RISIKO BUNUH DIRI Disusun untuk memenuhi tugas Kesehatan Jiwa 1 Dosen Pembimbing : Lilik Ma’rifatul, Skep Ns, Mkes
DISUSUN OLEH : Kelompok : 6 Kelas : E
1. Risqon Nafia
201501189
2. Tommie Septika
201501193
3. Ika Wahyu
201501194
4. Fauziadatin Q
201501196
5. Arifah Aghna
201501200
6. Ach. Afandi
201501202
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO TAHUN AJARAN 2015
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Risiko Bunuh Diri” tepat waktu. Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan jiwa. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 1.
Bapak Dr. M. Sajidin, selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2.
Ibu Ifa Roifah,M.Kep selaku Kepala Prodi S1 Keperawatan .
3.
Ibu Lilik Ma’rifatul, Skep Ns, Mkes selaku dosen pembimbing ,ata kuliah kesehatan jiwa 1 yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
4.
Pihak
perpustakaan
yang
meminjamkan
buku-buku
untuk
bahan
penyusunan makalah ini 5.
Orang tua yang memberi motivasi dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
6.
Teman-teman senasib seperjuangan yang telah memberi dukungan baik secara moril dan materiil. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang memerlukannya pada masa yang akan datang serta untuk penyusunan makalah yang selanjutnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, sekiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna.
Mojokerto, 15 Maret 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................................. ii Daftar Isi........................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan 1.1
Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3
Tujuan ............................................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1
Definisi ............................................................................................ 3
2.2
Proses Terjadinya ............................................................................ 5
2.3
Tanda dan Gejala ............................................................................ 13
2.4
Pengkajian ....................................................................................... 15
2.5
Analisa Data .................................................................................... 24
2.6
Diagnosa Keperawatan ................................................................... 24
2.7
Perencanaan(NCP) TUK ................................................................. 25
2.8
Implementasi (SP) ........................................................................... 29
2.9
Evaluasi ........................................................................................... 31
2.10 Daftar Pustaka ................................................................................. 32 Bab III Pembahasan Kasus 3.1
Kasus ............................................................................................... 33
3.2
Pembahasan..................................................................................... 33
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987, hlm.79). Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter 1
(Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993).Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri. Maka dari itu penulis menulis makalah dengan judul “ Resiko Bunuh Diri” sebagai tugas dari mata kuliah kesehatan jiwa 1.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang muncul penulis mengambil rumusan masalah “bagaimana risiko bunuh dan penanganan yang tepat sebagai seorang perawat?”.
1.3
Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah didapatkan tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui dan mengerti apa itu risiko bunuh diri dan bisa menangani pasien dengan risiko bunuh diri.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 a.
Definisi Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan.Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
b.
Risiko Bunuh diri adalah segala resiko dari perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. ( W. F. Maramis, 1992 )
c.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri kehidupan.Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993).
d.
Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan ( Budi Anna Keliat, 1993 )
e.
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
3
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. ( Clinton dalam mental health nursing practice 1995: 262) f.
Bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri ini sangat berarti. Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk pasien sesuai dengan tujuan pasien. Pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan untuk mengakhiri
kehidupannya
sendiri.
Bunuh
diri
yang
dibantu(
euthanasiapasif) dibedakan dengan euthanasia aktif. Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri kehidupannya tetapi tidak secara langsung menjadi pelaku dalam kematiannya. ( Taylor, dalam fundamental of nursing 1997:790) g.
Bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri. Suicide attempt ( upaya bunuh) diri adalah denagn sengaja melakukan hal tersebut. Bila kegiatan tersebut sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Suicide gesture (isyarat bunuh diri) adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. Suicide threat (ancaman bunuh diri) adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.
h.
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko bunuh diri untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (staurt dan sundeen, 1995).
i.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. (Gail W. Stuart, 2007)
j.
Bunuh diri adalah untuk menghilangkan nyawa sendiri. (Ann Isaacs,2004).
k.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
4
1.
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2.
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3.
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4.
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
l.
Bunuh diri atau dalam bahasa inggris disebut Suicide (berasal dari kata Latin suicidium , dari sui caedere “ membunuh diri sendiri “ ) adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Bunuh diri sering kali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya sering dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi, schizophrenia, ketergantungan
alcohol/alkoholisme,
dan
penyalah
gunaan
obat.
(Wikipedia bahasa Indonesia). m. Suicide adalah ilmu yang mempelajari latar belakang, jenis, teknik bunuh diri dan upaya pencegahannya secara ilmiah dan manusiawi. 2.2
Proses Terjadinya
2.2.1 Etiologi Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut : 1.
Genetic dan teori biologi Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2.
Teori sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3.
Teori psikologi
5
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri. Sebagai tambahan dari penyebab terjadinya bunuh diri, Cook dan Fontaine (1987) menerangkan penyebab bunuh diri dari masing-masing golongan usia. 1.
Pada anak a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan b. Situasi keluarga yang kacau c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik d. Gagal sekolah e. Takut atau dihina di sekolah f. Kehilangan orang yang dicintai g. Di hukum orang lain
2.
Pada remaja a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan d. Perasaan tidak dimengerti orang lain e. Kehilangan orang yang dicintai f. Keadaan fisik g. Masalah dengan orang tua h. Masalah seksual i. Depresi
3.
Pada dewasa a. Self-ideal terlalu tinggi b. Cemas akan tugas akademik yang banyak c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua d. Kompetisi untuk sukses
4.
Pada usia lanjut a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
6
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat d. Kesepian dan isolasi sosial e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan) f. Sumber hidup berkurang
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan). Etiologi dari resiko bunuh diri adalah : a.
Faktor Predisposisi Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut : 1. Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. 2. Sifat Kepribadian Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi. 3. Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif
dalam
hidup,
penyakit
krinis,
perpisahan, atau bahkan perceraian.Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
7
4. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 5. Faktor Biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine.Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG). b.
Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
c.
Perilaku Koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.Isolasi
social dapat
menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
8
d.
Mekanisme Koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Respon adaptif
Respon maladaptive
Peningkatan
Beresiko
Destruktif
diri Pencederaan
diri
destruktif
tidak langsung
Bunuh diri
diri
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
2.2.2 Rentang Respon Rentang respon resiko bunuh diri (iyus,2009)
a.
Peningkatan
diri.
Seseorang
dapat
meningkatkan
proteksi
atau
pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya. b.
Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalamiperilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
9
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. c.
Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d.
Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e.
Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang. Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995). Dibagi menjadi 3 kategori: 1.
Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri, dan gila bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan kegiatan bunuh diri dan tidak ingin mati akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.
Isyarat Bunuh diri (Suicide Gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3.
Ancaman bunuh diri (Suice Threat). Yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak aka nada disekitar kita lagi atau juga mengungkapan secara non verbal berupa pemberian hadiah, wasiat dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
10
2.2.3 Tahap – Tahap Resiko Bunuh Diri
1.
Suicidal ideation Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2.
Suicidal intent Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
3.
Suicidal threat Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4.
Suicidal gesture Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
5.
Suicidal attempt Pada tahap ini prilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematikan.
11
2.2.4 Motif Bunuh Diri Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif. Motif
bunuh
diri
ada
banyak
macamnya.
Disini
menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan : 1.
Dilanda keputusasaan dan depresi
2.
Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.
Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.
Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.
Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
12
penyusun
2.2.5 Patosikologi
( Stuart& Sundeen , 2006 )
2.3
Tanda dan Gejala 1.
Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4.
Impuls
5.
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan(biasanya menjadi sangat patuh)
6.
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. 13
7.
Verbal terselubung (Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan.)
8.
Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah, mengasingkan diri)
9.
Kesehatan mental( secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunaan alcohol)
10. Kesehetan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal) 11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier). 12. Umur 15-19th atau di atas 45th . 13. Status perkawinan (mengenai kegagalan dalam perkawinan) 14. Pekerjaan 15. Konflik interpersonal 16. Latar belakang keluarga 17. Orientasi seksual 18. Sumber-sumber personal 19. Sumber-sumber social 20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil 21. Keputusasaan 22. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna 23. Alam perasaan depresi 24. Agitasi dan gelisah 25. Insomniayang menetap 26. Penurunan BB 27. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. 28. Faktor-faktor kepribadian a.
Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b.
Kegiatan kognitif dan negative
c.
Keputusasaan
d.
Harga diri rendah
e.
Batasan/gangguan kepribadian antisosial
14
2.4
Pengkajian
Proses keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis,psikologis,social dan spiritual. (Keliat,Budi Ana,1998:3). Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah : 1.
Identitas klien Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : Nama
mahasiswa,nama
panggilan,nama
klien,
nama
panggilan
klien,tujuan,waktu, tempat pertemuan, topic yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No.RM,tanggal pengkajian dan sumber yang di dapat.
2.
Alasan masuk Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang,atau dirawat di rumah sakit,biasanya berupa sikap percobaan
bunuh diri,komunikasi dengan
keluarga kurang, tidak mampu berkonsentrasi, merasa gagal,merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya,apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi ini.
3.
Factor predisposisi Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya,apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,perpisahan, penolakan orang tua,kegagalan atau frustasi berulang, perubahan struktur social,terjadi trauma pernah di aniaya fisik,aniaya seksual, penolakan orang tua, sering mendapat perlakuan keras dari orang tua. Menanyakan juga apakah ada anggota keluarga yang
15
gangguan jiwa,serta menanyakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan seperti pernah gagal dalam dalam berkarier.
4.
Pemeriksaan fisik a. Tanda vital : TD: / mmHg, N : ...x/menit, S : ...0C, P : ....x/menit b. Ukuran : Berat Badan (BB) : .....Kg. Tinggi Badan (TB) : ....cm c. Keluhan fisik : ada Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher, pergelangan tangan maupun di bagian tubuh lainnya.Pasien biasanya mengeluh sakit pada dirinya, pusing ataupun tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya.Pasien mengeluh bahwa dirinya sudah tidak mampu beraktivitas lagi. Keperawatan Masalah Perubahan perlindungan Penjelasan : perilaku bunuh diri mengalami perubahan perlindungan. Biasanya seseorang yang ingin mencoba bunuh diri merasa dirinya tidak ada yang melindungi.Tidak ada perlindungan dari pihak manapun.
5.
Psikososial a.
Genogram
Keterangan: : laki-laki : perempuan
16
Masalah keperawatan Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan Penjelasan : keluarga tidak mendukung sepenuhnya terhadap pasien dan keluarga tidak mampu menyelesaikan masalah-masalahnya. b.
Konsep Diri 1. Gambaran diri Pasien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya, ada bagian tubuh pasien yang mengalami penurunan fungsi sehingga pasien tidak bisa menerima keadaan tubuhnya. Mengungkapkan perasaan keputusasaan dan merasa ingin mati. 2.
Identitas diri Pasien berstatus sudah menikah ataupun belum, merasa tidak puas dengan status ataupun pekerjaannya sekrang dapat mempengaruhi hubungan social dengan orang lain.
3.
Peran diri Klien dengan resiko bunuh diri merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau peranannya baik dalam keluarga, pekerjaan atau dalam kelompok masyarakat yang disebabkan penyakit, proses menua, PHK, putus sekolah, dan yang lainnya.
4.
Ideal diri Pasien merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalam.Tidak ada harapan lagi dengan masalah yang dideritanya.
5.
Harga diri Pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya, yang menunjukkan harga diri yang rendah, selalu berfikiran negatif kepada orang lain bahwa dirinya tidak lagi di hargai dan dianggap. Seringkali menutup diri dan tidak berkomunikasi dengan orang lain karena masalah yang dialaminya. Masalah keperawatan Harga diri rendah situasi Penjelasan : perilaku bunuh diri mengalami harga diri rendah situasi seperti masalah keluarga atau pekerjaan yang sedang dihadapi saat ini. 17
c.
Hubungan social Px dengan resiko bunuh diri cenderung ada gangguan dalam berhubungan dengan orang lain, mereka tidak dapat berhubungan dengan orang lain, tidak dapat berperan di kelompok masyarakat, sering mengeluh atau curhat ke orang lain yang dipercayai bahwa ia ingin mengakhiri hidupnya.
d.
Spiritual Px meyakini bahwa tidak ada gunanya untuk hidup, keyakinannya akan masalah adalah takdir dari yang kuasa itu pun tidak ada, mereka menganggap bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya selain dengan mengakhiri hidupnya..
6.
Status mental a.
Penampilan Penampilan pasien tidak rapi, acak-acakan, malas untuk membersihkan tubuh, rambut, kuku dll.Mereka tidak mau untuk menjaga kesehatan tubuhnya bahkan cenderung tidak mau makan agar cepat meninggal.
b.
Pembicaraan Pembicaraannya cepat, inkoheren, keras, pembicaraan berpindah pindah dari satu kalimat ke kalimat yang lain, topik yang di bicarakan tentang kematian dan penyesalan hidup.
c.
Aktivitas motorik Aktivitas motorik klien lebih mengarah untuk mengakhiri hidupnya misal membenturkan kepalanya, melukai badannya, dan membuat sesuatu sebagai sarana untuk mengakhiri hidupnya misal membuat gantungan dari tali.
d.
Afek dan emosi Px menunjukkan rasa kekecewaan yang mendalam disertai rasa putus asa yang besar sehingga yang ada dalam fikirannya hanyalah rasa ingin mengakhiri hidupnya karena ia merasa bahwa masalah yang di hadapinya akan selesai jika ia meninggal
18
e.
Interaksi selama wawancara Pasien tidak kooperatif, tidak mau mendengarkan pendapat atau saran yang dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah
f.
Persepsi sensori Adanya halusinasi pendengaran yang menyuruhnya mengakhiri hidupnya.
g.
Proses pikir 1.
Proses pikir Perseverasi: pembicaraan yang berulang-ulang pada suatu ide, pikiran dan tema secara berlebihan. Pasien selalu membicarakan tentang mengakhiri hidupnya
2.
Isi pikir Suicidal thaught/ pikiran bunuh diri: isi pikiran yang dimulai dengan memikirkan usaha bunuh diri sampai terus-menerus berusaha untuk dapat bunuh diri
h.
Tingkat kesadaran Bingung Penjelasan : seseorang yang ingin melakukan bunuh diri merasa dirinya bingung karena adanya kejadian-kejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, atau bahkan perceraian. Sehingga ada pemikiran untuk bunuh diri. 1.
Adakah gangguan orientasi (disorientasi ) a.
Orang Perilaku bunuh diri disebabkan dari beberapa factor.Termasuk dari orang, contohnya bercerai atau bahkan kehilangan pasangan atau kerabat.
b.
Tempat Perilaku bunuh diri juga bisa disebabkan karena tempat.Misal, seseorang tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK dari tempat kerjanya.
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir
19
Perubahan proses pikir dapat mempengaruhi perilaku bunuh diri. Seseorang yang ingin melakukan bunuh diri mengalami perubahan proses pikir. Tidak bisa mengendalikan pola pikir dan emosinya. i.
Memori Konfabulasi: ingatan yang keliru dan dimanifestasikan denagna pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya. Perilaku bunuh diri biasanya bercerita yang tidak sesuai dengan kenyataan.Tidak berdasarkan fakta.Karena klien dengan resiko bunuh diri selalu mengindar dari kenyataan. Masalah keperawatan : Perubahan proses piker Perilaku bunuh diri tidak bisa berpikir secara rasional.Dan selalu bercerita tidak sesuai dengan kenyataannya.
j.
Tingkat konsentrasi dan berhitung : 1.
Mudah beralih Perhatian perilaku bunuh diri mudah berganti dari satu objek ke objek lain. Mudah untuk mengalihkan pembicaraan.
2.
Tidak mampu berkonsentrasi Perilaku bunuh diri tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan baik.Selalu meminta agar pertanyaan diulang atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
3.
Tidak mampu berhitung Perilaku bunuh diri tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda benda nyata.Karena orang tersebut tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.
Masalah Keperawatan : Isolasi social Pada perilaku bunuh diri merasa dirinya sedang terancam atau kesepian karena ditinggal pasangan atau mendapat ancaman dari pihak tertentu.
20
k.
Kemampuan Penilaian 1.
Gangguan kemampuan penilaian ringan Dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, orang tersebut dapat mengambil keputusan.
2.
Gangguan kemampuan penilaian bermakna Tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan.
l.
Daya tilik diri 1.
Mengingkari penyakit yang diderita Tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan.Seseorang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri biasanya mengalami penyakit yang sudah kronis.Dan merasa putus asa untuk menjalani hidupnya dengan penyakit yang di derita.
2.
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya Menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
Masalah keperawatan Perubahan proses pikir Tidak
bisa
mengendalikan
pola
pikir
yang baik
cenderung
menyalahkan orang-orang disekitarnya.Tidak mampu berkonsentrasi dengan baik. 7.
Kebutuhan perencanaan pulang a.
Kemampuan klien memenuhi kebutuhan sepertri mandi, makan, berpakaian dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b.
Klien mampu menahan keinginan bunuh diri
c.
Keluarga berperan sebagai pendukung mampu menciptakan lingkungan yang tenang dan memotivasi klien agar semngat hidupnya tidak redup
21
d. 8.
Klien mampu menikmati kehidupannya
Mekanisme koping Diharapkan klien di rumah dapat melakukan mekanisme koping yang adaptif apabila keinginan bunuh diri itu timbul Tabel 1. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri
Perilaku atau Gejala
Intensitas resiko Rendah
1. Cemas
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi Tinggi atau panic
2. Depresi
Rendah
Sedang
Berat
3. Isolasi-menarik
Perasaan
Perasaan tidak
Tidak berdaya,
depresi yang
berdaya, putus
putus asa,
samar, tidak
asa, menarik diri
menarik diri,
diri
menarik diri
protes pd diri sndiri
4. Fungsi
sehari- Umumnya
hari
baik pada
Baik pada
Tidak baik pd
beberapa aktivitas
semua
semua
Aktivitas
aktivitas
5. Sumber-sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
6. Strategi koping
Umumnya
Sebagian
Sebagian besar
konstruktif
Konstruktif
destruktif
Beberapa
Sedikit atau
Tidak ada
7. Orang penting/dekat
8. Pelayanan
hanya satu
Tidak, sikap
Ya, umumnya
22
Bersikap
psikatri yang lalu
positif
memuaskan
negatif terhadap pertolongan
9. Pola hidup
Stabil
Sedang (stabil tak
Tidak stabil
stabil)
10. Pemakai alkohol Tidak sering
Sering
Terus menerus
Dari tidak sampai
Dari tidak,
yang tidak
dengan cara yang
sampai
fatal
agak fatal
berbagai cara
dan obat
11. Percobaan bunuh Tidak, atau diri sebelumnya
yang fatal
12. Disorientasi dan Tidak ada
Sedikit
Jelas atau ada
Beberapa
Jelas atau ada
Sering dipikirkan
Sering dan
disorganisasi
13. Bermusuhan
Tidak atau sedikit
14. Rencana diri.
bunuh Samar,
kadang-kadang kadang-kadang
konstan
ada pikiran,
ada ide untuk
dipikirkan
tidak ada
merencanakan
dengan
rencana
rencana spesifik
Tabel 2. SIRS (suicidal intention rating scale) Skor 0
: tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1
:ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
23
Skor 2
:memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri. :mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau
Skor 3
saya bunuh diri”. Skor 4
2.5
:aktif mencoba bunuh diri.
Analisa Data Data
Masalah keperawatan
Ds:
Resiko bunuh diri px mengatakan bahwa dirinya ingin mengakhiri hidupnya
px mengatakan bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi
Do:
px tampak pucat
terdapat luka bekas goresan pisau di pergelangan tangan
2.6
Diagnosa Keperawatan Pohon masalah
Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri
24
2.7
Perencanaan( NCP )
Diagnosa Tgl
Perencanaan
Keperawatan
Intervensi Tujuan
Resiko Diri
Bunuh TUM:
Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi:
Agar px tidak
1.
Klien
Bina bubungan saling percaya dapat
mengungkapkan
baik verbal maupun
tindakan
perasaannya
verbal
2.
Ekspresi
wajah
bersahabat
TUK 1: Klien
diri
dengan pada
sopan
sehingga
4.
Menunjukkan rasa
dan nama pangggilan yang pelaksanaan
senang
disukai klien
hubungan saling percaya
b. Perkenalkan
kepercayaan
Ada kontak mata
5.
Mau
berjabat
tangan 6.
Mau salam
7.
d. Jelaskan tujuan pertemuan,
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Klien mau duduk berdampingan 25
akan
klien perawat akan
c. Tanya nama lengkap klien memudahkan dalam
jujur dan menepati janji menjawab
saling
non menimbulkan
3.
dapat
membina
Hubungan
a. Sapa klien dengan ramah, percaya
melakukan
bunuh diri
Rasional
f. Beri perhatian pada klien
tindakan selanjutnya
8.
Klien
mau Beri
mengutarakan masalah
kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaannya tentang yang masalah yang dialami
dihadapi
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
TUK2: Klien
dapat Klien terlindung dari
melindungi diri
1.
Kriteria evaluasi:
Modifikasi lingkungan klien a.
perilaku bunuh diri
perilaku
Jauhkan klien dari benda – lingkungan
dapat
benda yang dapat digunakan mencegah
resiko
untuk bunuh diri
bunuh diri
b.
Tempatkan klien diruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
2.
Awasi klien secara ketat setiap saat
3.
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
26
Modifikasi
bunuh diri berulang
Kriteria evaluasi:
TUK 3 : Klien
dapat 1.
Klien
1. Bantu dapat
klien mengeksplorasikan Peningkatan
harga
perasaan
diri akan meningkat
a.
Biarkan
-kan
meningkatkan
meningkatkan
harga diri
harga dirinya
klienmengungkapkanperasaan
koping yg adaptif
Klien
nya
sehingga
2.
dapat
mengidentifikasi
3.
b.
semangat
Ajak klien untuk berbincang – hidup klien kembali.
aspek positif yang
bincangmengenai perasaannya
dimiliki
namun jangan memaksa
Klien
mekanisme
dapat 2. Identifikasi aspek positif yang
membuat rencana
dimiliki klien
masa depan yang 3. Bantu mengidentifikasi sumberrealistis
sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). 4. Bantu klien merencanakan masa depan yang realistis
Kriteria evaluasi:
TUK 4 : Klien
dapat Klien
menggunakan
menggunakan
mekanisme
mekanisme
1. Bantu dapat
klien
mengidentifikasi Mekanisme koping
pengalaman pengalamanyangmenyenangkan.
– yang adaptif dapat meningkatkan harga
koping 2. Bantu untuk mengenali hal-hal diri klien sehingga
27
koping
yang yang adaptif
yang ia cintai dan yang ia sayangi resiko
adaptif
dan
pentingnya
bunuh
diri
terhadap menurun
kehidupan orang lain. 3. Beridorongan
untuk
berbagi
masalah pada orang lain. Kriteria evaluasi:
TUK 5 : Klien
dapat Klien
menggunakan
menggunakan
dukungan
dukungan sosial
1. Kaji dapat
dan
manfaatkan
sumber eksternal individu.
sumber- Dukungan yang
sosial
baik
dapat
2. Kaji sistem pendukung keyakinan meningkatkan yang dimiliki klien.
sosial
mekanisme
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi adaptif klien (pemuka agama).
28
koping
2.8
Implementasi Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
DIAGNOSA PASIEN
KELUARGA
KEPERAW ATAN Resiko
Sp I Pasien : TUK 1 – 2
SP 1 Keluaga
Bunuh Diri
a. Membina hubungan saling
a. Mendiskusikan
percayadengan klien b. Mengidentifikasi benda
yang
benda-
yangdapat
membahayakan pasien. c. Mengamankan benda
yang
dirasakan
b. Menjelaskan
pengertia,
tanda dan gejala resiko bunuh
diri,
dapat
prilaku
yang
pasien
beserta
kontrak
treatment
keluarga
dalam merawat pasien
benda-
membahayakan pasien. d. Melakukan
massalah
dan
jenis
di
alami
terjadinya c. Menjelaskan
e. Mengajarkan
cara
proses
merawat
cara-cara
pasien
resiko
mengendalikan dorongan
bunuh diri yang dialami
bunuh diri
pasien
beserta
proses
terjadinya. Sp II Pasien TUK 3 a. Evaluasi
kegiatan
SP II Keluarga yang
lalu ( SP 1 ) b. Mengidentisifikasi
a. Evaluasi
kemampuan
keluarga di SP 1 aspek
positif pasien
b. Melatih keluargamempraktekan
c. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
caramerawat pasien dengan resiko bunuh diri c. Melatih
d. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai
29
keluarga
melakukan cara merawat langsung
kepada
pasien
individu yang berharga
resiko bunuh diri.
Sp III Pasien :TUK 3 , 4, 5
SP III Keluarga
a. Evaluasi kegiatan yang
a. Evaluasi
lalu (Sp 1 & 2)
keluarga
b. Mengidentisifikasi koping
kemampuan
pola
yang
biasa
diterapkan pasien
b. Membantu
keluarga
membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum
c. Menilai pola koping yng
obat
biasa dilakukan d. Mengidentifikasi
pola
koping yang konstruktif e. Mendorong
pasien
memilih pola koping yang konstruktif f. Menganjurkan
pasien
menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian Sp IV Pasien a. Evaluasi
Sp IV Keluarga kegiatan
yang a. Evaluasi
lalu (Sp 1 & 2)
keluarga
b. Membuat rencana masa b. Mendiskusikan depan
yang
kemampuan
realistis
bersama pasien c. Mengidentifikasi
rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga
cara
mencapai rencana masa depan yang realistis d. Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam
30
sumber
rangka meraih masa depan yang realistis
2.9
Evaluasi Berikut ini adalah tanda tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang harus dicapai oleh klien dan keluarganya berdasarkan perilaku bunuh diri yang di tampilkan. 1.
Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap aman dan selamat
2.
Bagi keluaraga dengan anggota keluaraga (klien) yang membreikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluaraga berpearan serata dalam melindungi anggota keluaraga yang mengancam atau mencoba bunuh diri
3.
Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasialan asuahan keperawatan ditandai denagan hal-hal sebagai berikut
4.
a.
Klien mampu mengungkapkan perasaannya
b.
Klien mampu meningkatkan harga diri
c.
Klien mampu menggunakan cara penyelasaian maalah yang baik
Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri,keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan resiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan keluarga mampu melakukan hal-hal berikut. a.
Menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b.
Memperagakan kembali cara-cara yang dapat dapat dilakukan untuk melindungi anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
c.
Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
31
2.10 Daftar Pustaka Azizah, Lilik Ma’rifatul.2016..Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Kllinik.Yogyakarta : Graha Ilmu Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Stategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Kaplan & Sadock.2004.Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.Jakarta : Penerbit EGC Keliat,Budi
Anna&
Akemat.2007.Model
Praktik
Keperawatan
Professional Jiwa.Jakarta : Penerbit EGC Stuart, G. W. 2006. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. Jakarta: EGC Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama
32
BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1
Kasus Seorang klien Tn.A 42 tahun datang ke emergence RS Jiwa Cahaya Qolbu. Hasil pengkajian perawat menunjukan T=90/60, N= 110x/menit, S= 36X/menit RR=40x/menit,sesak dan nyeri dada, tampak perdarahan dari pergelangan tangan, menurut istrinya ia berupaya memotong urat nadi nya dengan silet. Tiga bulan sebelumnya klian di diagnosa dengan carcinoma pulmo sinistra. Klien pernah memaksa ke dokter untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menyuntikkan zat mematikan ke dalam tubuhnya. Beberapa hari sebelumnya klien terlihat murung,sedih,dan tidak mau bicara. Pagi pagi ia masuk kamar mandi dengan membawa silet. Kepada istrinya ia mengatakan ingin tetap hidup tetapi di lain waktu ia mengatakan lebih baik mati karena sudah tidak tahan merasakan sakit di dadanya
3.2
Pembahasan
3.2.1 Model keperawatan yang bisa diterapkan a. Model interpersonal Dengan terapi ini diharapkan ada hubungan interpersonal antara perawat dengan klien, sehingga timbul hubungan saling percaya, aman dan nyaman.Dengan ini klien diharapkan bisa menceritakan masalahnya yang menyebabkan klien menjadi mudah panik dan berputus asa, sehingga dapat mengurangi resiko bunuh diri klien. b. Model eksistensi Perawat membantu untuk mengeksplor mengklarifikasi tentang realitas klien tentang sakit yang diderita klien dan meningkatkan kesadaran diri klien dengan menjelaskan bahwa sakit yang dideritanya itu bukan tolak ukur kehidupan klien, agar klien mampu menerima dirinya dan menjadikan hidupnya lebih berarti karena hidup hanya sekali di dunia ini. c. Model sosial
33
Model sosial dengan cara memanipulasi lingkungan dan dukungan kelompok. 1. Manipulasi lingkungan Untuk klien dengan isolasi sosial, berikut manipulasi lingkungan yang dapat dilakukan baik lingkungan secara fisik maupun linkungan secara psikososial : Syarat lingkungan secara fisik 1). Ruangan aman dan nyaman. 2). Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain. 3). Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci. 4). Ruangan harus ditempatkan dilantai 1 dan keseluruhan ruangan mudah di pantau oleh petugas kesehatan. 5). Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien. 6). Warna dinding cerah. 7). Adanya bacaan ringan,lucu, memotivasi hidup. 8). Hadirkan music ceria, televisi, film komedi. 9). Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.
Syarat lingkungan psikososial 1). Komunikasi terapiutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin. 2). Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien setiap akan melakukan kegiatan keperawatan/kegiatan medis lainnya. 3). Menerima pasien apa adanya, jangan mengejek atau merendahkan. 4). Meningkatkan harga diri pasien. 5). Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
34
6). Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 7). Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
2. Dukungan kelompok Dukungan kelompok (misal dukungan keluarga atau orang lain yang berada di sekitar klien) : perawat membantu klien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan klien sendiri terlalu lama, dll. Dengan dukungan kelompok akan meningkatkan motivasi dan semangat klien untuk melakukan pengobatan, meningkatkan harapan akan kesembuhannya, meningkatkan harga diri, tidak merasa sendiri dan klien merasa hidupnya tetap berarti.
d. Model komunikasi Perawat membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga klien tidak merasa sendiri dan klien bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat. e. Model medikal Model medikal dengan rehabilitasi, terapi dan kolaborasi obat untuk kesembuhan klien. f. Model Keperawatan Perawat memenuhi kebutuhan holistik klien yang bersifat terapiutik.
3.2.2 Terapi modalitas yang diterapkan 1.
Terapi kognitif Karena dalam kasus, klien merasa putus asa sehingga terapi ini diharapkan bisa membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien, menurunkan kecemasan klien akan sakit yang dideritanya, sehingga klien lebih optimis dan dapat menerima apa yang terjadi dengan lebih positif lagi.
35
Tujuan: a. Mengembangkan pola pikir yang rasional b. Mengidentifikasi stimulus dan keyakinan yang tidak akurat dengan realitas c. Membiasakan diri selalu menggunakan penyelesaian realistis dalam menanggapi setiap stimulus d. Mengembalikan perilaku dengan cara mengubah pola pikir e. Apa yang di rasakan klien bisa dibantah 2.
Terapi individu Dengan adanya terapi tersebut diharapkan: a. Individu dapat menjelaskan penyebab sehingga muncul keinginan untuk bunuh diri b. Perawat dapat mengidentifikasi penyebab dari rasa putus asa tersebut c. Mengembalikan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa putus asa d. Meyakinkan individu bahwa semua yang terjadi sudah ada yang mengatur dan setiap masalah sesulit apapun pasti ada cara untuk mengatasinya
3.
Terapi keluarga Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan dan terlibat dalam masalah yang dialami klien dengan cara: a. Keluarga harus saling berinteraksi dengan klien untuk meningkatkan fungsi keluarga. b. Keluarga harus mampu meyakinkan klien bahwa yang terjadi sudah ada yang mengatur c. Keluarga dapat terus mendampingi klien agar klien tidak berusaha untuk bunuh diri d. Keluarga dapat mengalihkan pikiran klien ketika keinginan itu muncul.
4.
Terapi kelompok Dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan perawat dengan tujuan:
36
a. Klien mampu meningkatkan kesadaran diri, menghilangkan rasa putus asa, meningkatkan hubungan interpersonal, mengubah perilaku yang maladaptive 5.
Terapi lingkungan Dengan terapi lingkungan, diharapkan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan (di rumah) melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari rumah sakit ke komunitas.Sehingga, klien bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat.Terapi lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Syarat lingkungan secara fisik 1). Ruangan aman dan nyaman. 2). Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain. 3). Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci. 4). Ruangan harus ditempatkan dilantai 1 dan keseluruhan ruangan mudah di pantau oleh petugas kesehatan. 5). Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien. 6). Warna dinding cerah. 7). Adanya bacaan ringan,lucu, memotivasi hidup. 8). Hadirkan music ceria, televisi, film komedi. 9). Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien. Syarat lingkungan psikososial 1). Komunikasi terapiutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin. 2). Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien setiap akan melakukan kegiatan keperawatan/kegiatan medis lainnya. 3). Menerima pasien apa adanya, jangan mengejek atau merendahkan. 4). Meningkatkan harga diri pasien.
37
5). Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap 6). Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 7). Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
3.2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pencegahan Bunuh Diri Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada persepsi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dalam upaya memotivasi proses pikir serta mengurangi perilaku maladaptif. Tujuan: a.
Klien mengenal keinginan bunuh diri
b.
Klien mengenal waktu terjadinya keinginan bunuh diri
c.
Klien mengenal frekuensi keinginan bunuh diri.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri terbagi dalam 3 sesi, yaitu: Sesi 1 : Melindungi pasien dari bunuh diri (TUK 2) Sesi 2 : Meningkatkan Harga Diri pasien(TUK 3) Sesi 3 :Menggunakan mekanisme koping yang adaptif (TUK 4 dan5)
3.2.4 Analisa Data Data
Masalah
DS: klien mengeluhkan nyeri dada, klien pernah
Bunuh Diri
38
bicara pada istrinya bahwa ia ingin tetap hidup tetapi dilain waktu, ia mengatakan lebih baik mati, karena sudah tidak tahan merasakan sakit di dadanya. DO: TD= 90/60 mmHg, N= 110x/menit, S= 36°C, RR= 40x/menit Tampak perdarahan di pergelangan tangan
3.2.5 Pohon masalah
Efek
Bunuh Diri
Resiko Bunuh diri (mencederai diri sendiri untuk mengakhiri hidup)
Gangguan Harga Diri :
Core Problem
Harga Diri Rendah
Koping tidak efektif 3.2.6
Causa
Diagnosa prioritas Resiko Bunuh diri
3.2.7
Perencanaan (SP) Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
39
Tujuan umum
: Klien tidak menciderai dirinya sendiri
TUK 1
:
Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria Evaluasi
:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Rencana Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. d. Jelaskan tujuan pertemuan. e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. TUK 2
:
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Kriteria evaluasi
:
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Rencana Tindakan : 1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan. 2. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. 3. Awasi klien secara ketat setiap saa
40
TUK 3 Klien dapat meningkatkan harga diri, Kriteria evaluasi : Klien dapat meningkatkan harga dirinya Rencana Tindakan : 1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. 2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu. 3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
TUK 4 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif, Kriteria evaluasi : Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Rencana Tindakan : 1. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan. 2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain. 3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.
TUK 5 Klien dapat menggunakan dukungan sosial, Kriteria evaluasi : Klien dapat menggunakan dukungan sosial. Rencana Tindakan : 1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu. 2. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien 3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
3.2.8 Strategi pelaksanaan (sp) Diagnosa
Pasien
Keluarga
41
keperawatan Resiko bunuh SP 1 : TUK 1 – 2 diri
1.
2.
SP 1
Membina
hubungan 1.
saling percaya dengan
masalah
keluarga
klien
dalam
merawat
Melindungi klien dari
pasien.
perilaku bunuh diri 3.
2.
yang
rendah
dapat (
menimbulkan
gunting, kaca, dll )
bunuh diri
Tempatkan
klien
kronis
sehingga
misalnya : pisau, silet,
di 3.
Mengajari
resiko
keluarga
tempat yang tenang dan
cara mencegah resiko
selalu
bunuh diri
terlihat
oleh 4.
Awasi klien secara ketat setiap saat.
6.
proses
terjadinya harga diri
perawat. 5.
Menjelaskan
Jauhkan klien dari benda
membahayakan
4.
Mengidentifikasi
cara
merawat pasien 5.
Mengajarkan
Menjelaskan
cara
Bermain peran cara merawat pasien
mengendalikan dorongan untuk bunuh diri SP 2 : TUK 3 1.
2.
3.
SP 2
Mengevaluasi
kegiatan 1.
Mengevaluasi
yang telah di lakukan (
kemampuan keluarga
SP 1)
di SP 1
Meningkatkan harga diri 2.
Latih keluarga untuk
klien :
komunikasi langsung
Bantu
klien
untuk
dengan klien
memahami bahwa klien 3.
Menyusun
dapat
keluarga
mengatasi
42
jadwal untuk
keputusasaannya 4.
Kaji
dan
merawat klien
kerahkan –
sumber
sumber
internal individu 5.
Bantu
mengidentikasi –
sumber
sumber
harapan (misal : hubung an
antar
sesame,
keyakinan, hal- hal untuk diselesaikan) 6.
Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
SP 3 : TUK 3, 4, 5 1.
Mengevaluasi
SP 3 kegiatan
1.
yang telah di lakukan ( SP 1 & 2) 2.
kemampuan keluarga 2.
Mengidentifikasi
pola
koping yang biasa di
Menilai
pola
3.
RTL keluarga : a.
koping b.
Mengajarkan
klien c.
adaptif
7.
biarkan
Jauhkan benda – benda yang dapat
Membantu
klien
di gunakan untuk
merencanakan
masa
bunuh diri
depan yang realistis 6.
Jangan
klien sendiri
mekanisme koping yang
5.
HE perawatan di rumah
yang di miliki klien 4.
Mengevaluasi kemampuan pasien
gunakan klien 3.
Mengevaluasi
d.
Temani
klien
Memobilisasi dukungan
melakukan
social
aktivitas yang di
Masukkan dalam jadwal
sukai
kegiatan klien
4.
43
Rencana pulang
Sp 4 Pasien a. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1,2, & 3) b. Membuat rencana masa depan
yang
realistis
bersama pasien c. Mengidentifikasi
cara
mencapa rencana masa depan yang realistis Memberi
dorongan
pasien
melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis
44