Crs Katarak Senilis Imatur Os Ayu Fix.docx

  • Uploaded by: Ayuu Lestari
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Crs Katarak Senilis Imatur Os Ayu Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,678
  • Pages: 29
Case Report Session (CRS) Rabu, 6 Februari 2019

KATARAK SENILIS IMATUR OS, PSEUDOFAKIA OD

OLEH : Ayu Lestari, S.Ked G1A217090

PEMBIMBING: dr.Vonna Riasari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD RADEN MATTAHER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2019

i

LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION (CRS)

KATARAK SENILIS IMATUR OS, PSEUDOFAKIA OD

OLEH : Ayu Lestari, S.Ked G1A217090

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan Pada, Februari 2019

Pembimbing

dr.Vonna Riasari, Sp.M

ii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang berjudul “KATARAK SENILIS IMATUR OS, PSEUDOFAKIA OD” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di RSUD Raden Mattaher. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada dr.Vonna Riasari, Sp.M selaku konsulen ilmu mata yang telah membimbing dalam mengerjakan Case Report Session (CRS) ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah Katarak. Saya menyadari bahwa Case Report Session (CRS) ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang.

Jambi, Februari 2019

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... .i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... .ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1 BAB II Laporan Kasus ......................................................................................... 3 BAB III Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9 3.1 Anatomi Lensa ................................................................................................ 9 3.2 Katarak ............................................................................................................ 10 3.2 Pseudofakia ..................................................................................................... 21 BAB IV Analisa Kasus ......................................................................................... 22 BAB V Kesimpulan……………………………………………………………...24 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .25

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul. Kapsul lensa adalah membran semi permeabel yang menyebabkan air dan elektrolit dapat masuk. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia, laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitasnya. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina melalui kemampuan akomodasinya. Lewat kemampuan ini, kita mampu melihat benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun seiring dengan bertambahnya usia, lensa dapat mengalami berbagai gangguan seperti kekeruhan, gangguan akomodasi, distorsi dan dislokasi.1,2 Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya.1 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degeneratif. Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga akan berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1,2,3 Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004 mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.4 Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile

1

yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang berusia diatas 50tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak insipien,katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipient merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa sedangkan padak atarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1

2

BAB II LAPORAN KASUS Anamnesis Identifikasi

Nama

: Ny. R

Umur

:72 Tahun

Jenis kelamin

:Perempuan

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Teluk Kuali

Tanggal berobat

:30 Januari 2019

Keluhan utama

Penglihatan kabur pada mata kiri sejak ± 1 tahun lalu

Anamnesa Khusus

±1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatannya kabur. Awalnya pasien mengaku penglihatan kabur pada mata kanan, lalu diiukuti dengan mata sebelah kiri tapi tidak sekabur mata kanan. keluhan dirasakan seperti berkabut, keluhan dirasakan perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur apabila melihat dalam jarak yang jauh dan lebih jelas apabila melihat dekat. Keluhan dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien juga mengeluh Silau jika melihat cahaya terang, mata merah (-), nyeri (-), mata berair (-), rasa mengganjal (-), gatal (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar cahaya (-), penglihatan seperti berada di dalam terowongan (-),melihat objek hanya separuh atau sebagian (-).Riwayat memakai kacamata untuk membaca (+) sejak 1 tahun yang lalu tapi ukuran kacamata tidak diketahui.

± 3 bulan lalu, penglihatan pada mata kanan semakin kabur hingga mengganggu aktivitas dan dilakukan

3

tindakan operasi katarak (ECCE + IOL) pada mata kanannya. Sejak ±1 bulan ini pasien mengeluh mata kiri semakin kabur hingga mengganggu aktifitas pasien. Oleh karena itu, pasien berobat ke poli mata RS Abdul Manap Riwayat penyakit

a. Pasien mempunyai riwayat operasi katarak pada

dahulu

mata kanan 3 Bulan lalu (ECCE + IOL OD) b. Riwayat penyakit Hipertensi (+) c. Riwayat penyakit DM disangkal d. Riwayat penggunaan kacamata (+) e. Trauma pada mata (-) f. Riwayat penyakit mata lain (-) g. Riwayat konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama (-) h. Alergi (-)

Anamnesa keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien

Riwayat gizi

IMT = BB/(TB)2= 60/158 = 24.03=berat badan lebih

Keadaan sosial

Menengah

ekonomi

Penyakit sistemik 

Tractus respiratorius

Tidak ada keluhan



Tractus digestivus

Tidak ada keluhan



Kardiovaskuler

Tidak ada keluhan



Endokrin

Tidak ada keluhan



Neurologi

Tidak ada keluhan



Kulit

Tidak ada keluhan



THT



Gigi dan mulut



Lain-lain

Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

4

Pemeriksaan visus dan refraksi OD

OS

Visus :6/60 , PH 6/40

Visus :1/60

II. Muscle Balance Kedudukan bola mata Orthoforia

Orthoforia

- Duksi

Baik

Baik

- Versi

Baik

Baik

Pergerakan bola mata

Pemeriksaan Eksternal OD

OS

IOL

Lensa keruh sebagian

Palpebra Superior

Hiperemis (-), edema (-),

Hiperemis (-), edema (-)

laserasi (-)

laserasi (-)

5

Inferior

Hiperemis (-), edema (-),

Hiperemis (-), edema (-),

laserasi (-)

laserasi (-)

Silia Trikiasis

-

-

Madarosis

-

-

Aparatus Lacrimalis Lakrimasi

-

-

Konjungtiva Conjungtiva superior

Conjungtiva inferior

tarsus Hiperemis (-), anemis(-),

Hiperemis (-), anemis(-),

Papil (-), folikel (-),

Papil

lytiasis (-)

lytiasis (-)

tarsus Hiperemis (-), anemis(-),

(-),

folikel

Hiperemis (-), anemis(-),

Papil (-), folikel (-),

Papil

lytiasis (-)

lytiasis (-)

(-),

folikel

Kornea Jernih

+

+

Darah

-

-

Edema

-

-

Ulkus

-

-

Perforasi

-

-

Makula

-

-

Leukoria

-

-

Kripta iris

-

-

Laserasi

-

-

6

(-),

(-),

Bekas jahitan

-

-

Jaringan fibrovaskuler

-

-

Infiltrat COA Dalam

+

+

Dangkal

-

-

Iris Warna

Coklat

Coklat

Kripta

+

+

Sinekia

-

-

Pupil Bentuk

Bulat , central

Bulat, central

3mm

3mm

+

+

+

+

Diameter RCL RCTL

Lensa IOL Sentral

Keruh Sebagian

Pemeriksaan Slit Lamp Tidak Dilakukan Funduskopi Funduskopi: tidak dilakukan

Funduskopi: tidak dilakukan VISUAL FIELD

Konfrontasi :Sama dengan pemeriksa

Konfrontasi :Menyempit

7

Pemeriksaan Umum Tinggi badan

158 Cm

Berat badan

60 Kg

Tekanan darah

160/80 mmHg

Nadi

82 kali/menit

Suhu

36,50C

Pernapasan

20 kali/menit

Kerdiovaskuler

BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Traktus gastrointestinal

Bising usus (+)

Paru-paru

Vesicular (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Neurologi

Tidak dilakukan

Diagnosis : Katarak Imatur Senilis OS + Pseudofakia OD + Hipertensi GradeII Diffrential Diagnosa : -

Glaukoma sudut terbuka (kronik)

-

Retinopati Hipertensi

-

Katarak senilis matur OS

Anjuran pemeriksaan :Funduskopi, Slitlamp Pengobatan : -Tatalaksana OS : - Rencana operasi katarak OS (ECCE + IOL) Prognosis : Q

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad malam

8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lensa 3.1.1 Anatomi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna, dan dibungkus oleh kapsula lensa. Diameter 9-10 mm dan ketebalan yang bervariasi dari 3.5 mm pada bayi hingga 5 mm pada usia lanjut. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor sedangkan pada bagian posterior terdapat vitreus. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Kapsul lensa merupakan suatu membran semi permeabel yaitu lebih permeabel dari pada dinding kapiler yang dapat dilalui air dan elektrolit.1,2 . Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.1,2 Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.1,2

9

3.2 Katarak 3.2.1 Definisi Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya dan proses penuaan. Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh katarak. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur.1,3 Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa.Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,8

10

3.2.2 Etiologi Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5 -Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik -Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa -Faktor imunologik -Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

3.2.3 Patofisiologi Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifikasi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2 Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan

11

permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksi dan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan katarak.6 3.2.4 Gejala Klinis Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2 -Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis. -Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari. -Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight . Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior. -Diplopia

monocular.

Kadang-kadang,

perubahan

nuclear

yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak -Noda, berkabut pada lapangan pandang. -Ukuran kaca mata sering berubah.

12

3.2.5 Diagnosis Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung. Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya. 5,7

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)

(air, massa, lensa keluar)

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Iris Bilik depan Sudut mata Shadow test

-

+

-

Pseudops

Penyulit

-

Glaukoma

-

Uveitis

+

Glaukoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai 1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh 13

ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

3.2.6 Klasifikasi Morfologi Kapsular

Maturitas

Onset

Insipien

Kongenital

Immatur

Juvenile

Subkapsular Kortikal Supranuklear Nuklear

Matur Senilis

Polar Hipermatur

1. Katarak kortikalis Pada awal pembentukan katarak kortikalis, terjadi perubahan komposisi ion pada korteks lensa sehingga menyebabkan perubahan hidrasi. Perubahan hidrasi ini akan menghasilkan celah dengan pola radiasi di sekitar daerah ekuator dan lama kelamaan akan timbul kekeruhan di kortek lensa. Pengaruhnya pada fungsi penglihatan tergantung pada kedekatan opasitas dengan aksis visual. Gejala awalnya biasanya adalah penderita merasa silau saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari. Selain itu diplopia monokular juga dapat dikeluhkan penderita. Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran vakuola dan seperti celah air disebabkan degenerasi serabut lensa, serta pemisahan lamela korteks anterior atau posterior oleh air. Gambaran Cortical14

spokes seperti baji terlihat di perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat menggunakan retroiluminasi. 7,8

2. Katarak nuklearis Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).7,8

3. Katarak subkapsularis posterior Katarak tipe ini terletak pada lapisan korteks posterior dan biasanya selalu aksial. Pada tahap awal biasanya katarak subkapsularis posterior ini masih terlihat halus pada pemeriksaan slit lamp di lapisan korteks posterior., tetapi pada tahap lebih lanjut terlihat kekeruhan granular dan seperti plak pada korteks subkapsular posterior. Gejala yang timbul dapat berupa silau, diplopia monokular dan lebih kabur melihat dekat dibandingkan melihat jauh. 7,8

15

Klasifikasi katarak berdasarkan onset : I. katarak insipien Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa Spokes of a wheel. 7,8 II.Katarak imatur: Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka terdapat iris shadow. Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. 7,8 III. Katarak matur: Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada. Lensa telah menjadi keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air. 7 IV.Katarak hipermatur Katarak hipermatur tipe Morgagni Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa. Sedangksn Katarak hipermatur tipe sklerotik pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam. 7,8

16

3.2.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 4 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE), Phacoemulsification, Small Incision Cataract Surgery (SICS).5 Indikasi Operatif Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan kosmetik.5 1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-harinya. 2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak

seperti

glaukoma

imbas

lensa

(lens-induced

glaucoma),

endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina. 3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang hitam. Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS. 1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya

dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan

17

atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.3,5,7

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.3,5,7

18

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.3,5,7

19

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS) Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.7 3.2.8 Komplikasi Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).7 A. Komplikasi intraoperatif a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan. b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi ke bilik mata depan. c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom. d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya) e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE. B. Komplikasi postoperatif awal Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial. C. Komplikasi postoperatif lanjut Cystoid

Macular

Edema

(CME),

delayed

chronic

postoperative

endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina.

20

D. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome). 3.2.8 Prognosis Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellenchart. 8

3.3 Pseudofakia Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi katarak untuk mengganti lensa kristal.. Lensa intra okuler merupakan salah satu koreksi penglihatan paska operasi yang sering digunakan. Untuk mendapatkan kekuatan lensa intraokuler yang cukup akurat, beberapa keadaan klinis penderita harus dinilai untuk menentukan status refraksi setelah operasi dan besarnya kekuatan lensa yang akan dipasang. Lensa intraocular adalah lensa buatan yang terbuat dari semacam plastic (polimetilmetakrital) yang stabil, transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan baik. Lensa ini sangat kecil, lunak dengan diameter antara 5-7mm dan tebal 12 mm sehingga dapat menggantikan posisi lensa mata manusia dengan baik maka lensa tanam ini dipasang seumur hidup.5

21

BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus ini, Ny.Rosmawati 72 tahun, di diagnosis katarak sinilis imatur OS berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Oftamologikus yang dilakukan. Dari hasil anamnesis didapatkan ±1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatannya kabur. Awalnya pasien mengaku penglihatan kabur pada mata kanan, lalu diiukuti dengan mata sebelah kiri tapi tidak sekabur mata kanan. keluhan dirasakan seperti berkabut, keluhan dirasakan perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur apabila melihat dalam jarak yang jauh dan lebih jelas apabila melihat dekat. Keluhan dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien juga mengeluh Silau jika melihat cahaya terang, mata merah (-), nyeri (-), mata berair (-), rasa mengganjal (-), gatal (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar cahaya (-), penglihatan seperti berada di dalam terowongan (-), melihat objek hanya separuh atau sebagian (-), Riwayat memakai kacamata untuk membaca (+) sejak 1 tahun yang lalu tapi ukuran kacamata tidak diketahui. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju kearah

katarak.

Katarak

merupakan

kekeruhan

pada

lensa

sehingga

mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak senilis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat kekeruhan pada salah satu lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada kemiringan 45 menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar

22

obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi,sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris (+).Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur. Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien. Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE+ IOL, SICS + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL dan SICS + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan SICS. Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merepukan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

23

BAB V KESIMPULAN

Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlihat, termasuk trauma, radiasi dari sinar ultraviolet ,toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing

jarang

sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti

pada korteks, nukleus,

subkapsular sehingga Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambat laun akan timbul kekeruhan pada lensa sehingga penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan.3,7 Tidak ada terapi medis untuk katarak. ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita.Bila keluhan belum mengganggu aktivitas bisa hanya menggunakan kaca mata, apabila keluhan telah mengganggu aktifitas tindakan operasi harus dilakukan. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification, SICS. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masingmasing teknik tersebut.

24

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: FKUI. 2015. 2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. 2007. 3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. 4. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis; 2010

5. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 6. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 7. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 2006. 8. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis; 2010

25

Related Documents


More Documents from ""