Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 1
KOLOM Bang-JANA
3 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 2
Daftar Isi Kolom Bang-JANA
2
Daftar isi
3
Mencipta Pemimpin Muda dari Kampus
4-6
Titik Awal KM Indonesiaku
7
Tridharma Perguruan Tinggi
8-9
Sosok
10-11
Menyandang Predikat Mahasiswa Luar-Negri, Apa Peran Kita?
12-13
Orientasi International 2009
14-15
ASEAN Regional Convention
16
Sumpah Jabatan PPI UUM
17
Perjalanan 1 Januari
18-19
The BEJANA’s
20-21
Mulailah Berinvestasi
22-23
Rubber Time
24
Adaptasi VS Revolusi
25
Referensi Buku
26
Aku dan DR. Soetomo
27-29
Referensi Film
30
B
Dari Redaksi
ercerita tentang hidup pasti tidak lengkap kalau tidak membicarakan masalah lingkungan hidup. Nah begitu juga kalau kita berbicara tentang mahasiswa tidak akan lengkap kalau tidak dibumbui dengan berbicara tentang dunia kampus. Dunia yang telah memunculkan para ahli dan pemimpin dunia. Dunia yang berisikan kumpulan calon-calon penerus bangsa. Tempat bersatu antara ide, emosi, dan keinginan untuk menguasai sesuatu. Tempat berkumpulnya orang-orang yang aktif, dinamis, dan kreatif dalam berbagai hal yang menjadikan sosok mahasiwa sebagai tumpuan bangsa. Mahasiswa dijadikan sebagai agen perubahan bukanlah tanpa alasan, kedinamisan pola pikir dan kepedulian yang masih tinggi akan kepetingan bangsa menjadikan mahasiswa sebagai tumpuan harapan berkembangnya suatu bangsa. Walaupun terkadang banyak mahasiswa yang telah kehilangan jati diri sebagai mahasiswa sehingga terkadang bukannya membawa perubahan yang baik namun malah melahirkan perubahan yang kurang baik. Terlepas dari hal itu, banyak sekali perubahan yang telah dilahirkan dari kampus. Munculnya para pemimpin bangsa yang berasal dari aktivis kampus, sebut saja Moh. Hatta, sosok cerdas yang telah memproklamirkan bangsa ini. Ada Nelson Tansu, anak Indonesia yang menjadi professor di Amerika. Dan masih banyak lagi contoh kesuksesan kampus memajukan kepentingan bangsa sebagai perwujudan konsep Tri Dharma Perguran Tinggi yang dapat pembaca temui pada edisi kali ini. Menyambut Mahasiswa baru, sengaja tema dunia kampus kami angkat untuk membantu memberikan sedikit gambaran tentang dunia kampus. Pada edisi kali ini juga kami akan berbagi informasi tentang kehidupan di UUM. Mulai dari informasi tentang bahasa, lokasi, dan berbagi informasi yang lain. Tak lupa kami dari redaksi BEJANA mengucapkan selamat datang kepada Mahasiswa Baru dan tak lupa ucapan Selamat Tahun Baru 2009 M dan 1430 H, semoga di tahun baru ini kita memiliki resolusi baru, semangat baru, dan perubahan kearah yang lebih baik. Akhir kata, Selamat Membaca, Kritik dan Saran selalu dinanti.
BEJANA
Pelindung: Konsulat Jendral RI, Penang, Penerbit: PPI UUM, Penasihat: Bapak Musafir Kelana, Pemimpin Umum: Nafinur Rauf, Sekretaris Umum: Purwaning Putri U, Pemimpin Redaksi: M Naufal Shahensah, Editor: Aditya Muhammad A, Putriana Perwitasari, Redaktur Pelaksana: Muhammad Devrian (Sorotan), Zulmi Ramdy (Indonesia), Robi Permana (Hiburan), Hani Fatizatalini (Sosok), Hari Fitrian (Seputar Kampus), M Nanda Rimansyah (Keg. PPI), Luthfita KartikaSari (Pengetahuan), M Febriansyah (Penulis Kreatif), Reporter: Irvan P, Putri B, Kanyanadra A, Tim Penulis: Eko Aditya W, testarossa G, Fotografer: Indri dwi W, Ulka C, Desfi W, Rahmadina Aina S, Desain Layout: Hesty Ramadhayanti, Helmi Hasan Baraja, Putri NandaSari, Ayesha Lorenzo Manager Iklan&Promosi: Mutia Meilina, Dian Eka. Sirkulasi: Kholilul R, Percetakan: Alditya Aris R. E-MAIL: bejana_ppiuum @yahoo.com. alamat redaksi: Apartmen UUM, 115-204.
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 3
SORMA
Mencipta Pemimpin Muda Dari Kampus
sehat”, sudah seharusnya diperlukan suatu kondisi-kondisi perbaikan dan pembaharuan pada jiwa setiap pemimpin. Pengkaderisasian dan pembentukan calon pemimpin baru hendaknya dijadikan sebuah prioritas utama yang harus diperhatikan secara khusus dan berupaya memaksimalkan potensi-potensi yang ada agar tercipta pemimpin-pemimpin baru harapan bangsa di masa depan yang kelak akan menggantikan posisi pemimpin yang “tidak sehat” tersebut.
angsa Indonesia kini sangat memerlukan banyak pemimpin baru. Mencetak pemimpin baru bukanlah suatu hal yang mudah, akan tetapi memerlukan banyak proses penggemblengan yang tidak sedikit memakan waktu. Maraknya perilaku pemimpin bangsa saat ini yang sangat tidak terpuji dan merugikan kepentingan bangsa dan negara seperti terlibat dengan kasus korupsi, kolusi, nepotisme, suap menyuap, akhlak yang tidak baik,dan sebagainya mengindikasikan bahwa banyak pemimpin di negeri ini bisa dikategorikan dalam kondisi yang sangat “meresahkan”. Hal ini juga mengindikasikan bahwa di Indonesia makin terlihat secara nyata kondisi degradasi dan krisis kepemimpinan yang luar biasa.
B
Jika melihat pada kondisi para pemimpin saat ini yang sedang dalam kondisi “tidak
Pembentukan pemimpin baru hendaknya ditekankan kepada para pemuda, karena merekalah calon generasi penerus dan berada di pundak mereka tanggung jawab untuk membangun dan memajukan bangsa. Kenapa Indonesia memerlukan pemimpin baru dari kaum muda? Hal ini dikarenakan pemimpin muda mempunyai visi perubahan dan diyakini mampu membawa bangsa Indonesia keluar dari berbagai keterpurukan dan tantangan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Selain itu pemimpin muda mampu memberi penyegaran dan pencerahan dengan berbagai ide dan tindakannya yang kreatif untuk memberi solusi, inovasi, dan visi perubahan yang akan membawa dampak perubahan bagi Indonesia di masa depan. Untuk perubahan Indonesia di masa depan yang lebih baik, bangsa Indonesia sangat memerlukan pemimpin muda yang berkualitas dan bertanggungjawab. Kepemimpinan yang berkualitas merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan pemimpin-pemimpin muda yang akan mampu memberi perubahan dan menahkodai perahu besar yang bernama negara Indonesia. Berkualitas mengandung pengertian, pemimpin tersebut hendaklah mempunyai kredibiltas dan kapabilitas diatas standar rata-rata, memiliki visi dan misi yang kuat serta mempunyai integritas yang tinggi, kemampuannya dalam berbagai bidang pengetahuan dan keilmuan, kemampuan akademik dan non akademik, dan berbagai
5 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 4
SORMA bidang kemampuan lainnya memang sudah tidak diragukan lagi. Sedangkan bertanggung jawab merupakan hal yang wajib dimiliki oleh para pemimpin muda saat ini. Pemimpin muda ini diharapkan menjadi pelaku perubahan sehingga mampu mengemban setiap amanah yang digenggam dan dijalankan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemimpin yang berkualitas tanpa memiliki tanggungjawab akan menjadi sebuah hal yang sia-sia serta mempunyai kecenderungan untuk merugikan bangsa dan negara Indonesia. Kapankah pemimpin muda harus dibentuk? Pembentukan pemimpin muda yang berkualitas dan bertanggung jawab hendaknya disiapkan dari sekarang. Karena jika tidak hal tersebut akan membawa implikasi terhadap bangsa Indonesia di masa depan dan bisa jadi pembentukan pemimpin muda hanyalah sebuah proses angan-angan belaka. Untuk mencetak pemimpin muda yang baru memerlukan suatu proses yang memerlukan waktu dan juga proses pembentukan yang matang. Proses penggemblengan dan pembentukan calon pemimpin muda yang baru bisa ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan informal. Salah satu jalur pendidikan formal yaitu kampus. Kampus merupakan ladang ilmu pengetahuan juga tempat mencetak intelekintelek calon pemimpin muda garda depan yang akan membawa perubahan positif terhadap bangsa dan negara Indonesia. Kampus sebagai institusi pendidikan tertinggi sangat memberi pengaruh dan impak yang besar dalam mencetak kaderkader pemimpin muda baru yang berintelektual dan berpengetahuan luas. Kampus dapat menjadi tempat pematangan dalam berfikir, belajar untuk menganalisis dan berfikir secara kritis serta mengaplikasikan berbagai bidang ilmu yang didapat agar bisa menjadi hal yang berguna bagi masyarakat secara luasnya. Pendidikan formal yang dilaksanakan di kampus memberi bekal yang cukup penting bagi para calon pemimpin muda agar dapat menginternalisasi ilmu pengetahuan yang didapat secara spesifik sebelum akhirnya dipraktikkan di kehidupan nyata.
Sedangkan melalui jalur pendidikan informal, para calon pemimpin hendaknya tidak hanya puas dan merasa cukup dengan pendidikan formal yang didapat, dikarenakan tidak semua pendidikan formal dapat menunjang seorang pemimpin menjadi pemimpin yang berkualitas dan bertanggung jawab. Diperlukan hal-hal tambahan yang diperlukan dalam pendidikan informal seperti keterlibatan dengan berbagai organisasi-organisasi yang berada di dalam atau diluar kampus. Mengikuti berbagai pelatihan seperti leadership training, seminar pengembangan diri dan berbagai keterampilan lain yang menunjang pendidikan formal juga merupakan hal yang sangat penting dan wajib dimiliki oleh calon pemimpin. Dari pendidikan informal inilah akan membantu membentuk karakter dan jiwa kepimpinan pada diri seorang pemimpin muda. Mahasiswa, Harapan Masa Depan Bangsa Pemimpin-pemimpin muda banyak lahir dari dunia kampus. Mohd. Hatta, Soekarno, Bung Tomo merupakan sebagian kecil tokohtokoh nasional yang tercatat dalam sejarah yang memulai pergerakan dan perjuangan dari kampus dengan pemikiran, tindakan, dan kontribusinya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang dijajah oleh bangsa asing. Ke-eksistensian para mahasiswa dalam lembar sejarah perjuangan yang bermula dari kampus memang sudah tidak kita ragukan lagi. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas semua peran aktivis-aktivis kampus dalam memberi perubahan terhadap negeri ini. Lalu bagaimanakah kampus sebagai institusi pendidikan mampu mencetak kader-kader pemimpin baru? Untuk mencetak pemimpinpemimpin baru diperlukan tercapainya misi kampus yang kita kenal sebagai Tri Dharma perguruan tinggi yatu dharma pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kampus mengemban misi untuk menciptakan mahasiswa-mahasiswa yang menguasai bidang akademik. Dengan menguasai bidang keilmuan yang dimiliki, dilanjutkan
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 5
SORMA
dengan melakukan penelitian terhadap lingkungan sekitar sehingga menimbulkan rasa kepekaan dan tanggung jawab akan fungsi dan perannya sehingga output yang diperoleh untuk pengabdian kepada masyarakat. Akan tetapi perlu juga digarisbawahi bahwa kampus tidak serta-merta memberi jaminan bahwa dari kampuslah akan tercipta seorang pemimpin. Akan tetapi, pembentukan calon pemimpinpemimpin baru juga dipengaruhi oleh faktor internal mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa juga harus mengkondisikan dirinya untuk lebih aktif dengan berbagai kegiatan yang menumbuhkan kemampuan kepemimpinan. Perlu diingat bahwa kepemimpinan itu dibentuk bukannya lahir begitu saja. Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, tiap-tiap pemimpin akan dimintakan pertanggungjwabannnya kelak (Al-Qur’an). Setiap orang punya kapabilitas untuk menjadi seorang pemimpin, akan tetapi perlu proses penggemblengan. Mahasiswa baru sebagai calon pemimpin semestinya dapat mengimbangi antara pendidikan formal dan non formal karena keduanya saling berkaitan. Dalam pendidikan formal, mahasiswa mendapatkan teorinya dan dalam pendidikan non formal, mahasiswa bisa mempraktekannya. Melalui pendidikan non formal, mahasiswa dapat mengakomodisir dan menciptakan kemampuan kepemimpinan. Mahasiswa harus lebih aktif dan berani untuk belajar mengaktifkan tombol kepemimpinan yang ada di dalam diri masing-masing. Mengambil kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin dari suatu projek atau kegiatan yang ada di universitas merupakan salah satu metode yang bisa mengaktifkan tombol kepemimpinan tersebut. Anda adalah seorang pemimpin, akan tetapi anda sendirilah yang menentukan bahwa anda pantas menjadi seorang pemimpin.
Ditulis Oleh : Nafi Nur Rauf Mahasiswa Jurusan Technology
Management
of
Sudah siapkah anda untuk menjadi pemimpin muda yang akan membawa perubahan dan memberikan kontribusi untuk tanah airmu di seberang sana?
7 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 6
INDONESIAKU
Titik Awal Km Indonesiaku...
I
ndonesia, negeri hasil susunan apik pulaupulau pembelah Samudera Hindia dan Pasifik. Terhampar luas tergelar anggun terangkai dalam lintang khatulistiwa. Hamparan negeri cantik itu dimulai dari sini, dari titik dimana tugu ini berdiri. “Tugu Kilometer Nol Indonesia”.
kilometer dari ibukota Pulau Weh, Sabang.
Tugu Kilometer Nol Indonesia adalah tugu yang didirikan sebagai tanda dimulainya titik penghitungan 0º Indonesia. Tugu putih yang dibangun di Desa Iboih, ujung kiri Pulau Weh ini tingginya mencapai 30 meter, dengan lingkaran bagian bawahnya berkisar 15 meter. Bentuknya mengerucut kecil ke atas dengan patung Burung Garuda yang berdiri gagah pada bagian puncaknya. Di lantai dua tugu ini terdapat tembok prasasti, akta peresmian tugu yang diresmikan oleh mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno pada 9 September 1997.
Posisi Tugu, berada di atas bukit, pinggir laut. Dari tugu ini pengunjung bisa langsung melihat ke laut lepas. Selain itu, dari sini terlihat tiga pulau kecil yang sebelum terjadi tsunami pulau itu menyatu. Tidak jauh dari Tugu Kilometer Nol terdapat juga hamparan pantai dengan terumbu karang yang masih utuh. Biasanya, nelayan sering datang untuk menangkap udang lobster di terumbu karang ini.
Jalan menuju Tugu Kilometer Nol kurang begitu bagus, mungkin hal ini dikarenakan sedikitnya orang yang mengunjungi tempat tersebut sehingga dinas setempat enggan memperbaikinya atau mungkin juga sebaliknya karena akses yang buruk yang menyebabkan sedikit orang yang enggan mencapai tempat tersebut. Ini bisa dilihat dari catatan yang Tugu inilah yang diyakini sebagai titik dikeluarkan dinas pariwisata setempat. terbarat dari kepulauan Nusantara. Penentuan titik nol kilometer Indonesia, penentuan posisi geografis Bagi siapapun yang telah datang ke Tugu Nol Kilometer Indonesia diukur oleh para tempat ini, akan ada sebuah sertifikat yang bisa pakar BPPT dengan menerapkan teknologi satelit diperoleh dari dinas pariwisata sebagai tanda (Global Positioning System-GPS). bahwa ia pernah mengunjungi tugu ini, bahwa ia pernah menginjakan kaki pada titik 0º Indonesia, Sebenarnya titik terbarat kepulauan bahwa ia pernah menjadi satu dari beberapa Indonesia adalah Pulau Rondo yang berjarak 15 orang yang pernah berdiri pada garis terdepan mil kearah Utara Pulau Weh. Namun dikarenakan dari kepulauan Indonesia. Satu hal yang menarik Pulau Rondo adalah pulau yang tak berpenghuni jika bisa berkunjung ke sana. Apalagi jika bisa maka Tugu Kilometer Nol dibangun di titik ini, titik menikmati keindahan matahari terbenam dari 5o 54’ 21.99” L.U. (lima derajat lima puluh empat wilayah terbarat Indonesia. Menjadi saksi dari menit dua puluh satu koma sembilan sembilan detik terbenamnya matahari terakhir yang berputar lintang utara) dan 95o 12’ 59.02” B.T. (sembilan seharian di belahan bumi Nusantara. (h_n) puluh lima derajat dua belas menit lima puluh sembilan koma nol dua detik bujur timur), 29
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 7
SORMA
Tri Dharma Perguruan Tinggi ini dilaksanakan di dalam kelas, yaitu kontak antara dosen dengan mahasiswa secara langsung. Dengan dharma penelitian, perguruan tinggi diharapkan melakukan temuantemuan baru ilmu pengetahuan dan inovasi kebudayaan. Dengan dharma pengabdian masyarakat, perguruan tinggi diharapkan melakukan pelayanan masyarakat untuk ikut mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat. Melalui dharma pengabdian pada masyarakat ini, perguruan tinggi juga akan memperoleh feedback dari masyarakat tentang tingkat kemajuan dan eberadaan Perguruan Tinggi relevansi ilmu yang dikembangkan perguruan mempunyai kedudukan dan fungsi tinggi itu. penting dalam perkembangan suatu Menurut Prof. Dr. Atho’ Mudzhar masyarakat. Proses perubahan sosial (social change) di masyarakat yang (2004), salah seorang guru besar di IAIN begitu cepat, menuntut agar kedudukan Antasari, mengatakan bahwa idealnya ketiga dan fungsi perguruan tinggi itu benar-benar peran dharma perguruan tinggi itu, berjalan terwujud dalam peran yang nyata. Peran serempak dan saling berterkaitan (sinergis), yang secara langsung diimplementasikan ke sehingga secara teoritik suatu peguruan tingi dalam lingkup kehidupan masyarakat. Peran tidak boleh hanya berperan dalam sebagian yang dinantikan oleh bangsa dan negara yang dharma dan meninggalkan yang lain. sangat memerlukan ide-ide cemerlang dari para pemuda yang lahir dari bangku-bangku Realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pada umumnya peran Kalau kita amati lebih dalam makna perguruan tinggi itu diharapkan tertuang dalam pelaksanaan Tri dharma perguruan dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi tinggi, yaitu : dharma pendidikan, penelitian, memang konsep ini memiliki arti yang lebih mendalam dan memiliki tujuan yang luhur dan pengabdian masyarakat. untuk pengembangan kemasyarakatan bangsa Dharma Pendidikan terlahir dengan Indonesia. Namun dalam realisasi pelaksanaan harapan Perguruan Tinggi dapat melakukan dharma perguruan tinggi terkadang mengalami peran pencerdasan masyarakat dan transmisi beberapa kendala yang dialami dan hal ini budaya. Yaitu peran yang dilaksanakan melalui diperparah lagi dengan kurang antusiasnya fungsi perguruan tinggi sebagai lembaga mahasiswa atau mungkin sebagian mahasiswa pendidikan yang memberikan pengajaran tidak mengetahui konsep ini. Mengetahuinya kepada pelajar-pelajar yang menuntut ilmu saja tidak apalagi untuk menerapkan konsep di dalam lembaga tersebut. Biasanya fungsi ini. Ibarat pepatah tak kenal maka tak
K
9 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 8
SORMA sayang. Bagaimana mungkin konsep ini dapat dilaksanakan kalau barisan terdepan dari pelaksana konsep ini tidak memahaminya lebih dalam. Ironis memang, mahasiswa dan dosen yang notabene-nya adalah lini terdepan dari penerapan konsep ini malah tidak mengetahui secara mendalam atau hanya sebatas mengetahui adanya konsep ini namun tidak dilaksanakan secara konsisten oleh agen perubah ini. Dewasa ini pelaksanaan Tri Dharma telah dilaksanakan secara konsisten oleh beberapa perguruan tinggi di tanah air. Namun lagi-lagi hal ini masih disayangkan karena konsep ini tidak dilaksanakan secara menyeluruh oleh perguruan tinggi di Indonesia dan terkadang sebagian dari perguruan tinggi tersebut hanya melaksanakan satu atau dua dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah disebutkan di atas. Sebagai contoh sebuah perguruan tinggi hanya melaksanakan perannya sebagai dharma pendidikan namun tidak melaksanakan dua dharma yang lain. Atau ada perguruan tinggi yang hanya melakukan perannya sebagai dharma pengabdian sehingga perguruan tersebut lebih layak dikatakan sebagai organisasi sosial bukan sebagai institusi pendidikan. Pelaksanaan konsep yang berjalan tidak sinergis ini juga merupakan kendala dalam realisasi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia.
melaksanakan misinya sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun juga harus mengatur dan mencari sumber keuangannya secara internal, hal ini yang ditakutkan akan menambah deretan kendala dalam realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Terlepas dari semua kendala dalam realisasi Perguruan Tinggi tersebut, masih ada sinar harapan yang bisa diraih untuk melaksanakan konsep ini. Konsep yang timbul untuk meningkatkan peran dan fungsi sebuah perguruan tinggi diharapkan dapat dijalankan dengan baik di masa yang akan datang. Hal ini memang bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Namun harapan ini akan menjadi kenyataan apabila ada kerjasama dari para pengajar yaitu dosen dan mahasiswa untuk melaksanakan konsep ini. Kemudian adanya niatan dari pengelola perguruan tinggi untuk melaksanakan konsep ini secara sinergis dan tidak setengah-setengah sehingga konsep ini dapat dilaksanakan dengan baik, serta fungsi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian dapat dirasakan manfaatnya bagi kemajuan ilmu dan kemasyarakatan di Tanah Air. Ditulis Oleh : Muhammad Naufal Shahensah Mahasiswa Jurusan Accounting Information System
Selain kurang adanya pelaksanaan konsep secara menyeluruh untuk melaksanakan misi tersebut. Kendala tersebut ditambah lagi dengan berubahnya beberapa status perguruan tinggi menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PTBHMN) ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi karena notabenenya misi yang harus dicapai oleh perguruan tinggi bertambah menjadi “market berbasis jualan pendidikan”. Perguruan Tinggi tidak hanya dituntut untuk Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 9
SOSOK
Prof Nelson Tansu, “Berprestasi di luar negeri,tetapitidaklupa akan tanah airnya”
P
erjalanan ribuan kilometer jauhnya dimulai dari satu langkah kaki. Ya, mulailah melangkah! Lakukan apapun untuk memulainya.. apapun! Walau memulainya hanya dari sekedar bermimpi.. Maka seorang Nelson Tansu pun memulai mimpinya. Menjadi professor di Amerika, begitu mimpi kecilnya tertanam. Dan kini mimpi itupun tumbuh dan mulai menampakan buahnya. Prof. Nelson Tansu Ph.D. Ya, bangga dengan gelar di depan namanya. Gelar itu beliau raih di University of Wisconsin, Madison ketika masih berumur 25 th. Umur yang sangat muda bagi seorang professor. Beliau memulai langkahnya sebagai lulusan terbaik SMA Sutomo I, Medan, yang kemudian membawanya menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Berbekal itulah beliau mendapatkan tawaran beasiswa dari Bohn's Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Beliau menyelesaikan bachelor of science hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dengan predikat summa cum laude. Setelah itu beliau kebanjiran tawaran beasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Amerika,
namun akhirnya beliau memilih untuk tetap melanjutkan studinya di Universitas Wisconsin dan pada Mei 2003 beliau meraih gelar doktor di bidang electrical engineering Pria kelahiran medan, 20 Oktober, 31 tahun yang lalu ini sudah meraih 11 penghargaan dan memiliki tiga hak paten atas risetnya. Yaitu di bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Dan saat ini beliau adalah professor di Lehigh University, USA, mengajar mahasiswa di tingkat master (S2) dan doctor (S3), bahkan juga post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Beliau adalah satu-satunya yang terpilih menjadi professor setelah menyisihkan sekitar 300 doktor yang tentu tak diragukan lagi kehebatanya. Lebih dari 84 hasil riset juga karya tulisnya dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Beliau juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, terutama di Washington DC. Satu lagi yang membanggakan dari Nelson Tansu. Sepuluh tahun tinggal di USA tak membuat Nelson Tansu lupa siapa dirinya. Hingga saat ini beliau tetap setia pada lambang Garuda yang melekat di depan passport hijau yang masih dipegangnya. Karena beliau bangga dan akan selalu bangga sebagai
11 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 10
SOSOK
seorang Indonesia. Itulah Nelson Tansu. Beliau mengajarkan kita untuk berani bermimpi. Karena berawal dari sekedar mimpi apapun bisa terjadi. Seperti Wright Brothers dengan pesawatnaya, Alfa Edison dengan lampu listriknya, Indonesia dengan merdekanya dan anda dengan apapun yang anda inginkan!(h_n)
Biodata Nama: Prof Nelson Tansu, Ph.D Lahir: Medan, 20 Oktober 1977 Pekerjaan: Assistant Professor, Department of Electrical and Computer Engineering Center for Optical Technologies, P. C. Rossin College of Engineering and Applied Science, Lehigh University
- The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Award-1st Prize (University of Wisconsin-Madison) - Sigma Xi Scientific Research Society Honors (2004), Lehigh University Who’s Who in Science and Engineering (since 2005), Inducted in 2004.
Pendidikan: - Ph.D. in Electrical Engineering, University of Wisconsin-Madison, 1998 - Mei 2003 - B.S. in Applied Mathematics, Electrical Engineering, and Physics, University of Wisconsin-Madison, 1995 - 1998 - SMA Sutomo 1 (Medan, North Sumatra, Indonesia), 1992 - 1995 Penghargaan: - Finalis Tim Olimpiade Fisika 2005 - Lulusan terbaik SMA Sutomo 1, Medan - Tau Beta Pi Engineering Honors (1998), University of Wisconsin-Madison - WARF Graduate University Fellowships (Graduate School, University of WisconsinMadison) - VILAS Graduate University Fellowships (Graduate School, University of WisconsinMadison) - Graduate Dissertator Travel Funding Award (Graduate School, University of Wisconsin-Madison) Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 11
SORMA
Menyandang Predikat Mahasiswa Luar Negeri, Apa Peran Kita Untuk Indonesia?
M
enempuh pendidikan di luar negeri merupakan dambaan bagi semua orang. Merasakan kuliah di luar negeri disamping sebagai pemenuhan pendidikan bagi setiap insan juga menjadi wahana penaikan status pendidikan bagi seseorang. Kuliah di luar negeri juga memberi satu pengalaman yang tidak semua orang bisa mencicipinya. Pendidikan bertaraf internasional, jaringan atau teman yang berasal dari berbagai negara, pengalaman yang baru, fasilitas yang sangat memadai, penguasaan bahasa internasional yang lebih baik, dan mengenal serta mempelajari kebudayaan dan kehidupan masyarakatnya menjadi satu kelebihan yang dimiliki oleh mahasiswa yang melanjutkan studinya di luar negeri. Tentunya halhal tersebut tidak semuanya bisa kita peroleh apabila melaksanakan studi di universitas di dalam negeri.
dalam catatan tinta emas sejarah perjuangan bangsa Indonesia seperti Soekarno yang memotori Indonesische-Studi Club di tahun 1925, Moehammad Yamin dengan rumusan sumpah pemuda di tahun 1928, Chairul Saleh dan Soekarni yang dikenal dengan menculik Soekarno dan Mohd Hatta ke Rengasdengklok agar segera menyusun naskah dan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, Arif Rahman Hakim dan Hariman Siregar sebagai aktivis MALARI tahun 1966.
Peran mereka sebagai mahasiswa pada saat itu bukan hanya sekedar duduk dan mendengarkan dosen berbicara. Mereka merasakan dan menyadari keprihatinan akan keadaaan Indonesia, mereka berjuang dan cita Apabila kita melihat tokoh dan aktivis mahasiswa cita mereka hanya satu, memberi kontribusi di dalam negeri dari awal perjuangannya pada tahun yang besar bagi perubahan Indonesia yang lebih 1908 hingga saat ini, banyak bermunculan dan terkenang baik dan bermartabat. Perjuangan mahasiswa dalam memberi perubahan di Indonesia bukan hanya dilaksanakan oleh aktivis mahasiswa di dalam negeri saja. Justru kemerdekaan Indonesia yang didapat hingga saat ini banyak dipengaruhi oleh peran aktivis mahasiswa di luar negeri. Mohd Hatta dan beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda dengan organisasi yang dibentuknya yaitu Indische Vereeninging memberi pengaruh yang tidak sedikit dalam memotori perubahan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Peran aktivis mahasiswa luar negeri seperti Mohd. Hatta pada waktu itu memang tercatat dalam lembaran sejarah yang membanggakan. Lalu bagaimanakah dengan kita yang sedang diberi kesempatan untuk melanjutkan studi pendidikan di luar negeri? Apa peran yang akan kita berikan untuk Indonesia yang tercinta? Melihat perjuangan rekan-rekan mahasiswa di dalam negeri memang berbeda dengan kita sebagai mahasiswa di luar negeri. Disaat kebijakan pemerintah yang tidak bersahabat dan cenderung merugikan rakyat, rekan kita sesama mahasiswa di dalam negeri bergerak bersama-sama, bukan hanya pemikirannya saja yang diberikan, tetapi
13 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 12
SORMA
juga bergerak dengan tindakan. Sedangkan kita sebagai mahasiswa diluar negeri cenderung seperti penonton yang hanya bisa melihat dari jauh perjuangan rekan-rekan mahasiswa di dalam negeri. Terus terang saja, mahasiswa Indonesia di luar negeri seperti “mau enaknya saja”-kuliah sampai bergelar tinggi, pulang langsung jadi pejabat atau manajer, atau mungkin akan lebih memilih bekerja di luar negeri demi mendapatkan gaji yang lebih besar dibanding harus pulang ke tanah air untuk membangun Indonesia. Belum lagi dengan ‘kemungkinan’ sikap dan perilaku kebanyakan mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di luar negeri yang cenderung apatis, pragmatis, hedonis dan cuek akan permasalahan-permasalahan yang melanda bangsa menjadi satu hal yang semakin membuat Indonesia semakin menangis. Tidakkah kita merasa malu pada ceceran darah, keringat, dan rekan-rekan mahasiswa di tanah air yang mengalir dari perjuangannya untuk kebaikan bangsa dan kita-kita juga yang berada di luar negeri? Padahal, peran mahasiswa baik didalam maupun diluar negeri bagi Indonesia sangat diperlukan melihat kondisi Indonesia yang sedang mengalami krisis multidimensional dan ketertinggalannya terhadap negara-negara lain.
tumpuan serta garda terdepan dalam memberi perbaikan bagi bangsa Indonesia.
Peran mahasiswa luar negeri bagi bangsa
Dengan kondisi berbagai kelebihan yang dimiliki oleh mahasiswa yang melaksanakan studi di luar negeri, sudah seharusnya peran ini bisa dilaksanakan dan bukan hanya sebatas wacana dan tindakan kosong. Apalah artinya menyandang predikat mahasiswa luar negeri dengan berbagai kelebihan yang dimiliki tanpa bisa memberi peran dan berkontribusi terhadap bangsa dan negara. Apalagi hanya senang menjadi penonton daripada menjadi aktor utama terhadap perubahan Indonesia yang lebih maju, adil dan makmur, serta bermartabat. Semua keputusan ada pada anda semuanya, memilih menjadi penonton atau menjadi aktor utama? Semua tergantung anda.
Sebagai mahasiswa yang diberi kesempatan emas untuk merasakan studi di luar negeri, dengan berbagai kelebihan-kelebihan yang didapat sudah ‘seharusnya’ mahasiswa Indonesia yang berada diluar negeri bisa memberikan lebih banyak peran dan kontribusi bagi Indonesia. Mahasiswa Indonesia di luar negeri harus memiliki fungsi dan peran sebagai director of change, agent of social control, dan iron stock. Peran sebagai director of change adalah sebagai perancang, melaksanakan, dan merealisasikan setiap perubahan-perubahan menuju kearah yang lebih baik. Peran director of change ini harus dimulai dari diri sendiri. Dengan meningkatkan kualitas diri seperti akhlak,tingkah laku, dan kepribadian menjadikan mahasiswa Indonesia menjadi center of excellence bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar. Bangsa Indonesia memerlukan peran mahasiswa sebagai agen sebuah perubahan. Kenapa harus mahasiswa yang menjadi agen perubahan? Karena mahasiswa bersifat dinamis, visioner, dan kreatif sehingga menjadikannya
Peran mahasiswa sebagai agent of social control juga sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia, dengan peran ini mahasiswa Indonesia diharapkan memiliki kepekaan, kepedulian, dan memberi kontribusi yang nyata terhadap kondisi masyarakat Indonesia dengan berperan sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Dengan peka dan peduli terhadap kondisi masyarakat Indonesia, mahasiswa diharapkan mempunyai sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Satu lagi peran mahasiswa yang harus dimiliki adalah iron stock. Peran ini bermaksud mahasiswa menjadi cadangan bagi masa depan bangsa Indonesia, disaat pemimpin-pemimpin dari kaum tua sudah habis masanya, maka mahasiswalah yang menjadi pemegang tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya. Sebagai cadangan masa depan bangsa, sudah tentunya sebagai mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian penunjang lainnya merupakan hal wajib untuk dimiliki bagi seluruh mahasiswa Indonesia di baik di dalam maupun luar negeri.
Ditulis Oleh : Nafi Nur Rauf Mahasiswa Jurusan Management Of Technology
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 13
KEGIATAN KAMPUS
Orientasi Internasional Sesi Kemasukan Desember 2009
D
unia kampus adalah dunia baru bagi mereka yang baru saja menyandang gelar mahasiswa, terlebih lagi bagi mereka yang memutuskan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ada banyak hal yang bisa saja menjadi culture shock bagi sebagian orang. Itulah mengapa HEP UUM, bekerja sama dengan MPP UUM mengadakan “International students orientation intake second semester 2008/2009” yaitu orientasi bagi pelajar internasional, sebuah kegiatan yang merupakan fasilitas bagi pelajar internasional untuk memahami dan mengenal lebih dalam mengenai kampus UUM pada khususnya dan budaya Malaysia pada umumnya.
registrasi dan pembuatan smart card, pengarahan dari pejabat Hal Ehwal Pelajar, pengarahan dari pusat ko-kurikulum, dan juga cross cultural talk yang merupakan perbincangan mengenai budaya dan kehidupan sosial di Malaysia. Sesi ini berlangsung menarik karena disambut antusiasme dari para pelajar yang memang sebagian besar baru pertama kali berkunjung ke Malaysia. Kemudian di sore harinya, acara ditutup dengan campus tour.
Di hari kedua, rabu (17/12). Acara yang disuguhkan tak kalah penting. Pejabat dari Hal Ehwal Antarabangsa juga ikut memberikan pangarahan. Kemudian dilanjutkan oleh pejabat imigrasi, pejabat unit keamanan serta UNIC bus. Setelah itu dilanjutkan oleh campus tour Jumlah pelajar internasional mencapai sesi ke dua. 95 orang dengan rincian : Indonesia 50 orang, Cina 21 orang, Somalia 12 orang, Thailand Satu hal yang membuat orientasi kali 3 orang, Uzbekistan 2 orang, Saudi Arabia ini berbeda dari orientasi sebelumnya, yaitu 2 orang, Irak, Nigeria, Bangladesh, Kanada karena di orientasi kali ini setiap grup peserta dan Perancis masing-masing satu orang. Dua diharuskan menampilkan suatu suguhan yang negara terakhir menjadi flamboyan diantara menarik, baik berupa tarian, nyanyian bahkan yang lain. Dua wakil dari negara Eropa yang drama musikal yang pada akhir acara akan belum bisa dikatakan ramai memilih studi ditentukan siapa yang terbaik diantara mereka. di UUM. Kegiatan itu berlangsung pada Pemenang pertama yaitu group K mendapatkan pertengahan Desember 2008 dan DPP Petronas tiket gratis untuk mengikuti acara foster family adalah tempat yang ditunjuk sebagai tempat yang diperkirakan akan diadakan pada akhir diselenggarakanya acara tersebut. januari 2009. Sementara grup terbaik ke dua (Grup H) dan ke tiga (Grup D) masing – masing Rangkaian acara sebenarnya telah mendapatkan tiket gratis untuk acara “unitary dimulai dengan registrasi mahasiswa, sabtu festival”. (13/12), kemudian dilanjutkan dengan medical check up, purchase health insurance, open Suksesnya acara ini ternyata tak lepas bank account, dan payment of tuition fee yang dari beberapa kendala. Putriana Perwitasari berlangsung pada hari minggu dan senin (14- Iriantono, project director dari acara ini yang juga 15/12). merupakan pelajar Indonesia mengungkapkan masalah tersebut. “Kendala ada pada proses Acara orientasi itu sendiri berlangsung sosialisasi terhadap beberapa peraturan baru pada, selasa (16/12) dan diawali dengan yang diubah oleh pihak universitas”,
15 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 14
KEGIATAN KAMPUS begitu ungkapnya di selasela kesibukan. Peraturan tersebut diantaranya pengenaan biaya terhadap para siswa baru yang mengikuti placement test, sebanyak seribu ringgit. Ini adalah peraturan yang mengagetkan, karena selain jumlahnya yang tidak tanggungtanggung, peraturan ini juga merupakan peraturan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sebenarnya placement test tidak perlu diikuti jika siswa memiliki sertifikat TOEFL dengan minimal nilai 500. Inilah yang membuat sebagian siswa kecewa karena mereka sebenarnya telah memiliki sertifikat itu, namun dikarenakan informasi yang mereka dapat baru mereka ketahui beberapa hari sebelum placement test maka para siswa pun harus menelan pil pahit dengan terpaksa mengikuti placement test dan mengeluarkan seribu ringgit dari kocek mereka. Tidak hanya itu, mereka pun juga harus merogoh saku lebih dalam untuk berbagai biaya lainya, seperti personal bond sebesar lima ratus ringgit dan juga asuransi dengan paket minimal tiga ratus delapan puluh ringgit yang ternyata bukan hanya akan dikenakan pada pelajar baru tapi juga untuk seluruh pelajar UUM. Siswa baru, semangat baru, peraturan baru. Ya, semoga saja para siswa baru dapat benarbenar mengenal situasi dan kehidupan sosial yang ada di kampus, sehingga mereka dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik dengan semua elemen kampus. (h_n) Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 15
KEGIATAN KAMPUS
Kolaborasi UUM - Prince of Songkla University dalam ASEAN Regional Convention on Student Development
P
huket-Sintok, Bertepatan dengan Pemilihan Ketua PPI UUM periode 2008/2009, beberapa mahasiswa UUM menghadiri pertemuan antara pelajar ASEAN. Dengan mengangkat tema “Regional Convention on Student Development”, acara ini diadakan selama selama 3 hari yaitu pada tanggal 29 sampai 31 oktober 2008 di Phuket Graceland “Resort and Spa”, Thailand. UUM sebagai salah satu Universiti pelaksana kegiatan ini mengirimkan 12 bus yang menampung 350 orang yang terdiri dari mahasiswa baik mahasiswa Internasional maupun lokal, pengajar dan staff UUM. Selain itu, pihak Universiti Utara Malaysia juga bekerja sama dengan beberapa pihak lain untuk membantu berjalannya kagiatan tersebut, antara lain: Ministry of Higher Education Malaysia, National Civics Bureau, dan Prince Songkla University Thailand.
Research Centre for Women Malaysia, Aj Mary Rosezella Doerflein, Lecturer, Prince of Songkla University , Prof. Dr. Md. Yusof Abu Bakar, Special Advisor, Ministry of Higher Education Malaysia, dan beberapa pemakalah penting yang akan memaparkan makalah mereka pada 3 hari tersebut.
Salah satu pemakalah tersebut ada juga pemakalah yang berasal dari Indonesia Yaitu Bapak Prof. Dr. Wan Usman Wan Achmad, Professor, Economics & International Studies, University of Indonesia. Tujuan diadakan pertemuan tersebut yaitu untuk membangun kemajuan pelajar-pelajar dari ASEAN supaya dapat bersaing dengan pelajar dari negara lain dikarenakan saat ini merupakan zaman yang penuh dengan persaingan. Pertemuan tersebut berakhir pada siang hari setelah jamuan makan siang pada tanggal 31 oktober 2008. Kemudian peserta rombongan dari UUM Acara tersebut diresmikan pada kembali ke Universiti Utara Malaysia. -haritanggal 29 Oktober 2008 pukul 19.00 di Orchid Grand Ballroom ‘Phuket Graceland Resort and Spa’. Peresmian tersebut diresmikan oleh Naib Kanselor Universiti Utara Malaysia Dato’ Noerdin Kardi. Dan acara itu juga di hadiri oleh beberapa pejabat penting terutama dari Malaysia dan Thailand sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan tersebut. Esoknya pada tanggal 30 Oktober 2008, di mulai pada pagi hari pukul 9.00, dan dihadiri beberapa pemakalah yang akan menyampaikan isi makalah kepada peserta. Diantaranya Ms. Rashidah Abdullah, Founder Director, Asian Pacific Resource and
17 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 16
KEGIATAN PPI
KONSULAT JENDRAL RI Hadiri Sumpah Jabatan Pengurus PPI-UUM 2008-2009
M
asjid Sultanah bahiyah-UUM, 12 dalam membangun. Beliau juga menyampaikan November 2008 bahwa suatu organisasi itu harus memiliki tujuan.
Malam setelah shalat isya’ (12/11) suasana Masjid Sultanah Bahiyah tidak seperti biasanya. Beberapa perwakilan mahasiswa, pengurus lama PPI UUM menghadiri Pelantikan Pengurus PPI-UUM 2008-2009. Acara ini juga mengundang Bapak Karnadi, selaku Perwakilan Konsulat Jendral Penang Bagian Ekonomi RI dan Bapak Musafir Kelana, selaku penasehat PPIUUM serta beberapa staff KonJen RI Acara dimulai pada pukul 9.15 dengan pengucapan basmalah yang dipimpin oleh Sarah Cynthia selaku MC dan doa oleh Irsyadi Fauzul. Dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan PPI-Malaysia oleh Agung Kusuma yang menyampaikan selamat atas kepengurusan yang baru dan harapan untuk dapat mengembangkan PPI-UUM menjadi lebih maju ke depan. Agung juga menambahkan bahwa pengucapan ikrar ini juga dapat membuat suatu komitmen pengurus menjadi lebih jelas.
Ucapan selamat kepada ketua dan Pengurus PPI-UUM yang baru pun disampaikan oleh Perwakilan Konsulat Jendral Penang Bagian Ekonomi RI, Bapak Karnadi dalam sambutannya. Beliau juga menjelaskan bahwa PPI merupakan perpanjangan tangan dari KJRI yang mencitrakan Indonesia di mata masyarakat Malaysia. Setelah sambutan dari Perwakilan Konsulat Jendral Penang Bagian Ekonomi RI, tibalah pada acara inti, yaitu pembacaan ikrar yang dipimpin oleh Ketua PPI-UUM yang baru, Gumuruh Samudera SPJ. “Dengan ikrar, kami diikat dan itu merupakan pembuktian pengurus baru akan mengadakan perubahan” kata Gumuruh Samudera dalam sambutannya.
Pukul 11.00 malam, Acara Pelantikan Pengurus PPI-UUM 2008-2009 ditutup dengan pembacaan doa oleh Irsyadi Fauzul. Sebelum pulang, Bapak Karnadi menyempatkan diri untuk foto bersama Pengurus PPI-UUM 2008-2009 dan Selanjutnya selaku penasehat PPI- para hadirin pada acara tersebut. UUM Bapak Musafir Kelana memberikan beberapa petuahnya mengenai pemindah kuasaan Selamat atas dilantiknya para Pengurus kepemimpinan yang baik. Menurut beliau, ada 3 PPI-UUM 2008-2009, Semoga Sukses dan pihak yang terlibat dalam proses kepemimpinan. mampu mengemban amanah satu tahun kedepan. Pemimpin Baru, Pemimpin Lama, dan Rakyat. (Rimansyah) Ketiga-tiganya memiliki andil masing-masing
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 17
PENGETAHUAN
P
Perjalanan 1 Januari
ergantian tahun baru saja kita lewati. Ada yang dengan antusias merayakannya dengan berhitung mundur bersama di kafe, ada yang mengurung diri di kamar membuat perencanaan hidup setahun kedepan, ada pula yang tidak peduli mau tahun baru atau apa pun, ‘bodo amat’. Tepat jam 00.00 malam 1 Januari, seluruh dunia bersorak tak peduli bangsa, negara, maupun agama menyambut tahun yang baru, lembaran baru. “SELAMAT TAHUN BARU!!”
Perayaan tahun baru adalah perayaan tertua sepanjang sejarah. Dimulai dari 4000 tahun yang lalu, sekitar tahun 2000 SM. Perayaan ini dilakukan oleh bangsa Babilonia. Tahun baru bangsa Babilonia dimulai pada bulan baru saat bulan sabit pertama kali terlihat (Vernal Equinox), yaitu pada hari pertama musim semi. Filosofinya yaitu bahwa pada musim semi pepohonan dan tanaman tumbuh kembali, dunia kembali berseri sebagai suatu “kelahiran kembali”. Lalu, bagaimanakah asal muasal ditetapkannya 1 Januari sebagai tahun baru Masehi? Kenapa harus bulan Januari? Dan siapakah yang membuat ketetapan tersebut? Sejak abad ke-7 SM orang Romawi Kuno merayakan tahun baru pada tanggal 1 Maret. Namun kemudian perhitungan kalender mereka tercampur aduk dengan kalender kerajaan-kerajaan lain sehingga kalender tersebut tidak sejalan lagi dengan pergerakan matahari. Untuk menyelesaikan masalah ini, Julius Caesar-Kaisar Roma- pada tahun 45 SM memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi. Dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Aleksandria, mengusulkan untuk membuat penanggalan berdasarkan revolusi
matahari seperti yang dilakukan oleh orang Mesir. Setelah dikalkulasi didapatkan bahwa dalam satu tahun terdapat 365 seperempat hari. Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM jatuh pada tanggal 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar empat tahun sekali, bulan Februari ditambah 1 hari yang secara teoritis dilakukan untuk menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tapi pada kenyataanya sekarang ini hampir seluruh dunia menggunakan Kalender Gregorian yang merupakan modifikasi dari Kalender Julian. Perbedaan antara dua kalender tersebut terdapat pada perhitungan tahun Kabisat, dimana dalam tahun tersebut bulan Februari ditambah satu hari menjadi 29 hari dalam satu bulannya. Pada kalender Julian, setiap tahun yang bisa dibagi dengan empat merupakan tahun Kabisat. Sementara pada kalender Gregorian, tahun Kabisat adalah tahun yang bisa dibagi dengan 100 dan juga bisa dibagi dengan 400. Contohnya yaitu tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan merupakan tahun Kabisat. Sementara tahun 1600 dan 2000 merupakan tahun Kabisat. Sebelum kalender Gregorian digunakan pun setiap negara barat telah merayakan tahun baru, seperti Inggris yang merayakan tahun baru pada tanggal 25 Maret, Jerman pada hari Natal sedangkan Prancis pada hari Paskah yang notabene mengikut hari suci umat Kristiani. Kebanyakan orang memperingati tahun baru sesuai dengan tanggal yang ditentukan agama mereka. Mulai dari tahun baru Islam, tahun baru umat Buddha, tahun baru Yahudi, dsb. Sekarang hampir seluruh negara di dunia mengadopsi kalender Gregorian dan menetapkan 1 Januari sebagai hari tahun baru. Seharusnya kapanpun itu bisa menjadi tahun baru bagi kita, karena sesungguhnya esensi dari tahun baru yakni menjadi lebih baik dari sebelumnya.
19 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 18
PENGETAHUAN
Mari kita jadikan momen tahun baru sebagai starting point menuju pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. -chie-
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 19
21 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 20
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 21
PENGETAHUAN
I
Mulailah Berinvestasi Sejak di Bangku Kuliah
nvestasi dalam hal apapun nampaknya selalu hadir dengan janji yang menggiurkan. Ya itu benar, tapi tidak semua orang bisa mendapatkan hasil sesuai yang dijanjikan. Investasi perlu perencanaan, dan
ianya merupakan satu komponen penting dalam perencanaan hari tua anda, terutama yang berkaitan dengan keuangan anda. Jangan sekali pun membiarkan uang anda berlalu tanpa sepengetahuan anda. Uang perlu kita jaga dan kita rawat agar dapat tumbuh dan menguntungkan kita di kemudian hari. Memang betul bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai. Walaupun begitu, bukanlah merupakan sesuatu yang salah jika anda berkeinginan memupuk investasi anda sejak dini. Ada banyak cara untuk melakukannya. Alternatif yang menurut kami memiliki lingkungan yang cukup dekat dan aman bagi investor seusia pra-angkatan kerja adalah menabung, bisnis nilai tukar mata uang asing (forex), dan belijual saham. Menabung adalah alternatif yang paling aman bagi anda. Dengan menyisihkan sebagian dari uang anda, anda sudah memulai satu lagi investasi masa depan. Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang menyimpan uangnya di rumah, ada pula yang menyimpannya di bank. Menurut kami, bank adalah jalan terbaik. Dengan menyimpan uang di bank kita telah memberikan bank modal tambahan untuk proses pengadaan uang mereka. Terlebih lagi, kita juga telah membantu negara, dikarenakan bank dapat meminjamkan modal pada lebih banyak orang. Soal bunga bank, anda bisa memilih bunga
23 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 22
PENGETAHUAN tetap atau "bunga" tidak tetap yang bisa anda dapatkan dari bank-bank Syariah. Perlu diingat, menabung tidak selalu dalam jumlah besar. Bahkan, dengan memasukkan uang ke bekas kaleng susu dan menyimpannya di dalam lemari sudah merupakan suatu permulaan yang baik. Bermain di pasar uang asing memerlukan sedikit keahlian dan melibatkan resiko. 75% dari pedagang forex di seluruh dunia selalu kehilangan uangnya. Ini disebabkan kurangnya kepekaan dalam pergerakan ekonomi dunia, dan kurang pengalaman. Keuntungan di pasar forex adalah anda dapat memonitor pergerakan nilai tukar mata uang asing dan menjualnya di manapun anda berada. Teorinya cukup sederhana. Katakan anda mempunyai mata uang negara E. Jika anda berspekulasi bahwa nilai mata uang negara K akan melemah terhadap negara E, maka anda hanya perlu menunggu saatnya untuk mengonversi mata uang negara E ke negara K (dengan menjualnya kepada orang yang memerlukan mata uang negara K). Jika anda ingin terjun dalam pasar forex, Indonesian Rupiah dengan Malaysian Ringgit adalah permulaan yang baik.
yang anda spekulasikan. Siapapun anda, untuk masuk ke pasar ini diperlukan satu pengetahuan mendasar terhadap cara bermain di dalamnya. Keuntungan yang bisa anda dapatkan bisa sangat besar, dan kerugiannya bisa sangat mematikan untuk anda. Kesimpulannya, anda harus mengawasi arus uang yang anda peroleh. Apakah anda akan membiarkan mereka meninggalkan anda dengan mudah, atau memenjarakan mereka dengan jalan yang menguntungkan anda. Anda perlu merencanakan bagaimana anda mau menikmati hidup anda di hari tua. Jalan yang terbaik adalah memulai investasi dari sekarang. Entah itu dengan menabung, bermain di pasar forex, atau bermain di pasar saham, bergantung kepada motivasi anda. Kami berharap, dengan informasi ini anda menjadi lebih berhati-hati dalam merencanakan keuangan anda. Ingatlah, memilih jalan yang salah dalam berinvestasi berarti merencanakan kesuraman hari tua anda. (Eko Adtiya Wiratma)
Jual beli-saham merupakan jalan investasi paling beresiko dan berbahaya bagi pendatang baru. Mirip dengan pasar forex, anda juga berspekulasi dengan turunnaiknya harga saham perusahaan. Satu hal yang membedakannya adalah, anda juga bisa mendapatkan dividen dari perusahaan yang sudah anda beli sahamnya (biasa dibagikan 3 bulan sekali). Berbeda dengan dua alternatif di atas. Untuk bermain di pasar saham, anda harus memiliki modal besar untuk membuat uang yang anda infestasikan menghasilkan keuntungan. Setelah anda membeli saham dari satu perusahaan yang anda anggap akan meningkat prestasinya, anda bisa menahannya untuk mendapatkan dividen dari perusahaan tersebut atau menjualnya jika tiba harga saham perusahaan tersebut meningkat sesuai Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 23
ENGLISH CORNER
N
IS RUBBER TIME SOMETHING THAT SHOULD BE PROUD OF?
owadays, people should adjust their watch to make it one hour earlier. It is due to the trend named “ngaret” or in English called rubber time. Actually rubber time is a habit for being late. Many people are infected with this trend. Day by day rubber time is getting worse. As we know that God gives 24 hours per day for each of us. Why can’t we use it effectively? Someone who might be proud of being late maybe has to start to realize about the impact on himself, his colleague’s feel and people surrounding him about what his attitude.
For someone who is always being late, sometimes doesn’t realize that this hobby will give bad impact on himself. Actually there are so many reasons why people like to be late. One of that reasons is procrastination. People love to do last minute job or just to in time. And when they cannot do it on time, it will affect their next job. For example, when we are feeling lazy to do our homework, it means we’re procrastinated the task. And the day after, we have next homework but are not still in the mood to do our assignment. In the end, this homework will have to be done in one night, which means that the whole night to finish the assignment. Consequently the next day of course will be a day for a good rest. Unfortunately, when the next assignment is due in a coming day, or in the next day it means we have to spend a night again and we should forget all about our comfortable pillow. For that particular person whose management of time is poor, will think that “24 hours will not be enough for us!” In actual fact no one forces us, but we choose to live in a rush like that way.
to be on time will give up when he feel tired waiting for another who love to be late. With the result, he will be late in the next day. Another we should think of is when we go to another city or country. Citizens over there will keep their eyes on our behavior. For them, our behaviors reflect to people in our hometown. So, we really have to be careful with every single thing we do. Like we are now, we are Indonesian who studies in Malaysia. Indonesian student in UUM around four hundreds, but this four hundreds will reflect of 225 million people in Indonesia (based on google.co.id). In the end, it’s a humance for being late for some rational reason. But if we are being late for something unnecessary, we should think twice about it. We should think the impact on ourselves, our colleague’s feel and people surrounding us about our attitude. In society life, we can’t live so selfish. We have to be mature by manage our time wisely. At least we can try from the simplest thing like do not procrastinate. (chairannisa)
Rubber time also give bad impact to other person when both have a commitment. When we ask someone to meet in important meeting in the café at 01.00 PM but we come at 01.30 PM, instead which means that we are 30 minutes late, isn’t it? In this case, we are nearly wasting someone’s precious time. How selfish we are if we always steal other’s valuable time for ourselves. We have to think of other’s feeling when make an appointment and observe the promised made. Besides that, it is bad to make people wait for us; especially for people who thought that time is money. You can be late at your own expense but try to not involve others. We are living in society environment therefore our attitudes can easily affect people surrounding us. Such as being late, almost people who want to try
25 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 24
PENULISAN KREATIF
Adaptasi Versus Revolusi Sikap revolusi lebih banyak diminati. Seperti contohnya revolusi yang yang terjadi di beberapa negara dan sebagainya. Tapi ada satu pertanyaan di dalam diri penulis, apakah revolusi dapat terjadi di dalam diri seseorang? Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya revolusi didalam diri.
D
i dunia ini kita pasti tidak lepas dari perubahan. Baik itu perubahan yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang hampir tidak ada pengaruh maupun yang sangat berpengaruh terhadap persekitaran. Perubahan itu sendiri adalah pergeseran suatu hal dari satu bentuk ke bentuk yang lebih berbeda. Tapi apakah perubahan yang terjadi mampu membawa pelaku dan sekitarnya untuk mengarah lebih baik? Apakah sebaliknya itu kembali ke tujuan utama dari perubahan itu sendiri?. Dan sudah pasti memiliki konsekuensi masing-masing tentang perubahan yang telah dilaksanakan. Ada dua jenis perubahan yang dapat dibedakan, evolusi dan revolusi. Yang membedakan kedua-duanya adalah waktu. Dimana evolusi lebih memakan waktu yang lebih lama dibanding revolusi. Jika kita amati efek dari kedua hal tersebut. Revolusi lebih memiliki banyak gejala mengenai perubahan tersebut. Kenapa? Karena revolusi mengubah suatu hal dengan cepat dan mengharuskan terdapat proses adaptasi yang cepat juga.
Efek dari tekanan lingkungan sekitar, tekanan dari dalam diri, dan kemauan untuk berubah dapat mengakibatkan terjadinya revolusi sikap. Revolusi sikap dapat dikatakan berubahnya satu sikap di dalam diri seseorang dalam kurun waktu yang cukup singkat. Revolusi sikap berbeda dengan adaptasi sosial. Karena adaptasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan lalu mengubah diri sesuai dengan apa yang dikehendaki diri ataupun lingkungan sosial disekitarnya. Bila kita bicarakan tentang revolusi, ketidak setujuan sering timbul setelah revolusi itu terjadi. Dampak dari revolusi sikap dapat mengakibatkan bermacam-macam efek. Salah satu contohnya adalah ketidaksiapan diri dan lingkungan sekitar untuk menerima hal-hal yang dulu dianggap tidak sesuai dengan dirinya. Hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adanya tentangan terhadap satu perubahan yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan beberapa pihak.
Tapi ada satu pertanyaan terakhir, apakah revolusi lebih baik daripada evolusi? Semua itu tergantung dari persepsi masing-masing pihak Pada saat ini dimana semua orang dalam menilai permasalahan ini. (Febri) lebih memilih hal-hal yang serba cepat, Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 25
HIBURAN HIBURAN
Resensi Buku : a Class With Drucker bahwa dia sangat mempercayai bahwa kondisi manusia bisa ditingkatkan dengan manajemen yang lebih efektif dan kepemimpinan yang lebih etis di setiap organisasi dalam masyarakat baik itu dalam bidang bisnis, pemerintah, nirlaba, bahkan pada bidang akademik. Buku ini menjelaskan bagaimana penulis menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh Peter.F. Drucker semasa dia mengajar. Buku ini juga berisi berbagai gagasan Drucker yang paling provokatif dan orisinal. Beberapa gagasannya yang tertuang didalam buku ini adalah semua Judul buku: A Class With Drucker : pelajaran orang seharusnya mendekati masalah dengan berharga dari guru manajemen no.1 di dunia ketidaktahuan, eksekutif puncak seharusnya berada di posisi mereka maksimal enam tahun, Penulis : William A. Cohen, Phd beberapa tugas yang dianggap “kerja kasar” Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama hanya bisa dilakukan oleh sang bos, rasa Cetakan : pertama percaya diri adalah keharusan, kualitas yang Halaman : 323 diperlukan untuk menjadi manajer efektif, dan Sumber foto : www.jimagnew.net prinsip-prinsip pengembangan diri Drucker. “A class with drucker : pelajaran berharga dari guru manajemen #1 dunia”. Buku yang ditulis oleh William A. Cohen,Phd menceritakan berbagai pengalamannya saat menjadi murid Peter. F. Drucker di Claremont Graduate University ketika penulis menempuh pendidikan Phd eksekutif dalam bidang manajemen. Buku ini bukan hanya menceritakan pengalaman Cohen selama menjadi murid Drucker, akan tetapi juga menceritakan berbagai pemikiran-pemikiran Drucker dalam bidang manejemen dan bisnis modern. Keistimewaan dari pengangkatan dan pemilihan Drucker di dalam buku ini disebabkan karena Drucker memiliki banyak sisi bagi banyak orang dan organisasi. Di mata penulis, Drucker bukan hanya sebagai seorang bapak manajemen modern, akan tetapi prinsip-prinsip pembelajaran mengenai hiduplah yang juga menjadi salah satu titik berat pemilihan Drucker diangkat dalam buku ini. Dalam buku ini Drucker menyatakan
Buku ini wajib menjadi bacaan semua orang, khususnya bagi yang ingin mendapatkan pengetahuan mengenai konsep manajemen modern yang berasal dari pemikiran ,gagasan, dan pengalaman Drucker selama berkecimpung dengan bidang manajemen dan bisnis. Miliki bukunya sekarang juga!! (Nafi Nur Rauf)
27 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 26
PENULISAN KREATIF
Aku dan Dr. Soetomo ini mengerutkan jidatnya dan membelokkan matanya. “Panggil saja aku Pak tomo”, sebutnya dengan tegas. “Maaf, Bapak siapa yaa… sepertinya saya kenal bapak?”
P
erpustakaan hari ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Selain ini dimasa ujian akhir Mahasiswa UUM, Perpustakaan juga dihinggapi dengan senja sore yang meredup diiringin awan kehitaman tebal yang membawa kantung air besar untuk membasahi areal parkiran perpustakaan dan taman air mancur yang indah, tertata dan cukup prestice—sebagai salib sumbu antara Perpustakaan, Gedung Caselori, Mesjid Badlishah dan tentunya restoran idaman para pelajar UUM (Subaidah). Aku menuju Subaidah untuk menikmati makanan spesialku ditemani dengan minuman hangat untuk sore yang indah ini. Sejauh mataku memandang pada tempat yang ingin ku tuju aku melihat seorang pria yang tampak adem, cuek dan berparas wajah datar (flat face). Aku mulai bertanya-tanya siapa Bapak ini, wajahnya sangat tidak asing bagiku. Dengan rasa penasaran yang meliputi, saya memberanikan untuk memperkenalkan diri. Saya Adel, “Bapak siapa?”, tanyaku dengan santai, sebagai cara awalku untuk memecah dan mencairkan hasrat penasaranku.
“Kamu tidak tahu siapa aku!”, Bapak tua
“Buat apa kau mengetahui ku, anak muda?”, katanya dengan lantang, di hadapan raut wajah ku yang menggerutu penasaran, “buat apa kau mengetahui apakah yang telah ku perbuat untuk negara mu?”, cetusnya dengan nada yang gemetar namum berirama gagah dan perkasa, “buat apa kau mengetahui bagaimana hancur dan sakitnya perasaanku pada orangorang yang berkuasa di negara mu?”, dengan ekspresi dan desisan kekecewaannya yang mendalam, sembari menyatakan, “dan buat apa kau mengatahui bagaimana besarnya harapanku dan mimpiku pada generasi-generasi muda seperti mu?”. “Aku adalah Dr. Soetomo, aku dan kawankawan ku yang mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908, sebagai organisasi pemuda intelektual yang pertama di Indonesia”, bunyi penjelasannya yang melumerkan (melehkan) kebekuaan penasaranku. “Sekarang kau sudah tahu aku, bukan!”, cetusnya dengan air muka yang menyeleneh (menyindir) dengan lirikan mata yang menghempaskanku pada “icon” anak muda yang tidak tahu dan tidak mau mengenal apa arti pentingnya sejarah bangsa dan negaranya sendiri. “Maaf……., Bapak Soetomo, saya hanya mengenal Bapak bedasarkan foto-foto….. tetapi saya memang tidak cukup mengenal Bapak secara langsung seperti ini”, ungkapku untuk meng-eles (menghindar). Ia pun mulai bercerita, “Aku (Pak Tomo) bersama kawan-kawan ku mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 di salah satu ruangan belajar STOVIA Jakarta. Karena aku menilai nasib bangsa dan tanah air ada di
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 27
PENULISAN KREATIF tangan kami. Kami membuat organisasi ini sebagai perhimpunan pelajar Indonesia untuk mengejar ketertinggalan bangsa. Pada masa itu, kami melihat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda telah menerpurukkan dan menelantarkan masyarakat Indonesia terutama dari segi pendidikan. Terjadi kebodohan dan ketertinggalan dimana-mana, kalau pun ada yang mengeyam pendidikan itu hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis dan beberapa keperluan teknis perdagangan bersama mereka. Itulah, bagi kami, segolongan kecil, yang beruntung bisa belajar di kedokteran dan berbagai tingkat pendidikan yang lebih tinggi harus memikirkan bagaimana caranya keluar dari ketertindasan dan keterpurukan yang diderita oleh masyarakat indonesia yang telah berlangsung sekitar 300 tahun. “Organisasi yang kami bangun ini bertujuan untuk kemajuan bangsa dan negara, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu pengetahuan). Kami mencoba menerbitkan majalah “Guru Desa”, melakukan perubahan pada berbagai mekanime pengajaran, sampai kepada keberhasilan membuat surat kabar resmi Boedi Oetomo yang di cetak kedalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa“. Lalu tambahnya, “Dengan itu, kesadaran para masyarakat Indonesia mulai tumbuh untuk bangkit dan keluar dari penjajahan kolonial Belanda, begitulah si bapak menjelaskan panjang lebar atas pertanyaan bodoh ku. “Jadi anak muda, apa yang telah kau perbuat untuk bangsa dan negara mu?”, tanya dia dengan spontan dan serius. “Ya… di Indonesia, kami kemarin baru aja memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional yang di peringati 20 Mei 2008, memperingati genap seratus tahun Bapak mendirikan Boedi Oetomo”, kilah ku untuk mengalihkan pembicaraan. “Iya, tetapi…..Bagaimana kongkritnya? Semangat kebangsaan itu ditumbuhkan dan diimplementasikan di dalam mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat Indonesia!”, tegas si Bapak tua ini. “Kalau dulu kami memperjuangkan untuk kebebasan dari kolonial Belanda, sekarang kalian harus berjuang untuk menuntaskan
berbagai permasalahan bangsa; degradasi moral, kemelaratan (kemiskinan), penggadaian harkat dan martabat bangsa (ketergantungan pada pihak asing), dan lainnya; bukan hanya sekedar menyelenggarakan seremonial (perayaan) belaka. Itu namanya revitalisasi semangat kebangsaan yang musiman.” “Saya tidak tahu Bapakkk….”, cetusku dengan keras dan bimbang, “Bagaimana carannya mewujudkan nilai-nilai kebangsaaan yang implikatif, konkrit dan nyata untuk kemajuan dan kemakmuran Indonesia, apakah yang harus ku perbuat?”, ungkapku dengan kesal dan mengebugebu. “Saya bingung…Pak, menyuarakan nilainilai kebangsaaan ditengah-tengah demokratisasi yang kebablasan dan liberalisasi yang sedang berpestapora untuk mengendorkan dan siap menanggalkan identitas masyarakat Indonesia sebagai orang-orang yang berkepribadian bangsa Indonesia”, hembusanku atas kelu kesah pada permasalahan yang ada. “Kalau dulu kami berjuang atas dasar penindasan, pembodohan, dan lainnya (physical things) serta melawan musuh bersama (visible enemies) dari pihak luar, yaitu kolonial Belanda, sedangkan sekarang kalian berjuang untuk imprialisme asing (invisible enemies)— penjajahan tidak secara langsung, melainkan secara terselubung, bertahap dan sistematis memporak-porandakan sektor ekonomi, politik dan sosial budaya (unphysical things) di negeri ini. Sekarang kita tidak tahu secara jelas siapa lawan dan siapa kawan; malahan, juga diperburuk dengan adanya perpecahan didalam tubuh kalian sendiri (internal problems), adanya konflik horizontal (antar sesama etnis atau suku) maupun secara vertikal (masayarakat dengan pemerintah).” “Perjuangan ini semakin pelik (sulit) dengan adanya tindak tanduk dari kaum tua yang tidak memberikan contoh yang baik pada yang kaum muda, malahan menghancurkan hakikat nilai-nilai kebangsaan itu sendiri. Para penguasa asyik berpestapora dengan otoritas dan jabatan yang diembannya; korupsi, perampasan hak rakyat dan berbagai penyalah gunanan kekuasaan dan wewenang menjadi panutan bagi para pemuda atas nasionalisme yang telah
29 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 28
PENULISAN KREATIF memudar dan hilangnya nilai-nilai kebangsaan di masyarakat Indonesia. Kondisi ini tentunya membenarkan apabila pada pemuda berperilaku seenak-enaknya, membuat kerusakan di sana-sini, menghancurkan fasilitas umum, memyalahgunakan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, melakukan pembangkangan pada ketertiban umum, sampai kepada nilai-nilai sosial dan budaya”. kalian selaku kaum muda mempunyai andil yang besar untuk perjuangan ini semua. Kalian jangan terpuruk didalam kemewahan, ketentraman dan kenyamanan (kemerdekaan) yang telah kami wariskan pada kalian. Kalian jangan terpesona dan terjerumus dengan hedonisme (kehidupan yang penuh kesenangan dan kebahagiaan) dan berbagai hal lainnya yang mampu melalaikan atau mengabaikan kalian untuk membangun dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan bangsa ini. Siapkah kamu dengan sebuah pertanyaan, dari kebangsaan apakah kamu dilahirkan?Apakah yang terjadi dengan kebangsaanya? Serta yang menjadi ironis ketika kebangsaaan telah “punah“ oleh pihak asing yang merenggut harkat dan martabat kebangsaannya, mempertanyakan dimanakah dan bagaimanakah kondisi bangsanya saat ini?, jelasnya secara blak-blakan. “Hai anak muda….tidak ada yang kata terlambat”. “Awalilah perubahan ini melalui pendidikan, sebagaimana perjuangan awal kami dengan mengunakan pendekatan intelektualitas untuk mengusung organisasi Boedi Oetomo dalam rangka menyadarkan dan membangkitkan rakyat Indonesia dari keterpurukan penjajahan”, gagas si Bapak secara tegas dan serius. “Ingat anak muda!!, bambu runcing… hanya sebagai akumulasi semangat perjuangan; meriam dan senjata modern Belanda itu sesungguhnya takluk melalui kematangan masyarakat Indonesia untuk berfikir dan menggunakan intelektualitasnya yang termanifestasi pada strategi dan taktik dalam merenggut Kemeredekaan Republik Indonesia. Intelektulitasmulah yang menjadi senjata yang ampuh untuk mencegah permasalahan bangsa dan negara menuju kelembah kehancuran yang nyata. Perjuangan yang kalian hadapi memang sulit, akan tetapi bukan berarti tidak bisa dipecahkan dan
harus menyerah secara tidak berdaya.” Ia mulai membangunkan keyakinan dan keoptimisanku yang selama ini terjatuh dan terinjak-injak oleh kenyatakan (fenomena) di negri tercintaku (Negara Kesatuan Republik Indonesia). “Bangunlah organisasi kaum pemuda intelektual Indonesia”, sambungnya untuk memaparkan lebih terperinci. “Kalian punya PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) jadikan itu sebagai generator untuk menciptakan perubahan bagi Bangsa dan Negara-mu. Kami juga memulainya dari organisasi-organisasi yang bersifat perkumpulan dari para pemuda pelajar Indonesia. Tidak usah membayangkan hal yang sangat besar terjadi seperti revolusi dan lain-lain, melainkan cukup memulainya dengan hal-hal yang bersifat kecil. Akan tetapi, sangat berfaedah untuk membekali pembangunan bangsa dan negaramu”. “Kalian punya Buletin (Bejana) sebagai media penyaluran inspirasi dan kreasi yang dikemas dalam bentuk tulisan. Itu merupakan awal yang baik untuk mengapresiasikan ide dan gagasan kalian antar sesama pelajar Indonesia. Tumbuh dan kembangkan kreasi dan inovasi kalian melalui berbagai media lain untuk menginspirasi dan memobilisasi perubahan di tanah air”, ujar Pak Tomo mengemukakan statrategi dan triknya. Sore menjelang malam , Dr. Soetomo menyalakan api pada jiwa dan raga ku yang membara dan memacarkan cahaya “perjuangan”, dengan terus teriang-iangnya pesan terakhir Beliau sebelum ia meninggalkan ku: “Sadarkan dan bangkitkan mereka (masyarakat Indonesia), anak muda; Masa depan Bangsa dan Negara berada dalam kepalan dan genggamanmu !!!”. (BS)
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 29
HIBURAN
Film DRUPADI : kontroversial bagi pemeluk Hindu.
R
iri Riza kembali mempersatukan dua bintang papan atas Indonesia Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra dalam sebuah karya terbarunya film Drupadi. Jika sebelumnya kedua bintang ini dipertemukan dalam sebuah kisah cinta remaja “Ada Apa dengan Cinta”, kali ini mereka dipertemukan dalam film yang lebih serius dan mengangkat sepenggal lakonan dari buku terkenal Mahabarata karangan Mpu Vyasa yang berasal dari India dan tentunya sudah menyebar luas terutama di Indonesia. D i a n Sastrowardoyo berperan sebagai Drupadi, seorang putri raja dari Panchala yang menolak untuk menjadi bahan taruhan dalam permainan dadu, sedangkan Nicholas Saputra sebagai lawan mainnya berperan sebagai Arjuna. Keterlibatan Dian Sastro tidak hanya menjadi pemeran utama wanita belaka, tetapi juga mengasah bakatnya dalam bidang produser bersama dengan Mira Lesmana dan Wisnu Darmawan.
Film
ini
menggabungkan beberapa unsur teater, tari musik dan perkawinan kostum Jawa dan Sumatra. Jika lazimnya yang diangkat pada kisah Mahabarata adalah perseteruan antara kelompok Pandawa dan Kurawa, maka pada film ini khusus memusatkan perhatiannya pada kisah Drupadi yang meminta keadilan bagi wanita dan dianggap relevan dalam kehidupan saat ini. Namun, berbagai kontroversialisme timbul dari film yang akan dirilis bulan Desember ini. Drupadi dianggap melukai beberapa ajaran agama Hindu. World Hindu Youth Organization (WHYO) adalah organisasi yang mengkritik film ini karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran yang terdapat di kitab Suci Weda. Beberapa kritik dilontarkan mengenai jalan cerita Drupadi, salah satunya mengenai bahwa Drupadi hanya bersuamikan Arjuna. Padahal dalam kitab suci Weda Dewi Drupadi adalah istri dari Panca Pandawa, yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Selain itu juga WHYO meminta agar sebelum film itu beredar di pasaran, film tersebut harus dikonsultasikan terlebih dahulu. Kontroversi hadir diawal peluncuran film Drupadi ini. Apakah kedua pihak yang berkontroversi ini akan menemukan akhir yang mutualisme? Harapkan nantinya film ini akan dapat disaksikan oleh jutaan pemirsa sebagai film yang tidak hanya menyajikan unsur cerita tetapi juga unsur sejarah yang baik.(PEWE)
31 Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 30
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 31
Media Komunitas Pelajar Indonesia UUM, hal 32