Buaya Dan Burung Pipit.docx

  • Uploaded by: Asriani Azis
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buaya Dan Burung Pipit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 479
  • Pages: 2
Buaya dan Burung Pipit

Pada suatu hari di rawa yang sangat indah. Di rawa yang indah itu hiduplah seekor buaya yang baik hati. Hari-harinya dia isi dengan kegiatan yang dapat membantu hewan lain. Kadangkadang untuk mengisi waktu luangnya dia berenang untuk melihat keadaan rawa itu. Pada suatu hari saat buaya itu sedang berjemur di tepi rawa, terdengar suara minta tolong. “Tolong..tolong aku tenggelam…!” Buaya mencoba mencari-cari arah suara itu. Rupanya suara itu datang dari tengah danau yang dalam. Ia segera berenang menuju suara itu. “Tolong….tolong….!” teriak Burung Kakatua itu. “Tunggulah sebentar wahai Burung Kakatua, kau akan segera kutolong.” Kata Buaya. Ia segera berenang ke tengah rawa. Ia segera menyelam ke dalam rawa yang sangat dalam. Lalu dia dorong Burung Kakatua ke permukaan dengan mulutnya yang panjang. “Nah, berpeganglah kuat-kuat pada moncongku. Engkau akan kubawa ke darat,” kata Buaya itu lagi. Tanpa berfikir panjang Burung Kakatua itu pun berpegang pada moncong Buaya. “Terima kasih atas kebaikanmu, Buaya. Engkau telah menyelamatkan nyawaku,” katanya. “Jangan berkata demikian, itu hanya suatu perbuatan yang tidak berarti.” “Tapi mengapa kamu tidak memakanku buaya?” Tanya Burung. “Tidak Aku tidak ingin memakan hewan yang sedang mengalami penderitaan, tapi mengapa kamu bisa jatuh ke dalam rawa ini?” Tanya Buaya. “Tadi saat terbang aku tidak melihat kalau ada pohon di depanku, jadi aku tidak sengaja menabrak pohon itu lalu aku terpental masuk ke dalam rawa ini.” Burung menjelaskan. “Lain kali kalau terbang lihat lihat ya burung!” Nasihat Buaya. “Ya Buaya, betapa pun aku tak bisa melupakan jasamu, Buaya.” kata Burung Kakatua. “Bersyukurlah kepada tuhan dan hati-hatilah. Jangan sampai kau menabrak pohon lagi kemudian terjatuh lagi ke dalam air. Selamat tinggal!” ujar Buaya. “Selamat jalan. Satu saat aku berharap dapat membalas budimu Buaya.” Mereka pun berpisah. Burung Kakatua terbang lagi mengelilingi hutang belantara dan sang Buaya berenang di dalam rawa yang indah itu. Tak berapa lama kemudian, ketika sang Burung sedang mencari makan di pohon, ia melihat ada seorang pemburu buaya dibawah pohon itu. Pemburu itu membawa sepucuk senapan dan alat untuk menangkap buaya yang telah siap untuk digunakan. “Ia pasti akan menangkap buaya,” pikir sang burung, ”mungkin sahabatku yang akan dibunuhnya.” Ia melihat ke rawa. Benar saja, di rawa tampak buaya, sahabatnya, sedang

berjemur. Akan berteriak tak mungkin, pasti pemburu mendengarnya. Apa akal? Burung Kakatua mencoba mencari akal. Sementara itu, si pemburu sudah siap menuju rawa dengan perahu cepatnya. Bidikannya tepat ke arah buaya. Peluru pasti tidak akan meleset lagi. Tiba-tiba sang burung terbang dengan cepat menuju buaya. Lalu ia memberitahu buaya. ”Awas buaya ! hati-hati disana ada pemburu yang sedang memburu mu. Cepat lah buaya berenang dengan cepat!” “Karena terkejut buaya langsung berenang dengan sangat cepat mebuat pemburu tidak melihatnya.” Buaya itu berenang sambil mengucapkan terimakasih pada burung. Burung kakatua itu sangat bangga dalam hati Ia berkata “Aku telah membalas budi baik sahabatku.” Keluhnya dalam hati.

NAMA

: MUHAMMAD NUR SAIFULLAH

NO.URUT

: 20

KELAS

: VIII A

Related Documents


More Documents from "Aezelly"