LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI
A. Masalah Utama: Resiko bunuh diri B. Proses terjadinya Masalah 1. Pengertian Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). 2. Factor Penyebab secara umum a. Factor genetic Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan
dalam
menentukan
temperamen
seseorang
dan
penelitian
menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, “Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.”. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri b. Factor keperibadian Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung 1
untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri yang terusmenerus meminta, mengeluh, dan mengatur yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum). Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu. c. Factor psikologis Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
2
d. Factor ekonomi Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup. e. Gangguan mental dan kecanduan Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
3
3. Patopsikologi Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.
4
4. Pohon Masalah Resiko cidera dan kematian
Resiko bunuh diri (RBD)
halusinasi Isolasi sosial (isos)
DPD
Harga diri rendah (HDR) Koping individu inefektif
C. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji Masalah Keperawatan 1. Resiko bunuh diri 2. Resiko cidera dan kematian 3. Halusinasi 4. Isolasi sosial 5. Dpd 6. HDR 7. Koping individu inefektif Data yang perlu di kaji a. Tanda dan gejala b. Resiko bunuh diri, meliputi: Tak langsung 1. Merokok 2. Mengebut 3. Berjudi 5
4. Tindakan kriminal 5. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi 6. Penyalahgunaan zat 7. Perilaku yang menyimpang secara sosial 8. Perilaku yang menimbulkan stress 9. Gangguan makan 10. Ketidakpatuhan pada tindakan medik Langsung 1.
Keputusasaan
2.
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
3.
Alam perasaan depresi
4.
Agitasi dan gelisah
5.
Insomnia yang menetap
6.
Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.
D. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko bunuh diri 2. Resiko cidera dan kematian 3. Halusinasi 4. Isolasi sosial 5. Dpd 6. HDR Diagosa prioritas: Resiko bunuh diri
6
E. Rencana Tindakan Keperawatan A. Tindakan Keperawatan Pada Pasien No 1.
Tujuan TUM : Klien melakukan percobaan diri. TUK :
Criteria hasil Setelah…x interaksi klien tidak menunjukkan tandatanda percaya kepada bunuh perawat:
Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
Ekspresi wajah bersahabat,
prinsip komunikasi
Menunjukan rasa senang,
terapeutik:
Ada kontak mata, Mau
- Sapa klien dengan
Klien dapat membina berjabat tangan, Mau
ramah baik verbal
hubungan
menyebutkan nama, Mau
maupun non verbal.
saling percaya.
menjawab salam , Mau duduk
- Perkenalkan nama,
berdampingan dengan
nama panggilan dan
perawat bersedia
tujuan perawat
mengungkapkan masalah
berkenalan.
yang dihadapi.
- Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan yang disukai klien. - Buat kontrak yang jelas. - Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. - Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya. - Beri perhatian kepada 7
klien dan masalah yang dihadapi klien.
2.
Setelah klien
….x
interaksi
menceritakan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
penyebab perilaku bunuh
ekspresi perasaan
diri yang dilakukannya:
klien
Menceritakan penyebab klien
- Bantu klien
melakukan percobaan bunuh
mengungkapkan
diri.
perasaan yang menyebabkan klien mempunyai ide serta melakukan percobaan bunuhdiri :
TUK:
- Motivasi klien untuk
Klien dapat
menceritakan
mengenal penyebab
penyebab klien
resiko prilaku bunuh
mempunyai ide
diri.
bunuh diri
8
3.
Setelah ….x interaksi klien menceritakan saat
klien
tanda-tanda berkeinginan
menyela atau member penilaian setiap
untuk bunuh diri:
ungkapan perasaan
Tanda social :
klien
Klien
mengancamkan
- Bantu klien
melakukan bunuh diri dan
mengungkapkan
klien melakukan hal yang
tanda-tanda perilaku
tidak bisa dilakukan klien.
bunuh diri yang
Tanda Fisik :
dialaminya:
Klien mencederai diri sendiri
4.
- Dengarkan tanpa
- Motivasi klien
seperti menyayat nadi,
menceritakan kondisi
minum obat sampai over
emosionalnya.
dosis, tatapan mata klien
- Motivasi klien
TUK :
tampak menerawang eperti
menceritakan kondisi
Klien dapat
memikirkan sesuatu.
sosialnya
mengidentifikasi
Tanda Emosional:
tanda- tanda
Klien menjadi penyendiri,
perilaku bunuh diri.
pemurung, dan pemarah. Setelah ….x interaksi
- Diskusikan dengan
klien menjelaskan:
klien percobaan
Perasaan saat melakukan
bunuh diri yang
bunuh diri.
dilakukannya selama
Efektivitas percobaan yang
ini:
dilakukan.
- Motivasi klien
Tindakan akan yang sudah
menceritakan
pernah dilakukan untuk
tindakan tindakan apa
mengakhiri hidup.
saja yang sudah pernah dilakukan
9
untuk mengakhiri hidup. - Motivasi klien menceritakan akan perasaan setelah tindakan tersebut. 5.
Setelah….x interaksi klien
- Diskusikan apakah
menjelaskan akibat
dengan tindakan
tindakannya:
tersebut masalah
TUK :
Diri sendiri
yang dialami klien
Klien dapat
Orang lain
teratasi
mengidentifikasi
Lingkungan
- Diskusikan dengan
perilaku percobaan
klien akibat
bunuh diri yang
negatif cara yang
pernah dilakukan.
dilakukan pada: - Diri sendiri, Orang lain, Lingkungan
TUK : Klien dapat mengidentifikasi akibat tindakan yang sudah dilakukan untuk bunuh diri.
10