Sarana Komunikasi Yayasan dengan Masyarakat Th. III No. 02/Shafar 1424H
April 2003
Iftitah
Islam merupakan agama sempurna yang siap mengantarkan siapa saja yang benar-benar memegang dan mengamalkannya menuju kebahagiaan dunia akhirat. Dalam edisi kali ini kami sampaikan masalah aqidah, suatu masalah paling prinsip yang akan menjadi penentu apakah amalan dan ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah atau tidak. Dalam rubrik tafsir kami sampaikan ayat yang menunjukkan tentang syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai dua kebahagiaan tersebut. Dengan petunjuk dari Allah kita akan merasakaan kebahagiaan yang haqiqi, dan hanya dengan tunduk dan mengabdi kepada Allah saja kita bisa merasakan keni'matan hidup yang sebenarnya, ketenangan, kebahagiaan kedamaian dan hal-hal yang selama ini didambakan oleh setiap manusia, dan di akhirat diberi keamanan oleh Allah dari pedih dan panasnya api neraka, serta dimasukan ke dalam surgaNya tempat yang penuh dengan kebahagiaan abadi yang tidak mungkin ada perubahan dan kebosanan Akhirnya kita memohon kepada Allah agar kita diberikan oleh Allah kesempatan dan kemampuan untuk menempuhnya. Amiin. (Red)
etapa indahnya Alloh memberikan permisalan terhadap kalimat ini, menggetarkan qolbu, bagi yang ada cahaya iman di dadanya. Alloh berfirman :
B
َ ٍة َ َ َ ً َآ َ ً َ َ َآ ً َ َ ُ با َ َ َ َ ْ أ َْ َ َ َآ "َ'َ ْ ُأ ُآ%ِ ْ0ُ .َ" ِء$ # ا%&ِ "َ'( ُ ْ&َ ٌ َو+ ُ'َ" ﺙَ" ِﺏ. ْ َ ٍ أ َ س ِ "9# ِ اْ; ْ َ" َل ُ با ُ ِ < ْ ن َر ﺏ َ'" َو َی ِ ْذ4 ِﺏ5 ٍ ْ 6 ِ 7# ُآ .ن َ ْآ ُو# >َ ?َ ُ'ْ َی#@َ َ
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin RabbNya. Dan Alloh membuat permisalanpermisalan itu bagi manusia agar mereka selalu mengingat." (Ibrahim : 24-25)
SIMAK EDISI KALI INI Tafsir Tips bulan ini
Ibnu Katsir dan yang lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik diantaranya Kalimat Tauhid اA إC إA. Para Sahabat Nabi ketika mereka mengucapkan kalimat ini bergetar jiwa mereka sehingga tergeraklah kesadaran mereka untuk lebih tunduk dan khusyu' terhadap kalimat ini. Sekeras apapun watak sahabat, ketika cahaya iman sudah masuk dalam lubuk hati mereka, akan leleh dan lunak hati mereka. Pancaran keagungan dari kalimat ini benar-benar tampak dalam mengubah perilaku mereka yang kasar dan kejam. Ketika zaman sudah jauh dari kenabian, kebesaran cahaya kalimat ini seakan meredup dan memudar. Kalimat ini seolah-olah hanya merupakan hiasan di bibir saja, pengaruh yang demikian besar yang tampak pada zaman sahabat Nabi seolah tidak ada lagi. Alangkah baiknya kita simak tulisan pada edisi kali ini untuk lebih menambahkan kemantapan iman kita terhadap kalimat ini. Makna kalimat اA إC إA Telah terjadi kesalahan dalam pengartian kalimat ini di masyarakat. Karena Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan pemahaman dan konsekwensi terhadap kalimat اA إC إA. Diantara mereka ada yang mengartikan kalimat اA إC إA dengan "Tiada Tuhan selain Alloh", bahkan ada yang lebih ekstrim lagi dalam mengartikan kalimat ini seperti yang dipelopori oleh kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan mengatakan "Tiada Tuhan selain Tuhan" atau "Tiada Tuhan yang Kecil selain Tuhan yang Besar".
Mereka memahami bahwa kalimat Tauhid اA إC إA semata-mata hanya mengakui Tauhid Rububiyah yakni hanya mengakui bahwasanya Alloh-lah satusatunya Pencipta dan Pengatur alam ini. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang batil, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari Islam, seperti Ahli Kalam dan orang-orang Sufi. Mereka menyangka bahwa dengan meyakini keyakinan seperti ini berarti telah meyakini tauhid اA إC إA dengan sebenar-benarnya. Bahkan mereka telah menulis sekian banyak tulisan dan karya untuk membela kebatilan ini. Dari kesalahan ini muncullah kebatilan peribadatan yang lain, diantara mereka ada yang datang kekuburan orang-orang sholeh, Nabi dan wali-wali untuk meminta syafa'at atau meminta berkah kepada jin, pohon, syaithon, Nyi Roro Kidul dan lain sebagainya dengan meyakini bahwa perbuatan ini tidaklah mengeluarkannya dari kalimat Tauhid اA إC إA selama mereka masih mengakui bahwa Alloh-lah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam ini. Dan Rasululloh memerangi orangorang musyrikin Qurays yang meyakini dan memahami bahwa Alloh adalah satusatunya Pencipta dan Pengatur dan Pemberi rezeki. Alloh menyebutkan perkataaan mereka : "Katakanlah (Ya Muhammad): "Milik siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian orang-orang yang mengetahui." Mereka (Musyrikin Qurays) akan menjawab :" Milik Alloh". Katakanlah :"Maka apakah kalian tidak ingat ?". Katakanlah :" Siapakah Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan 'Arsy yang agung ?" Mereka akan
menjawab: "Milik Alloh" Katakanlah:"Maka apakah kalian tidak takut ?". Katakanlah : "Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu dan Dia-lah yang melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab-Nya), jika kalian mengetahui?". Mereka akan menjawab : " Milik Alloh". Katankanlah : (Kalau demikian) "Maka dari arah manakah kalian tertipu ?" (AlMu'minun: 84-88). Orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka dikafirkan oleh Alloh dan diperangi oleh Rasululloh walaupun mereka mengakui Alloh sabagai Tuhan mereka, namun mereka tidak meninggalkan peribadatan terhadap Nabi Uzair atau Nabi Isa . Alloh berfirman : " Sesungguhnya orang-orang kafir dari Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang Musyrikin (yang menyekutukan Alloh) berada di neraka Jahanam kekal di dalamnya, Mereka itu sejahat-jahat manusia. " (AlBayinah : 9) Arti yang benar dari kalimat Tauhid اA إC إA secara kalimat ialah : - (E ِ 9ْ ِْ ِ ٌَ&ِ "َ ﻥ: Aَ ) ialah kalimat penafian (peniadaan) suatu jenis - (ْ ُدIُ @ْ َ Jُ ْIُ Kْ َ: Cَ َG )اialah sesuatu yang ditunduki dan diibadahi - (ء ِ "َ9ْ ?ِ ْﺱGِ ْ َأ َدَا ُة ا: A# )ِإialah kalimat untuk menunjukkan pengecualian (dari kalimat sebelumnya) - (Mَ9$ ْ ُNْ ا ِ ْ َأﺱَْ" ِء ا5ِ ُ ِْاﺱ: )اialah nama dzat Alloh di antara nama-nama Alloh yang baik Dengan demikian makna kalimat Tauhid اA إC إyang benar ialah A# ِإP O N َ ْ َد ِﺏI ُ @ْ َ Aَ ا, Tidak ada sesembahan yang hak (untuk diibadahi) selain Alloh. Dan seseorang
yang telah melafadzkan kalimat ini harus menafikan (meniadakan) seluruh bentuk pengabdian ibadah dan ketundukkan kepada selain Alloh dan menetapkannya (meyakininya) hanya kepada Alloh . Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang makna kalimat ini : "Tidak ada kebahagiaan bagi hati, tidak pula kelezatan yang sempurna kecuali dalam kecintaan kepada Alloh , bertaqarrub kepada-Nya dengan apa yang dicintainya. Tidak akan kokoh kecintaan Kepada Alloh tanpa berpaling dari kecintaan terhadap selain Alloh. Inilah hakekat kalimat اA إC إA. Di atas pemahaman seperti inilah agama Ibrahim Kholilullah dan seluruh nabi dan rosul ditegakkan. Dari kalimat ini muncul wala' (loyalitas) dan bara' (permusuhan), serta muncul pula penolakan dan pengikraran. Tidak setiap orang yang mengakui Alloh sebagai Rabb (Tuhan) dan Pencipta segala sesuatu pasti hanya beribadah kepadanya, atau hanya berdo'a kepada-Nya, hanya bertawakkal kepada-Nya, serta bermusuhan dan mencintai semata karena Alloh, taat dan tunduk kepada Rasul-Nya. Betapa banyak yang mengakui seperti ini, tetapi mereka beribadah kepada selain Alloh juga. Bahkan Iblis yang dilaknat Alloh karena pembangkangannya terhadap perintah Alloh untuk bersujud kepada Adam yang merupakan perintah ibadah, juga mengakui Alloh sebagai Rabb (Pencipta)-nya.Alloh mengungkapkan perkataan Iblis dalam firmannya : "Berkata Iblis : "Ya Rabb-ku (Wahai Tuhanku) maka berilah aku tangguh sampai waktu mereka dibangkitkan (hari kiamat").(Shaad : 79)
Sudah dimaklumi bahwa semua bentuk peribadatan kepada selain Alloh, baik itu kepada Wali, Nabi, pohon, Matahari, jin dan lain sebagainya merupakan kesyirikan yang nyata. Orang yang melakukan peribadatan seperti itu diancam oleh Alloh dengan neraka Jahanam dalam keadaan kekal di dalamnya. Dosanya tidak akan diampuni oleh Alloh , dan firman-Nya " Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni (dosa) jika Alloh disekutukan dengan sesuatu dan Dia mengampuni (dosa) apa-apa yang selain itu (kesyirikan) bagi siapa saja yang Dia kehendaki." (An-Nisaa' : 48) Konsekwensi kalimat اA إC إA Alloh telah menetapkan dalam AlQur'an bahwa Dia tidak akan membiarkan orang sekedar mengucapkan kami beriman kepada Alloh atau kami telah mengucapkan dan meyakini kalimat Tauhid اA إC إA, sementara itu mereka tidak diuji lagi. Firman-Nya : "Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : "Kami telah beriman, " sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orangorang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (AlAnkabut : 2-3). Diantara konsekwensi yang harus kita hadapi dari kalimat Tauhid اA إC إA ialah kesiapan kita untuk menerima ujian yang datang dari Alloh , untuk membedakan kesungguhan keimanan kita dan kemantapan kita di atas landasan kalimat ini. Betapa banyak Rasululloh dan para sahabatnya menerima ujian dari Alloh ketika mereka telah beriman kepada
kalimat Tauhid اA إC إA. Diantara mereka ada yang dibunuh, atau disiksa dengan siksaan yang begitu bengis dan kejam, atau ada yang dipenjara dan diteror dengan sekian macam teror. Begitu beratnya ujian yang datang kepada mereka sampai ada di antara mereka yang berkata : "Ya Rasululloh sampai kapan pertolongan Alloh akan tiba". Namun mereka tetap sabar dan istiqomah dalam imannya. Dan mereka tahu bahwa setelah melafadzkan kalimat Tauhid اA إC إA, mereka harus wala' (loyal) terhadap Alloh , Agamanya, Kitabnya, dan Sunnah Nabi-Nya serta semua hamba-hamba-Nya yang sholih. Dan harus menyatakan bara' (perlepasan diri) dari semua bentuk Thoghut yang diibadahi dan ditunduki selain Alloh. Berkata Syaikhul Imam Muhammad bin AbdulWahhab mengomentari tentang konsekwensi kalimat Tauhid اA إC إA : "Ketahuilah bahwa manusia tidak akan menjadi mu'min kepada Alloh sebelum dia mengingkari peribadatan terhadap Thoghut. Dan kalimat Tauhid اA إC إA merupakan wala' (loyalitas) terhadap syari'at Alloh. Firman Alloh : "Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kamu dari Rabb-mu dan janganlah mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya, Amat sedikit kamu mengambil pelajaran (darinya)". (Al-A'raf: 3). Dan kalimat ini mengharuskan bara' (pembersihan diri) dari hukum jahiliyah dan semua agama selain agama Islam. Firman Alloh : "Dan barangsiapa yang mengambil selain Islam sebagai agamanya maka tidak akan diterima amal darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (Ali Imron : 85)
Setelah itu orang yang mengikrarkan kalimat Tauhid اA إC إA dia harus meniadakan dan menetapkan empat hal. Di antara empat hal yang harus ditolak dan dinafikan/ditiadakan ialah : 1. Semua Ilah ('Q( )اSesembahan) yang dia inginkan untuk memberi manfaat dan menolak madhorot (bahaya) darinya 2. Semua bentuk Thoghut (+RاIS )اyang diibadahi dan dia senang, atau dijadikan peribadatan (selain Alloh) 3. Semua bentuk Tandingan (ادT )ا;ﻥyaitu tandingan selain Alloh, yang memalingkan dia dari agama Islam seperti istri, rumah, keluarga atau harta yang bisa memalingkan dia dari beribadah kepada Alloh semata. 4. Semua bentuk ketaatan ( )ا;رﺏ"بyang memalingkannya dari al-Haq (agama Islam) dan mentaatinya. Sedang empat hal yang harus dia tetapkan setelah melafadzkan kalimat Tauhid اA إC إA ialah : 1. Tujuan (TUV )اyaitu menjadikan seluruh arah tujuan (hidupnya) hanya untuk mengabdi kepada Alloh 2. Pengagungan (W@? )اdan Kecintaan ( N )اyaitu hanya mengagungkan kepada Alloh dan mencintai-Nya serta semua yang disyariatkan-Nya. 3. Pengharapan ( )اﺝ"ءdan Ketakutan (فIZ )اyaitu hanya mengharapkan keridhoan Alloh dan selalu khawatir atas datangnya adzab Alloh 4. Bertakwa (ىIV? )اyaitu selalu khawatir akan murkanya Alloh dan adzabnya dengan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan mengikhlaskan seluruh pengabdian ibadah hanya kepada Alloh . (Abu Yusuf) Maraji' :
1. Tafsir Ibnu Katsir 2. Terjemah Al-Qur'an, cetakan Saudi 3. Kitab Qoul al-Mufid oleh Syaikh Ibnu Utsaimin 4. Kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh Abdurrohman Alu Syaikh
TAFSIR Orang yang dijamin masuk surga dan mendapat petunjuk di dunia ْ'ُ ْا ِإ ْی َ" َﻥI$ ُ ِ ْ ْا َو َ ْ َیI 9ُ َ َ أ5 َ ِ> ْی# ) َاMَ"@َ َ ُ َ\" َل ا ن َ ْوTُ ?َ 'ْ ُ ْ َو ُه5 ُ ْ ;َ ْ_ َ ُ' ُ ا َ `ِ َ ْ ْ ٍ ُأوW ُ ِﺏ "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanannya dengan perbuatan dholim merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah orang yang mendapat petunjuk " (Al An'am : 82) Berkata Ibnu Katsir "Yaitu orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Alloh dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu yang lain, maka mereka akan mendapatkan keamanan dari siksa di akhirat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan di akhirat (Tafsir Ibnu Katsir) Ketika Alloh menurunkan ayat ini, terasa berat bagi shohabat Nabi karena adanya beberapa alasan, yaitu : Pertama : mereka adalah orang-orang yang sangat berharap mendapatkan keamanan dari siksa Alloh yang telah mereka yakini betapa dahsyat dan pedihnya siksa Alloh, yang tidak ada seorangpun yang mampu membayangkan kepedihannya, sebagaimana yang difirmankan Alloh :
ٌT6 َ َأCُ \َ "َ َوﺙP ُ ْ ِﺙI ُیAَ ٌ َوT6 َ َأCُ (>َا َﺏ َ ب ُ >@َ ُیAَ >ٍ `ِ َ ْIَ &َ
"Pada hari tidak ada seorangpun yang menyiksa sebagaimana siksaan-Nya dan
tidak ada seorangpun yang mengikat sebagaimana ikatan-Nya. " (Al Fajr: 25) Kedua : para shohabat adalah orang yang paling berharap masuk surga-Nya, suatu tempat yang mereka yakini akan kenikmatannya, yang tidak pernah mereka melihatnya, dan mendengarkannya bahkan tidak pernah terbayangkan oleh hati seorangpun. Kenikmatan yang kekal abadi, sehingga mereka rela mengorbankan segala yang mereka miliki dengan harapan dimasukkan ke dalam surga. Ketiga : mendapatkan jaminan petunjuk ketika di dunia ke jalan yang benar dan diridhoi Alloh adalah permohonan yang selalu mereka minta siang dan malam sehingga mereka rela untuk tidak tidur sama sekali di waktu malam dan keinginan mereka untuk selalu puasa di siang harinya agar tetap diberi petunjuk dan diridhoi oleh Alloh. Namun betapa berat untuk mendapatkan itu semua, karena menurut mereka syarat yang diberikan Alloh teramat berat, yakni mereka harus terbebas dari perbuatan dholim (aniaya), baik terhadap dirinya maupun sesama. Dalam keadaan yang seperti itu, akhirnya mereka mengadukan kesulitan dan kebingungan mereka kepada Rosululloh , kemudian dijelaskan oleh Rosululloh bahwa kedholiman yang dimaksud oleh Alloh dalam ayat tersebut adalah syirik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Luqman ketika menasehati putranya, agar jangan sampai melakukan perbuatan syirik, karena syirik itu merupakan kedholiman yang paling besar. Dan kisah pengaduan para sahabat ini sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdulloh bin Mas’ud "Tatkala turun ayat (ٍ ْ W ُ ْا ِإ ْیَ" َﻥ ُ'ْ ِﺏI$ ُ ِ ْ ْا َو َْ َیI9ُ َ َأ5 َ ِ> ْی#)َا
ayat itu terasa berat bagi para shohabat, maka mereka mengadu kepada Rosululloh dan mengatakan : “Ya Rosululloh! siapa diantara kami yang tidak berbuat dholim terhadap dirinya? Maka Rosululloh menjawab : “Hal itu (perbuatan dholim) tidak seperti yang kalian pahami, Apakah kalian tidak mendengar perkataan seorang hamba yang sholih (Luqman) "Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Alloh, karena sesungguhnya syirik itu (menyekutukan Alloh) adalah kedholiman yang paling besar.” ( Fathul Majid ) Alloh Ta’ala menyebutkan bahwa syirik adalah perbuatan dholim, sebagaimana hal ini telah dijelaskan oleh Rosul-Nya. Karena makna dholim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, dan memang permasalahan yang paling besar bagi kehidupan manusia adalah ‘IBADAH’ karena hal ini adalah tujuan diciptakannya jin dan manusia, sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
ن ِ ْوTُ ُ @ْ َ ِ A# ِإE َ ْﻥGِ ْ َوا5 # ِ ْ ا+ ُ Vْ َ ﺥ َ "َ َو " Dan tidaklah Aku ( Allah ) menciptakan jin dan manusia kecuali gar beribadah kepadaku " Kemudian
berkata Ibnu Taimiyah yang memberatkan mereka dalam ayat ini (Al An'am: 82) adalah persangkaan mereka bahwa perbuatan dholim yang menjadi syarat harus ditiadakan, untuk mendapatkan jaminan masuk surga dan petunjuk di dunia adalah kedholiman hamba kepada dirinya. Kemudian Rosulullah menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh Alloh adalah syirik. Maka seseorang tidak akan mendapatkan keamanan (di akhirat) dan petunjuk (di dunia) kecuali bagi orang yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kedholiman ini (syirik). Maka barang
menjelaskan,
siapa yang tidak berbuat syirik, baginya keamanan dan petunjuk. Dia adalah hamba 6. Ketika balita anda berumur satu pilihan Alloh. Sebagaimana firman Alloh setengah tahun dan sudah akrab dengan : buku dan tulisan, maka anda perlu membelikan buku-buku khusus buat ْ'ُ 9ْ ِ&َ "َ( َ" ِدﻥ ِ ْ5ِ "َ9ْ bَ S َ. ْ ا5 َ ِ> ْی#ب ا َ "َ?ِcْ َ" ا9 َأوْ َر ْﺙ# ُﺙ dia. Menurut penulis, buku yang paling ت ِ َْاZ َ ْ "ٌِ ﺏP ُ'ْ ﺱَ" ِﺏ9ْ ِ ٌ َوTU ِ ?َ Vْ ُ ْ'ُ 9ْ ِ َوCِ $ ِ bْ 9َ ِ ٌِ "َe sesuai adalah buku Anak Islam Suka ُ ْ ِ cَ ْ ا7ُ < ْ bَ ْ اIَ _ ُه َ ِ َذ ِ نا ِ ْذ4ِ ِﺏ Membaca karangan Sdri. Nurani "Kemudian Kami wariskan kitab kepada Musta’in S.Psi. terbitan Pustaka orang-orang yang Kami pilih dari hamba Amanah, Solo. Buku ini terdiri dari 5 Kami maka di antara mereka ada yang jilid. mendholimi diri mereka, dan ada yang di 7. Mulai jilid pertama anda harus ekstra tengah-tengah dan ada yang bersegera hati-hati, kerena langkah awal sangat berbuat kebaikan dengan idzin dari Alloh, menentukan langkah berikutnya. Cari yang demikian itu adalah keutamaan yang saat-saat yang tepat yaitu saat anda besar" siap, si kecilpun siap dan suasana Dan hal ini tidaklah berarti bahwa mendukung. Patuhi tehnik dan metode mereka tidak akan disiksa ketika pangajaran yang tertulis pada buku jilid mendholimi diri mereka sendiri dan tidak I, jangan ditambah dan jangan pula bertaubat dari kesalahan tersebut dikurangi. sebagaimana firman Alloh 8. Pangku si kecil dan peluk mesra si َ" َلVْ ِ ْ7َ@ْ ْ َی5َ َوJُ َ َﺥًْا ی َ ر ٍة# َ" َل َذVْ ِ ْ7َ@ْ ْ َی5َ &َ kecil serta katakan : ”Ayo sayang baca Jُ َ ﺵ ًّا َی َ ر ٍة# َذ Bismillah sebelum belajar.” Atau "Barang siapa yang beramal kebaikan dengan kata-kata lain yang dapat seberat biji sawi mereka akan melihatnya membuat si kecil merasa nyaman dan dan barang siapa yang beramal kejelekan senang. Kemudian ketika proses belajar sekecil biji sawi diapun akan melihatnya " berlangsung sering-seringlah memberi Dari penjelasan Ibnu Taimiyah tersebut pujian padanya, seperti pinter !, bagus ! kita bisa memahami, bahwa ayat itu (Al benar ! dlsb. An'am: 82) tidaklah memberi jaminan bagi 9. Yang tetap perlu diingat, jangan sampai yang tidak berbuat syirik akbar akan anak merasa bosan, atau suasana tidak langsung masuk surga, sedangkan bagi menyenangkan. Satu halaman sudah mereka yang berbuat dholim atau dosa cukup. Akan tetapi jika anda pandaiselain syirik tetap mendapat ancaman siksa pandai mensiasati, si kecil akan cinta di neraka apabila dia tidak bertaubat, atau dan senang belajar, anda dapat Alloh tidak memberi ampunan atas membuat si kecil ketagihan membaca dosanya, akan tetapi jaminan baginya sehingga sebentar-sebentar dia minta adalah tidak akan kekal di neraka (ا أ kepada anda untuk menyimak (Abu Abdillah) bacaannya , misalkan belikan jajan atau buah kesukaan sikecil dan perlihatkan selalu hadiah itu. Katakan MENGAJARI BALITA MEMBACA padanya, “Setiap sehabis membaca satu (Edisi Lanjutan)*
halaman maka kamu mendapat hadiah itu!” Tiga buah rambutan misalnya atau yang lainnya. 10. Yang terakhir dan ini yang terpenting, anda harus sabar, telaten, dan ulet. Selalu berdoa kepada Alloh Ta’ala dan bertawakkal kepada-Nya atas apa yang anda perjuangkan. Bila merasa kesulitan selalu mohonlah kemudahan kepada-Nya, dan jika mendapat
kemudahan bersyukurlah kepada-Nya. Dan jangan membuat anda sombong dan merasa bahwa anak anda pandai membaca semata-mata karena kepandaian anda dalam mengajarinya. Wallohu A’lam (Abu Ghozy) *Penulis sudah mempraktekkan tips di atas
LAPORAN KEUANGAN LAJNAH BAITUL MAAL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Dr. A. Chafidz, DSA Dr. Imam Muhadi Dr. Iqbal Hilmi Dr. Kasdi Supadmo Ir. Tontowi Ismail Bp. Geiz Bawazir Bp. Obet Isma'il Bp. Ahmad Tono R. Bp. Chusnul Jaqien Bp. Tamami H. Akhir
Maret 130.000 130.000 130.000 100.000 130.000 390.000 25.000 130.000 260.000 20.000 20.000
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama H. Sukemi Ibu Fatmi Ibu Rohimah Ibu Sri Sayekti Bp. Haedar Ibu Lilik, Tk Sumeh Bp. Markum Bp. Kasman Bp. Pudiono Ibu Lilik Jumlah
Maret 100.000 20.000 20.000 200.000 10.000 50.000 20.000 120.000 25.000 130.000 2.160.000
Buletin Al Uswah diterbitkan oleh Lajnah Dakwah Yayasan Ath Thoifah Al Manshuroh
Penanggung jawab : Abu Yusuf (Ketua Yayasan) Pimpinan Redaksi : Abu Abdillah (Ketua Lajnah) Staf : Abu Zaky, Abu Ubaid. Editor : Abu Aqil, Abu Miftah. Pemasaran : Abu Abdillah, Abu Mudafi'. Sekretariat : Jl. Raya Pare Papar Km 5 Tegowangi, Plemahan, Kediri
(0354) 394947. Rek. BCA No : 140 032 1333 a/n Sugiharto E-mail :
[email protected] Po Box 182 Pare 64201