Disusun: Bevi Ayu Kumala Wardani Dokter Pembimbing: dr. Helmi Baedlowi, Sp.OT, M.Kes
IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Alamat No CM Masuk RS Bangsal
: Tn. A : 73 tahun : Pria : Semarang : 572070 : 27 Desember 2018 : Amarylis 1
ANAMNESIS Keluhan Utama : pasien ditabrak di jalan raya
oleh motor roda dua saat sedang menyebrang ke masjid, kaki kiri terasa sangat sakit dan tak bisa digerakkan.
Riwayat Penyakit Sekarang SMRS pasien akan pergi ke masjid untuk mengurus masjid dan melakukan ibadah, pasien menyebrangi jalan raya pada saat menyebrang pasien ditabrak oleh motor yang melaju sangat kencang dari arah kanan pasien, pasien tertabrak dan terjatuh ke sebelah kiri di jalanan. Pasien ditinggal lari oleh pengendara motor. Pada saat kejadian pasien masih sadar tidak ada mual, muntah, pusing. BAB dan BAK lancar. Tetapi pasien mengeluhkan kaki sangat sakit sekali dan susah untuk digerakkan. Pasien di bawa menepi dan segera di bawa ke IGD RSUD Tugurejo Semarang.
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Dahulu Allergy Medicine Past illness Riwayat jatuh Riwayat operasi Riwayat opname Riwayat asma Environment
: alergi makanan / obat disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : pasien tabrak lari
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluhan sama
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah Takmir Masjid dan tinggal bersama keluarganya. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS KETENAGA KERJAAN (JKK)
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Baik Kesadaran
: Compos Mentis, E4M6V5
Tanda Vital TD
: 112/79 mmHg
Frek. Nadi
: 80 x/menit
Frek. Nafas
: 22 x/menit
Suhu
: 36ºC
SpO2
: 99%
PEMERIKSAAN FISIK
Status Gizi
Berat Badan
: 58 kg
Tinggi Badan : 157 cm
Status Generalisata
Kulit
: Sawo matang, Kulit kering (-)
Mata
: Konjungtiva palpebral anemia (-/-); : Sklera ikterik (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK Hidung : Deformitas (-/-); Discharge (-/-); Septum deviasi (-/-) Telinga
: Discharge (-/-)
Mulut
: Bibir kering (-); Sianosis (-); Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1, kripte tidak melebar
Leher
: Pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK Thorax Pulmo Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Stem fremitus normal
Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
PEMERIKSAAN FISIK Thorax Cor Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm
medial linea midclavicularis sinistra Perkusi
: Batas jatung normal
Auskultasi
: Bunyi jantung I > II, reguler
PEMERIKSAAN FISIK Abdomen Inspeksi
: Perut cembung, warna kulit sama dengan sekitar
Auskultasi : Peristaltik (+) normal Perkusi
: Timpani (+), pekak sisi (+)
Palpasi
: Perabaan supel, organomegali (-), nyeri
tekan (-)
Pemeriksaan fisik Ekstremitas
Superior Warna kulit
Inferior
Sama dengan daerah sekitar Sama dengan daerah sekitar / sama dengan sekitar
/ sama dengan sekitar
Vulnus laserasi
-/-
-/-
Hematom
-/-
-/+
Deformitas
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/+
Parestesi
-/-
-/-
Nyeri
-/-
-/+
Gerak aktif
Bebas /Bebas
Bebas /terbatas
Gerak pasif
Bebas /Bebas
Bebas /terbatas
Capillary Refill
< 2 detik/< 2 detik
< 2 detik/< 2 detik
Akral dingin
-/-
-/-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalisata : Cruris sinistra Look
: Luka terbuka (-), perdarahan (-), edema (+), deformitas (-), warna kulit sama dengan sekitar, pononjolan tulang (-).
Feel : Nyeri tekan (+), pulsasi a. Tibialis posterior (+), krepitasi (-), suhu sama dengan bagian sekitar, paresthesia (-), capillary refill time <2 detik
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalisata : Cruris sinistra Move : Range of Movement terbatas pada pergelangan tangan dan jari tangan Pronasi : bebas Supinasi : bebas Fleksi : terbatas, nyeri Ekstensi : terbatas, nyeri Aktif : terbatas, nyeri Pasif : terbatas, nyeri Tanda Sindrom Kompartemen Pain : (+) Power : 5 – 5 – 3 Paresthesia : (–) Pallor : (–) Paralisis : (–) Pulselessness: (–)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
cruris
Foto rontgen sinistra pada tanggal 27 Desember 2018 Kesan : Fraktur os Tibia distal dan Fibula sinistra proksimal, kedudukan tulang segaris
PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil laboratorium darah lengkap 27 Desember 2018 Pemeriksaan Leukosit
Hasil H
Satuan 103/uL
Nilai Normal 4.5 – 13.5
16.37
Diff Count Eosinofil Absolute
Basofil Absolute
13.30
g/dL
10.3 – 15.6
Absolute Monosit Absolute Eosinofil
85.60
fL
69 – 93
MCH
30.80
Pg
22 – 34
MCHC
35.90
g/dL
32 – 36
Trombosit
219
103/uL
184 – 488
RDW
12.40
%
11.5 – 14.5
PLCR
27.7
%
/uL /uL
Hemoglobin
MCV
103
14.21
Limfosit
37.00
0.44
Absolute 3.8 – 5.8
33 – 45
/uL
103
106/uL
%
0.045 –
H
L 4.32
L
0.01
103
Netrofil
Eritrosit
Hematokrit
0.10
1.17
0.88 L
103 /uL 103 /uL
0 – 0.2 1.8 – 8 0.9 – 5.2
0.16 – 1
%
2–4
0.60 Basofil
0.10
%
0–1
Neutrofil
H
%
50 – 70
%
25 – 50
%
1–6
86.80 Limfosit
L 7.10
Monosit
5.40
RESUME
SMRS pasien akan pergi ke masjid untuk mengurus masjid dan melakukan ibadah, pada saat pasien menyebrangi jalan pasien ditabrak oleh motor yang melaju sangat kencang dari arah kanan pasien, pasien tertabrak dan terjatuh ke sebelah kiri di jalanan. Pasien ditinggal lari oleh pengendara motor. Pada saat kejadian pasien masih sadar tidak ada mual, muntah, maupun pusing. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Tetapi pasien mengeluhkan kaki sangat sakit sekali dan susah untuk digerakkan. Nyeri dirasakan terus menerus sehingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien di bawa menepi dan segera di bawa ke IGD RSUD Tugurejo Semarang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema pada bagian yang nyeri, nyeri tekan, dan ROM terbatas. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit 16.37 (H), penurunan eritrosit 4.32 (L) dan penurunan hematokrit 37.00 (L). Berdasarkan hasil rontgen cruris dextra tampak Fraktur os tibia sinistra 1/3 inferior.
INITIAL PLAN
Initial Plan Diagnosis Dx
S O
: Close fraktur displace cruris sinistra os tibia 1/3 distal + ORIF komplit non komplikata : Nyeri tungkai kaki bawah kanan dan bengkak setelah kecelakaan : Bengkak, nyeri tekan (+), ROM terbatas, foto rontgen :cruris sinistra didapatkan fraktur os tibia 1/3 distal sinistra
INITIAL PLAN
Initial Plan Terapi
Rawat inap Inform consent Infus RL 20 tpm Inj cefotaxim 2x1 Inj ketorolac 3x1 Inj ranitidin 3x1 Oral moxifloxacin 1x1 Operasi : ORIF (open reduction and internal fixation) cruris sinistra
INITIAL PLAN Initial Plan Monitoring Keluhan nyeri Keadaan umum
Tanda vital Tanda perdarahan Tanda sindrom kompartemen
INITIAL PLAN Initial Plan Edukasi Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit yang dialami pasien Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasien Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai terapi yang akan dilakukan, risiko, efek samping, dan komplikasinya Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai prognosis penyakit yang dialami pasien
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen post ORIF Foto rontgen cruris sinistra pada tanggal 31 Desember 2018 Kesan : perbaikan Post ORIF (1 plate, 8 screw) pada tibia 1/3 distal dengan fraktur os tibia 1/3 distal, kedudukan tulang baik, celak fraktur (+) Fraktur os fibula proksimal, kedudukan tulang baik (relatif sam) Soft tissue bengkak
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas karena
tulang
trauma,
baik
tekanan
maupun kelainan patologis.
JENIS FRAKTUR
PRINSIP TATALAKSANA FRAKTUR
Recognition: Mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, PF, dan radiologi
Reduction: Bertujuan kesegarisan tulang
mengembalikan
panjang
dan
Retention: Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang mengancam union
Rehabilitation: Bertujuan untuk mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin
Penegakan Diagnosis Fraktur
GEJALA KLASIK
ANAMNESIS
Riwayat trauma
Mekanisme trauma
Nyeri dan bengkak
Riwayat cedera/fraktur
Deformitas
Riwayat pekerjaan
Gangguan
fungsi
musculoskeletal Gangguan neurovaskuler
Riwayat konsumsi obat-obatan Riwayat alergi Riwayat penyakit dahulu
Penegakan Diagnosis Fraktur PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Inspeksi/Look : deformitas,
Darah rutin
bengkak, luka terbuka
Faktor pembekuan darah
Palpasi/Feel : nyeri tekan,
Radiologis RULE OF TWO
krepitasi, status neurologis
-
Dua gambaran
dan vascular bagian distal
-
Memuat dua sendi
Gerakan/Move : keterbatasan
-
Memuat dua ekstremitas
ROM
-
Pengambilan radiologi dua kali
Tatalaksana fraktur REDUKSI
Reduksi Tertutup
Reduksi Reduksi fraktur adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis
Reduksi Terbuka
Tatalaksana Fraktur mempertahankan reduksi
Traksi
Mempertahankan Reduksi
Gips Fiksasi Interna Fiksasi Eksterna
Tatalaksana ORIF pada pasien
Open reduction with internal fixation (ORIF) Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai kemetafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi.
Penyembuhan Fraktur Proses penyambungan tulang :
1.
Fase hematoma
2.
Fase proliferasi
3.
Fase
pembentukan
kalus 4.
Fase konsolidasi
5.
Fase remodeling
Hematom Inflamasi & Proliferasi Pembentukan Kalus
• Pembuluh darah yang robek Hematom
• Reaksi radang akut+proliferasi sel, ujung fragmen fr di kelilingi oleh jr.sel • Terbentuknya Kalus
Konsolidasi
• Anyaman tulang Tulang lamelar, osteoblas mengisi celah2 fragmen tulang baru
Remodelling
• Tulang akan memperoleh bentuk yang mirip normalnya
Komplikasi Fraktur
SEGERA: Laserasi, robek pembuluh darah, syok hemoragik, syok neurogenik
DINI: Nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi sendi, osteomielitisumum, ARDS, emboli paru, tetanus LAMA: Lokal: ankilosis fibrosa, ankilosis osal, nonunion, malunion, distrofi refleks, osteoporosis, gang. pertumbuhan, osteomielitis, refraktur,ruptur tendo, kelumpuhan saraf. Sistemik: Batu ginjal
Komplikasi fraktur
Komplikasi awal
Syok
Emboli lemak
Sindroma kompartemen
Infeksi
Komplikasi lambat
Delayed union, malunion, non union
Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Lokalisasi Fraktur
Fraktur Tibia 1/3 distal A. Mekanisme cedera
fraktur tibia berupa trauma akibat kecelakaan dengan berkecepatan sangat tinggi.
Jumlah fraktur
tibia pada keadaan gawat darurat tergolong tinggi. Sementara trauma langsung pada tibia merupakan penyebab paling umum, tidak ada etiologi lain yang
dijumpai untuk fraktur tibia shaft. Dua yang paling umum adalah jatuh atau melompat dari ketinggian yang signifikan dan luka tembak pada kaki bagian bawah.(4)
Fraktur Tibia
Fraktur Kondiler Tibia A. Mekanisme Trauma
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya kearah medial(valgus).
B. Gambaran Klinik trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeri serta hemartrosis. Gangguan pergerakan sendi lutut. Tidak dapat menahan beban. Nyeri pada proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas.
C. Pemeriksaan Radiologi Foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur,tapi kadang-kadang diperlukan pula foto oblik(1).
Fraktur Tibia
Fraktur Kondiler Tibia
Fraktur Tibia Fraktur Diafisis Tibia
A. Mekanisme Trauma
Trauma angulasi yang menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan
1/3 bagian Penyebab utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. (1) B. Gambaran Klinik Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit.(1) C. Pemeriksaan Radiologi Sinar rontgen pada posisi anteroposterior dan lateral. Selain itu pada foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan ankle.
Fraktur Tibia Fraktur Diafisis Tibia
Fraktur Tibia Fraktur Distal Tibia
A. Mekanisme trauma Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam beberapa macam trauma(1) : Trauma abduksi, adduksi, rotasi eksterna, kompresi vertikal. B. Gambaran klinis Pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan/deformitas. Penting diperhatikan lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada ligamen(1). C. Pemeriksaan radiologis Foto rontgen dibuat sekurang-kurangnya tiga proyeksi, yaitu antero-posterior, lateral dan setengah oblik dari gambaran posisi pergelangan kaki. Sering fraktur terjadi pada fibula proksimal, sehingga secara klinis harus diperhatikan. (1)
Fraktur Tibia Fraktur Distal Tibia
KESIMPULAN
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi
adalah fraktur pada tibia. Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler,diafisis dan pergelangan kaki. Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya penanganannya juga tidak sederhana. Sebagai dokter umum, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu, pemeriksaan radiologis juga penting. Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif.
Wassalamualaikum Wr. Wb