BULETIN
INFO KESEHATAN PELABUHAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
Pengantar Redaksi Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volum II edisi 3 yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam mengembangkan potensi diri guna mendukung pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia. Buletin Info Kesehatan pelaksanaan program, kajian – peningkatan sumber daya – naskah ilmiah dan karya – karya terkini lainya, bahkan informasi
Pelabuhan berisi informasi hasil kajian, pengembangan teknologi, manusia melalui pelatihan, naskah seni serta peristiwa – peristiwa pengobatan tradisional.
Redaksi menerima reportase, saduran, karikatur, lain dan foto – foto yang kesehatan pelabuhan. Walaupun belum pernah masuk, namun kesempatan ini pada para untuk berpartisipasi dalam
sumbangan artikel, laporan, sajak – sajak ataupun karya sastra berkaitan dengan program sumbangan naskah dari KKP lain Redaksi tetap menawarkan kolega KKP di seluruh Indonesia penulisan Buletin Info Kesehatan.
Cover : Nana Mulyana Model : Pelatihan SE
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja yang kita inginkan. Selamat bekerja dan sukses selalu Dewan Redaksi Diterbitkan oleh : KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Pelindung / Penasehat: Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Raissekki, SKM, MM Dewan Redaksi : Ketua, RBA. Widjonarko, SKM, MKes Anggota Redaktur: Ikron, SKM, MKM.,Agus Syah, SKM,Sugeng Retyono, SKM., Sulistyono Wahyudi,SH.,Arik Arumawati
Daftar isi : Siapa yang paling menikmati dampak kemajuan Ekonomi ?
3
Sampling Pemeriksaan Residu Pestisida
4 - 7
Jejaring dan kemitraan Kesja bidang UKP
8
Penyelenggaraan Jejaring 9 - 12 Kerja SE Penyelenggaraan Jejaring 12 - 15 Kerja Karantina Hubungan antar Manusia
16 - 18
Nana Mulyana, SKM.,Lussie Soraya.,Dewi Dyah Palupi, SKM
Pengawasan Pestisida di dalam Pelabuhan
18 - 29
Sekretariat :
Pengamanan Makanan
30 -39
Mencetak Photo(bag.2)
50 - 51
Editor :
Agus Sudarman,SKM
Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17 Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail :
[email protected] | Desain oleh MGC (
[email protected])
Page 2
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PELABUHAN HARUS DIPERKUAT Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
P
erkembangan lalu lintas International
Seluruh faktor risiko penyakit
me
harus dieleminir sekecil mungkin, teru-
ngalami perubahan yang besar. Waktu
tama faktor risiko penyakit yang da-
tempuh perjalanan dari suatu negara ke
pat ditularkan melalui vector, air,
negara lain menjadi semakin singkat yang
makanan, dan lain-lain. Untuk mem-
secara otomatis lalu lintas Internasional
perkuat system surveilans epidemi-
udara untuk angkutan manusia menempati
ologi di Pelabuhan Tanjung Priok,
urutan tertinggi, bila dibandingkan lalu lintas
maka Kantor Kesehatan Pelabuhan
laut dan darat. Lalu lintas laut lebih banyak
Kelas I Tanjung Priok menyelenggara-
digunakan untuk angkutan barang, se-
kan kegiatan prioritas antara lain
dangkan untuk manusianya, hanya
terba-
yakni : pertemuan – pertemuan jeja
tas pada angkutan penyeberangan dan
ring kerja (net working) dengan stake
angkutan wisata dengan kapal penum-
holder serta menyelenggarakan pe-
pang ataupun kapal pesiar.
latihan surveilans epidemiologi pela-
semakin
melaju
pesat
dan
Kondisi ini juga membawa perubahan pola perkembangan penyakit yang
buhan, baik bagi
staff KKP Kelas I
Tanjung Priok maupun KKP lainnya.
dapat menyebar secara Internasional. Pe nyakit baru yang muncul
(New Emerging
HFMD
Deseases), seperti : HFMD, Avian Influenza serta penyakit yang muncul kembali (ReEmerging Deseases), ternyata telah menjadi masalah
dunia.
Selain
penyebarannya
yang cepat juga belum adanya obat spesifik untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Oleh karena itu, langkah paling tepat yang harus dilakukan di pelabuhan seluruh Indonesia, yakni system surveilans epidemiologi pelabuhan harus diperkuat untuk menjaga pintu masuk Negara tercinta ini.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 3
SAMPLING PEMERIKSAAN RESIDU PESTISIDA Oleh : Agus Syah F.H.,SKM
P
1. UMUM embangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada beban ganda ( Double Burden ) Kesehatan, yaitu masalah “tradisional” yang berhubungan dengan penyakit menular dan masalah kesehatan “modern” yang berhubungan dengan dampak negatif pembangunan yang dewasa ini didominasi oleh pe nyakit-penyakit yang berhubungan de ngan lingkungan maupun dengan masalah gaya hidup. Salah satu masalah tersebut adalah gangguan terhadap kesehatan dan lingkungan manusia yang diakibatkan oleh pengelolaan pestisida yang kurang bijaksana. Karena itu program penyehatan lingkungan menetapkan upaya pengamanan pestisida sebagai salah satu kegiatan pokok yang bertujuan untuk mengendalikan dampak negatif pestisida terhadap manusia dan lingku ngan. Upaya pengamanan pestisida meliputi kegiatan : a. Pengawasan terhadap pengelolaan pestisida b. Pengendalian residu pestisida
tempat
pencemaran
dan
Informasi tersebut adalah : Pengambilan sampel untuk pemeriksaan residu pestisida Disadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada informasi ini, karena itu saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan sangat kami hargai. Semoga informasi ini bermanfaat bagi upaya pengendalian residu pestisida sebagai salah satu kegiatan dalam pengamanan pestisida.
II. PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN RESIDU PESTISIDA 1. Tujuan Umum : Diharapkan dapat memahami caracara pengambilan sampel untuk pemeriksaan residu pestisida. 2. Tujuan Khusus : Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan dapat : a. Menjelaskan teknik-teknik pengambilan sampel b. Melakukan pengambilan sampel secara tepat dan benar Pokok bahasan :
c. Pengendalian paparan (pemajanan) pestisida d. Pengendalian keracunan pestisida
Tulisan ini merupakan salah satu informasi yang mempunyai tujuan agar dijadikan pedoman / acuan bagi para Page 4
petugas kesehatan dalam melaksanakan pengendalian residu pestisida.
a. Jenis sampel b. Metodologi sampling c. Transportasi dan penanganan sampel d. Sampling air dan air limbah
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
III. JENIS SAMPEL Untuk melakukan suatu analisa residu pestisida, sebelumnya dilakukan pengambilan sampel. Sampel yang diambil adalah di media lingkungan (Pemantauan ), pada umumnya meliputi : 1. Sampel komoditi pertanian dan perternakan, seperti sayuran, buah - b uahan, i k an, dl l . ( kelompok bahan makanan ) 2. Sampel udara 3. Sampel air/sumber air 4. Sampel tanah
IV. METODOLOGI SAMPLING Dalam pelaksanaan pengambilan sampel untuk pemeriksaan residu pestisida perlu diperhatikan bahwa sampel yang diambil mewakili obyek/ kelompok yang akan dianalisa. Kemudian juga diperhatikan tentang waktu sampel artinya kapan kita harus mengambil sampel dilapangan terutama untuk komoditi pertanian dan perternakan, jumlah sampel/ukuran sampel. Secara rinci hal-hal tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Sampel mewakili obyek yang akan dianalisa. Sampel yang diambil untuk analisa residu pestisida harus representatif atau mewakili obyek, sehingga nantinya hasil menggambarkan secara keseluruhan tingkat residu pestisida dalam proyek. Secara teoritis pengambilan sampel harus dilakukan secara random
atau acak dan sampel yang terkumpul dijadikan sampel komposit. Namun seandainya dilapangan tidak dapat dilakukan secara acak, lakukan secara praktis namun tidak menimbulkan bias yang besar. Uraian berikut dapat dijadikan pedoman praktis dilapangan. a. Komoditi dalam kemasan. Komoditi dalam kemasan yang berada di suatu wadah atau tempat misalnya dalam truk , penarikan sampel dilakukan di 5 titik; yaitu 4 disudut, 1 di titik perpotongan diagonal. Pada kelima titik-titik tersebut diambil di bagian atas, tengah, dan bagian terbawah. b. Bahan makanan dalam kemasan. Pengambilan sampel seperti digudang, kontainer besar dilakukan seperti pada point a diatas. c. Bahan makanan ( belum dipanen ).
dilapangan
Pengambilan sampel dilapangan atau di areal pertanian/peternakan dilakukan di ke 4 sudut dan dibagian tengah ( 5 titik ). Pada kelima titik-titik tersebut diambil dibagian atas, tengah, dan bagian terbawah. d. Air minum, air sungai atau air danau. Pengambilan sama dengan pengambilan kegiatan pengawasan kualitas air bersih. Pengambilan di sungai/air danau dilakukan pada kedalaman yang berbeda.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 5
2. Waktu pengambilan sampel. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan residu pestisida waktunya sebaiknya dilakukan sebelum panen, dan bahan makanan non kemasan yang berada di gudang diambil sebelum komoditi tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Sedangkan pada komoditi makanan kemasan, air minum, air sungai/danau dapat diambil sewaktu-waktu. 3. Jumlah sampel yang diambil. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil, perlu memperhatikan hal-hal berikut : a.
Biaya yang tersedia untuk sampling dan analisis
b.
Kemampuan laboratorium lapangan untuk menyelesaikan analisis, menyangkut kemampuan peralatan dan petugas
c.
Akses ketempat pengambilan sampel yang berasal dari lingkungan.
d.
Jumlah sampel yang diambil sebagai berikut :
akan
e. Komoditi dalam kemasan Sebagai dasar untuk penentuan jumlah unit sampel (n) adalah akar kuadrat dari jumlah total kemasan, dengan catatan nilai n tidak > 15, atau jumlah obyek (Populasi) yang akan diperiksa tidak lebih dari 225. Misal dalam suatu truk/kontainer terdapat 150 kemasan maka n = akar dari 150 = lebih kurang 12 sampel. Page 6
b. Bahan kemasan
makanan
dalam
1. Komoditi ukuran kecil ( beras, kacang-kacangan), berat sampel 2 kg. 2. Komoditi ukuran sedang ( tomat, apel, jeruk, dsb ), berat sampel 10 kg 3. Komoditi ukuran besar ( melon, apel, jeruk, dsb ) berat sampel 25 kg c. Bahan makanan ( belum dipanen )
dilapangan
Jumlah sampel yang sama seperti point b.
diambil
d. Air minum, Air sungai, Air danau Jumlah sampel yang diambil untuk pemeriksaan residu pestisida adalah sebanyak 2 liter.
V. TRANSPORTASI SAMPEL
DAN
PENANGANAN
Dalam transportasi dan penanganan sampel yang perlu diperhatikan adalah jarak waktu antara saat sampling dan analisis. Dimaklumi bahwa pestisida terdiri dari berbagai kelompok senyawa kimia dengan sifat kesetabilan yang bervariasi, mulai dari yang sangat stabil ( persistent ) sampai yang sangat tidak stabil (non persistent). Selanjutnya kita ketahui bahwa kestabilan pestisida terhadap suhu, pH, mikroorganisme berbeda, seperti golongan Karbanat mudah mengalami degradasi. Karbaril ( gol.Karbanat ), pada pH 7, suhu 20 0C, memiliki waktu separuh ( paroh ) 10, ini bervariasi dalam selang waktu 10 hari, residu karbamat dalam air dengan pH 7, 20 0C tinggal setengahnya. Karena itu penanganan sampel setelah
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
diambil sampai kepada waktu preparasi dan analisis perlu diperhatikan, agar tingkat residu pada saat sampel diambil tidak berbeda dengan keadaan sampel dianalisis. Selanjutnya sampel sebaiknya disimpan di lemari Es/freezer sebelum di
analisis. Waktu penyimpanan sampel perlu diperhatikan, tergantung jenis pestisida dan komoditi yang diperiksa. Berikut ini petunjuk untuk batas waktu penyimpanan ( termasuk waktu transportasi ) untuk beberapa komoditi dan insektisida.
Tabel Batas Waktu Penyimpanan Sampel
No 1.
Komoditi Air
Jenis Pestisida ( Golongan )
Penyimpanan dan Suhu
Organo chlorine*) Organo Phosphat*)
14 hari Refrigerator
Produk basah
pertanian Organo chlorine*) Organo Phosphat*)
7 hari Sesegera mungkin
Karbamat *) 2.
Batas Waktu
Sama seperti air Refrigerator
Karbamat *) Organo chlorine*) Organo Phosphat*) Karbamat *) 3.
Produk kering
30 hari Reezer
pertanian Organo chlorine*) Organo Phosphat*)
7 hari Sesegera mungkin Sama seperti air
Refrigerator
Karbamat *) Organo chlorine*) Organo Phosphat*)
2 bulan freezer
Karbamat *)
7 hari Sesegera mungkin
Catatan : *) Dilarang untuk dipergunakan *) Dibatasi untuk dipergunakan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 7
JEJARING DAN KEMITRAAN KESEHATAN KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
P
Oleh : dr. I Yoman Putra
elabuhan merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuk negara, pusat kegiatan ekonomi, pusat perdagangan, serta dapat menjadi tempat penularan berbagi macam penyakit dan masalah kesehatan masyarakat lainnya sejalan dengan yang direkomendasikan oleh IHR 2005. IHR 2005 tidak lagi hanya terfokus mengenai penyakit karantina (pes,yellow fever dan kolera) akan tetapi semua masalah kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia termasuk kimia, biologi dan nuklir. Disamping itu pelabuhan juga merupakan show window atau image pertama bagi para pendatang dari luar negeri terhadap negara kita. Kita ketahui bahwa di wilayah pelabuhan Tanjung Priok banyak terdapat aktivitas-aktivitas/kegiatan usaha baik formal maupun informal yang dijalankan oleh pekerja-pekerja di pelabuhan. Semua itu merupakan salah satu faktor resiko terjadinya berbagai macam pe nyakit baik menular maupun tidak menular yang mempunyai potensi untuk terjadinya wabah. Sejalan dengan hal tersebut diperlukan tindakan – tindakan nyata untuk mengantisipasi berbagai faktor resiko tersebut sehingga kemungkinan terjadinya penyakit maupun kecelakaan akibat kerja dapat ditekan serendah-rendahnya.
bagai unsur yang ada di pelabuhan Tanjung Priok seperti Administrator Pelabuhan, PT. PELINDO, Bea Cukai, perusahaan-perusahaan yang ada di lingku ngan pelabuhan Tanjung Priok dan lainlain. Pertemuan tersebut juga dihadiri dari berbagai sektor dan instansi yang terkait seperti Bina Kesehatan Kerja Depkes RI, SubDit ISPA, SubDit TBC, Sudin Jakarta Utara dan lain-lain. Pada pertemuan tersebut terjadi saling curah pendapat yang intinya bagaimana mengembangkan kesehatan kerja di wilayah pelabuhan Tanjung Priok, yang menghasilkan beberapa kesepakatan yang diharapkan dilaksanakan oleh semua peserta yang hadir. Hal-hal yang disepakati pada pertemuan tersebut adalah sosialisasi kesehatan kerja, memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti Kegawat daruratan medik, pelayanan rawat jalan, perawatan gigi, vaksinasi, medical cek up,klinik IMS, VCT HIV/AIDS dan lain-lain.
Salah satu kegiatan yang sangat penting yang sudah dilakukan oleh KKP Kelas I Tanjung Priok adalah dilaksanakan nya Pertemuan Jejaring dan Kemitraan Kesehatan Kerja, yang melibatkan berPage 8
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
EXECUTIVE SUMMARY PENYELENGGARAAN JEJARING KERJA SURVAILANS EPIDEMIOLOGI (DENGAN PELAYANAN KESEHATAN) KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK PUNCAK, CIBOGO, BOGOR, JAWA BARAT, 4 S/D 7 JULI 2007 Oleh : IKRON, SKM,MKM
I. PENDAHULUAN Adanya arus globalisasi yang ditandai dengan tingginya mobilitas penduduk merupakan perkembangan yang positif bagi umat manusia antara lain informasi dapat diperoleh dengan cepat, namun juga dapat menjadi ancaman global dari New-emerging disease yang berpotensi masuk ke Indonesia antara lain Avian Influensa, SARS, Legionnaires Disease, Nipah Virus, Paragoniasis Pulmonalis, HFMD, Ebola, Hanta Fever. Emerging Disease yang berpotensi masuk ke Indonesia antara lain HIV/AIDS, Penyakit menular seksual lainnya, Dengue Haemoragic Fever, Japanese B. Encephalitis, Chikungunya, Cholera, Salmonellosis, dan Filariasis. Sedangkan Reemerging Disease yang berpotensi masuk ke Indonesia diantaranya Pes, TBC, Scrub-Typus, Malaria, Anthrax, dan Rabies. Pada saat ini pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuknya barang, jasa dan manusia, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh menjadi sentra-sentra industri yang menyerap banyak tenaga kerja, pusat perdagangan, tempat wisata yang mampu mendatangkan turis baik domestik maupun luar negeri dalam jumlah besar sebagai penghasil devisa bagi Negara. Melihat hal tersebut, pengawasan terhadap penyakit perlu ditingkatkan. Ditambah lagi dengan peran dari pelabuhan sebagai pintu gerbang keluar masuknya penyakit, oleh karena itu
beban KKP Kelas I Tanjung Priok saat ini dirasakan semakin berat karena perkembangan permasalahan kesehatan yang ada di Dunia dan di Indonesia pada khususnya semakin kompleks. Selain melaksanakan upaya cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah disisi lain KKP juga dituntut untuk selalu tanggap dan cepat dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. Revisi IHR tahun 2005 yang telah diberlakukan sejak tanggal 15 Juni Tahun 2007 dengan perhatian kepada Public Health Emergency Of International Concern / PHIEC (masalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian global) dan Kepmenkes No. 1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta berdasarkan Kepmenkes No. 265 tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, bahwa KKP sebagai Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung Jawab kepada Dirjen PP & PL, salah satu tugas KKP adalah melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit Karantina dan penyakit menular potensial wabah, melalui Survailans Epidemiologi, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan/ bandara dan lintas batas serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 9
II. TUJUAN
epidemiologi di pelabuhan
Diperolehnya peningkatan kerjasama survailans epidemiologi dengan lintas program dan lintas sektor serta stake holder terkait dalam rangka cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah.
V. NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR 1.
Konsultan WHO
2.
Adpel Utama Tanjung Priok
3.
Kantor Pelayanan Utama Bea & Cukai Tipe A Tanjung Priok
4.
PT. (Persero) Pelindo II Cabang Tanjung Priok
5.
Sudin Kesmas Jakarta Utara
6.
Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Priok
7.
DPC INSA JAYA
8.
KKP Kelas I Tanjung Priok
III. PESERTA Peserta jejaring survailans epidemiologi (dengan pelayanan kesehatan) adalah lintas program, lintas sektor serta stake holder terkait, dengan jumlah peserta sebanyak 30 peserta.
IV. MATERI JEJARING KERJA a. Cegah tangkal PHIEC di pintu masuk negara b. Tupoksi KKP c. Peran Adpel dalam peningkatan survailans epidemiologi di pelabuhan d. Peran dan upaya yang telah dan akan PT. Pelindo dalam peningkatan survailans epidemiologi di pelabuhan e. Peran Bea Cukai dalam Survailans Epidemiologi di Pelabuhan f.
Peran Balai Karantina Hewan Kelas I Tanjung Priok dalam peningkatan survailans epidemiologi di pelabuhan
g. Peran Sudin Kesmas Jakarta Utara dalam Survailans Epidemiologi di Pelabuhan h. Peran dan upaya yang telah dan akan dilakukan INSA JAYA dalam peningkatan survailans Page 10
VI. MEKANISME JEJARING KERJA Metodologi atau mekanisme dalam penyelenggaraan jejaring kerja ini dilaksanakan dengan cara : 1.
Penjelasan materi
2.
Roundtabel discussion
3.
Tanya jawab
4.
Kesepakatan
VII. WAKTU DAN TEMPAT Jejaring kerja ini dilaksanakan di Puncak, Bogor, Jawa Barat dari tanggal 4 s/d 7 Juli 2007 VIII. PEMBIAYAAN Biaya pelaksanaan kegiatan jejaring kerja Surveilans Epidemiologi (Dengan Pelayanan Kesehatan) dibebankan kepada DIPA KKP Kelas
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
I Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
IX.
sehingga peserta jejaring kerja antusias untuk mengikuti jejaring kerja. 3.
HASIL PENYELENGGARAAN JEJARING KERJA Hasil dari penyelenggaraan jejaring kerja ini sebagai berikut : 1. Jumlah sebanyak peserta
peserta 30 (tiga
4. Meningkatkan koordinasi antar KKP Kelas I Tanjung priok, stake holder, dan pengguna jasa dalam menciptakan pelabuhan Tanjung Priok yang sehat .
jejaring puluh)
2. Nara sumber / pengajar / fasilitator memberikan materi sesuai yang telah direncanakan pada jadwal jejaring kerja 3. D i da p at ka n kes ep a ka ta n antara KKP dan stake holder yang terkait pada pelaksanaan kegiatan survailans epidemiologi dalam rangka pengawasan Public Health International Emergency Concern (PHIEC). 4. Terciptanya peningkatan koordinasi kerja mengenai survailans epidemiologi antar KKP, stake holder dan pengguna jasa di Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok.
5. Terbentuknya kesepakatan antara peserta dalam penerapan survailans epidemiologi di pelabuhan, sehingga cegah tangkal terhadap Public Health International Emergency Concern (PHIEC) dapat berjalan. Keuntungan dan hambatan jejaring kerja : Keuntungan : 1.
Meningkatkan pemahaman bagi setiap stake holder dan pengguna jasa akan peran KKP dalam pelaksanaan survailans epidemiologi di Wilayah Tanjung Priok.
2.
Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor sehingga Pelabuhan Tanjung Priok yang sehat dapat dicapai dengan secepatnya.
3.
Menciptakan suatu link antar peserta jejaring dalam upaya penerapan IHR 2005.
X. KESIMPULAN Dari hasil penyelenggaraan jejaring kerja Survailans Epidemiologi (Dengan Pelayanan Kesehatan) tersebut di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Peserta jejaring kerja yang hadir 100% 2. Nara sumber / pengajar yang telah memberikan materi sesuai dengan bidang dan profesinya,
Penyelenggaraan jejaring kerja survailans epidemiologi berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Hambatan : 1. Pemahaman IHR 2005 yang dimiliki para peserta masih bervariasi, sehingga proses kesepakatan sedikit berjalan lamban.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 11
2. Ada beberapa peserta yang bukan penentu kebijakan di instansinya sehingga ada beberapa materi yang tidak dapat menghasilkan suatu keputusan.
XI. SARAN REKOMENDASI 1. Perlu diselenggarakan jejaring kerja secara berkelanjutan, sehingga koordinasi dengan stake
holder terkait dapat sebagaimana mestinya.
berjalan
2. Kesepakatan yang telah disepakati oleh peserta jejaring kerja, hendaknya terus ditindak lanjuti dengan harapan semua stakeholder maupun pengguna jasa dapat lebih memahami perannya masing-masing dalam penerapan survailans epidemiologi.
EXECUTIVE SUMMARY PENYELENGGARAAN JEJARING KERJA KARANTINA DENGAN STAKE HOLDER KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK BOGOR, JAWA BARAT, 18 S/D 21 JULI 2007 Oleh : IKRON SKM,MKM
I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi transportasi dewasa ini semakin pesat dan cepat, jarak antar negara atau antar pulau terasa semakin dekat karena perjalanan dapat ditempuh dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini merupakan perkembangan yang positif bagi kesejahteraan umat manusia. Kemajuan teknologi transportasi ini akan meningkatkan mobilitas penduduk dan barang antar negara atau antar pulau yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi penduduk secara global baik dalam skala mikro maupun makro. Pada skala mikro arus perdagangan antar daerah semakin lancar, barang cepat mencapai tujuan dan biaya angkut barang dapat ditekan. Pada skala makro negara kita merupakan negara yang terletak sangat strategi di lintasan dua benua yang besar yaitu benua Australia dan Benua Asia. Negara kita menjadi penting karena selalu dilewati oleh alat angkut menuju ke Page 12
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
dua benua tersebut. Di samping itu, perkembangan teknologi transportasi dan semakin meningkatnya faktor risiko PHIEC maka petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai garda terdepan dalam upaya cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah sangat berisiko untuk terkena penyakit. Disisi lain petugas KKP juga dituntut untuk selalu tanggap dan cepat dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. Untuk itu sikap profesionalisme dalam melaksanakan cegah tangkal terhadap penyakit harus menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas, karena upaya cegah tangkal tidak akan berhasil dengan baik bila tidak didukung oleh jejaring kerja yang baik antar instansi pemerintah, stake holder dan institusi terkait lainnya.
holder, lintas program dan lintas sektor serta stake holder terkait dalam rangka cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah.
III. PESERTA Peserta jejaring adalah lintas program, lintas sektor serta stake holder terkait, dengan jumlah peserta sebanyak 30 peserta.
IV. MATERI JEJARING KERJA 1. Cegah tangkal PHIEC di pintu masuk negara 2. Kebijakan kekarantinaan dalam cegah tangkal PHIEC di pelabuhan 3. Tupoksi KKP
Upaya cegah tangkal PHIEC dan faktor risikonya tidak akan berhasil secara konprehensif bila tidak didukung oleh stake holder terkait. Menyadari akan tantangan ke depan dan kelemahan yang dimiliki saat ini, melalui Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok No : KS.00.5.83.938 tanggal 29 Juni 2007 tentang Pembentukan Panitia Jejaring Kerja Karantina Dengan stake holder Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok, telah diselenggarakan Jejaring kerja kekarantinaan, tanggal 18 s/d 21 Juli 2007 di Puncak, Bogor, Jawa Barat.
4. Peran Adpel dalam kekarantinaan di pelabuhan 5. Peran dan upaya yang telah dan akan PT. Pelindo dalam kekarantinaan di pelabuhan 6. Peran Bea & Cukai dalam kekarantinaan di pelabuhan 7. Peran Balai Karantina Hewan Kelas I Tanjung Priok dalam kekarantinaan di pelabuhan 8. Peran dan upaya yang telah dan akan dilakukan INSA JAYA dalam kekarantinaan di pelabuhan
V. II. TUJUAN Diperolehnya peningkatan kerjasama karantina dengan stake
NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR 1. Konsultan WHO 2. Adpel Utama Tanjung Priok
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 13
3. Kantor Pelayanan Utama Bea & Cukai Tipe A Tanjung Priok
sebanyak peserta
4. PT. (Persero) Pelindo II Cabang Tanjung Priok 5. Balai Besar Karantina Kelas I Tanjung Priok
Hewan
VI. MEKANISME JEJARING KERJA Metodologi atau mekanisme dalam penyelenggaraan jejaring kerja ini dilaksanakan dengan cara :
2.
Roundtabel discussion
3.
Tanya jawab
4.
Kesepakatan
X.
KESIMPULAN Dari hasil penyelenggaraan jejaring kerja tersebut di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Peserta jejaring kerja yang hadir 100%
VII. WAKTU DAN TEMPAT Jejaring kerja ini dilaksanakan di Puncak, Bogor, Jawa Barat dari tanggal 18 s/d 21 Juli 2007
2. Nara sumber / pengajar yang telah memberikan materi sesuai dengan bidang dan profesinya, sehingga peserta jejaring kerja antusias untuk mengikuti jejaring kerja 3.
VIII. PEMBIAYAAN Biaya pelaksanaan kegiatan jejaring kerja kekarantinaan dibebankan kepada DIPA KKP Kelas I Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
HASIL PENYELENGGARAAN JEJARING KERJA Hasil dari penyelenggaraan jejaring kerja ini sebagai berikut : 1. Jumlah
Page 14
peserta
jejaring
Penyelenggaraan jejaring kerja kekarantinaan berjalan dengan b ai k da n s ebag ai m an a mestinya
4. T e r c i p t a n y a persamaan persepsi dalam melaksanakan kegiatan kekarantinaan. 5.
IX.
puluh)
3. Didapatkan kesepakatan antara KKP dan stake holder yang terkait pada pelaksanaan kegiatan kekarantinaan dalam rangka cegah tangkal penyakit menular potensial wabah.
7. KKP Kelas I Tanjung Priok
Penjelasan materi
(tiga
2. Nara sumber / pengajar / fasilitator memberikan materi sesuai yang telah direncanakan pada jadwal jejaring kerja
6. DPC INSA JAYA
1.
30
Meningkatkan kesigapan para petugas di wilayah pelabuhan Tanjung Priok dalam menciptakan pelabuhan Tanjung Priok yang sehat .
Keuntungan dan hambatan jejaring kerja :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Keuntungan : 1. Meningkatkan pemahaman bagi setiap stake holder dan pengguna jasa akan peran KKP dalam pelaksanaan kekarantinaan di Wilayah Tanjung Priok. 2. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor sehingga Pelabuhan Tanjung Priok yang sehat dapat dicapai dengan secepatnya.
instansinya sehingga ada beberapa materi yang tidak dapat menghasilkan suatu keputusan. 3. A l o k a s i dana untuk penyelenggaraan program
XI. SARAN REKOMENDASI 1.
Perlu diselenggarakan jejaring kerja secara berkelanjutan, sehingga koordinasi dengan stake holder terkait dapat lebih solid.
2.
Kesepakatan yang telah disepakati oleh peserta jejaring kerja, hendaknya terus ditindak lanjuti dengan harapan semua stakeholder maupun pengguna jasa dapat lebih memahami perannya masing-masing dalam kekarantinaan.
3. Menciptakan suatu link antar peserta jejaring dalam upaya penerapan IHR 2005. Hambatan : 1. Pemahaman IHR 2005 yang dimiliki para peserta masih bervariasi, sehingga proses kesepakatan sedikit berjalan lamban. 2. Ada beberapa bukan penentu
peserta yang kebijakkan di
BAGAIMANA RUANG ISOLASI ANDA??? Dalam ruang isolasi harus tersedia Exhouster silang
Pintu ruang isolasi menggunakan tekanan negatif
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 15
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA OLEH : Agus Syah F.H Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang merupakan kebutuhan manusiawi yang wajar, menurut seorang pakar sebagai berikut :
P
ada hakekatnya hubungan antar manusia adalah suatu proses interaksi yang antara seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan saling pengertian, kesadaran serta kepuasaan psikologis. Secara khusus, hubungan antar manusia bertujuan untuk menghilangkan hambatan komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi segi membangun dari sifat- sifat manusia yang ada.
Kebutuhan Dasar Manusia Bagi siapa saja yang melaksanakan hubungan antar manusia lebih dalam kehidupan berorganisasi masalah manusia ini amat penting untuk diperhatikan. Amat penting sebab fungsinya adalah mengarahkan manusia yang menjadi bawahan atau mitra kerjanya kearah tujuan organisasi, sehingga pemahaman akan manusia dengan segala dinamika dan kebutuhan dasarnya haruslah diketahui. Mereka yang mengarahkan hidupnya kearah nilai-nilai religius hal ini tidak selalu memilihnya dengan mengabaikan nilai-nilai lain, karena nilainilai itu sendiri tercipta karena manusia ada. Page 16
Abraham Maslow, seorang psikolog telah menyusun daftar tentang berbagai kebutuhan dasar manusia, yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan Rasa Aman 3. Kebutuhan rasa Memiliki 4. Kebutuhan Cinta Kasih ( di cintai ) 5. Kebutuhan Kehormatan 6. Kebutuhan Harga diri ( dihargai ) 7. Kebutuhan Aktualisasi diri 8. Kebutuhan Transendensi diri Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia tersebut akan sangat membantu memperbaiki komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, sehingga menguntungkan kedua belah pihak ( Win Win Solution ).
Komunikasi Dari berbagai pendapat para pakar bahwa dalam hubungan antar manusia ada beberapa faktor yang perlu diketahui antara lain : Komunikasi Motivasi Faktor-faktor yang perlu diketahui oleh setiap pemimpin organisasi agar dapat
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan para Mitra kerja / bawahannya yang berbeda-beda perilaku menjadi satu sikap pandangan dan perilaku dalam rangkaian mencapai tujuan organisasi.
pihak untuk secara bergantian menyampaikan dan menerima pesan.
Bentuk-bentuk Komunikasi Dialogis :
Diskusi Brainstorming
Pengertian Komunikasi
Memo balas memo
Secara umum komunikasi adalah suatu proses pemindahan atau pengiriman pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi atau mengubah pikiran, perasaan atau perilaku orang lain tersebut.
Pertemuan berkala untuk evaluasi
Dalam dunia pekerjaan, kita kenal komunikasi atasan bawahan/mitra kerjanya, yaitu komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahannya/ mitra kerjanya. Komunikasi ini dapat berbentuk informasi, pesan ataupun instruksi. Disadari pula bahwa ketidaklancaran komunikasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Demikian banyak waktu yang tersita siasia, perbaikan-perbaikan yang tidak perlu hanya karena informasi yang salah, kekeliruan bawahan dalam melaksanakan perintah atau kurangnya instruksi yang diberikan. Oleh sebab itu seringkali dijumpai para atasan tidak segan -segan mengulang atau menerangkan maksudnya sejelas mungkin agar tidak disalah tafsirkan oleh bawahannya. Salah satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar adalah dengan komunikasi dialogis, yaitu komunikasi dua arah, sifatnya timbal balik, jadi adanya kesempatan bagi kedua
Dll Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi
Kurangnya kesadaran mendengarkan ( Loyalitas dan Integritas )
Segan terlibat urusan pribadi Prasangka emosional Sifat bertahan ( Ego sentries ) Kurangnya waktu Keterbatasan pengetahuan Perbedaan wewenang Hal-hal yang harus diperhatikan seseorang Komunikator (Pemberi Pesan)
Gambaran jelas tentang apa yang ingin disampaikan
Menempatkan diri dalam kedudukan penerima
Keterampilan berkomunikasi Pesan disampaikan secara bertahap Prinsip pengulangan ( Ripitation ) Kebisingan ( Nois / gangguan ) Istilah-istilah ( jangan gunakan istilahistilah yang tidak di mengerti komunikan/ penerima pesan ) Topik bahasan ( spesifik )
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 17
Motivasi Setiap tindakan manusia mempunyai suatu tujuan/motivasi baik itu disadari maupun tidak disadari atau spontanitas, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan yang bersangkutan. Demikian pula setiap pekerjaan atau kegiataan karyawan mempunyai suatu motivasi, yang dimaksudkan disini adalah kemauan kerja karyawan yang timbulnya karena dorongan dari dalam pribadi berbagai hasil integrasi/ gabungan dari kebutuhan pribadi pengaruh fisik dan sosial. Dengan demikian motivasi kerja merupakan gejala kejiwaan yang dinamis, majemuk dan spesifik untuk masing-masing karyawan. Karena sifatnya tersebut untuk memberikan motivasi yang positif, seorang supervisor/ pimpinan harus mengetahui dan peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing individu karyawan,
bahkan seorang supervisor/pimpinan hendaknya mengetahui sifat universal dari manusia, pun demikian pula sebaliknya bawahan harus pandai menempatkan posisinya. Dengan demikian seorang pemimpin / supervisor dalam meningkatkan motivasi kerja dan produktifitas usaha, tidak hanya memikirkan peningkatkan karyawannya melalui program pendidikan ( pengetahuan dan keterampilan ) saja, tetapi juga bagaimana meningkatkan mentalitas dalam dedikasi ( loyalitas dan integritas ) serta kesadaran karyawan terhadap kewajiban dan tugasnya. Hal ini perlu ditumbuhkan sehingga karyawan mempunyai suatu perasaan memiliki ( sense belonging ), dengan cara antara lain mengadakan pertemuan persuasif dan pengarahan secara berkala, sehingga pada gilirannya para karyawan akan berusaha menyumbangkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk kemajuan perusahaan ( integritas tinggi ).
PENGAWASAN PESTISIDA DI WILAYAH PELABUHAN (Naskah kedua)
P
ada
naskah
pertama
disajikan
tentang
sinkronisasi
format
pemeriksaan Tempat Pengelolaan Pestisida (milik BUS Fumigasi), selanjutnya naskah kedua ini menyajikan produk orde lama tentang
protap
pengawasan pestisida,
format pemeriksaan
Tempat Pembuatan Pestisida, Tempat Penyimpanan Pestisida, Ruang Peraga Pestisida dan Kendaraan Pengangkut Pestisida, sebagai berikut :
Page 18
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
PENGAWASAN PESTISIDA INSPEKSI SANITASI KENDARAAN PENGANGKUT PESTISIDA Nomor polisi kendaraan
:
Nama pengemudi
:
Nama pemilik barang
:
Nama pestisida
:
Karakteristik pestisida
:
No
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1 1
2 (30)
4 10
5
2
(20)
3
(30)
3 Barang dan ruang pengemudi terpisah. Kendaraan pengangkut pestisida menempelkan stiker peringatan (50x50 cm) pada keempat sisi kendaraan sesuai dengan karakteristik pestisida : Coklat tua : sangat berbahaya sekali Merah : sangat berbahaya Kuning Tua : berbahaya Biru muda : cukup berbahaya Kegiatan bongkar muat pestisida diawasi oleh supervisor. Pestisida dalam kendaraan disusun dan di tur dengan rapi agar terhindar dari benturan saat pengiriman.
4
(20)
10
10 10
TOTAL SKOR
Keterangan :
Skor = Bobot x Nilai, Skor < 700 Tidak Baik, Skor > 700 Baik
Kesimpulan :
……………………………………………….. ………………,……………………………
Pengangkut Barang
Petugas Pemeriksa
(……………………….)
(…………………………)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 19
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
PENGAWASAN PESTISIDA INSPEKSI SANITASI RUANG PERAGA PESTISIDA Nama tempat peraga
:
Lokasi
:
Nama pemilik bangunan : Nama supervisor
:
No
Variabel
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
1
Konstruksi ruang
(30)
Ruang penyajian sihkan.
mudah
diber-
3
Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai.
3
Pencahayaan minimal 200 lux. 2
Tata letak
(50)
Jenis (nama dagang) pestisida yang diperagakan maksimal 3 (tiga) macam. Setiap jenis pestisida diletakkan dalam rak/lemari dengan ketinggian maksimal 2 (dua) meter dan diberi alas palet. Pestisida terbatas yang bersifat sangat berbahaya diletakkan dalam lemari kaca yang terkunci.
4 2
2
2
Masing-masing jenis pestisida memiliki ruang sendiri dan terpisah. 2 Bahan makanan, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya diletakkan berjauhan dengan pestisida untuk menghindari kontaminasi.
2
TOTAL SKOR
Page 20
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
No
Variabel
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
3
Sarana lain
(20)
a.Memiliki alat pemadam kebakaran.
4
b.Jumlah WC untuk setiap karyawan : s/d 20
=1
21 s/d 40
=2
41 s/d 70
=3
71 s/d 100
=4
2
101 s/d 140 = 5 141 s/d 180 = 6 c.Jumlah kamar mandi karyawan. s/d 20
=1
21 s/d 40
=2
41 s/d 70
=3
71 s/d 100
=5
untuk setiap 2
101 s/d 180 = 6 d.Tempat cuci tangan dilengkapi ngan sabun dan lap. s/d 20
=2
21 s/d
=3
41 s/d 70
=5
71 s/d 100
=6
de
2
101 s/d 140 = 7 141 s/d 180 = 8 TOTAL SKOR Keterangan : Skor = Bobot x Nilai, Skor < 700 Tidak Baik, Skor > 700 Baik Kesimpulan :
………………,………………………………….. Penanggung jawab ruang peraga
(……………..………….)
Petugas Pemeriksa
(…………………………) NIP
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 21
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
PENGAWASAN PESTISIDA INSPEKSI SANITASI TEMPAT PENYIMPANAN PESTISIDA Nama Gudang (Pestisida)
:
Lokasi
:
Pemilik/penanggung jawab gudang
:
Nama supervisor
:
Jenis pestisida
:
No
Variabel
Bobot
1
2
3
1
Lokasi
(10)
Variabel Yang Diamati 4
Nilai
Skor
5
6
a. Terletak didaerah yang bebas banjir.
4
b. Terletak pada jarak yang aman dari
4
lokasi pemukiman. Dapat dijangkau kendaraan pengangkut, pemadam kebakaran dan ambulan. Lantai dan dinding kedap air serta mudah dibersihkan.
3
b. Halaman bangunan kedap air, dikeli
2
c.
2
Konstruksi bangunan
(10)
a.
lingi oleh parit kedap air yang dihubungkan dengan sarana pengolahan air limbah dan dikelilingi oleh sekat kedap air setinggi 15 cm.
c. Langit-langit atap terbuat dari bahan yang ringan, kuat dan cahaya.
tidak tembus
d. Bangunan dilengkapi dengan penghi-
2
1 1
sap debu yang terpusat.
e. Pencahayaan
di ruangan pembuat pestisida utama 200 lux.
f. Terdapat pintu darurat selain pintu utama.
g. Bahan
bangunan
tidak
1 1
mudah
1
bahaya
1
terbakar. h.
Page 22
Instalasi listrik kebakaran.
aman
dari
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
No
Variabel
Bobot
1
2
3
Fasilitas sanitasi
(15)
3
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
5
6
4
2
a. Tersedia air bersih yang cukup. b. Memiliki instalasi pengolahan air lim-
2
bah. c. Jumlah WC untuk setiap karyawan : s/d 20 =1 21 s/d 40 =2 41 s/d 70 =3 71 s/d 100 = 4 101 s/d 140 = 5 141 s/d 180 = 6 d. Jumlah kamar mandi untuk setiap karyawan. s/d 20 =1 21 s/d 40 =2 41 s/d 70 =3 71 s/d 100 = 5 101 s/d 180 = 6 e. Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan lap. s/d 20 =2 21 s/d =3 41 s/d 70 =5 71 s/d 100 = 6 101 s/d 140 = 7 141 s/d 180 = 8 f. Tersedia pembersih lantai, absorben dan bahan kimia penetralisasi. g. Tersedia tempat sampah domestik dan sampah khusus pestisida
4
Tata ruang
(15)
a. b. c. d. e. f. g. h.
Memiliki ruang khusus dan terpisah: Ruang proses pembuatan pestisida. Kantor. Tempat ruang ganti. Ruang makan Tempat penyimpanan bahan baku pestisida. Tempat penyimpanan pestisida yang telah jadi. Ruang perawatan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
1
1
1
2 1
2 1 1 1 2 2 1
Page 23
No
Variabel
Bobot
1
2
3
Tata letak tempat penyimpanan
(30)
5
Variabel Yang Diamati 4
a. Memiliki ruang khusus dan terpisah
Nilai
Skor
5
6
4
untuk : Pestisida yang mudah terbakar Pestisida yang korosif Pestisida yang toksisitasnya tinggi Pestisida yang toksisitasnya rendah Herbisida Melakukan perubahan atau perbaikan /mengganti kemasan Barang-barang lain yang masih diperkenankan disimpan digudang Karyawan dan barang
a. Pintu untuk ruangan pestisida dan barang berhubungan langsung de ngan ruangan khusus lalu lintas kar yawan dan barang.
2
b. Pintu utama berhubungan langsung dengan bagian luar gudang.
c. Ruangan khusus untuk melakukan perubahan atau perbaikan kemasan tidak berada didekat dengan pintu utama.
Tata cara penyimpanan
(20)
1
Ruangan administrasi gudang terpisah dengan ruangan tempat pestisida.
1
a. Setiap barang yang akan masuk gu-
2
d.
6
2
dang diperiksa terlebih dahulu.
b. Tidak menyimpan bahan makanan, tekstil, pakaian dan barang-barang sejenisnya dalam satu ruangan dengan pestisida.
2
c. Pestisida dengan kemasan berat
2
(drum, kantong dan kotak) diletakkan/disusun diatas palet.
d. Pestisida dengan kemasan kecil diletakkan diatas rak.
e. Tinggi susunan kemasan maksimal 2 (dua) meter dan jarak dari atap gudang minimal 1 (satu) meter. Sistim sirkulasi dengan prinsip First In First Out (FIFO). TOTAL SKOR f.
Page 24
2 1 1
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Keterangan : Skor = Bobot x Nilai Skor < 700 Tidak Baik Skor > 700 Baik Kesimpulan :
………………,………………………………….. Penanggung jawab gudang
Petugas Pemeriksa
(……………………….)
(…………………………) NIP
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
PENGAWASAN PESTISIDA INSPEKSI SANITASI KENDARAAN PENGANGKUT PESTISIDA Nama perusahaan
:
Alamat
:
Nama pemilik
:
Nama supervisor
:
Nomor Ijin Usaha
:
Nama dagang pestisida
:
Bahan aktif
:
1
No
Varia-
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
Lokasi
(20)
a. Terletak didaerah yang bebas banjir.
3
b. Terletak pada daerah industri (industrial
3
estate).
c. Terletak pada jarak yang aman dari lokasi pemukiman. d.
Dapat dijangkau pengangkut, pemadam dan ambulan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
kendaraan kebakaran
2 2
Page 25
No
Variabel
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
(20)
a. Lantai dan dinding kedap air
2
2
Konstruksi gunan
ban-
serta mudah dibersihkan.
b. Halaman kedap air, dikelilingi oleh parit kedap air yang dihubungkan dengan sarana pe ngolahan air limbah dan dikeli lingi oleh sekat kedap air se tinggi 15 cm.
c. Langit-langit terbuat dari bahan yang ringan, kuat dan tidak tembus cahaya.
d. dilengkapi dengan penghisap debu yang terpusat.
e. P e n c a h a y a a n
di ruang pembuat pestisida utama 200 lux.
2
1 1 1 1
f. Terdapat pintu darurat selain pintu utama.
g. Bahan bangunan tidak mudah
1
terbakar. h.
3
Fasilitas sanitasi
(15)
Instalasi listrik aman bahaya kebakaran.
dari
1
a. Tersedia air bersih yang cukup.
2
b. Memiliki instalasi pengolahan air
2
limbah.
c. Jumlah WC untuk setiap
kar
yawan : s/d 20
=1
21 s/d 40
=2
41 s/d 70
=3
71 s/d 100
=4
2
101 s/d 140 = 5 141 s/d 180 = 6
d. Jumlah kamar mandi
untuk
1
setiap karyawan. s/d 20
=1
21 s/d 40
=2
41 s/d 70
=3
71 s/d 100
=5
101 s/d 180 = 6 Page 26
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
No
Variabel
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
(15)
e. Tempat cuci tangan dilengkapi
2
3
Fasilitas sanitasi
dengan sabun dan lap. s/d 20
=2
21 s/d
=3
41 s/d 70
=5
71 s/d 100
=6
2 2
101 s/d 140 = 7 141 s/d 180 = 8
f. Tersedia Pembersih lantai, absorben dan bahan kimia penetralisasi. g.
4
Tata ruang
(15)
Tersedia tempat sampah domestik dan sampah khusus pestisida
1 1
Memiliki ruang khusus dan terpisah
a. Ruang proses pembuatan pes-
2
tisida.
b. Kantor.
1
c. Tempat ruang ganti. d. Ruang makan
1
e. Tempat
penyimpanan baku pestisida.
bahan
1 2
f. Tempat penyimpanan pestisida yang telah jadi.
g. Ruang perawatan sementara un-
2
tuk h.
5
6
Tata letak penyimpanan pestisida jadi
(15)
Sarana manan
(15)
penga-
keracunan /kecelakaan.
a. Diletakan dengan rapi pada rak b.
Peletakan alat-alat produksi harus tidak menimbulkan pencemaran pada saat digunakan dan memudahkan pemeliharaan serta pengawasannya.
5 5
pemantauan
1
Tersedia pelayanan medis baik untuk tindakan-tindakan darurat (PPPK) maupun pemeriksaan kesehatan karyawan termasuk pemeriksaan keracunan rutin.
2
a. Memiliki
sarana kualitas udara.
b.
1
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 27
No
Variabel
Bobot
Variabel Yang Diamati
Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
(15)
c. Memiliki peralatan dan obat
2
Sarana manan
6
penga-
antidota keracunan.
d. Memiliki
alat pemadam kebakaran dan masih berfungsi.
Memiliki supervisor yang bertanggung jawab atas pencegahan keracunan penjamah pestisida dan pertolongan pertama pada keadaan darurat. TOTAL SKOR e.
2 3
Keterangan : Skor = Bobot x Nilai Skor < 700 Tidak Baik Skor > 700 Baik Kesimpulan : ………………,………………………………….. Penanggung jawab industri
(……………………….)
Petugas Pemeriksa
(…………………………) NIP
Page 28
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 29
PENGAMANAN MAKANAN DI WILAYAH PELABUHAN ( Naskah Pertama )
Mengapa diperlukan?
P
memperoleh khusus
adanya peningkatan upaya kesehatan
e n i n g ka t a n kesehatan pelabuhan
perhatian
pasar
pelabuhan
merupakan
bidang pada
pelabuhan
Penyakit
yang
dengar pada media masa. Dampak dari
karena
penyakit bawaan makanan ini dapat
Beberapa di
mengganggu
yang
dari
era bisnis
ataupun
bersumber
ditularkan melalui makanan sering kita
tahun terakhir ini pertumbuhan telah terjadi
dengan
lebih
obyek
ekonomi.
seiring
makanan
yang
bebas,
ini
harus
menyambut
globalisasi
wilayah
perkembangan pola penyakit.
w i l a y a h
dalam
segala
di
di
produktivitas
dapat
dan
mengganggu kelancaran perekonomian masyarakat pada umumnya.
seluruh
Untuk mencegah terjadinya kasus
Indonesia, terutama yang arus lalulintas
penyakit tersebut di Wilayah Pelabuhan
kapalnya sangat padat. Arus lalu lintas
Tanjung Priok, maka keluar masuknya
kapal beberapa pelabuhan (termasuk
seluruh
Pelabuhan Tanjung Priok), sangat padat
diangkut kapal, makanan dan minuman
bila dibandingkan dengan pelabuhan
pada rumah makan, kantin ataupun
lainya.
warung
Secara otomatis, perubahan
jenis
produk
makan
makanan
yang
yang
beroperasi
di
juga telah terjadi dalam jenis dan pola
Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok harus
penyakit
masalah
aman. Hal ini seiring dengan penerapan
dapat
aturan perundang – undangan yang
serta
kesehatan
masalah
lainnya
–
yang
meresahkan masyarakat internasional. Untuk pelabuhan keluarnya
melindungi dari
masyarakat
ancaman
penyakit
karantina
masuk dan
penyakit menular lainnya antar negara dan antar pulau dalam negeri yang ditularkan Page 30
melalui
pelabuhan,
perlu
berlaku dan pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 tentang Pengamanan Kapal dan
F asi li tas
International
Ships
pel abuhan and
Port
atau Facility
Security (ISPS Code), guna menciptakan Pelabuhan tertib, aman dan nyaman, termasuk aman dari penularan penyakit
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
yang
dapat
ditularkan
melalui
makanan.
digunakan dalam proses penyiapan,
Hambatan fungsi
baku pangan, dan bahan lain yang
penyelenggaraan
pengamanan
makanan
di
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
pelabuhan, bandara dan pos lintas
2. Pangan olahan adalah makanan
batas, yakni kurangnya dukungan aspek
atau minuman hasil proses dengan
legal
cara atau metode tertentu dengan
bagi
teman
–
teman
KKP.
Sebenarnya sudah banyak aspek legal yang sudah ada walaupun aspek legal tersebut bukan murni yang diusulkan oleh sektor kesehatan. Selama ini kita belum pernah mengoleksi aspek legal penyelenggaraan fungsi kegiatan kita di lapangan. Salah satu aspek legal yang dapat menjadi pegangan bagi petugas KKP yakni Undang – Undang RI nomor 7 tahun 1999, petikannya sebagai berikut : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PANGAN
atau tanpa bahan tambahan. 3. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan
terhadap
kegiatan
atau proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia. 4. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
dari
kemung
kinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain
yang
dapat
meng-
ganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
BAB I KETENTUAN UMUM
5. Produksi pangan adalah kegiatan
Pasal 1
atau proses menghasilkan, menyiap-
Dalam Undang-undang ini yang dimak-
kan,
sud dengan :
ngawetkan, mengemas, mengemas
1. Pangan
adalah
segala
sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
mengolah,
membuat,
me
kembali, dan atau mengubah bentuk pangan. 6. Pengangkutan
pangan
adalah
setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
dalam
rangka
memin-
dahkan pangan dari satu tempat ke tempat
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
lain
dengan
cara
atau Page 31
sarana angkutan apapun dalam
tif
rangka produksi, peredaran, dan
mencegah terjadinya pembusukan
atau perdagangan pangan.
dan kerusakan serta membebaskan
7. Peredaran pangan adalah setiap
maupun
akselerator
untuk
pangan dari jasad renik patogen.
kegiatan atau serangkaian kegiatan
12. Rekayasa genetika pangan adalah
dalam rangka penyaluran pangan
suatu proses yang melibatkan pemin-
kepada
dahan gen (pembawa sifat) dari
masyarakat,
baik
untuk
diperdagangkan maupun tidak. 8. Perdagangan
pangan
adalah
setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan atau pembelian pangan, ter-
suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda atau sama untuk mendapatkan
jenis
baru
yang
mampu menghasilkan produk pa ngan yang lebih unggul.
masuk penawaran untuk menjual
13. Mutu pangan adalah nilai yang
pangan, dan kegiatan lain yang
ditentukan atas dasar kriteria kea-
berkenaan dengan pemindahtan-
manan pangan, kandungan gizi, dan
ganan
standar perdagangan terhadap ba-
pangan
dengan
mem-
peroleh imbalan. 9. Sanitasi
pangan
han makanan, makanan, dan minuadalah
upaya
man.
pencegahan terhadap kemungki-
14. Gizi pangan adalah zat atau se
nan bertumbuh dan berkembang
nyawa yang terdapat dalam pan-
biaknya jasad renik pembusuk dan
gan yang terdiri atas karbohidrat,
patogen dalam makanan, minu-
protein, lemak, vitamin, dan mineral
man,
bangunan
serta turunannya yang bermanfaat
yang dapat merusak pangan dan
bagi pertumbuhan dan kesehatan
membahayakan manusia.
manusia.
peralatan,
dan
10. Kemasan pangan adalah bahan
15. Label pangan adalah setiap ketera
yang digunakan untuk mewadahi
ngan mengenai pangan yang ber-
dan atau membungkus pangan,
bentuk gambar, tulisan, kombinasi
baik yang bersentuhan langsung
keduanya, atau bentuk lain yang di
dengan pangan maupun tidak.
sertakan pada pangan, dimasukkan
11. Iridasi
pangan
adalah
metode
penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioakPage 32
ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
16. Iklan pangan adalah setiap ketera ngan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan
yang jujur dan bertanggung jawab; dan c. Terwujudnya tingkat kecukupan pa ngan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
pangan. 17. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang
tercermin
BAB II KEAMANAN PANGAN
dari
tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah
maupun
Bagian Pertama
mutunya,
Sanitasi Pangan
aman, merata, dan terjangkau.
Pasal 4
18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik
(1) P e m e r i n t a h
menetapkan
yang berbentuk badan hukum mau-
persyaratan sanitasi dalam kegiatan
pun tidak.
atau proses produksi, penyimpanan, Pasal 2
Pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan de ngan keyakinan masyarakat.
pengangkutan, dan atau peredaran. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat
persyaratan dipenuhi
(1)
minimal
dan
merupakan yang
wajib
ditetapkan
serta
diterapkan secara bertahap dengan memperhatikan
kesiapan
dan
kebutuhan sistem pangan.
Pasal 3 Tujuan pengaturan, pembinaan, dan
Pasal 5
pengawasan pangan adalah: a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia;
(1) Sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses
produksi,
penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran
b. Terciptanya perdagangan pangan Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 33
pangan
wajib
persyaratan sanitasi.
Setiap
(2) Penyelenggaraan kegiatan atau proses
produksi,
Pasal 8
memenuhi
penyimpangan,
orang
dilarang
menyelenggarakan kegiatan atau proses
pe
produksi, penyimpanan, pengangkutan,
ngangkutan, dan atau peredaran
dan atau peredaran pangan dalam
pangan serta penggunaan sarana
keadaan
dan prasarana, sebagaimana di-
persyaratan sanitasi.
yang
maksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan persyaratan sanitasi.
tidak
memenuhi
Pasal 9 Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
Pasal 6
lam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7
Setiap orang yang bertanggung jawab
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan
dalam penyelenggaraan kegiatan atau
Pemerintah.
proses
produksi,
penyimpanan,
pe
nganggkutan, dan atau peredaran pa ngan wajib : persyaratan
sanitasi,
keamanan, dan atau keselamatan manusia;
pemantauan
memproduksi
pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebadinyatakan terlarang atau melam-
secara
paui ambang batas maksimal yang
sanitasi
ditetapkan.
3. menyelenggarakan pemenuhan
pengawasan
(2) Pemerintah menetapkan lebih lanjut
persyaratan
bahan yang dilarang dan atau da-
sanitasi.
pat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau
Pasal 7 Orang perseorangan yang menangani langsung
dan
atau
berada
langsung dalam lingkungan kegiatan proses
yang
program
berkala; dan
atau
orang
gai bahan tambahan pangan yang
2. m e n y e l e n g g ar a k an
secara
Bahan Tambahan Pangan (1) Setiap
1. memenuhi
atas
Bagian Kedua
produksi,
penyimpanan,
proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 11
pengangkutan, dan atau peredaran
Bahan yang akan digunakan sebagai
pangan wajib memenuhi persyaratan
bahan tambahan pangan, tetapi belum
sanitasi.
diketahui dampaknya bagi kesehatan
Page 34
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Pasal 14
manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya,
dan
penggunaannya
dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.
(1) Iridiasi dalam kegiatan atau proses produksi
pangan
dilakukan
berdasarkan izin Pemerintah. (2) Proses perizinan, penyelenggaraan kegiatan dan atau proses produksi
Pasal 12
pangan
yang
dilakukan
Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
menggunakan
lam Pasal 10 dan Pasal 11 ditetapkan
metode
iradiasi
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerin-
dimaksud
pada
tah.
memenuhi persyaratan kesehatan, BAB II KEAMANAN PANGAN
Bagian Ketiga Rekayasa Genetika dan Iradasi Pangan Pasal 13 (1) Setiap
orang
bahan bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang wajib
ayat
(1),
limbah,
penanggulangan
bahaya
wajib dan bahan
radioaktif untuk menjamin keamanan pangan,
keselamatan
kerja,
dan
memproduksi
baku, tambahan pangan, dan atau
genetika
atau
sebagaimana
penanganan
pangan atau menggunakan bahan
dari
dan
kelestarian lingkungan.
yang
dihasilkan
teknik
dengan
proses terlebih
rekayasa dahulu
Pasal 15 Ketentuan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ditetapkan lebih
lanjut
dengan
Peraturan
Pemerintah.
memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia sebelum
Bagian Keempat
diedarkan.
Kemasan Pangan
(2) P e m e r i n t a h
menetapkan
persyaratan dan prinsip penelitian, pengembangan
atau
proses
produksi pangan, serta menetapkan persyaratan bagi pengujian pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika.
Pasal 16 (1) Setiap
orang
yang
memproduksi
pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan sebagai
bahan
kemasan
apapun
pangan
yang
dinyatakan terlarang dari atau yang
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 35
dapat melepaskan cemaran yang
dan lazim dikemas kembali dalam
merugikan
jumlah kecil untuk diperdagangkan
atau
membahayakan
kesehatan manusia. (2) Pengemasan
lebih lanjut.
pangan
diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat menghindarkan terjadinya
kerusakan
dan
atau
pencemaran. (3) Pemerintah
Pasal 19
yang Ketentuan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
menetapkan
bahan
Bagian Kelima
yang dilarang digunakan sebagai
Jaminan Mutu Pangan dan Pemeriksaan
kemasan pangan dan tata cara
Laboratorium
pengemasan pangan tertentu yang
Pasal 20
diperdagangkan.
(1) Setiap orang yang memproduksi
Pasal 17
pangan
Bahan yang akan digunakan sebagai kemasan
pangan,
tetapi
belum
diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya,
dan
penggunaannya
bagi pangan yang diedarkan dilakukan setelah
memperoleh
persetujuan
Pemerintah.
wajib
untuk
diperdagangkan
menyelenggarakan
sistem
jaringan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi. (2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan,
Pemerintah
dapat menetapkan persyaratan agar dahulu
pangan diuji
tersebut secara
terlebih
laboratoris
sebelum peredarannya. Pasal 18
(3) Pengujian
(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan
akhir
dikemas
pangan
kembali
terhadap
(1)
yang ditunjuk oleh dan atau telah memperoleh
tidak
pangan
pada
dan
berlaku yang
pengadaannya dalam jumlah besar Page 36
dimaksud
ayat (2), dilakukan di laboratorium
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat
sebagaimana
laboratoris,
untuk
diperdagangkan.
pada
secara
akreditasi
dari
pemerintah. (4) Sistem
jaminan
persyaratan laboratorium,
mutu
pengujian
serta secara
sebagaimana
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
pangan tidak layak dikonsumsi
(2),
manusia;
ditetapkan
secara
dan
diterapkan
bertahap
memperhatikan
dengan
kesiapan
e. pangan yang sudah kadaluwarsa.
dan
Pasal 22
kebutuhan sistem pangan. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan
lebih
lanjut
dengan
marnya pangan, Pemerintah: a. Menetapkan bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau pro-
Peraturan Pemerintah.
ses produksi pangan serta ambang
Bagian Keenam
batas maksimal cemaran yang diper-
Pangan Tercemar
bolehkan;
Pasal 21
b. Mengatur dan atau menetapkan
Setiap orang dilarang mengedarkan : a. pangan
Untuk mengawasi dan mencegah terce-
yang
persyaratan bagi penggunaan cara,
mengandung
metode, dan atau bahan tertentu
bahan beracun, berbahaya, atau
dalam kegiatan atau proses produk-
yang
atau
si, pengolahan, penyimpanan, pe
membahayakan kesehatan atau
ngangkutan, dan atau peredaran
jiwa manusia.
pangan yang dapat memiliki risiko
dapat
b. pangan
merugikan
yang
cemaran
mengandung
yang
melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan: c. pangan
hayakan kesehatan manusia; c. menetapkan bahn yang dilarang digunakan dalam memproduksi pera-
yang
mengandung
bahan yang dilarang digunakan dalam
yang merugikan dan atau memba-
kegiatan
atau
proses
latan pengolahan, penyiapan, pemasaran, dan atau penyajian pa ngan. Pasal 23
produksi pangan; d. pangan
yang
mengandung
Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
bahan yang kotor, busuk, tengik,
lam Pasal 21 dan Pasal 22 ditetapkan le-
terurai, atau mengandung bahan
bih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
nabati
atau
berpenyakit bangkai
hewani
atau
sehingga
berasal
yang dari
menjadikan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 37
BAB III MUTU DAN GIZI PANGAN
(b) pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu
Bagian Pertama
pangan yang dijanjikan;
Mutu Pangan
(c) pangan yang
Pasal 24 (a) Pemerintah
persyaratan
menetapkan
standar
tidak memenuhi sertifikasi
mutu
pangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
mutu pangan. (b) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat memberlakukan
dan
Bagian Kedua
mewajibkan
Gizi Pangan
pemenuhan standar mutu pangan
Pasal 27
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(1) Pemerintah
menetapkan
meyelenggarakan Pasal 25
kebijakan
tan sertifikasi mutu pangan yang diperdagangkan.
gizi masyarakat. (2) Untuk meningkatkan kandungan gizi pangan
(b) Persyaratan sertifikasi mutu pangan,
olahan
tertentu
menetapkan
(1), diterapkan secara bertahap ber-
mengenai komposisi pangan.
pangan
dengan
atau
tuhan sistem pangan.
masyarakat,
Setiap
orang
memperdagangkan : (a) pangan tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2),
apabila
tidak
memenuhi
standar mutu yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya; Page 38
penurunan
khusus
perbaikan
status
Pemerintah
menetapkan dilarang
persyaratan
(3) Dalam hal terjadi kekurangan dan
memperhatikan kesiapan dan kebu-
Pasal 26
yang
diperdagangkan, Pemerintah dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat jenis
di
bidang gizi bagi perbaikan status
(a) Pemerintah menetapkan persyara-
dasarkan
dan
gizi dapat
persyaratan
atau
bagi
pengayaan
gizi
pangan tertentu yang diedarkan. (4) Setiap orang yang memproduksi pangan,
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3), wajib memenuhi persyaratan tentang gizi yang ditetapkan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Pasal 28 Setiap
orang
pangan
kurangnya keterangan mengenai :
yang
olahan
memproduksi
tertentu
untuk
diperdagangkan
wajib
menyelenggarakan
tata
pengolahan
yang
pangan
menghemat
proses
cara dapat
penurunan
3
nama produk;
4
daftar bahan yang digunakan;
5
berat bersih atau isi bersih;
6
nama dan alamat pihak yang memproduksi
atau
kehilangan kandungan gizi bahan baku
pangan
pangan yang digunakan.
Indonesia;
atau
ke
memasukkan
dalam
wilayah
Pangan olahan tertentu serta tata cara
7
keterangan tentang halal; dan
pengolahan
8
tanggal,
pangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
dan
tahun
kedaluwarsa. Selain
Pasal 29
bulan,
keterangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
dapat
menetapkan
keterangan
lam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27, dan Pa-
yang
wajib
dilarang
sal 28 ditetapkan lebih lanjut dengan
dicantumkan pada label pangan.
atau
Peraturan Pemerintah.
30, ditulis atau dicetak atau
LABEL IKLAN PANGAN
ditampilkan secara tegas dan jelas
Pasal 30 orang
sehingga dapat mudah dimengerti
yang
memproduksi
atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
pangan
yang
diperdagangkan
mencantumkan dalam,
dan
label atau
dikemas
2
(1) ditulis atau dicetak dengan
di
menggunakan bahasa Indonesia,
kemasan
Label, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
memuat
sekurang-
Keterangan pada label, sebagaimana dimaksud pada ayat
wajib
pada, di
oleh masyarakat.
angka Arab, dan huruf Latin.
pangan. 2
Keterangan pada label, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
BAB IV
Setiap
untuk
Pasal 31 1
1
lain
3
Penggunaan dimaksud dilakukan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
istilah
pada
asing,
ayat
sepanjang
(2), tidak
selain dapat ada Page 39
padanannya, tidak dapat diciptakan
2
tentang
pangan
olahan
padanannya, atau digunakan untuk
tertentu yang diperdagangkan untuk
kepentingan perdagangan pangan
bayi, anak berumur dibawah lima
ke luar negeri.
tahun, dan ibu yang sedang hamil atau
Pasal 32 Setiap
orang
melabel
dilarang
kembali,
atau
wajib
memuat
mengenai dampak pangan terhadap
menukar
kesehatan manusia. Pasal 35
pangan yang diedarkan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
Pasal 33 Setiap label dan atau iklan tentang pangan yang diperdagangkan harus memuat
menyusui
keterangan lain yang perlu diketahui
mengganti,
tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa
1
Label
keterangan
mengenai
lam Pasal 30, Pasal 31, Pasal 33, dan Pasal 34 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
pangan dengan benar dan tidak BAB V
menyesatkan. 2
Pemerintah mengatur, mengawasi, dan
melakukan
diperlukan
tindakan
agar
iklan
PEMASUKAN DAN PENGELURAN KE DALAM DAN DARI WILAYAH INDONESIA
yang
Pasal 36
tentang
pangan yang diperdagangkan tidak
1
Setiap pangan yang dimaksukkan ke
memuat keterangan yang dapat
dalam wilayah Indonesia untuk die-
menyesatkan.
darkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan peraturan pe-
Pasal 34 1
Setiap
orang
dalam
label
pangan
yang atau
yang
laksanaannya. menyatakan iklan
bahwa
diperdagangkan
adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan persyaratan
berdasarkan agama
kepercayaan tersebut. Page 40
atau
2
Setiap orang dilarang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan di dalam wilayah Indonesia apabila pangan tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Pasal 37
Pasal 40
Terhadap pangan yang dimasukkan ke
Ketentuan sebagaimana dimaksud da-
dalam wilayah Indonesia, sebagaimana
lam Pasal 37, Pasal 38, dan Pasal 39 dite-
dimaksud dalam Pasal 36, Pemerintah
tapkan lebih lanjut dengan Peraturan pe-
dapat menetapkan persyaratan bah-
merintah
wa : a pangan telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari
BAB VI TANGGUNG JAWAB INDUSTRI PANGAN
segi keamanan, mutu, dan atau
Pasal 41
gizi oleh instansi yang berwenang
(1) Badan usaha
di negara asal; b pangan dilengkapi dengan dokumen hasil pengujian dan atau pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan atau
yang memproduksi
pangan olahan untuk diedarkan dan atau orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab
terhadap
jalannya
usaha
tersebut bertanggung jawab atas
c pangan terlebih dahulu, diuji dan atau diperiksa di Indonesia dari segi keamanan, mutu, dan atau gizi sebelum peredarannya.
keamanan
pangan
yang
diproduksinya terhadap kesehatan orang
lain
yang
mengkonsumsi
pangan tersebut.
Pasal 38
(2) Orang
perseorangan
yang
Setiap orang yang memasukkan pa
kesehatannya terganggu atau ahli
ngan ke dalam wilayah Indonesia untuk
waris dari orang yang meninggal
diedarkan
sebagai
bertanggung
jawab
atas
keamanan, mutu, dan gizi pangan. Pasal 39 Pemerintah dapat menetapkan persyaratan agar pangan yang dikeluarkan dari wilayah Indonesia untuk diedarkan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa dari segi keamanan, mutu, persyaratan label, dan atau gizi pangan.
akibat
langsung
karena
mengkonsumsi pangan olahan yang diedarkan
berhak
mengajukan
gugatan ganti rugi terhadap badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha, sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal terbukti bahwa pangan olahan dikonsumsi
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
yang
diedarkan
tersebut
dan
mengandung Page 41
bahan yang dapat merugikan dan atau
membahayakan
manusia atau
kesehatan
bahan lain yang
dilarang, maka badan usaha dan atau perseorangan dalam badan usaha
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) wajib mengganti kerugian
yang
secara
nyata
ditimbulkan. (4) Selain
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dalam hal usaha
dan
atau
orang
perseorangan dalam badan usaha dapat
membuktikan
tersebut
Pasal 43 (1) Dalam hal kerugian yang ditimbulkan melibatkan jumlah kerugian materi yang besar dan atau korban yang tidak sedikit, Pemerintah berwenang mengajukan
gugatan
bukan
atau
rugi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bahwa
hal
diakibatkan
(2) Gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan untuk
kepentingan
mengalami
orang
perseorangan
orang
yang
dan
atau
kerugian
musibah. Pasal 44
kesalahannya, maka badan usaha dan
ganti
41 ayat (2).
ketentuan
badan
dalam wilayah Indonesia.
Ketentuan
sebagaimana
dimaksud
dalam badan usaha tidak wajib
dalam pasal 42 dan Pasal 43 ditetapkan
mengganti kerugian.
lebih
(5) Besarnya ganti rugi, sebagaimana
lanjut
dengan
Peraturan
Pemerintah.
dimaksud pada ayat (3), setinggitingginya sebesar Rp. 500.000.000,00
BAB VII
(lima ratus juta rupiah) untuk setiap
KETEHANAN PANGAN
orang yang dirugikan kesehatannya
Pasal 45
atau kematian yang ditimbulkan. (1) Pemerintah
Pasal 42 Dalam
hal
pihak
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) tidak diketahui
atau
tidak
berdomisili
di
bersama
bertanggung
masyarakat
jawab
untuk
mewujudkan ketahanan pangan. (2) Dalam
rangka
Indonesia, ketentuan dalam Pasal 41
ketahanan
ayat (3) dan ayat (5) diberlakukan
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
terhadap orang yang mengedarkan
menyelenggarakan
dan
pembinaan,
Page 42
atau
memasukkan
pangan ke
pangan,
mewujudkan sebagaimana pengaturan,
pengendalian,
dan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Pasal 47
pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya
aman,
bergizi,
beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pemerintah :
untuk
atau
membina,
mengkoordinasikan
upaya
atau
mewujudkan
kegiatan cadangan
pangan nasional;
segala dalam
atau
upaya
atau
rangka
penyaluran
mengatur,
mengkoordinasikan
pengadaan,
kegiatan
penyediaan, dan
atau
pangan
tertentu
yang bersifat pokok;
menyelenggarakan pangan
d a n kebijakan
nasional
dan
penganekaragaman pangan; d mengambil
tindakan
yang
diperlukan untuk mencegah dan atau
menanggulangi
kekurangan
ngantisipasi
terjadinya
kekurangan
pangan dan atau keadaan darurat. c Dalam
upaya
mewujudkan
cada
pangan, dalam
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah : (a) mengembangkan,
membina,
dan atau membantu penyelenggaraan cadangan pangan ma syarakat dan Pemerintah di tingkat pedesaan, perkotaan, pro-
keadaan
pengadaan
dan peredaran pangan
(b) mengembangkan,
menunjang,
dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peran koperasi dan swasta dalam mewujudkan cadangan pangan setempat dan atau nasional;
gejala
darurat, dan atau spekulasi atau manipulasi
diaan pangan, serta dengan me
pinsi dan nasional;
c m e n e t a p k a n mutu
perhitungkan tingkat kebutuhan nya-
ngan pangan nasional, sebagaimana
b menyelenggarakan, dan
tapkan secara berkala dengan memta pangan masyarakat dan keterse-
a menyelenggarakan, segala
terdiri atas :
b Cadangan pangan Pemerintah dite-
pelaksanaan
dan
mana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a,
a cadangan pangan Pemerintah;
Pasal 46 Dalam
Cadangan pangan nasional, sebagai-
Pasal 48 Untuk mencegah dan atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan ketahanan pa ngan, Pemerintah mengambil tindakan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 43
yang diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan tersebut.
mendorong
meningkatkan
dan
kegiatan
penganekaragaman pangan yang
Pasal 49 (1) Pemerintah melaksanakan pembinaan yang meliputi upaya : (1) pengembangan
e. u n t u k
dikonsumsi
masyarakat
pemantapan
mutu
serta
pangan
tradisional. sumber
daya
manusia di bidang pangan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, terutama usaha kecil;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
(2) untuk mendorong dan meningBAB VIII
katkan peran serta masyarakat
PERAN SERTA MASYARAKAT
dalam kegiatan pengembangan
Pasal 51
sumber daya manusia, peningkatan
kemampuan
usaha
kecil,
penyuluhan di bidang pangan, serta
penganekaragaman
pa
ngan;
Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan
seluas-luasnya
mewujudkan perlindungan bagi orang perseorangan
a. untuk mendorong dan men-
pangan,
yang
sesuai
mengkonsumsi
dengan
undang-undang
dan organisasi profesi di bi-
pelaksanaannya
dang pangan;
perundang-undangan lain yang berlaku.
jang kegiatan penelitian dan atau pengembangan teknologi di bidang pangan; c. penyebarluasan
pengetahu-
an dan penyuluhan di bidang
Dalam
rangka
nasional;
dengan
serta
peraturan peraturan
penyempurnaan
dan
peningkatan sistem pangan, masyarakat dapat
menyampaikan
permasalahan,
masukan, dan atau cara pemecahan mengenai hal-hal di bidang pangan. BAB IX PENGAWASAN
kerjasama
internasional di bidang pangan, sesuai
dan
Pasal 52
pangan; d. pembinaan
ini
ketentuan
garahkan peran serta asosiasi
b. untuk mendorong dan menun-
Page 44
dalam
kepentingan
Pasal 53 (1) Untuk
mengawasi
pemenuhan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
ketentuan
undang-undang
ini,
memuat
keterangan
mengenai
Pemerintah berwenang melakukan
kegiatan produksi penyimpanan,
pemeriksaan dalam hal terdapat
pengangkutan,
dugaan
perdagangan pangan, termasuk
terjadinya
pelanggaran
hukum dibidang pangan. (2) Dalam
menggandakan
melaksanakan
pemeriksaan, dimaksud
fungsi
sebagaimana
pada
ayat
(1),
Pemerintah berwenang:
atau
atau mengutip
keterangan tersebut. e. memerintahkan
untuk
memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain sejenis.
a. memasuki setiap tempat yang diduga
dan
digunakan
dalam
3. Pejabat pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan,
sebagaimana
kegiatan atau proses produksi,
dimaksud pada ayat (2), dilengkapi
penyimpanan, pengangkutan,
dengan surat perintah.
dan
perdagangan
pangan
untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil dan
contoh
segala
diduga
pangan
sesuatu
digunakan
kegiatan
yang dalam
produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan
atau
perdagangan
pangan;
4. Dalam
hal
mencegah
setiap
sarana
angkutan yang diduga atau
pada
ayat
dan
memeriksa contoh pangan; c. membuka dan meneliti setiap kemasan pangan; d. memeriksa setiap buku, dokumen,
patut
diduga
pangan, segera dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku. sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan
lebih
lanjut
dengan
Peraturan Pemerintah. Pasal 54
dalam pengangkutan pangan mengambil
(2),
merupakan tindak pidana di bidang
patut diduga yang digunakan serta
hasil
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud
5. Ketentuan
b. menghentikan, memeriksa, dan
berdasarkan
(1) Dalam
melaksanakan
pengawasan,
fungsi
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53, Pemerintah berwenang
mengambil
tindakan
administratif terhadap pelanggaran ketentuan Undang-undang ini.
atau catatan lain yang diduga Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 45
(2) Tindakan administratif, sebagaimana
1. menyelenggarakan kegiatan atau
dimaksud pada ayat (1), dapat
proses
berupa:
pengangkutan, dan atau peredaran
mengedarkan
sementara
waktu
dan
untuk atau
perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran apabila terdapat pangan
risiko atau
tercemarnya pangan
tidak
aman bagi kesehatan manusia; c. pemusnahan terbukti
pangan
jika
membahayakan
kesehatan dan jiwa manusia; d. penghentian
produksi
penyimpanan,
pangan dalam keadaan yang tidak
a. peringatan secara teitulis; b. larangan
produksi,
untuk
sementara waktu.
memenuhi
persyaratan
sanitasi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8: 2. menggunakan bahan yang dilarang digunakan
sebagai
tambahan
pangan
menggunakan
bahan
bahan atau tambahan
pangan secara melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1); 3. menggunakan bahan yang dilarang digunakan
sebagai
kemasan
e. pengenaan denda paling tinggi
pangan dan atau bahan apapun
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
yang dapat melepaskan cemaran
rupiah); dan atau
yang
pencabutan izin produksi atau
membahayakan kesehatan manusia,
lain usaha.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
f.
Ketentuan
sebagaimana
dirnaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan lebih
lanjut
dengan
Peraturan
merugikan
atau
16 ayat (1); 4. mengedarkan pangan yang dilarang untuk
diedarkan,
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
Pemerintah.
huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e; BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja:
5. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang diwajibkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a; 6. memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama
Page 46
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
dengan
mutu
pangan
yang
pangan
secara
melampaui
dijanjikan, sebagaimana dimaksud
ambang batas maksimal yang
dalam Pasal 26 huruf b;
ditetapkan
7. memperdagangkan pangan yang tidak
memenuhi
sertifikasi
persyaratan
mutu
sebagaimana
pangan,
dimaksud
dalam
Pasal 26 huruf c;
menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa
pangan
yang
diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;
paling lama 5 (lima) tahun dan atau paling
banyak
(enam
ratus
Rp juta
dilarang
bahan
digunakan
yang sebagai
kemasan pangan dan atau bahan cemaran yang merugikan atau membahayakan
kesehatan
manusia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1);
dilarang
pangan
untuk
sebagaimana
yang
diedarkan,
dimaksud
dalam
Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e; dipidana dengan pidana penjara paling
rupiah).
lama 1 (satu) tahun dan atau
Pasal 56
denda
Barangsiapa karena kelalaiannya : 1. menyelenggarakan atau atau
dalam
keadaan
pengangkutan, pangan
yang
tidak
memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
dilarang
bahan
digunakan
Rp
Pasal 57 Ancaman
yang sebagai
pidana
atas
pelanggaran,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta Pasal 56, ditambah seperempat apabila menimbulkan kesehatan
2. menggunakan
banyak
juta rupiah).
produksi,
peredaran
paling
120.000.000,00 (seratus dua puluh
kegiatan
proses
penyimpanan, dan
3. menggunakan
4. mengedarkan
9. dipidana dengan pidana penjara
600.000.000,00
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);
apa pun yang dapat melepaskan
8. mengganti, melabel kembali, atau
denda
sebagaimana
sepertiga
kerugian
manusia apabila
terhadap
atau
ditambah
menimbulkan
kematian.
bahan tambahan pangan atau menggunakan bahan tambahan Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 47
Pasal 58
sebagaimana
dalam
Pasal 16 ayat (1);
Barang siapa: a. menggunakan
suatu
sebagai
bahan
pangan
dan
pangan
bahan
f.
dahulu
mengedarkan
tersebut
b. mengedarkan diproduksi
atau
pangan
diuji
secara
sebagaimana
secara
dalam Pasal 11;
mengedarkan
dalam
Pasal 20 ayat (2);
memenuhi
yang
gizi
menggunakan
pangan
tanpa
persyaratan
tentang
pangan
yang
sebagaimana
bahan baku, bahan tambahan
ditetapkan,
dimaksud
dalam
Pasal 27 ayat (4);
pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau proses
laboratoris,
dimaksud
g. memproduksi pangan
tertentu,
yang diperdagangkan tanpa lebih
tambahan
bertentangan dengan ketentuan
h. memproduksi atau memasukkan
produksi pangan yang dihasilkan
ke
dan proses rekayasa genetika,
pangan
tanpa lebih dahulu memeriksakan
diperdagangkan
tanpa
keamanan
mencantumkan
label,
pangan,
dalam
wilayah
yang
sebagaimana
Pasal 13 ayat (1);
Pasal 30 atau Pasal 31; iradiasi
dalam
i.
Indonesia
dikemas
sebagaimana dimaksud dalatn
c. menggunakan
untuk
dimaksud
memberikan
dalam
keterangan
atau
kegiatan atau proses produksi
pernyataan secara tidak benar
pangan tanpa izin, sebagaimana
dan atau menyesatkan mengenai
dimaksud dalam Pasal 14 ayat
pangan
(1);
melalui, dalam, dan atau dengan
d. menggunakan
suatu
label
bahan
17;
untuk
dan
j.
memberikan keterangan
e. membuka kemasan akhir pangan dikemas
kembali
memperdagangkannya,
dan
diperdagangkan atau
iklan,
dimaksud
dalam
Pasal 33 ayat (2);
diedarkan secara bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal
yang
sebagaimana
sebagai kemasan pangan untuk
pernyataan yang
tidak
atau benar
dalam iklan atau label bahwa pangan
yang
adalah pensyaratan
Page 48
dimaksud
diperdagangkan
sesuai agama
menurut atau
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
kepercayaan
tertentu,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1);
Indonesia
dan
atau
menge darkan di dalam wilayah Indonesia memenuhi undang
pangan
yang
ketentuan ini
tidak
undang-
dan
peraturan
pelaksanaannya, sebagai mana dinaksud dalam Pasal 36 ayat (2); l.
menghambat kelancaran proses pemeriksaan, dimaksud
sebagaimana
dalam
Pasal
53;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp 360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta rupiah).
menyelenggarakan
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, yang
sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; c. tidak
melaksanakan
pengemasan
pengangkutan,
peredaran tidak
cara yang
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3); d. tidak
menyelenggarakan
sistem
jaminan mutu yang ditetapkan dalam
kegiatan
produksi
atau
pangan
diperdagangkan,
proses untuk
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2); e. tidak memuat keterangan yang wajib dicantumkan pada label, sebagaimana
dimaksud
dalam
pangan
memenuhi
atau
tidak
menyelenggarakan sanitasi
berkala,
atau
dengan
(empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp 480.000.000,00 (empat ratus delapan puluh juta rupiah). BAB XI PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN
program
pemantauan
dipidana
pidana penjara paling lama 4
persyaratan sanitasi, keamanan, dan
tata
pangan
ditetapkan,
Pemerintah,
a. tidak
persyaratan
diperingatkan secara tertulis oleh
Barang siapa:
atau
memenuhi
Pasal 34 ayat (2); meskipun telah
Pasal 59
dan
dalam Pasal 6; b. tidak
k. memasukkan pangan ke dalam wilayah
sanitasi, sebagaimana dimaksud
secara
Pasal 60
tidak
menyelenggarakan pengawasan atas
pemenuhan
persyaratan
Bersambung buletin Volume II Nomor 4 ........
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 49
P
ada bulletin Volume II no. 2 telah di uraian cara menggunakan photoshop cs untuk membuat ukuran pas photo. Bagaimana kesulitan ?, masih menggunakan photoshop cs akan tetapi lebih sederhana. Mari kita ikuti langkah – langkah sebagai berikut :
Mencetak Photo (bagian dua) Oleh : Nana
1. Bukalah Adobe Photoshop CS2, setelah terbuka tampilannya secara penuh, lalu pilih file > open (buka gambar yang akan dicetak)
2. Lakukan crop gambar agar lebih mengecil sesuai keinginan dengan cara klik > arahkan krusor ke gambar > lalu buka tab edit dan klik copy.
3. Pilih file > new layer jika terdapat tampilan seperti klik OK dan buka tab edit klik paste di tampilan new layer tersebut. Setelah tampil seperti yang kita inginkan lakukan terus untuk mengedit crop terhadap hasil poto digital yang lain dan simpanlah gambar di my picture di PC anda dalam format jpg 4. Sekarang kembali ke layar photoshop buka file pilih Automate klik picture Package Page 50
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
5. Maka tampilan akan menjadi seperti gambar di bawah ini, jika ingin mencetak photo ukuran 4 x 6 maka pilihlah layoutnya (20)2x2 dengan page size 8.0 x 10.0 in dengan resolution 300 pixels/inch. Jangan lakukan dulu oke !
6. Lakukan klik di layout perkotak untuk membuka gambar (select image file) yang akan di tampilkan, buka file my picture dimana telah disimpan hasil cropan di atas lalu pilih dan buka. Gambar tidak bisa di buka secara sekaligus lakukan pada setiap kotak terus menerus sampai penuh.
7. Setelah layout terisi penuh oleh gambar photo hasil crop tadi, sekarang klik oke tunggulah beberapa saat karena hasil layout sedang diproses oleh photoshop
8. Maka tampilan akhir akan tampak seperti gambar di samping kiri. Lakukan proses print tanpa melakukan print preview lagi. Proses berlangsung …. Tunggu dulu! Bagaimana jika ingin mencetak photo ukuran 3 x 4, 2 x 3 dan yang lainnya. Kembali ke layout di bawah tampilan ada kalimat edit layout klik disana, ingat ukuran photo 3x4 adalah menggunakan centi meter sedangkan pada software ini menggunakan inch rubahlah ukuran tersebut. Oke selamat mencoba…… Keterangan : tip dan trik ini telah diuji oleh saya, dua-duanya hasilnya bagus (Sumber tulisan dari Buku 101 Tip & Trik Adobe Photoshop CS2, Gregorius Agung dan Jubilee Enterprise,Gramedia Jakarta 2005)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 3 Terbit Triwulan
Page 51