Burung Dan Pengendaliannyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.docx

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Burung Dan Pengendaliannyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,255
  • Pages: 19
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN BURUNG DAN PENGENDALIANNYA

Oleh Kelompok 5 1. Chairunnisya Hersani

05011381722142

2. Dea Larosa Sihombing

05011381722130

3. Yolanda Apriali

05011381722144

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2018

1.

PENGERTIAN AVES (BURUNG) Aves (burung) ialah suatu kelompok hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang

unik, karena pada sebagian besar aves adalah binatang yang beradaptasi dengan kehidupan yang secara sempurna. Aves ialah hewan berdarah panas sama saja seperti mamalia, aves ini berkembang biak dengan ovipar (bertelur). Burung disebut hama padi karena mencuri dan memakan padi di sawah. Beberapa jenis burung yang biasanya menyerang areal tanaman padi adalah burung pipit, burung peking dan burung bondol. Hama burung biasanya mulai menyerang areal pertanaman pada saat bulir padi mulai menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Saat ini burung yang paling sering menyerang tanaman padi adalah adalah burung pipit. Burung tidak pernah merugikan secara besar-besaran, tetapi sebagian ada yang merusak tanaman padi dan lainya. Burung merusak tanaman padi dengan cara memakan biji padi, menghisap isi biji padi saat masih muda, dan merobohkan batang padi karena di hinggapi (Nur Tjahjadi 2005: 27) Petani sering mengalami masalah dalam proses tanam manupun panen pada tanaman padi, diantaranya masalah hama burung yang selalu merusak tanaman padi yaitu dengan memakan tanman padi petani di waktu musim panen. (Mardjuki dalam Waluyo, 2015). Adapun jenis-jenis burung yang merugikan: 

Pipit Peking(Lonchura punctula Linnaeus). Burung ini sering ditemui di daerah persawahan terutama pada saat panen padi.(Cristanti & Arisoesilaningsih, 2013)

Sumber : Pasar Burung 16 Ilir (Foto Asli)



Burung Gereja (Passer montanus, malaccenis).

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Burung_gereja Burung gereja adalah burung pemakan segalanya, namun dia lebih menyukai pakan berupa biji-bijian.Berukuran sedang (14cm), berwarna coklat.Mahkota berwarna coklat berangan, dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata hitam, tubuh bagian bawah kuning tua keabu-abuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Burung muda : berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas. Iris coklat, paruh abu-abu, kaki coklat.Suara cicitan ramai dan nada-nada ocehan cepat.Kebiasaan burung ini berasosiasi dekat dengan manusia, hidup berkelompok di sekitar rumah, gudang, dan lainlain. Mencari makan di tanah, dan lahan pertanian, mematuki biji-biji kecil atau beras (Yuhanna, Ardhi, & Prabowo, 2014) 

Burung Kutilang(Pycnonotus aurigaster)

Sumber: http://hargaburung.id/harga-burung-kutilang/#z

Burung kutilang kepodang makan buah-buahan seperti pisang, mangga, dan buah lain yang terlambat dipanen.Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) tampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga.Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam (Firdaus, Setiawan, & Rustiati, 2014) 

Burung manyar (Ploceus oryzivora) juga merusak tanaman padi, burung emprit (Munia leucogastroides) terkenal sebagai

burung padi karena jika musim panen padi

berpindah-pindah dari areal yang satu ke areal yang lain.

Sumber : http://memelihara.com/harga-burung-manyar.html 2.

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI BURUNG PIPIT

Adapun klasifikasi pada burung pipit secara umum, yaitu sebagai berikut : Kingdom: Animalia Phylum: Chordata Class: Aves Order: Passeriformes Family: Estrildidae Genus: Lonchura Species: Lonchura punctulata Asal: India, Cina, Asia Tenggara, Afrika Harapan hidup: 6-8 tahun

Burung pipit adalah burung kecil berparuh pendek pemakan biji-bijian. Nama latin burung pipit adalah Lonchura punctulata. Sekilas nampak kemiripan fisik antara burung pipit dengan burung gereja/house sparrow, karena burung gereja (Passer domesticus) dan burung pipit tergabung dalam satu ordo yang sama: Passeriformes, meskipun berbeda family. Nama lain burung pipit di Indonesia adalah Emprit atau Bondol. Sedangkan di luar negeri, burung pipit dikenal dengan nama Munia (spesies burung pipit dari Asia), Mannikin (spesies burung pipit dari Afrika) atau Silverbills. Burung pipit memiliki ukuran tubuh yang kecil, yaitu sekitar 8-12 cm, sedangkan beratnya 8-14 gram. Burung pipit merupakan burung yang memiliki paruh pendek, yang dikategorikan pemakan biji-bijian. Burung pipit berkembangbiak secara ovipar atau bertelur, tiap bertelur berkisar 4-8 butir (Sobar, 2016). Burung dengan harapan hidup 6 sampai 8 tahun ini, memiliki sebutan lain di Indonesia yaitu “emprit” atau “bondol”, sedangkan di luar negeri dikenal dengan nama “munia” (Asia) dan “mannikin” (Afrika). Burung pipit biasanya hidup berkelompok, dengan berbagai macam spesies yang berbeda dan akan membuat sarang di pohon-pohon tinggi (Arisandi, 2012) perbedaan jantan dan betina adalah sebegai berikut : a.Jantan Terdapar perbedaan burung pipit Bondol yang jantan dan betina, untuk ciri-ciri pipit jantan yaitu: 1. Memiliki postur tubuh besar Burung pipit dengan jenis bondol haji yang berjenis kelamin jantan akan memiliki postur tubuh yang relatif besar, melebihi betina pada umumnya. Apabila anda merasa burung pipit bondol haji anda memiliki ukuran tubuh lumayan besar, bisa jadi dia dalah burung pipit bondol haji yang berjenis kelamin jantan. Hal ini layaknya manusia atau pejantan pada umumnya, yang memiliki postur tubuh lebih besar dibandingkan dengan perempuan karena memiliki susunan tubuh dan hormon-hormon yang berbeda. 2. Warna bulu coklat gelap Burung pipit bondol haji jantan dan betina sama-sama memiliki warna cokelat pada bulunya. Namun demikian, yang membedakan burung pipit bondol haji jantan dan betina adalah tingkat kegelapan warna bulunya. Burung pipit bondol haji jantan cenderung memiliki warna bulu yang lebih gelap, bila anda membandingkannya dengan burung pipit bondol haji betina yang memiliki bulu cokelat terang atau cokelat muda. 3. Memiliki warna bulu putih di kepala lebih tegas

Burung pipit bondol haji jantan dan betina sama-sama memiliki warna putih pada bulu yang ada di kepalanya. Namun demikian, yang membedakan burung pipit bondol haji jantan dan betina adalah, burung pipit bondol haji jantan cenderung memiliki warna putih di kepala yang lebih jelas terlihat, bila anda membandingkannya dengan burung pipit bondol haji betina. 4. Bila berdiri terlihat tegak Perbedaan terakhir antara burung pipit bondol haji jantan dengan si betina adalah pada postur tubuhnya saat mereka sedang berdiri. Burung bondol haji jantan akan terlihat lebih tegak dan tegap apabila dibandingkan dengan burung bondol haji betina saat sedang berdiri. b. Betina Setelah informasi tentang ciri-ciri burung pipit Bondol Haji jantan, berikut ini ciri-ciri burung pipit Bondol Haji betina yang mudah dikenali, antara lain: 1. Memiliki postur tubuh kecil Burung pipit dengan jenis bondol haji yang berjenis kelamin betina akan memiliki postur tubuh yang relatif kecil, melebihi jantan pada umumnya. Apabila anda merasa burung pipit bondol haji anda memiliki ukuran tubuh lumayan kecil, apalagi bila anda membandingkannya dengan burung pipit bondol haji jantan, bisa jadi dia dalah burung pipit bondol haji yang berjenis kelamin betina. Hal ini layaknya perempuan atau betina pada umumnya, yang memiliki postur tubuh lebih kecil bila kita bandingkan dengan perempuan karena memiliki susunan tubuh dan hormon-hormon yang berbeda. 2. Warna bulu cokelat lebih lebih pudar dan kusam Burung pipit bondol haji jantan dan betina sama-sama memiliki warna cokelat pada bulunya. Namun demikian, yang membedakan burung pipit bondol haji jantan dan betina adalah, burung pipit bondol haji betina cenderung memiliki warna bulu yang lebih pudar dan kusam, bila anda membandingkannya dengan burung pipit bondol haji jantan. 3. Warna bulu putih di bagian kepala lebih pudar dan kusamads Burung pipit bondol haji jantan dan betina sama-sama memiliki warna putih pada bulu yang ada di kepalanya. Namun demikian, yang membedakan burung pipit bondol haji jantan dan betina adalah, burung pipit bondol haji betina cenderung memiliki warna putih di kepala yang lebih pudar dan kusam, bila anda membandingkannya dengan burung pipit bondol haji jantan. 4. Bila berdiri terlihat agak membungkuk

Perbedaan terakhir antara burung pipit bondol haji jantan dengan si betina adalah pada postur tubuhnya saat mereka sedang berdiri. Burung bondol haji betina akan terlihat lebih membungkuk apabila dibandingkan dengan burung bondol haji jantan yang tegak dan tegap saat mereka sedang berdiri.

Sumber : https://cara-memelihara.blogspot.com/2015/06/membedakan-jantan-dan-betinastrawberry.html 3.

JENIS JENIS BURUNG PIPIT a. Bandol Peking (Lonchura Maja) Burung pipit atau bondol haji dalam bahasa barat disebut sebagai white headed munia. Dinamakan pipit haji karena kombinasi warna pada bagian kepalanya berwarna putih, kebetulan orang yang pulang dari melaksanakan ibadah haji mereka selalu memakai peci putih sehingga keluarlah nama emprit kaji. Burung pipit haji dalam bahasa latin dinamakan lonchura majapenyebarannya meliputi Semenanjung Malaya, Bali, Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau disekitarnya. Ciri-ciri : Ketika masih muda burung ini berwarna cokelat pada tubuh bagian atas, sedangkan bagian bawah kuning tua. Emprit haji memiliki iris mata yang berwarna cokelat, bagian paruh abu-abu , kaki biru pucat. Burung ini bertelur 4 – 6 butir saja.

Sumber : Pasar Burung 16 Ilir (Foto Asli) b. Bandol Peking (Lonchura Punctulata)

Sumber : https://alihamdan.id/gambar-burung-pipit-2/ Burung bandol peking atau dalam bahasa latin disebut lonchura punctulata. Ketika melihat burung ini teringatlah masa kecil saya, pada tahun 19-an, peking sangat banyak terlihat baik di persawahan ataupun pekarangan bahkan terkadang sering terlihat berloncatan di depan halaman rumah.

Secara umum, bondol juga dikenal sebagai burung pipit. Dalam bahasa Inggris, burung ini dikenal dengan sebutan munia/minia, mannikin(dari bahasa Belanda mannekijn yang berarti orang kecil), atau silverbills, merujuk pada paruhnya yang berwarna timah atau keperakan. Ciri-ciri Emprit Peking : panjang sekitar 10 – 12 cm, pada bagian bulu atas berwarna cokelat sedangkan bagian bawah bercorak bintik-bintik berkilau yang terlihat indah. Corak tersebut bisa terlihat ketika usianya sudah dewasa, sedangkan ketika masih anak-anak atau cindil dalam istilah bahasa Jawa ia berwarna cokelat kekuningan, paruh dan sekelilingnya berwarna hitam. c. Bondol Cokelat (Lonchura Atricapilla)

Sumber : https://alihamdan.id/gambar-burung-pipit-2/ Burung yang satu ini mempunyai beberapa nama dan sebutan di antaranya, burung pipit cokelat, bandol cokelat, dalam bahasa latin disebut lonchura atricapilla, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai chestnut munia atau black-headed munia. Ciri-ciri Bandol Cokelat : ukurannya kecil, dari paruh hingga ekor panjangnya sekitar 11 cm, dengan warna cokelat dan kepala berwarna hitam. Iris mata merah, paruh abu-abu, dan pada kaki kebiru-biruan. Ketika usia muda bulunya berwarna cokelat kotor, ras-ras tertentu mempunyai warna hitam di perutnya.

d.

Bondol Rawa (Lonchura Malacca)

Sumber : https://alihamdan.id/gambar-burung-pipit-2/ Burung pipit jenis Bondol rawa dengan nama latin lonchura malacca, dalam bahasa Inggris disebut tricoloured munia. Diperkirakan jenis bondol ini masih bersaudara dengan bondol cokelat lebih tepatnya adalah nenek moyang dari bondol cokelat. Asal-usul bondol rawa yaitu dari Srilanka dan India. Ciri-ciri Bondol Rawa : seperti namanya tricoloured yang artinya tiga warna, pada bagian kepala dan leher bondol ini berwarna hitam, punggung cokelat terang, dan pada bagian bawah berwarna putih, kecuali bagian perut, pantat dan paha berwarna hitam begitu pun dengan jantan dan betina. e. Bondol Dwiwarna (Lonchura Bicolor)

Burung pipit jenis bondol dwiwarna dengan nama latin lonchura bicolor ditemukan pada bagian tengah dan selatan Afrika. Jenis burung ini memiliki pergerakan global yang diperkirakan mencapai 4.200.000 km². Bondol ini dapat dijumpai di savana lembap dan tropis/subtropis habitat hutan rendah lembap. Ciri-ciri Bondol Dwiwarna : burung ini dikenal dengan pemakan ganggang, tekstur warna bulunya hampir mirip dengan burung pipit batik putih, namun yang satu ini lebih mempunyai bulu yang mengkilap. Dengan paruh yang berwarna abu-abu, kepala sampai leher hitam, bagian atas coklat dilengkapi warna bintik pada sisi sayap, sedangkan bagian bawah putih diselipi dengan bintik-bintik. 4.

SIKLUS HIDUP Burung pipit akan siap kawin sehabis umur 7 bulan. Musim kawin burung pipit kebiasaannya berlangsung terhadap musim hujan. Burung pipit akan bikin sarang yang terbuat dari rumput kering serta sabut kelapa. Sarang mereka berupa bulat layaknya bola dengan lubang di satu sisinya buat tempat induk keluar masuk. Burung pipit akan bertelur sejumlah 4-8 butir serta telur mulai dierami sehabis telur

ketiga dikeluarkan. sepanjang pengeraman, jantan serta betina akan bergantian mengerami, namun betina yang akan lebih kerap mengeram pasal sifat keibuan mereka. Lama pengeraman ialah 13-14 hari. sehabis menetas, anak burung pipit akan mulai belajar terbang saat berumur 21-25 hari. Anak burung pipit muda mempunyai warna bulu coklat muda polos, sertabaru akan menemukan pola warna bulu spesies mereka sehabis benar-benar dewasa

Sumber : https://adearisandi.wordpress.com/2012/11/30/burung-pipit/

Sumber:http://www.mangyono.com/2014/07/burung-pipit-peking-bersarang-di-pohonbunga-melati-belanda.html

5.

HABITAT Burung pipit tinggal di daerah terbuka di dekat asal pati makanan mereka dimana

terkandung banyak tanaman rumput berbiji layaknya sawah atau padang rumput. Burung pipit bikin sarang buat berlindung dari panas serta hujan di atas pohon terhadapketinggian lebih dari 4 meter. Pohon-pohon yang kebiasaannya dipilih sebagai tempat bikin sarang ialah pohon pinang, kelapa atau pohon jambu yang rimbun. Burung pipit hidup dalam kelompok. Di dalam satu kelompok kerap diciptakan ada variasi jenis/spesies pipit yang lain hal. Kelompok pipit dalam hitungan besar merupakan hama padi yang amat merugikan. Sarang Burung pipit membuat sarang untuk berlindung dari panas dan hujan di atas pohon pada ketinggian lebih dari 4 meter. Biasanya Burung Pipit mengumpulkan rumput kering dan sabut kelapa untuk membuat sarangnya. Pohon-pohon yang biasanya dipilih sebagai tempat membuat sarang adalah pohon pinang, kelapa atau pohon jambu yang rimbun. 6.

GEJALA YANG DI TIMBULKAN PADA TANAMAN Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang

hilang. Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. a. Gejala pada jagung Hama burung pada jagung tidak merupakan hama penting. Biji jagung terbungkus oleh kelobot yang kuat sehingga burung tidak dapat membukanya. Burung baru dapat memakan biji jagung bila kelobot dibuka. Oleh karena itu, yang sering tampak diladang ialah termakannya butir-butir jagung yang terletak di ujung tongkol, yang kurang tertutup rapat oleh kelobot.

Umumnya burung menyerang biji jagung yang masih lunak, sedangkan biji yang tua kurang disukainya karena keras. Paruh burung sulit memakan biji jagung yang keras dan besar, berbeda dengan bulir padi yang kecil dan sekamnya mudah dikupas. Jenis burung seperti pipit; merpati, gereja, dan beberapa jenis burung lainnya dapat memakan biji jagung yang kurang tertutup rapat oleh kelobot . Tetapi, kerugian akibat serangannya kurang begitu berarti. (shinta) b. Gejala yang di timbulkan pada tanaman padi Salah satu hama padi adalah burung pipit, karena biasanya burung pipit ini akan mulai makan padi ketika padi berbuah sampai panen. Burung pipit selalu berkelompok ketika terbang dan makan padi, sehingga jika jumlahnya banyak tentu bulir padi yang mereka makan akan banyak juga. Mereka tidak hanya satu hari saja, melainkan setiap hari. Menurut pengamatan, bahwa selain tikus, burung pipit (Lonchura leucogastroides) merupakan herbivor pemakan biji yang aktif menyerang padi pada pagi hingga sore hari, terutama tanaman padi pada fase pematangan susu sampai terbentuknya bulir umur 88-112 hst. Akibat serangan burung pipit produksi padi mengalami penurunan produksi sebanyak 3050 %. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di sawah padi hitam organik, serangan burung terutama terjadi pada pagi hari jam 06.00-10.00 dan sore hari jam 14.00-16.00 burung menyerang secara bergerombol. Pada musim tanam yang sama, di sekitar sawah padi hitam organik terdapat petak sawah ditumbuhi padi putih varietas MentikWangi, padi merah varietas Aek Sibundong dan ketan merah dari Bau-bau Sulawesi Tenggara. Diantara ke empat varietas padi tersebut, burung pipit lebih menyukai bulirbulir padi hitam antara lain karena warnanya yang menarik dan pertumbuhannya lebih tinggi diantara padi yang lain (Cristanti & Arisoesilaningsih, 2013). Ada dua macam kerusakan yang di sebabkan oleh burung, yaitu : 1.

Kerusakan langsung, kerusakan langsung terjadi ketika burung memakan biji tanaman

2.

Kerusakan tidak langsung, yang terjadi ketika segerombolan burung di areal

pertanaman sehingga mengakibatkan biji yang terjatuh. Selain itu, kebiasaan burung pipit yang suka bertengger di daun bendera ketika sedang memakan butir-butir padi dapat mengakibatkan kerusakan pada daun bendera. Gejala yang ditimbulkan oleh burung pipit yaitu malai tidak memiliki spikelet dan biji banyak yang kosong.padi hitam terserang penggerek batang atau ngengat gejala yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat(Cristanti & Arisoesilaningsih, 2013).

7. PHT TERHADAP HAMA BURUNG Pengendalian hama burung yang paling konvensional dan mudah penerapannya tetapi cukup efektif adalah mengusirnya dengan bunyi-bunyian atau diburu. Pengendalian hama burung yang paling konvensional dan mudah penerapannya tetapi cukup efektif dengan menggunakan beberapa teknik yang digunakan untuk mengusir burung pipit, antara lain membuat orang-orangan, umbul-umbul, membunyikan kaleng, memasang plastik, ketapel dan bahkan ada yang menggunakan senapan karbit atau menggunakan kepingan CD atau DVD(Amir & Akhyar, 2012). Selain itu terdapat dua cara pengendalian hama burung yaitu pengendalian mekanik dan fisik, beberapa cara penegendalian tersebut yaitu sebagai berikut : a.

Pengendalian Mekanik  Metode bebegig Metode bebegig atau yang di kenal dengan orang-orangan sawah, metode ini terkenal di

Jawa Barat. Bebegig terbuat dari baju bekas atau kain bekas yang di tancapkan di tengah sawah dan dihubungkan menggunakan tali ke saung. Dengan demikian setiap ada burung yang hinggap di tanaman padi bebegig dapat di gerakkan dari saung dengan cara menggoyangkan tali yang telah dihubungkan sehingga burung tersebut akan lari beterbangan(Sukayat Yayat, Supyandi Dika, 2010). Cara pemasangan dan pembuatan bebegig atau orang sawah ini adalah sebagai berikut: 1. Buatlah orang-orangan dari baju bekas atau kain-kain lalu tancapkan di tengah sawah. 2. Bentangkanlah tali bamboo atau tali rafiaa dari orang-orangan tersebut ke gubuk tani. Buatlh bebegig beberapa buah dan di pusatkan talinya ke saung. Tali tersebut dapat di beri rumbai kain warna-warni. 3. Agar terdapat bunyi dapat digantungkan kaleng-kaleng bekas. Dengan demikian bila talinya di gerak-gerakan akan menakut-nakuti burung sehingga tidak mau hinggap di sawah.

Sumber : https://www.borneonews.co.id/berita/50895-orang-orangan-sawah-media-usirhama-burung  Batok Ngisang Batok Ngisang yaitu sistem bebegig sawah dibuat secara otomatis dengan memanfaatkan tenaga air pancuran. Cara ini dikenal di Jawa Barat, kususnya pernah popular di Tasikmalaya. Di daerah ini banyak terdapat pancuran dari empang sehingga alat pengusir burung ini dapat dibuat dengan mudah. Cara ini disebut batok ngisang karena alat penggeraknya dibuat dari batok (tempurung) kelapa yang di gantungkan di air pancuran sehingga dapat menggerakan bebegig sawah.  Kincir Pengusir Burung Untung menggerakkan bebegig sawah dapat digunakan kincir sederhana dari bamboo atau yang disebut kincir pengusir burung. Putaran kicir akan menarik-narik tali yang dihubungkan dengan bebegig sehingga dapat menakut-nakuti atau mengusir burung. Kincir ini dibuat dari bamboo dan di tempatkan di pancuran.

Sumber : https://asedino.wordpress.com/2016/08/13/mbolang-nemu-kincir-multifungsi-pengusirhama/

b. Pengendalian Fisik  Bunyi-BunyiPengusirBurung Burung dapat diusir dengan menggunakan bunyi-bunyian. Bunyi-bunyian dapat ditimbulkan dari kaleng-kaleng bekas yang di gantung pada patok sawah dan dihubungkan dengan tali atau dengan cara membunyikan kaleng. Dengan cara menarik-narik dan menggerak-gerakan tali maka akan menimbulkan bunyi yang dapat mengusir burung. Kaleng-kaleng tersebut dapat dihubungkan dengan ngisang atau kincir bambu, dilokasi yang memiliki angina kencang, untuk menggerakan pengusir burung dapat memanfaatkan angindengan cara membuat baling-baling yang dilengkapi dengan bunyi-bunyian.

Sumber

:

http://www.madiunpos.com/2016/02/12/pertanian-ponorogo-hama-burung-

ganggu-petani-ngindeng-690259

 Plastik Mengkilap atau Kepingan CD bekas Dengan menggunakan plastik yang mengkilap berukuran panjang lalu dipasang di sawah. Plastik ini berguna untuk memantulkan sinar matahari yang membuat silau burung pipit, sehingga mereka tidak berani mendekati lahan pertanaman padi.

Sumber: http://rijalmaulana.com/obat-pembasmi-dan-alat-pengusir-suara-yang-ditakutiburung-emprit-di-sawah/

Sumber : https://sainsterkini.com/pengendalian-hama-burung-pada-tanaman-padi/

Sumber : http://targetabloid.co.id/berita/7972-ribuan-hama-burung-serang-tanaman-padi  Layang-Layang atau Burung elang mainan Dengan membuat layang-layang mirip dengan burung elang yang terbuat dari plastik bekas yang berwarna hitam, atau dengan menggantungkan beberapa burung elang mainan

anak yang banyak dijual di pasar-pasar. Sumber : http://ubudbybike.blogspot.co.id/2011/08/lomba-layang-layang-anak-alam.html  Buah Jengkol Dengan buah jengkol yang diredam beberapa hari, setelah bau jengkol menyengat dan air rendaman dimasukkan ke dalam botol dan ditaruh di beberapa sudut-sudut sawah. Bau menyengat jengkol tersebut akan mengusir burung pipit dari sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, D., & Akhyar, I. (2012). Serangan Hama Burung Pipit Di Desa Blang Awe Kecamatan, 19–24. Anonim. 2016. https://www.gudangpustakailmu.me/2016/12/sekilas-info-tentang-kehidupanburung.html. Diakses pada Sabtu, 12 Januari 2019. Anonim. 2017. Begini Cara Petani Mengendalikan Serangan Burung Pipit. https://www.pertanianku.com/begini-cara-petani-mengendalikan-serangan-burung-pipit/. Diakses pada Jumat, 11 Januari 2019. Anonim. 2017. https://arenahewan.com/ciri-ciri-burung-pipit. Diakses pada Jumat, 11 Januari 2019. Arisandi, Ade. 2012. Burung Pipit. https://adearisandi.wordpress.com/. Diakses pada Sabtu, 12 Januari 2019 Cristanti, L. D., & Arisoesilaningsih, E. (2013). Pertumbuhan padi hitam dan serangan beberapa herbivor di sawah padi organik kecamatan kepanjen. Jurnal Biotropika, 1(5), 221–225. Deviana, Linda Cristanti dkk. 2013. Pertumbuhan Padi Hitam Dan Serangan Beberapa Herbivor Di Sawah Padi Organik Kecamatan Kepanjen. Jurnal Biotropika (Vol. 1, No.5). Jawa Timur : Universitas Brawijaya. Firdaus, A. B., Setiawan, A., & Rustiati, E. L. (2014). Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat. Journal of Sylva Lestari, 2(2), 1–6. Nur Tjahjadi. 2003. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Kanisius Shinta . 2017. Hama dan Penyakit Jagung. https://xellarityblog.wordpress.com/2017/02/27/hama-dan-penyakit-jagung/. Diakses pada Sabtu, 12 Januari 2019 Yuhanna, W. L., Ardhi, M. W., & Prabowo, S. A. (2014). Eksplorasi jenis burung di wana wisata grape sebagai bahan ajar taksonomi vertebrata berbasis. Jurnal Florea IKIP PGRI Madiun, 1(2), 21–25. Retrieved from http://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/sites/default/files/4. W.linda_.pdf

Related Documents