Buletin Al Uswah Muharrom 1424h

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buletin Al Uswah Muharrom 1424h as PDF for free.

More details

  • Words: 3,825
  • Pages: 9
 Sarana Komunikasi Yayasan dengan Masyarakat Th. III No. 01/Muharram 1424H

Maret 2003

A

Alloh Subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan pula kepada kita dalam AlQur'an tentang cara berpakaian. FirmanNya : " Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi) tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak bermaksud menampakan perhiasan." (Surah An-Nuur 60) " Hai Nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu dan istriistri orang mu'min: ' Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka , ' yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( Surah Al-Ahzaab: 59 ) " Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." (Surah An-Nuur:31)

nda tentu tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan dalam Al-Qur'an tentang ushul (pokok-pokok) dan furu' (cabang-cabang) agama Islam. Alloh telah menjelaskan tentang tauhid dengan segala macammacamnya, sampai tentang bergaul sesama manusia seperti tatakrama pertemuan, tatacara minta izin dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Alloh Ta'ala : " Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majelis,' maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu." ( Surah Al-Mujaadalah 11 ) Dan firman Alloh Ta'ala : " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. Jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: ' Kembalilah!', maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu, dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." ( Surah An-Nuur:27 – 28 )

SIMAK EDISI KALI INI   

1

Hadits (Akhlaq) Fiqh (Air Musta'mal) Dari Kami  Tips bulan ini

menjelaskan bilangan raka'at tiap-tiap sholat?" Jawabnya: Alloh Ta'ala telah menjelaskan di dalam Al-Qur'an bahwasanya kita diwajibkan mengambil dan mengikuti segala apa yang telah disabdakan dan ditunjukkan oleh Rosululloh. Hal ini berdasarkan atas firman Alloh Ta'ala : "Barang siapa yang mentaati Rosul, sesungguhnya ia telah mentaati Alloh." (Surah An-Nisaa':80) "Dan apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah." (Surah Al-Hasyr:7) Maka segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh sunnah Rosululloh, sesungguhnya AlQur'an telah menunjukkannya pula. Karena sunnah termasuk juga wahyu yang diturunkan dan diajarkan oleh Alloh kepada Rosululloh. Sebagaimana firmanNya : "Dan Alloh telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) kepadamu." (Suroh An-Nisaa' : 113). Dengan demikian, apa yang disebutkan dalam sunnah maka sebenarnya telah disebutkan pula dalam Al-Qur'an. Ketika kita memahami dan meyakini betapa sempurnanya syariat Islam yang Allah turunkan sebagai rohmat bagi seluruh alam, kita akan mempunyai rasa percaya diri untuk menyatakan bahwa apapun bentuk penyimpangan yang terjadi dari Islam dan siapapun pelakunya, hal itu merupakan kemunduran dari keyakinan atas kesempurnaan Islam. Terkadang muncul keraguan dalam diri kita untuk menyatakan al-Haq yang telah sampai pada kita manakala melihat begitu banyaknya penyimpangan yang terjadi di masyarakat Muslim dan besarnya pengaruh dan pengikut mereka. Memang banyak orang yang alergi untuk mengoreksi pemahaman mereka yang menyimpang dari ketentuan syariat Islam yang telah sempurna. Beribu-ribu alasan mereka munculkan untuk mempertahankan kesalahan dan kebatilan mereka. Padahal seandainya mereka mau mengendurkan

"Dan bukanlah kebajikan, memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa, dan masuklah kerumah-rumah itu dari pintu-pintunya." (Surah Al-Baqoroh : 189). Dan masih banyak lagi ayat seperti ini, yang dengan demikian jelaslah bahwa Islam adalah sempurna, mencakup segala aspek kehidupan, tidak perlu ditambahi dan tidak boleh dikurangi. Sebagaimana firman Alloh Ta'ala tentang Al-Qur'an : "Dan Kami turunkan kepadamu kitab (AlQur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu." (Surah An-Nahl : 89) Dengan demikian , tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia baik yang menyangkut masalah kehidupan di akhirat maupun kehidupan di dunia, kecuali telah dijelaskan Alloh Ta'ala dalam Al-Qur'an secara tegas atau dengan isyarat, secara tersurat maupun tersirat. Adapun firman Alloh Ta'ala : "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan juga umat-umat seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-kitab. Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (Surah Al-An'aam : 38). Ada yang menafsirkan "Al-Kitab" disini adalah Al-Qur'an. Padahal sebenarnya yang dimaksud yaitu "Lauh Mahfud". Karena apa yang dinyatakan Alloh Subhanahu wa ta'ala tentang Al-qur'an dalam firmanNya: "Dan Kami turunkan kepadamu kitab (Al-Qur'an) unutk menjelaskan segala sesuatu," lebih tegas dan lebih jelas daripada yang dinyatakan dalam firmanNya: " Tidaklah Kami alpakan sesuatupun didalam al-kitab." Mungkin ada yang bertanya :" Adakah ayat didalam Al-Qur'an yang menjelaskan jumlah sholat ? Bagaimanakah dengan firman Alloh yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan untuk merangkan segala sesuatu, padahal kita tidak menemukan ayat yang

2

sedikit saja gengsi mereka untuk menengok kebenaran orang lain yang berpegangan kepada tali Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shohihah mereka akan menjumpai bahwa kedamaian, kemudahan dan kemenangan dalam ber-Islam akan mudah mereka raih dengan Islam. Diantara sekian banyak penyimpangan itu ada yang berlangsung secara rutin dalam ritual bulanan atau tahunan. Dan sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharrom atau Suro yang di dalamnya kita pasti menjumpai ritual yang menyimpang dari Islam. Di masyarakat muncul pensakralan atas bulan ini secara berlebihan sehingga mereka takut melakukan hal-hal yang besar selama Suro khawatir ada bala' yang menimpa mereka. Padahal bulan ini menurut Islam termasuk bulan yang agung dan Allah  menjadikannya termasuk Ashurul Hurum (Bulan yang haram), dan Rasulullah  telah mengingatkan dengan sabdanya :  .... ‫ "   و ة‬Tidak ada kesialan dalam bulan dan tidak pula dengan burung ". Yang lain, ada yang melakukan ritualritual yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam bahkan hal itu merupakan kesyirikan karena meyakini adanya berkah dan keselamatan dari selain Allah  dengan ritual itu, seperti acara Larung laut atau pelepasan Kyai Slamet dan yang lainnya dari penyimpangan yang rutin terjadi di masyarakat.

HADITS ‫  و    أ    ر ا‬  ‫ ﻡ ﻡ " ی‬$"  ‫ ل رل ا‬: ‫  ل‬ . ‫*)ﻥ ویف ف آ&ﻥ‬ ‫ و ل‬. ‫ي‬1‫ﻡ‬2"‫ روا أ داود و ا‬-.* /‫}  ی‬ 4 ‫ أ داود‬5‫ روای‬6 ‫ و‬-.* /‫  ی‬1‫ﻡ‬2"‫ا‬ {‫آ&ﻥ‬ Artinya : "Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya semoga Alloh meridhoi mereka semua, berkata : Bersabda Rosululloh  . "Bukanlah termasuk

golongan kami siapa yang tidak mengasihi anak-anak (kami) dan tidak mengetahui kedudukan orang yang mulia (dari kami)," dalam riwayat Abu Dawud (Hak orang mulia (dari kami)." Hadist ini shohih diriwayatkan oleh Al Bukhori di dalam (٣٥٤ : ‫ ) ادب ا د‬Abu Dawud : 4943, At Tirmidzi : 1920, Imam Ahmad Juz 2 no:185 dan 207. Makna Hadist : -‫ ﻡ‬$" : berkata Imam Tirmidzi : berkata sebagian dari kalangan ahlul ilmi bahwa makna perkataan nabi (‫ ﻡ‬$") "Bukan dari golongan kami" bukanlah sunnah kami, bukan adab kami. Dan berkata Ali Al-Madini (Gurunya Imam Al Bukhori) berkata Yahya bin Said : bahwa Shufyan Ats-Tsauri mengingkari penafsiran di atas (bukan sunnah dan adab kami pen.) tetapi beliau menafsirkan : Bukan termasuk umat kami (Islam). Kemudian Syaikh Salim bin Ied Al Hilali (salah seorang murid Syaikh Al Albani) menambahkan bahwa : Barang siapa yang menghalalkan (menganggap boleh) kemaksiatan ini (yaitu tidak menyayangi anak-anak dan menghormati orang yang mempunyai kedudukkan.penj), maka dia bukan termasuk umat Islam (keluar dari islam), tetapi barang siapa yang melakukannya tanpa meyakini bolehnya perbuatan itu, maka dia keluar dari adab-adab Islam. ‫ و ا أ‬. Fiqh Hadits : 1. Dianjurkan/disunnahkan untuk menyayangi dan berlemah lembut terhadap anak-anak, serta berbuat baik kepada mereka. 2. Dianjurkan dan disunnahkan agar menghormati dan memuliakan orang yang lebih besar dan memiliki keutamaan. 3. Masyarakat muslim, bagaikan bangunan yang tersusun, anak-anak kecil di sayangi, yang besar dihormati, karena 3 semua memiliki bagian serta peran demi

Bahkan diantara mereka berpendapat bahwa air musta'mal adalah najis sebagaimana dinukil dari Abu Hanifah dan Abu Yusuf ( shohabat beliau ). Pendapat kedua menganggap bahwa air musta'mal tetap suci dan mensucikan sehingga tetap sah dipakai untuk bersuci baik berwudhu maupun mandi dan ini adalah pendapat Jumhur Ulama' diantaranya FIQH dinisbatkan kepada : Atho', Ma'khul, dinukil juga dari Hasan Al Bashri , Az Zuhri, An Pengantar Dalam rubrik fiqh kali ini, akan kami Nakho'i Imam Asyafi'i dan Abu Hanifah dan sampaikan dalam bentuk tanya-jawab, kami dari Imam Malik hanya saja dalam satu harapkan akan lebih mendapat perhatian dan riwayat beliau memandang makhruhnya berwudhu dengan air musta'mal. lebih menambah pemahaman kita. Adapun dalil-dalil yang dipakai oleh Soal : Bagaimana hukum air yang sudah terpakai pendapat pertama diantaranya adalah sebagai untuk berwudhu/mandi atau air yang sudah berikut : bercampur dengan sisa air wudhu atau 1. Hadits yang diriwayatkan dari Al Hakam mandi, bolehkah air itu kita pakai untuk bin Amr Al Aqro' berkata &"‫ر ا"أة  أن ا‬: ;<= ; "‫> ا‬2‫) ﻥ@ أن ی‬ bersuci? dan sahkah wudhu atau mandi kita? ( Jawab : Pertanyaan ini adalah termasuk pertanyaan bahwa Nabi  melarang laki-laki untuk yang cukup pelik di masyarakat kita, dan berwudhu dari sisa air bersuci orang wanita. memang telah menjadi perselisihan di HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu kalangan salaf (ulama-ulama terdahulu dari Majah, Ahmad dan Al Baihaqi, dan hadits kalangan shohabat dan tabi'in). Masalah ini ini shohih, dan dalam lafadz yang lain dari lebih dikenal dengan istilah Air Musta'mal Abu Dawud dan Nasa'i (tanpa menyebut dan untuk menjawabnya kita akan melihat nama shohabat ) : perbedaan pendapat yang ada, dengan dalil- ; "‫; ا"أة =<; ا" ; أو ا‬A2)‫) ﻥ@ رل ا أن ﺕ‬ (  62)"‫=<; ا"أة و‬ dalil yang mereka pakai, serta tarjih (pendapat yang paling benar) dari kalangan " (Rosululloh melarang wanita mandi dari sisa laki-laki dan laki-laki (suami) mandi mereka. Adapun air musta'mal adalah air yang dari sisa wanita (istri) tapi hendaknya jatuh dari anggota badan orang yang bersuci keduanya saling menciduk bersama-sama) (berwudhu/mandi) atau air bekas berwudhu 2. Hadis Abu Huroiroh marfu' atau mandi. C‫> ﻡ ل آ‬2‫ ی‬D E‫ ا"ء ا" ا‬6 ‫ ی&" أ آ‬G) (G‫و" ﺕو‬2‫ ل " ی‬,‫ی=; ی أ هیة‬ Sedang perbedaan ulama serta dalil yang " Janganlah seorang diantara kalian kencing sampaikan adalah sebagai berikut : Pendapat pertama menganggap bahwa air di air yang tidak mengalir kemudian (HR. Abdurozak, ini tidak bisa dipakai bersuci walaupun berwudhu darinya." airnya tetap suci, diantara ulama yang Ahmad, Ibnu Abi Saibah dan Tirmidzi dan berpendapat seperti ini adalah : Al Laits, Al beliau berkata hadits hasan sohih, dan Ibnu Auza'i, dan yang masyhur dari pendapat Abu Hiban dalam satu lafadz : ( ‫ و ه‬E‫ ا"ء ا" ا‬6 ‫; أ آ‬A2)‫ ی‬G ) Hanifah, dan satu riwayat dari Imam Malik juga dzahir dari Madzhab Imam Al Asy- 4 " Janganlah seorang diantara kalian mandi Syafi'i dan Imam Ahmad dalam satu riwayat. dalam keadaan junub dalam air yang tidak kesempurnaan bangunan Islam yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad . 4. Seharusnya kita mengetahui kedudukan serta hak para ulama, karena dalam riwayat Imam Ahmad ada tambahan (( ‫"( )) ویف‬dan mengetahui orang yang berilmu dari kami.") ‫ و ا أ‬.

mengalir." (HR Muslim, Nasai dan Ibnu Hibban) 3. Air musta'mal pasti membawa sebagian keringat atau yang lain dari yang berwudhu atau mandi maka ini termasuk air yang sudah tercampur. 4. Dalam sebuah hadits (hadits Amr bin Ash dalam riwayat Muslim dan Ahmad), bahwa dosa dan kesalahan akan keluar bersamaan dengan tetesan air wudhu yang menjadikannya tidak bisa untuk bersuci lagi. 5. Air musta'mal adalah seperti batu yang dipakai atau melempar jumrah yang tidak bisa dipakai melempar jumrah lagi. 6. Bahwa sholat mereka menyempurnakan bersuci dengan tayamum ketika sedikitnya air bukan dengan air yang jatuh atau bekas wudhu. 7. Hadits Abu Huroiroh secara marfu' KL ‫; ی ی &; أن ی‬A2)K6 ‫ أ آ ﻡ ﻥﻡ‬MN2‫) إذا ا‬ (  ‫ ی‬Q‫ ی ري أی ﺕ‬G ‫ن أ آ‬R6 DSD ‫ﻥء‬T‫ ا‬6 " Dan apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tidur hendaklah dia mencuci tangannya tiga kali sebelum dia memasukkannya ke dalam tempat mandi karena sesungguhnya kalian tidak tahu di mana tangannya bermalam (ketika tidur)." (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Imam Malik) Adapun dalil-dalil yang dipakai oleh pendapat kedua, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hadits Ibnu Abbas  beliau berkata bahwa Maimunah binti Harits istri Nabi  mandi dalam sebuah bak, kemudian datanglah Nabi  untuk berwudhu atau mandi dari air tersebut, maku dia (istri beliau) berkata : " Ya Rosulullah sesungguhnya saya tadi junub," maka Nabi bersabda ( !"‫ ) إن اء  ی‬sesungguhnya air itu tidak berjunub. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Nasa'i, Daruquthni, Al Hakim). Hadits ini dishohihkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hisyam dan Hakim serta disepakati oleh Adz Dzahabi. Dalam lafadz Muslim

( &"‫  أن ا‬5‫; =<; ﻡ‬A2)‫) آن ی‬ " Bahwa Nabi  pernah mandi dari sisa air Maimunah. " (HR. Muslim dan Ahmad) Hadits Ummu Hani' ‫ ﻡ إﻥء‬5‫; وﻡ‬A2V‫ ا‬K‫ و‬K ‫ ا‬K* &"‫) أن ا‬ ( W"‫ ا‬D‫ أ‬6 5X 6 ‫وا‬ " Bahwa Nabi  mandi bersama Maimunah dari satu bak yang ada di dalamnya ada tanda bekas adanan roti " (HR. Nasa'i dan Ibnu Majah dan haditsnya hasan) 2. Hadits Abdullah bin Zaid bin Ashim ketika ditanya tentang wudhu Nabi maka perowi berkata  ‫> " وء رل ا‬26 ‫ر ﻡ ﻡء‬2  6 6  ‫; ی‬L‫ أد‬D DSD ‫; ی ی‬A)6 ‫ر‬2"‫ ی ی ﻡ ا‬K =‫>آ‬6 ‫ر‬2"‫ ا‬6 DSD DSD Y2‫ وا‬4Z2‫<[ وا‬6 ‫ر‬2"‫ا‬

N6‫ ﻡﺕ إ" ﻡ‬KA)6  ‫; ی‬L‫ أد‬D DSD  ‫; و‬A)6 ‫>&;  وأد ﻡة‬6 ‫  رأ‬-A6 ‫; ی ی‬L‫ أد‬D

K ‫; ر‬AV D ‫وا ة‬ "……Maka beliau (Abdullah bin Zaid) meminta satu ciduk air dalam bejana kecil maka beliau menyiramkan air tersebut pada kedua tangannya dan mencucinya tiga kali, lalu memasukkan tangannya ke dalam bejana, kemudian beliau berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali, dengan tidak dicidukkan. Lalu memasukkan tangan ke dalam bejana membasuh wajahnya tiga kali, lalu memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu membasuh kedua tangan sampai ke sikunya, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam bejana, lalu mengusap dengan kedua tangannya sampai ke belakang dan membalikkannya ke depan satu kali, lalu membasuh kakinya. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Imam Malik.) 3. Hadits Ar Rubayyi binti Muawidz (  ‫ ی‬6 ‫<; ﻡء آن‬6 ‫ رأ ﻡ‬$‫) أن ا"& ﻡ‬ " Bahwa Nabi  mengusap kepalanya dengan sisa air yang ada di tangan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dan beliau berkata hadits hasan) 5 4. Hadits 3 yang menunjukkan kesucian air bekas wudhu, diantaranya : a. Hadits Abu Juhaifah beliau berkata.

"Telah keluar kepada kami Rosululloh pada ahli ushul : "Bahwa apabila ada larangan waktu dhuha lalu ditanya air wudhu kemudian dilakukan atau ada perbuatan persetujuan(diamnya terhadap kepadanya lalu berwudhu, maka orang-orang atau mengambil bekas wudhunya dan perbuatan), maka larangan ini tidak sampai mengusapkannya ke badan mereka. (HR haram." - Dalil pertama dan kedua yang dipakai Bukhori) 2. Hadits Urwah dari Miswar dll. Dan oleh pendapat pertama untuk menyatakan, masing-masing dari keduanya membenarkan bahwa larangan tersebut disebutkan karena air yang diam menjadi air musta'mal, maka yang lain 3.Jika Nabi  bermalam para sahabat saling hal ini tidak bisa diterima karena alasan pelarangan seandainya karena musta'mal, berebutan hampir bertengkar 4. Air Musta'mal adalah merupakan air yang maka tidak terbatas pada laki-laki dari bekas atau sebaliknya, tetapi tidak terpengaruh kesucian dan perempuan pensuciannya sebagaimana hadits yang seharusnya mutlak baik dari laki-laki disepakati kedhoifannya, namun para ulama' ataupun perempuan. Demikian juga larangan sepakat tentang kandungan maknanya dari terhadap air yang tidak mengalir, tidak ada hadits Abu Umayah Al Bahily secara marfu'. dalil bahwa alasan larangan adalah karena "Sesungguhnya air tidak ternajisi apapun diamnya air tersebut atau tidak mengalir, kecuali yang mendominasi baunya, rasanya, sehingga orang lain menjadi jijik untuk memakainya. Demikian juga dalil ke-tiga warnanya. (HR. Ibnu Majah) dan ke-empat tidak bisa dipakai sebagai Dalam lafadz Baihaqi "Air itu suci dan mensucikan kecuali jika hujjah untuk mengeluarkan air dari sifat berubah baunya atau rasanya atau warnanya mensucikan. Adapun dalil ke-lima (qiyas yang disebabkan masuknya sesuatu yang terhadap batu yang dipakai untuk melempar jumroh ) ini adalah qiyas yang salah. najis ke dalamnya. - Adapun dalil yang ke-enam maka ini 5. Hadits Ibnu Umar ‫ زﻡن رل ا‬6 ‫>ون‬2‫ء ی‬A"‫ ) آن ا" ل وا‬perlu bukti, dan untuk hal ini memang tidak ( bisa didatangkan siapa salaf yang dimaksud "Laki-laki dan perempuan mereka berwudhu adapun seandainya ada sebagian salaf yang melakukan maka tidak bisa dijadikan hujjah. pada jaman Rosululloh bersama-sama." Adapun dalil yang ke-tujuh inipun tidak bisa Pembahasan dan tarjih - Pendapat pertama menganggap bahwa dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa air dalil pertama yang dipakai oleh pendapat menjadi musta'mal dan tidak sah untuk kedua adalah kekhususan untuk Nabi . dipakai berwudhu dan dalil-dalil ini Namun klaim semacam ini tidak bisa terbantah dengan dalil-dalil yang dipakai diterima karena hal ini membutuhkan dalil, oleh pendapat kedua. karena pada asalnya perbuatan Nabi  juga - Dalil yang dipakai oleh pendapat ke dua syariat bagi umatnya sedangkan bahwa Nabi  memasukkan tangannya ke pengkhususan suatu perbuatan itu khusus dalam bejana setelah membasuh anggota untuk Nabi  membutuhkan dalil tersendiri, wudhu untuk mengambil air yang lain yang tentunya ada air sisa atau bekas yang masuk dan dalam permasalahan ini tidak dijumpai. - Pendapat kedua menjawab, bahwa dalil ke dalam bejana, demikian juga dalil ke-tiga. yang dipakai oleh madzab pertama Adapun dalil ke-empat dan kelima hukumnya tidak sampai haram tetapi makruh 6 menunjukkan kesucian air bekas wudhu saja karena adanya hadits Maimunah yang karena seandainya najis maka sangat jauh menunjukkan bahwa Nabi  kemungkinannya para sahabat berwudhu melakukannya.Dan sudah ma'ruf dikalangan dengan air yang najis.

7

TARJIH - Dari pembahasan yang ada, maka jelas bagi kita bahwa pendapat yang kedua lebih dekat kepada kebenaran dan lebih kuat hujjahnya dari pada yang pertama sehingga kesimpulannya, bahwa air musta'mal itu tetap suci dan mensucikan sehingga tetap sah untuk dipakai bersuci baik berwudhu maupun untuk mandi. Dan hal ini dirojihkan oleh Syaikh Al Utsaimin, Syaikh Muqbil dan sebelumnya Ibnu Abdill Baar dan Ibnu Hazm, Ibnu Mundzir dan dinukil dari sahabat Ibnu Umar, Ali Bin Abi Tholib dan Abu Umamah.

DARI KAMI

diadakan pengajian di sana. Masyarakat di sana masih sangat membutuhkan uluran tangan kita terutama dari segi keagamaan. Bahkan menurut penuturan seorang guru ngaji di sana, sebagian penduduknya masih sangat awam terhadap agama Islam. Bahkan banyak yang sampai tua/dewasa belum bisa melaksanakan sholat. Nah…. Itulah sebagai salah satu tugas kita dalam berdakwah. Kemudian 2 ekor kami kirimkan ke daerah Singgahan (perempatan Garuda Pelem ke utara + 3 km.), di sana saat ini sedang kami bangun sebuah masjid dan kantor sekretariat yayasan serta 2 unit rumah bagi ustadz dan imam masjid. Sisanya kami bagikan kepada santri dan pengasuh di pesantren. Selain kegiatan di atas, kami juga mengadakan kegiatan khusus untuk santri dan ustadz. Kami mengadakan acara RIHLAH BERSAMA ke daerah lereng gunung Kelud. Tepatnya di desa SidodadiBesowo-Kepung, dan PLTA Mendalan. Sambil menikmati keindahan alam hutan dan pegunungan serta mengagumi keagungan Alloh atas segala ciptaanNya, juga diadakan berbagai macam perlombaan yang menarik dengan tidak meninggalkan nilai-nilai pendidikan bagi para santri. Dengan kegiatan ini diharapkan para santri mampu membina kerjasama dan kekompakan diantara mereka. Selain melelahkan, kegiatan ini juga sangat menyenangkan sehingga kelelahan tersebut seakan tidak terasa. Bulan Dzulhijah yang penuh rahmat dan nikmat dari Alloh Ta'ala. '(‫ ا و*آ‬+,‫ ور‬. ‫م‬01‫وا‬

'(‫ ا و*آ‬+,‫ ور‬. ‫م‬01‫ا‬ Sidang Pembaca yang dirahmati Alloh Ta'ala Setelah sekian lama buletin kita Al-Uswah tidak terbit, kami suguhkan rubrik baru yaitu "Dari Kami". Rubrik ini secara rutin, Insya Alloh akan memuat informasi-informasi maupun kegiatan-kegiatan yang kami adakan selama sebulan. Dalam edisi ini kami liput sekilas kegiatan kami selama bulan Dzulhijah 1423 H. 2‫ا اآ‬.... 2‫ ا' ا ا ا اآ‬....2‫ا اآ‬.....2‫ا اآ‬ ...34‫و ا‬ Alhamdulillah ……,Qurban tahun ini benarbenar lain dari tahun kemarin. Kami bersyukur kepada Alloh Ta'ala atas limpahan nikmat dan karuniaNya. Sekitar 7 orang wali santri, bapak/ibu asuh dari anak yatim dan donatur bergabung untuk membeli seekor sapi qurban, serta 4 lainnya berkurban kambing. Kami membuka kotak infaq bagi Selain itu, donatur yang ada di luar negeri, masyarakat yang ingin Alhamdulillah, tanpa kami minta beliaumenginfakkan hartanya beliau mengirim dana kepada kami untuk di jalan Allah. pembelian hewan qurban (sebanyak 23 ekor kambing). Dari hewan qurban tersebut 10 MENGAJARI BALITA 7 ekor kambing kami bagikan kepada MEMBACA masyarakat sekitar pesantren Al-Atsary, 2 ekor kami kirim ke desa binaan kami, yaitu Anak usia TK sekarang sudah banyak yang desa Karangnongko-Puncu, sekaligus bisa membaca dan itu tidak mengherankan.

Tetapi balita dapat membaca! masih amat jarang kita jumpai di masyarakat kita. Padahal sebenarnya caranya mudah sekali, asal kita telaten melatih bayi kita. Cara berikut dapat anda coba. Insya Alloh bila anda lakukan sesuai petunjuk, maka buah hati anda akan bisa membaca ketika usia 3 – 4 tahun. Betapa senangnya melihat si kecil sudah bisa membaca. 1. Sejak bayi anda masih dalam kandungan sering-seringlah membacakan buku di dekat perut si ibu dengan suara agak keras dan anda betul-betul berniat mengajarinya. 2. Setelah si kecil lahir anda harus lebih sering membacakan buku di dekat telinga sang bayi. 3. Ketika si kecil berusia + 3 - 4 bulan (ketika indera penglihatannya mulai berfungsi), anda bisa mulai menggunakan alat peraga. Kertas karton putih berukuran 60 cm x 15 cm atau

sesuai dengan keinginan kita. Tulis dengan spidol besar tinta merah kosakata yang sering anda ucapkan kepada si kecil, seperti Alloh, ibu, bapak, dll. 4. Minimal 5 kali sehari perlihatkan alat peraga anda kepada si kecil sambil anda baca dengan suara agak keras dan nada gembira. Jangan terlalu lama, 3 – 4 detik saja, dibacakan tiga kali saja. Jangan lupa akhiri dengan ciuman dan pelukan serta pujian pada si kecil. 5. Ketika si kecil berumur 8 bulan anda bisa mulai memakai papan tulis. Tulislah ba bi bu be bo, ca ci cu ce co dst, dengan ukuran tinggi huruf 7 cm. Pilih saat-saat yang menyenangkan. Gendong si kecil sejajar dengan papan tulis, ajak dia membaca tulisan di papan. Jangan sampai anak terlihat bosan, dan selalu akhiri dengan sesuatu yang menyenangkan. Bersambung … 

LAPORAN KEUANGAN LAJNAH BAITUL MAAL No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Nama

Dr. A. Chafidz, DSA Dr. Imam Muhadi Dr. Iqbal Hilmi Dr. Kasdi Supadmo Ir. Tontowi Ismail Bp. Geiz Bawazir Bp. Obet Isma'il Bp. Ahmad Tono R. Bp. Chusnul Jaqien Bp. Tamami H. Akhir

Maret

No

130.000 130.000 130.000 100.000 130.000 390.000 25.000 130.000 260.000 20.000 20.000

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Nama

Maret

H. Sukemi Ibu Fatmi Ibu Rohimah Ibu Sri Sayekti

100.000 20.000 20.000 200.000

Bp. Haedar Ibu Lilik, Toko Sumeh Bp. Markum Bp. Kasman Bp. Pudiono Ibu Lilik

10.000 50.000 20.000 120.000 25.000 130.000

Buletin Al Uswah diterbitkan oleh Lajnah Dakwah Yayasan Ath Thoifah Al Manshuroh Penanggung jawab : Abu Yusuf (Ketua Yayasan) Pimpinan Redaksi : Abu Abdillah (Ketua Lajnah) Staf : Abu Zaky, Abu Ubaid. Editor : Abu Miftah. Pemasaran : Abu Abdillah, Abu Mudafi'. Sekretariat : Jl. Raya Pare Papar Km 5 Tegowangi, Plemahan, Kediri (0354) 394947. Rek. BCA No : 140 032 1333 a/n Sugiharto E-mail : [email protected]  Po Box 182 Pare 64201 12

Jumlah

2.160.000

SIMAK EDISI KALI INI   

Hadits (Akhlaq) Fiqh (Air Musta'mal) Dari Kami  Tips bulan ini

Related Documents