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, Yulia Irvani and Sofiana, Nurchayati, 2014) Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker terutama di negara berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapura sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya. (Rsup et al., 2015) B. SARAN Penulis berharap masyarakat khususnya wanita usia subur dapat meningkatkan perilaku pencegahan kanker serviks dengan mencari berbagai macam informasi dan melakukan pencegahan secara terusmenerus. Masyarakat yang telah melakukan pencegahan kanker serviks disarankan untuk memberikan dukungan pada wanita disekelilingnya untuk
melakukan
perilaku
pencegahan
kanker
serviks
26
DAFTAR PUSTAKA Calizza, E., Costantini, M. L. and Rossi, L. (2015) ‘Effect of multiple disturbances on food web vulnerability to biodiversity loss in detritus-based systems’, Ecosphere, 6(7), pp. 169–174. doi: 10.1890/ES14-00489.1. Gustiana, D., Yulia Irvani, D. and Sofiana, Nurchayati (2014) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur’, Jom Psik, Vol 1, Nom, pp. 1–8. doi: 10.1126/science.323.5912.339a. Gustiana, D., Yulia Irvani, D. and Sofiana, Nurchayati (2014) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur’, Jom Psik, Vol 1, Nom, pp. 1–8. doi: 10.1126/science.323.5912.339a. Nurarif H, A. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Medication. Padila (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas II. 1st edn. Edited by @Bay. Yogyakarta: Nuha Medika. Rahayu, S. D. (2015) Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. 1st edn. Edited by Aklia S. Jakarta: Salemba Medika.
27