Ca Paruh Kel 5.docx

  • Uploaded by: aldi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ca Paruh Kel 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,196
  • Pages: 27
Keperawatan Medikal Bedah “JANTUNG REMATIK”

OLEH : KELOMPOK 5       

YULIADI YUSUF RULYANIS BUNGA LESTARI RISDAWATI TEZA AINUN RAISY MUH ARJUN WIRAYA CAHYANI M BANDASO

FAKULTAS KEDOKTEAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN AJARAN 2017-2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kita semua dalam menyelesaikan tugas makalah yang berkaitan tentang “Jantung rematik” ini yang insya Allah mendatangkan faedah bagi kita semua pada khusunya bagi pembaca. Shalawat yang bertangkaikan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita yakni nabi muhammad S.A.W sebagai guru terbesar dalam islam dan salah satu tokoh berpengaruh didunia khususnya dalam pengetahuan dan syariat islam. Dalam kesempatan ini kami menulis makalah yang berjudul jantung rematik sebagai syarat perkuliahan sebelum dimulainya presentasi tugas dari pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, dan semoga menjadi bahan pertimbangan nanti dalam pemenuhan tugas mata kuliah kami

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2 BAB I.......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4 A.

Latar Belakang .......................................................................................................................... 4

B.

Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4

C.

Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6 Laporan Pendahuluan Jantung Rematik ............................................................................... 6

A. 1.

Definisi ................................................................................................................................... 6

2.

Etiologi ................................................................................................................................... 6

3.

Klasifikasi .............................................................................................................................. 7

4.

Patofisologi............................................................................................................................. 8

5.

Manifestasi Klinik ................................................................................................................. 8

6.

Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 9

7.

Pencegahan .......................................................................................................................... 11

8.

Penatalaksanaan ................................................................................................................. 11

9.

Komplikasi ........................................................................................................................... 11 Asuhan Keperawatan ............................................................................................................. 11

B. 1.

Pengkajian ........................................................................................................................... 11

2.

Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 12

3.

Intervensi keperawatan ...................................................................................................... 12

BAB III................................................................................................................................................. 25 PENUTUP............................................................................................................................................ 25 A.

Kesimpulan .............................................................................................................................. 25

B.

Saran ........................................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik. Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan

gangguan fungsi ventrikel (ruang

jantung).Penyakit jantung reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat. RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara di negara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 19831985 menunjukkan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Proses Laporan Jantung Rematik? 2. Bagaimana asuhan keperawatan Jantung Rematik ?

C. Tujuan Penulisan 1. untuk mengetahui lebih jelas tentang proses penyusunan laporan pendahuluan asuhan keperawatan Jantung Rematik 2. Untuk mengetahui rencana tindakan asuhan keperawatan pada penyakit Jantung Rematik

BAB II PEMBAHASAN A. Laporan Pendahuluan Jantung Rematik 1. Definisi Penyakit jantung reumatik (PJR) atau dalam bahasa medisnya reumatic heart disease (RHD) adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum. (Amin & Hardhi 2015) 2. Etiologi a. Faktor Genetik Banyak penyakit jantung rematik yang terjadi pada satu keluarga maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada penyakit jantung rematik ini tidak lengkap, namun pada umumnya disetujui bahwa ada faktor keturunan pada penyakit jantung rematik, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan b. Jenis Kelamin Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung rematik menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki c. Golongan Etnik dan Ras Di Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah penyakit jantung rematik akut, tetapi di India menunjukkan bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali tejadi dalam waktu yang singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun.

d. Umur Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya penyakit jantung rematik, penyakit ini paling sering mengenai anak berumur 518 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. (Amin & Hardhi 2015) 3. Klasifikasi Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium : 1.

Stadium I Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat

2.

Stadium II Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

3.

Stadium III Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi, Sakit perut

4.

Stadium IV Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pasa fase

ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktuwaktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya. (Amin & Hardhi 2015) 4. Patofisologi Demam rematik terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam rematik dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A (Wajan,2010). 5. Manifestasi Klinik a. gejala permulaan atau(mode of onset) 1) jika hanya manifestasi carditis : omsetnya tersembunyi dengan malaise dan fatigue progresif ke CHF, nyeri abdomen karena distensi hepar akut, dispnea : edema perifer dan rales pulraoner (manifestasi lambat).jika juga 2) disertai pericarditis: nyeri prekordial akut, kardiak tamponade dapat terjadi dengan pulsus paradox dan syncope(akibat penurunan aliran baluk vena pada jantung kanan), serta artgralgia carditis(karditis) Terdengar murmur atau bising jantung, perikardial friction rub, irama gallop's. Takikardia selain periode tidur. Hasil EKG didapatkan AV block. b. Foliarthritis Bengkak dan lunak pada persendian, nyeri yang berpindah-pindag. Jaccoud's arthritis( cronic past rematik fever artgropathy) yaitu deformitas jari tangan dan kaki berupa ulnar deviasi,

fleksi sendi metacarpofalangeal,

hiperekstensi sendi proksimal intermiten, kelemahan otot, gangguan emosi, grimace wajah(gerakan tersenyum).

NODULE SUBKUTANEOUS: nyeri,

diameter nodul dengan diameter

beberapa milimeter sampai 1dan 2 cm. ERYTHEMA MARGINATUM( hanya pada karditis) : didapatkan rash kulit nonpruritus transien yaitu pada tubuh bagian proksimal lengan, tidak pada wajah. Bercak eritema dengan diameter 1-3 cm sedikit timbul diatas permukaan kulit). Fever, nyeri abdomen sebagai manifestasi CHF atau distensi hepar, anoreksia, muntah, dan kelemahan.

Mayor.

Minor

1.carditis.

1.fever

2. Poli arthritis.

2. Arthralgia

3. Chorea.

3. Pernah mengalami gagal ginjal

4. Erythema. marginatum.

4. LED tinggi

5.nodul Subcutaneous.

5. C-reactive protein/CRP(+) 6. Leukositosis 7. Interval PR memanjang

6. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium 1. Kultur hapusan tenggorok-sebaiknya dilakukan sebelum pemberian antibiotok. Tekhnik pengambilan sampel yang benar yaitu usapan pada kedua tonsil dan faring posterior. Kultur ini umumnya negative bila gejala DRA/PJR mulai muncul. 2. Pemeriksaan darah meliputi : 1) Rapid test antigen streptokokus dapat mendeteksi antige strepkokus grup A secara cepat dengan spesifitas 95% dan sensitivitas 60-90%. 2) Test antibody antistreptokokus-kadarnya mencapai puncak ketika gejala klinis DRA muncul. Tes ini sangat bermanfaat bagi pasien DRA yang gejalanya hanya chorea. Tes antibody antistreptokokus yang biasa digunakan adalah : a) Antistreptlisis O/ASO (titer ASO naik> 333 unit pada anak-anak, dan > 250 unit pada dewasa). Untuk memantau peningkatan titer ASO pemeriksaan diulang dengan jangka waktu 2 minggu. Umumnya

ASO meningkat pada bulan pertama pasca infeksi SBHGA dan menetap untuk 3-6 bulan, sebelum normal kembali setelah 6-12 bulan. b) Anti-deoxyribonuclease B/anti DNase B (nilai normal titer anti DNase B= 1:60 unit pada anak pra-sekolah dan 1:480 unit pada anak sekolah), c) Peningkatan streptokinase 3) LED dan CRP meningkat pada fase akut (tanda proses inflamasi). Untuk deteksi DRA, keduanya mempunyai sensitivitas tinggi tetapi spetifitasnya rendah. 3. Pada pemeriksaan patologi dapat ditemukan : 1) Lesi veruka pada daun katup yang bocor. 2) Pada perikard terdapat eksudat fibrinosa dan serofibrinosa. 3) Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan juga badan aschoff di pericardium, daerah perivascular miokardium, dan endocardium. b. Pemeriksaan Radiologi foto rontgen toraks dibuat untuk mendeteksi kardiomegali dan kongesti pulmonal sebagai tanda GJK (pada karditis). c. Pemeriksaan EKG pada EKG seringkali ditemukan sinus takikardia, kadang-kadang ditemukan sinus bradikardia akibat peningkatan tonus vagal. Blok AV derajat 1 juga dapat ditemukan pada DRA, kelainan ini dihubungkan dengan proses inflamasi local yang berpengaruh pada nodus AV. Nilai normal batas atas interval PR untuk usia 3-12 tahun =0,16 detik, 12-14 tahun=0,18 detik, dan > 17 tahun =0,20 detik. Blok AV derajat 2 dan 3 juga dapat dijumpai pada keadaan yang lebih parah. Umumnya blok AV pada DRA akan membaik sesuai dengan penyembuhan penyakit. Pada EKG juga dapat dijumpai tanda-tanda pericarditis akut, yaitu : elevasi segmen ST di II, III, aVF, V4-V6. Selain itu, pasien PJR juga bias mengalami flutter atrium, takikardia atrium multifocal atau fibrillasi atrium, akibat dilatasi atrium pada PJR katup mitral yang kronis. d. Pemeriksaan Ekokardiografi pada pasien PJR ekokardiografi Doppler digunaka untuk mengidentifikasi dan menilai derajat insufisiensi/stenosis katup, efusi perikard dan disfungsi ventrikel.(Rilantono, 2012)

7. Pencegahan Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung rematik sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus). Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR (Wajan,2010). 8. Penatalaksanaan a. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap b. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine c. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung) (Wajan,2010). 9. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung) (Wajan,2010).

B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala

: Kelelahan, kelemahan

Tanda

: Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

b. Sirkulasi Gejala

: Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,

jatuh pingsan. Tanda

: Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction

rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter. c. Eliminasi

Gejala

: Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.

Tanda

: Urine pekat gelap.

d. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala

: Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,

gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi. Tanda

: Perilaku distraksi, mis: gelisah.

e. Pernapasan Gejala

: dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak

produktif). Tanda

: takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum

banyak dan berbercak darah (edema pulmonal). f. Keamanan Gejala

: Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.

Tanda

: Demam.

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi. b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload/peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena. d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus. e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 3. Intervensi keperawatan NO

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Nyeri akut

Tujuan :

berhubung

nyeri hilang/

dada dan

perlu untuk

an dengan

terkontrol.

bandingkan

mengidentifikasi

proses

dengan episode

penyebab nyeri.

inflamasi.

sebelumnya.

Perilaku dan

Gunakan skala

perubahan tanda

nyeri (0-10)

vital membantu

a. Kaji tingkat nyeri a. Perbedaan gejala

untuk rentang

menentukan

intensitas. Catat

derajat/ adanya

ekspresi

ketidaknyamanan

verbal/non verbal

pasien khususnya

nyeri, respons

bila pasien

otomatis terhadap

menolak adanya

nyeri

nyeri.

(berkeringat, TD dan nadi berubah, b. aktivitas yang peningkatan atau

meningkatkan

penurunan

kebutuhan

frekuensi

oksigen

pernapasan).

miokardia (contoh; kerja

b. Berikan

tiba-tiba, stress,

lingkungan

makan banyak,

istirahat dan

terpajan dingin)

batasi aktivitas

dapat

sesuai kebutuhan.

mencetuskan nyeri dada.

c. Berikan aktivitas

c. Mengarahkan

hiburan yang

kembali

tepat.

perhatian, memberikan distraksi dalam

d. Dorong menggunakan teknik relaksasi.

tingkat aktivitas individu.

Berikan aktivitas senggang.

d. Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan

e. Kolaborasi

kembali perhatian

pemberian obat

sehingga

nonsteroid dan

menurunkan

antipiretik sesuai

nyeri dan

indikasi.

ketidaknyamanan .

e. Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan meningkatkan kenyamanan.

2.

Intoleran

Tujuan :

a. Kaji toleransi

a. Parameter

aktivitas

Menunjukkan

pasien terhadap

menunjukkan

berhubung

peningkatan

aktivitas

respons fisiologis

an dengan

yang dapat

menggunakan

pasien terhadap

ketidaksei

diukur dalam

parameter

stres aktivitas dan

mbangan

toleransi

berikut: frekuensi

indikator derajat

antara

aktivitas.

nadi 20/menit

pengaruh

suplai

diatas frekuensi

kelebihan

oksigen

istirahat; catat

kerja/jantung.

dan

peningkatan TD,

kebutuhan.

dispnea atau

fisiologis pada

nyeri dada;

istirahat penting

kelelahan berat

untuk memajukan

dan kelemahan;

tingkat aktivitas

berkeringat;

individual.

pusing; atau

c. Konsumsi

pingsan. b. Kaji kesiapan

b. Stabilitas

oksigen miokardia selama

untuk

berbagai aktivitas

meningkatkan

dapat

aktivitas contoh

meningkatkan

penurunan

jumlah oksigen

kelemahan/kelela

yang ada.

han, TD

Kemajuan

stabil/frekuensi

aktivitas bertahap

nadi, peningkatan

mencegah

perhatian pada

peningkatan tiba-

aktivitas dan

tiba pada kerja

perawatan diri.

jantung.

c. Dorong

d. Teknik

memajukan

penghematan

aktivitas/toleransi

energi

perawatan diri.

menurunkan

d. Berikan bantuan

penggunaan

sesuai kebutuhan

energi sehingga

dan anjurkan

membantu

penggunaan kursi

keseimbangan

mandi, menyikat

suplai dan

gigi/rambut

kebutuhan

dengan duduk

oksigen.

dan sebagainya. e. Dorong pasien

e. Seperti jadwal meningkatkan

untuk

toleransi terhadap

berpartisipasi

kemajuan

dalam memilih

aktivitas dan

periode aktivitas.

mencegah kelemahan

3.

Penurunan

Tujuan

curah

menunjukan

apikal, nadi

klinis dari

jantung

penurunan

perifer.

keadekuatan

berhubung

episode

b. Tingkatkan/doron

an dengan

dispnea,

g tirah baring

jantung.

perubahan

nyeri dada,

dengan kepala

Pemantauan

dalam

dan ditritmia.

tempat tidur

memungkink

preload/pe

ditinggikan 45

an deteksi

ningkatan

derajat.

dini/tindakan

tekanan

:

a. Pantau TD, nadi

c. Bantu dengan

a. Indikator

curah

terhadap

atrium dan

aktivitas sesuai

dekompensas

kongesti

indikasi (mis:

vena.

berjalan) bila

volume darah

pasien mampu

yang kembali

turun dari tempat

ke jantung

tidur.

(preload),

b. Menurunkan

yang

d. Berikan oksigen

memungkink

suplemen sesuai

an

indikasi. Pantau

oksigenasi,

DGA/nadi

menurunkan

oksimetri.

dispnea dan

e. Berikan obat-

regangan

obatan sesuai

jantung.

indikasi. Mis:

c. Melakukan

antidisritmia,

kembali

obat inotropik,

aktivitas

vasodilator,

secara

diuretik.

bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung. d. Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompen sasi peningkatan kebutuhan oksigen.

e. pengobatan distritmia atrial dan ventrikuler khusnya mendasari kondisi dan simtomatolog i tetapi ditujukan pada berlangsungn ya/meningkat nya efisiensi/cura h jantung. Vasodilator digunakan untuk menurunkan hipertensi dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik (afterload). Penurunan ini

mengembalik an dan menghilangk an tahanan. Diuretic menurunkan volume sirkulasi (preload), yang menurunkan TD lewat katup yang tak berfungsi, meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti vena.

4.

Ketidakefe Tujuan

:

a. Penting pada

ktifan

Menunjukkan a. Pantau

pengkajian

jalan

keseimbanga

pemasukan dan

jantung dan

napas b.d

n masukan

pengeluaran,

fungsi ginjal

peningkata dan haluaran,

catat

dan

n

keseimbangan

keefektifan

berat badan

jumlah/vis

stabil, tanda

cairan (positif

terapi

kositas,

vital dalam

atau negatif),

diuretik.

secret,

rentang

timbang berat

Keseimbanga

sekresi

normal, dan

badan tiap hari.

n cairan

darah

tak ada edema.

b. Berikan diuretik

positif

contoh furosemid

berlanjut

(Lazix), asam

(pemasukan

etakrinik

lebih besar

(Edecrin) sesuai

dari

indikasi.

pengeluaran)

c. Pantau elektrolit

dan berat

serum, khususnya

badan

kalium. Berikan

meningkat

kalium pada diet

menunjukkan

dan kalium

makin

tambahan bila

buruknya

diindikasikan.

gagal jantung

d. Berikan cairan IV

b. Menghambat

melalui alat

reabsorpsi

pengontrol.

natrium/klori

e. Batasi cairan

da, yang

sesuai indikasi

meningkatka

(oral dan IV).

n ekskresi

f. Berikan batasan

cairan, dan

diet natrium

menurunkan

sesuai indikasi.

kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.

c. Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme. Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung. d. Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan. e. Diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.

f. Menurunkan retensi cairan.

5.

Kelebihan Tujuan

:

volume

menunjukan

cairan

perilaku

fisik, contoh

menentukan

berhubung

untuk

palpitasi,

derajat cemas

an dengan

menangani

takikardi, gerakan

sesuai status

gangguan

stress.

berulang, gelisah.

jantung.

filtrasi

a. Pantau respons

a.

b. Berikan tindakan

Membantu

Penggunaan

glomerulu

kenyamanan

evaluasi seirama

s.

(contoh mandi,

dengan respons

gosokan

verbal dan non

punggung,

verbal

c.

perubahan posisi)

b. Membantu

Dorong ventilasi

perhatian

perasaan tentang

mengarahkan

penyakit-efeknya

kembali dan

terhadap pola

meningkatkan

hidup dan status

relaksasi,

kesehatan akan

meningkatkan

datang. Kaji

kemampuan

keefektifan

koping.

koping dengan stressor. d. Libatkan pasien/orang

c.

Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping

terdekat dalam

dengan penyakit

rencana

katup jantung

perawatan dan

kronis dan secara

dorong partisipasi

tepat

maksimum pada

mengganggu

rencana

pola hidup

pengobatan.

seseorang,

e. Anjurkan pasien

sehubungan

melakukan teknik

dengan terapi

relaksasi, contoh

pada aktivitas

napas dalam,

sehari-hari.

bimbingan

d. Keterlibatan

imajinasi,

akan membantu

relaksasi

memfokuskan

progresif.

perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol. e. Memberikan arti penghilangan

.

respons ansietas,

Ansietas

menurunkan

berhubung

perhatian,

an dengan

meningkatkan

perubahan

relaksasi dan

status

meningkatkan

kesehatan

kemampuan koping.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum B. Saran Kami menyadari dalam makalah ini masih ada kesalahan yang mungkin bisa diluruskan atau diperbaiki oleh dosen, untuk itu kami mengharapkan kepada dosen pengajar agar kiranya memberikan kritikan dan saran yang Insya Allah bisa menjadikan penyusunan makalah yang dulunya minim menjadi, maksimal, yang dulunya maksimal, menjadi lebih maksimal

DAFTAR PUSTAKA Dapus: Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Rilantono lily l. 2012. Penyakit kardiovaskuler (PKV). Jakarta. FKUI. Nurarif, Amin & Kuauma, Hardhi. 2015. NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MPJ

LAMPIRAN

Related Documents

Ca Paruh Kel 5.docx
June 2020 16
Ca. Serviks - Kel 4.docx
October 2019 18
Ca
November 2019 55
Ca
May 2020 41
Ca
November 2019 72
Ca
June 2020 33

More Documents from ""

October 2019 63
Ahp.docx
July 2020 46
Ca Paruh Kel 5.docx
June 2020 16