Bst_leonardus (primary Open Angle Glaukoma Os + Katarak Imatur Ods).docx

  • Uploaded by: agung
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bst_leonardus (primary Open Angle Glaukoma Os + Katarak Imatur Ods).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,646
  • Pages: 10
BST

PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA OD + KATARAK SENILIS IMATUR ODS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh: Leonardus Yogie Ricardo, S.Ked 04054821719164

Pembimbing: dr. Karyusi, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT KHUSUS MATA SUMATERA SELATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien Nama : Tn. S Umur

: 62 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Tanjung Enim

Tanggal Pemeriksaan : 31 Januari 2018 2.

Anamnesis

a.

Keluhan Utama

Pandangan semakin kabur pada mata kiri sejak ± 6 bulan yang lalu b.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak ± 10 bulan yang lalu, penderita mengeluh pandangan mata kanan kabur perlahan, mata merah (-).Pandangan mata seperti berasap (+), silau saat melihat cahaya (+), sakit kepala (-), nyeri disekitar bola mata (-), mual dan muntah ().Lalu penderita ke dokter spesialis mata dan dikatakan mengalami sakit glaukoma pada mata sebelah kanan dan diberi obat tetes mata 1 macam dan obat makan 1 macam.Namun penderita tidak kontrol lagi. Sejak ± 6 bulan yang lalu, penderita mengeluh kedua mata semakin kabur terutama mata sebelah kiri.Penderita juga mengeluh mata seperti berasap (+) dan silau pada kedua mata (+).Mata merah (-), mata seperti melihat pelangi (-), nyeri kepala (-), nyeri disekitar bola mata (-), mual dan muntah (-), pandangan seperti melihat diterowongan (+).Lalu pasien kedokter spesialis mata dan diberi obat tetes mata 2 macam untuk kedua mata. Sejak lebih kurang 2 minggu yang lalu penderita kontrol kembali, dikatakan tekanan bola mata masih tinggi pada kedua mata, pandangan kedua mata kabur (+) terutama mata kanan, mata merah (-), nyeri (-), penderita diberi obat tetes mata

2

2 macam dan obat makan 2 macam.Penderita kemudian dirujuk ke RSMH Palembang. c.

Riwayat Penyakit Dahulu 

Riwayat memakai kacamata baca (+) sejak ± 15 tahun yang lalu



Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal



Riwayat trauma pada mata disangkal



Riwayat operasi disangkal



Riwayat alergi disangkal



Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal



Riwayat kencing manis disangkal



Riwayat darah tinggi disangkal

d.

Riwayat Penyakit Keluarga 

Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal



Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal



Riwayat keluarga yang mengalami kebutaan, minus tinggi disangkal



Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

3.

Pemeriksaan Fisik

a.

Status Generalis

b.

Keadaan umum Kesadaran

: tampak sakit ringan : compos mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 86 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup

Frekuensi napas

: 20 kali/menit

Suhu

: 36,5o C

Status Oftalmologis Visus

Okuli Dekstra 6/60 pH – Tes konfrontasi: penyempitan pada lapangan pandang superior

Okuli Sinistra 1/300

3

Tekanan intraokular

5/7,5 (25,8 mmHg) (3 macam obat)

7/7,5 (18,5mmHg) (3 macam obat)

Ortoforia

KBM GBM Palpebra

Tenang

Tenang

Konjungtiva

Tenang

Tenang

Kornea

Jernih

Jernih

BMD

Sedang

Sedang

Iris

Gambaran baik

Gambaran baik

Pupil

Bulat, Central, Refleks Cahaya (+), diameter 3 mm

Bulat, Central, Refleks cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa

Keruh (+), ST (+)

Keruh (+), ST (+)

RefleksFundus

RFOD (+)

RFOS (+)

Papil

Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,7, a/v 2/3nasalisasi (+), perdarahan peripapil (-) RF (+)

Bulat, batas tegas, warna pucat, c/d 0,9 a/v 2/3, nasalisasi (+), perdarahan peripapil (-) RF (+)

Kontur pembuluh darah baik

Kontur pembuluh darah baik

Makula Retina

4.

Pemeriksaan Penunjang 

Gonioskopi ODS



Perimetri humprey



USG



Fotofundus



OCT

4



Biometri



Pemeriksaan laboratorium

5.

Diagnosis banding 

Primary Open Angle Glaucoma ODS + Katarak Senilis Imatur ODS



Primary Closure Angle Glaucoma ODS + Katarak Senilis Imatur ODS

6.

Diagnosis Kerja Primary Open Angle Glaucoma OD + Katarak Senilis Imatur ODS

7.

Tatalaksana 1. Informed consent 2. KIE 

Menjelaskan pada pasien mengenai glaukoma dan katarak



Menjelaskan kepada pasien mengenai terapi baik farmakologis maupun nonfarmakologis

3. Farmakologi 

Timolol 0,5% ED 2X1 gtt ODS



Brinzolamide ED 3X1 gtt ODS



Asetazolamid tab 3x250 mg



KSR tab 1x1 tab

4. Non farmakologi  8.

Pro Trabekulektomi ODS Prognosis



Quo ad vitam

: bonam



Quo ad functionam

: dubia ad malam

5

ANALISIS MASALAH Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kiri yang semakin kabur sejak 6 bulan yang lalu tanpa disertai mata merah. Dari data sementara di atas dapat disimpulkan bahwa keluhan pasien mengarah ke diagnosis banding mata tenang visus turun perlahan, karena penurunan visus sudah terjadi secara bertahap sejak 10 bulan. Terdapat beberapa kemungkinan diagnosis banding yang memiliki gejala hampir mirip seperti yang dikeluhkan pasien, yaitu

glaukoma kronik,

katarak, kelainan refraksi dan retinopati. Dari anamnesis lebih lanjut, didapatkan pasien mulai merasakan pandangan mata kiri kabur sejak 10 bulan yang lalu tanpa disertai mata merah. Pasien juga mengeluh pandangan seperti melihat di terowongan, serta pandangan berasap dan silau melihat cahaya. Keluhan lain seperti nyeri, mata berair, rasa mengganjal, gatal, sakit kepala, mual dan muntah tidak ditemukan pada pasien. Keluhan di atas merupakan beberapa gejala khas dari penyakit glaukoma dan katarak, sehingga diagnosa lebih mengarah ke dua penyakit tersebut. Dari pemeriksaan status oftalmologis didapatkan penurunan visus kedua mata dengan VOD 1/300 dan VOS 6/60 tanpa perbaikan dengan uji pinhole, tekanan intraokular mata kanan yang meningkat yaitu sebesar 25.8 mmHg dan kiri normal (18,5 mmHg), bilik mata depan kedua mata sedang, kekeruhan lensa kedua mata dengan shadow test (+), serta segmen posterior dalam batas normal. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas dapat mengarahkan diagnosis kerja pasien ini ke arah Primary Open Angle Glaucoma (POAG) mata kanan dan katarak senilis imatur mata kanan dan kiri. Terdapat beberapa pertimbangan dalam menegakkan diagnosis Primary Open Angle Glaucoma (POAG) OD + katarak senilis imatur ODS pada kasus ini. Pertimbangan pertama dilihat dari temuan klinis yang mengarah ke diagnosis POAG.Primary Open Angle Glaucoma (POAG) biasanya memang asimptomatik, sehingga pasien baru sadar dan memeriksakan dirinya saat defek lapangan pandang yang terjadi sudah ekstensif.Gejala patognomonis pada penyakit Primary Open Angle Glaucoma (POAG) atau glaucoma kronik adalah adanya tunnel vision atau suatu kondisi 6

penglihatan di mana pasien seperti melihat di dalam terowongan. Hal ini terjadi karena adanya neuropati optik yang menyebabkan defek lapangan pandang di perifer, sehingga lapang pandang pasien menyempit seperti di dalam terowongan. Tekanan intraokular mata kanan penderita yang tidak terlalu tinggi (25.8 mmHg) merupakan salah satu ciri dari POAG, di mana TIO di atas 21 mmHg namun tidak terlalu tinggi (berbeda dengan kasus glaukoma akut sudut tertutup yang TIO bisa mencapai 40 mmHg atau lebih). Pada penderita juga ditemukan beberapa faktor risiko untuk menderita POAG, seperti usia tua. Dari pemeriksaan status oftalmologikus ditemukan BMD sedang dengan grading Van Herick 4. Grading Van Herick 4 diinterpretasikan sebagai sudut bilik mata depan kurang lebih 35-45 derajat dengan kemungkinan tertutupnya sudut bilik mata depan sangat kecil, sehingga kemungkinan besar glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka. Beberapa gejala yang mengarah ke diagnosis katarak senilis imatur ODS. Keluhan silau dan pandangan berasap biasanya disebabkan oleh katarak yang diderita oleh pasien. Pandangan berasap merupakan gejala yang patognomonis untuk penyakit katarak karena kekeruhan yang terjadi pada lensa membuat seseorang seperti melihat asap. Dari hasil pemeriksaan status oftalmologikus juga ditemukan kekeruhan pada lensa dengan hasil shadow test (+). Hasil shadow test positif menunjukkan bahwa katarak yang diderita oleh pasien merupakan katarak imatur, karena masih ditemukan bayangan iris pada lensa. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus ini adalah USG, perimetry humprey, gonioscopy, biometry, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk melihat segmen posterior mata untuk menyingkirkan penyebab lain dari penurunan visus yang dialami pasien. Pemeriksaan perimetry humprey dilakukan untuk melihat defek lapang pandang yang terjadi akibat glaukoma yang diderita. Pemeriksaan gonioscopy dilakukan untuk menentukan secara pasti jenis glaukoma (sudut terbuka/sudut tertutup) dengan melihat kondisi sudut bilik mata depan.Pemeriksaaan OCT digunakan untuk melihat lapisan retina secara penampang melintang sehingga masing-masing lapisan khas retina dapat dilihat.Fotofundus digunakan untuk melihat gambaran retina atau syaraf

7

mata.Pemeriksaan

biometry

dan

pemeriksaan

laboratorium

merupakan

pemeriksaan pre-operasi katarak yang rutin dilakukan. Terapi medikamentosa yang diberikan adalah golongan beta-blocker yaitu timolol dan golongan prostaglandin analog yaitu latanopros serta epinefrin.Kombinasi obat-obatan ini diberikan karena obat-obat bekerja sinergis dalam menurunkan TIO dengan potensi penurunan yang lebih besar. Obat-obatan tetes mata yang diberikan tersebut hanyalah bersifat sementara, dan hanya bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular sebagai persiapan untuk operasi. Obat-obatan golongan pilocarpine tidak diberikan pada pasien glaukoma yang disertai dengan katarak karena proses miosis yang ditimbulkan oleh pilocarpine dapat memicu glaukoma sudut tertutup akibat meningkatnya kontak antara iris dan lensa sehingga terjadi bendungan aliran aqueous humour. Pengobatan glaukoma pada pasien ini ditujukan untuk menurunkan tekanan bola mata

dimana

peningkatan

tekanan

ini

secara

berangsur-angsur

dapat

mengakibatkan rusaknya papil nervus optik. Pada pasien ini diberikan topikal timol yang merupakan golongan beta blocker yang bekerja menurunkan TIO dengan cara menginhibisi produksi humor akueous. Onset kerja dari beta blocker ini terhadap produksi humor akueous mulai satu jam setelah pemberian sampai empat minggu setelah pengobatan. Asetazolamid termasuk golongan karbonik anhidrase yang bekerja menurunkan produksi humor akueous secara langsung dengan mengantagoniskan aktifitas dari epitel siliar karbonik anhidrase sehingga menurunkan produksi humor akueous dan menurunkan TIO.Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan untuk mengobati tekanan yang meningkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka.Brinzolamide juga digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut hipertensi pada mata.Pemberian KSR pada pasien ini untuk mengatasi efek samping dari asetazolamid yang menyebabkan hipokalemia. Terapi yang akan diberikan pada pasien ini terbagi menjadi terapi bedah dan nonbedah (medikamentosa). Terapi bedah yang akan dilakukan adalah trabekulektomi yang disertai dengan phacoemulsification dan IOL transplantation atau yang lebih dikenal dengan istilah triple procedure. Trabekulektomi diindikasikan untuk

8

pasien-pasien dengan kegagalan terapi medikamentosa, pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah, serta pada pasien glaukoma dengan penurunan tajam penglihatan yang parah atau cupping disc yang ekstensif. Perlu dikonselingkan kepada pasien bahwa walaupun pasien sudah menjalani operasi triple procedure, tajam penglihatan tidak akan pulih sepenuhnya, dan masih ada kemungkinan pasien tetap menggunakan obat tetes mata atau kacamata. Prognosis pasien untuk ad vitam bonam sedangkan untuk ad functionam dubia ad malam, karena visus awal pasien yang sudah cukup buruk.

9

LAMPIRAN

Gambar 1. Gambaran Klinis Mata Pasien

10

Related Documents


More Documents from ""