Bismillah Peropsal - Copy.docx

  • Uploaded by: Ade Aulia Maretna
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bismillah Peropsal - Copy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,261
  • Pages: 31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum disempurnakan sebagai langkah untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi diri peserta didik dilihat dari kualifikasi kompetensi lulusan yang mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang sudah ditetapkan. Perubahan kurikulum dilakukan sebagai upaya mengatasi persoalan kualitas moral bangsa, sumber daya manusia (SDM), dan tantangan perkembangan IPTEK. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi diterapkan dengan harapan dapat melahirkan individu yang beriman, memiliki karakter berbudi pekerti luhur, bertanggungjawab, produktif, kreatif, dan memiliki keterampilan relevan sesuai dengan pengetahuan yang terkait. Pada Kurikulum 2013 terjadi pergeseran: (1) standar kelulusan yang diturunkan dari kebutuhan, karakteristik dan perkembangan peserta didik sehingga beban belajar berkurang; (2) semua mata pelajaran terikat dengan kompetensi inti dan berkontribusi dalam pembentukan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, keterampilan. Semua mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi yang ingin dicapai dan disajikan berkaitan dengan norma dan nilai-nilai yang dikaitkan dengan kehidupan seharihari; (3) proses pembelajaran ditekankan pada student center learning, yaitu berpusat pada peserta didik dengan menggunakan pendekatan ilmiah; (4)

1

2

pelaksanan penilaian baik secara proses dan hasil mengarah pada pembentukan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013 mencakup penilaian autentik dan penilaian non-autentik. Penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian non-autentik diperoleh setelah proses pembelajaran berdasarkan hasil tes, ulangan, dan ujian. Penilaian dilakukan secara komprehensif untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus. Penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013 membuat pergeseran dalam pelaksanaan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan hasil belajar saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan proses pembelajaran dan hasil belajar). Pergeseran ini menuntut guru untuk memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian secara kualitatif. Melihat secara nyata (riil) kemampuan yang dimiliki peserta didik, perkembangan dan pemahaman materi dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurikulum 2013 dapat diimplementasikan dengan baik pada proses pembelajaran di tingkat SMA dan pada levelnya apabila didukung guru yang memiliki kompetensi dan profesional dibidangnya. Pada Kurikulum 2013 guru dituntut memiliki kreatifitas yang tinggi dalam mengemas pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Selain itu, guru menguasai sistematika proses

3

penilaian hasil belajar dan memiliki kemampuan melakukan penilaian hasil belajar. Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar penilaian menyebutkan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah. Berdasarkan Permendikbud No.66 tahun 2013 bahwa Standar Penilaian Pendidikan bertujuan untuk menjamin: (1) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Menurut Pran Agustian (2013), melaksanakan sistem penilaian hasil belajar dengan baik bukanlah hal yang mudah, perlu persiapan dan perencanaan yang maksimal. Untuk melasksanakan penilaian hasil belajar yang baik, maka guru harus memiliki pengatahuan dan keterampilan dalam melakukan penilaian. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam perencanaan penilaian, diantaranya menentukan apa yang akan dinilai, menentukan metode dan instrumen penilaian, menentukan cara penyekoran untuk menentukan nilai akhir.

4

Jika perencanaan penilaian tersebut telah dilakukan guru sebelum pelaksanaan penilaian maka diharapkan nilai akhir tersebut dapat dipertanggungjawabkan keobjektifannya dan memberikan tindak lanjut dari pelaksanaan penilaian. Kunandar (2014: 35) menyatakan bahwa salah satu penekanan dalam kurikulu 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Sebenarnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Menurut Nani Roslinda (kompasiana.com: 2013), Penilaian authentik banyak yang membuat guru mengalami kendalah yaitu aspek-aspek penilaian sikap itu memiliki beberapa unsur misalnya, nilai kedisiplinan, kerjasama dan sikap menghargai pendapat orang lain dll. Selain itu dalam hal ketrampilan juga, guru harus melakukan penilaian observasi dan portofolio kegiatan dan aspek pengetahuan penilaiannya dilakukan dengan mengerti, memahami dan mampu mempresentasikan, ada nilai persentasi dan penilaian tugas-tugas. Penilaian ini akan mengakibatkan penilaian sikap yang rekayasa, siswa yang baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan nilai, sementara nilai yang lainnya standar umum saja. Standar penilaian menjadi salah satu penekanan dalam kurikulum 2013. Kunandar mengungkapkan bahwa melalui kurikulum 2013 menjadi penekanan yang serius dimana guru harus menerapkan penilaian dalam setiap peroses

5

pembelajaran. Kunandar juga mengungkapkan bahwa penilaian bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Guru dapat melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan melalui kegiatan penilaian. Implementasi standar penilaian di SMA Negeri 5 Palu terutama pada mata pelajaran Geografi, standar penilaian kurikulum 2013 yang menjadi tanggung jawab guru dalam kegiatan pembelajaran baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan,

maupun

ketika

merekapitulasi

nilai

akhir

siswa.

Untuk

memudahkan penilaian guru juga harus menhafal semua peserta didik yang akan dinilai secara tepat sehingga memudahkan pemberian nilai secara benar. Guru juga dituntut lebih kreatif dalam mengembankan penilaian sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan guru diharapkan untuk memiliki catatan sikap atau nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik selama dalam proses pembelajaran. Lokasi penelitian yang dipilih untuk melihat implementasi standar penilaian ialah di SMA Negeri 5 Palu. Berdasarkan observasi awal ( 12-10-2017) terlihat bahwa pelaksanaan standar penilaian di SMA Negeri 5 Palu tersebut masih memiliki kendala. Kendala yang paling dominan terdapat pada guru. Sebagaimana pernyataan dari guru geografi yang menyebutkan bahwa selama ini sosialisai tentang standar penilaian kurikulum 2013 masih terbatas dan belum dapat dipahami oleh guru-guru, sihingga mereka tetap berpatokan atau mengacu kepada standar penilaian KTSP untuk memberikan penilaian terhadap siswa.

6

Seharusnya standar penilaian KTSP tersebut tidak bisa diterapkan lagi karena kurikulum tersebut sudah berganti menjadi kurikulum 2013. Kuranya pemahaman terhadap standar penilaian kurikulum 2013 sehingga guru sangat berharap adanya binbingan khusus yang diberikan dari pemerintah agar guru-guru dapat memahami dengan benar terhadap prosedur standar penilaian pada kurikulum 2013. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana gambaran implementasi standar penilaian kurikulum 2013 dalam mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 palu? 1.3. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan implementasi standar penilaian kurikulum 2013 dalam mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 palu! 1.4. Manfaat Penelitian hasil dalam penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi berapa pihak, dianataranya yaitu sebagai berikut: 1. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan di sekolah sekaligus kerangka acuan dalam mengembangkan standar penilaian kurikulum 2013 di SMA Negeri 5 Palu.

7

2. Bagi Guru Sebagai bahan acuan dalam membimbing, mendidik dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan minat belajar siswa. 3. Bagi Siswa Dapat memberikan pemahaman kepada siswa akan pentingnya standar penilaian. Agar siswa semangat dalam peroses belajar mengajar. 1.5. Batasan Istilah 1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk mata pelajaran geografi tentang standar penilaian Kurikulum 2013 2. Sampel atau data yang diambil hanya diperoleh oleh Guru Geografi di SMA Negeri 5 Palu

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilitian Relevan Ada dua penelitian yang releven dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu: Rostina Asiki 2006. Berjudul, Persepsi Guru sejarah Terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata pelajaran Sejarah DI SMP Negeri Se-Kota Palu. Metode Penelitian, Metode yang dilakukan terdiri dari 3 langkah, yaitu: pertama, populasi dan sampel. Kedua pengumpulan data melalui (a) studi kepustakaan, (b) studi lapangan yang terdiri dari observasi, angket dan wawancara. Ketiga, analisis data. Masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana persepsi guru sejarah terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mata pelajaran sejarah di SMP Negeri se-Kota Palu. (2) bagaimana persepsi guru terhadap perangkat pembelajaran di SMP Negeri se-Kota Palu. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanggapan guru sejarah terhadap kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menyatakan bahwa 90,32% guru menanggapi baik keberadaan kurikulum berbasis kompotensi (KBK). Armansyah, 2012. Judul penelitian: Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Sejarah di SMA dan SMP Negeri Se-Kecamatan Palu timur. Masalah dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah persepsi guru sejrah terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran sejarah di SMA Negeri dan SMP negeri Se-Kecamatan

9

Palu Timur, dan (2) Bagaimanakah persepsi guru sejarah terhadap perankat pembelajaran di SMA Negeri dan SMP Negeri Se-Kecamatan Palu Timur. Metode

penelitian

yang

pertama,

populasi

dan

sampel.

Kedua

pengumpulan data melalui; (a) Studi kepustakaan (b) Studi lapangan yang terdiri dari observasi, anket dan wawancara. Ketiga analisis data yang diolah secara deskriptif,

kualitatif

yang

dipersentasikan

berdasarkan

uraian

dengan

menggunakan tabel frekuensi. Objek penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran yang ada di SMA Negeri dan SMP Negeri Se-kecamatan Palu Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama tanggapan guru sejarah terhadap Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dapat dilihat dari hasil penilaian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penilaian melalui angket , 90,9% guru menanggapi baik kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Komponen

Rosnita Asikin

Armansyah

1

2

3

Judul Skripsi

Persepsi Guru

Persepsi Guru

Sejarah Terhadap

Sejarah Terhadap

Kurikulum

Kurikulum

Berbasis

Tingkat Satuan

Kompetensi

pendidikan

(KBK) Mata

(KTSP) mata

Pelajaran Sejarah

pelajaran Sejarah

DI SMP Negeri

di SMA Negeri

10

Se-Kota Palu

dan SNP negeri Se-Kecamatan Palu Timur

Populasi (N)

62 0rang Guru

22 rang Guru

Sampel (n)

62 Orang Guru

22 rang Guru

Jenis

Deskriptif

Deskriptif

Penelitian

Kualitatif

Kualitatif

Teknik

Sampel total

Sampel Total

Metode

Observasi, Anket,

Observasi, Anket,

Pengambilan

Wawancara

Wawancara

Hasil

Menunjukkan

Pertama

Penelitian

bahwa tanggapan

tanggapan guru

guru terhadap

sejarah terhadap

kurikulum

kurikulum tingkat

berbasis

satuan pendidikan

kompetensi

(KTSP) dapat di

(KBK)

lihat dari hasil

menyatakan

penilaian

bahwa 90,32%

menunjukkan

Pengambilan Sampel

data

11

guru menanggapi

bahwa

baik keberadaan

berdasarkan hasil

kurikulum

penilaian melalui

berbasis

angket, 90,9%

kompetensi

menanggapi

(KBK)

dengan baik.

2.2. Kajian Pustaka 2.2.1. Pengertian Kurikulum Sebelum lebih jauh menbahas tentang kurikulum 2013, akan lebih bijak jika kita mengupas terlebih dahulu apa pengertian kurikulum itu. Istilah kurikulum bukanlah asli dari bahasa indonesia. Istilah itu baru masuk dan dikenal dalam dunia pendidikan indonesia pada tahun 1968 untuk menggantikan kurikulum sebelumnya, yaitu rencana pembelajaran 1950. Ketika itu istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah rencana pembelajaran, bukan pendidikan. Istilah kurikulum ini sendiri terambil dari bahasa yunani, yaitu currikulum. Pada masa yunani dulu, istilah ini pada awalnya digunakan dunia olahraga, yaitu brupa jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis star sampai garis

finis.

Seiring

waktu

berjalam,

istilah

ini

kemudian

mengalami

perkembangan dan meluas merambah ke dunia pendidikan ( Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2014: 1).

12

Sedankan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperankat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2.2.2. Perubahan Kurikulum Berangkat dari pengertian kurikulum itu sendiri, maka bisa dikatakan bahwa kurikulumalat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum ibarat jantung pendidikan, jika jantung tersebut berfunsi dengan baik maka keseluruhan badanpun akan berfunsi dengan baik. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan dan sasaran dari pendidikan, sebagus apapun akan sulit dicapai. Kurikulum itu bersifat dinamis. Kurikulum itu tidak bisa bersifat stgnan karena kurikulum itu sendiri terkait erat dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara, serta tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Dalam sejarah pendidikan di indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum di indonesia dapat dilihat berikut ini. 1. Tahun 1947, lear plan (rencana pembelajaran). 2. Tahun 1952, rencana pembelajaran terurai. 3. Tahun 1964, rencana pendidikan. 4. Tahun 1968, kurikulum 1968.

13

5. Tahun 1975, kurikulum 1975. 6. Tahun 1984, kurikulum 1984 7. Tahun 1994 dan 1999, Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999. 8. Tahun 2004, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 9. Tahun 2006, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 10. Tahun 2013, kurikulum 2013. Perubahan

kurikulum

tersebut

didasari

pada

kesadaran

bahwa

perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang manpu bersaing dan menyesuakan diri dengan perubahan. Perubahan-perubahan atau penyempurnaan kurikulum yang terjadi di indonesia sejak bernama Rentjana Pembelajaran 1942 hingga kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 selalu dibarengin dengan argumen-argumen ilmiah, pendekatan-pendekatan mutakhir, lengap dengan bacground teori-teori belajar terbaru dan rasionalisasi dari masing-masing itu yang tidak terbantahkan. Perubahan

dari

kurikulum

1947

yang

menberi

perhatian

pada

pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, disempurnakan menjadi kurikulum 1952 dengan nama Rentjana pembelajaran terurai lebih difokuskan pada isi pelajaran yang harus berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari adalah contoh perubahan atau penyempurnaan kurikulum karena penyesuain dengan perkembangan zaman

14

2.2.3 Implementasi Kurikulum Implementasi kurikulum adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang atau didesain. Dalam implementasi kurikulum, dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan yang kuat dalam pelaksanaanya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang. Ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merencanakan implementasi kurikulum, diantaranya adalah: 1. Rumusan tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau yang diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkaitan dengan aspek-aspek deduktif, administrative, social dan aspek lainya. 2. Identifikasi sumber-sumber, komponen ini memuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber keterbatasan, sumber audio visual, manusia, masyarakat dan sumber di sekolah yang bersankutan. 3. Peran pihak-pihak terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksana kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, adiministrator serta serta siswa sendiri. 4. Mengembankan kemanpuan profesional, komponen ini memuat perankat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan implememtasi kurikulum. 5. Penjadwalan kegiatan pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dari rincian tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan partisipasinya. 6. Unsur penunjang, komponen ini memuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang yang berfungsi menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsur penunjang meliputi metode kerja. 7. Komunikasi, komponen ini direncanakan sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil.

15

8. Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan komprehensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum. 9. Pencatatan dan pelaporan, komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencatatan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum. Pencatatan berfungsi ganda, yaitu membantu posisi monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. 10. Evaluasi proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi, metode evaluasi, dan bentuk evaluasi. 11. Perbaikan dan redesain kurikulum, rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan upaya perbaikan redesain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi proses. 2.2.4. Standar Penilaian Hasil Belajar Dalam Kurikulum 2013 1) penilaian hasil belajar Berdasarkan Permendikbud No. 81A tahun 2013 istilah penilaian (assesment) terdiri dari tiga kegiatan, yakni pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/ bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian. Kegiatan penilaian berkaitan dengan pengukuran untuk penelusuran, pengecekan, dan pencarian kesenjangan dalam pembelajaran Sugihartono (2007: 130), menjelaskan penilaian adalah suatu kegiatan memberikan interpretasi terhadap hasil pengukuran untuk mengetahui tinggi rendahnya atau baik buruknya

16

aspek, gejala, fenomena, dan program tertentu. Pendapat lain menurut Musa Sukardi dan Tumardi (2000: 2), menjelaskan penilaian merupakan proses mempertimbangkan gejala/fenomena/benda dengan patokan tertentu dengan hasil berupa data nilai (kata-kata/angka) yang bersifat kualitatif. Menurut Kunandar (2013: 38-39), mendefinisikan penilaian adalah suatu proses sistematis yang mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan perkembangan peserta didik dalam penguasaan kompetensi mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Permen No. 104 Tahun 2014 tentan penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai pencapaian pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh peserta didik dalam mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara sistematis selama dan setelah proses pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses mengumpulkan, menentukan, mengukur, dan memantau kemajuan belajar, hasil belajar, dan menganalisis kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik yang mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan secara menyeluruh (holistik) dan berkesinambungan. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk penilaian autentik dan non-autentik. Penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran melalui pengamatan penilaian antar teman, proyek,

17

unjuk kerja, portofolio, penilaian diri, dan produk. Penilaian non-autentik dilaksanakan melalui tes, ulangan, dan ujian. 2) Perinsi-Perinsip Penilaian Hasil Belajar Musa Sukardi dan Tumardi (2000: 5-7), menjelaskan melakukan penilaian perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut: 1. prinsip komprehensif (menyeluruh), yaitu mencakup penilaian proses danhasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan prikomotorik 2. prinsip kooperatif, yaitu dilakukan secara kerjasama dengan semua pihakyang terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan seperti dosen, petugas konseling, orang tua, peserta didik, dan tenaga administrasi 3. prinsip kontinyuitas,

yaitu dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan selama proses pembelajaran 4. prinsip objektif, yaitu dilakukan untuk menilai aspek, fenomena, gejala sesuai dengan kenyataan 5. prinsip orientasi pada tujuan, yaitu mengacu pada tujuan yang akan dicapai 6. prinsip mendidik, yaitu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Susanti dan Selly Rahmawati (2014: 12), menjelaskan prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut: 1.

objektif, artinya berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi subjektivitas

2. terpadu,

artinya

dilakukan

secara

pembelajaran, dan berkesinambungan 3. ekonomis, artinya efisien dan efektif

terencana,

menyatu

dengan

18

4. transparan, artinya prosedur dan kriteria peninalain serta pengambilan keputusan dapat diakses semua pihak 5. akuntabel, artinya dapat dipertanggungjawabkan baik kepihak internal maupun eksterna 6. edukatif, artinya mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Menurut Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah menyebutkan bahwa prinsip-prinsip penilaian hasil belajar dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. prinsip umum meliputi prinsip sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, holistik, berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan edukatif. 2. prinsip khusus meliputi karakteristik pendekatan, model, dan instrumen. Prinsip khusus disesuaikan dengan setiap mata pelajaran di sekolah. 3) Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 24-26), menjelaskan tahap pelaksanaan penilaian sebagai berikut: 1. menentukan tujuan, tujuan dalam penilaian memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya, dalam menentukan prestasi belajar, lingkup materi atau kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan dengan materi yang sudah dijelaskan. 2. menentukan rencana penilaian. Rencana penilaian berbentuk kisi-kisi matriks yang menggambarkan keterkaiatan kemampuan yang menjadi lingkup pembelajaran dan materi yang dipelajari untuk mencapai

19

kompetensi, serta teknik penilaian yang digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi. 3. penyusunan instrumen penilaian. Instrumen penilaian berupa tes dan nontes. Tes dapat berbentuk objektis atau uraian, sedangkan non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. 4. pengumpulan data atau informasi. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan penggunaan instrumen penilaian, dilakukan secara objektif dan transparan (terbuka) agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya. 5. Analisis dan interpretasi. Analisis berupa hasil penilaian yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik berbentuk deskripsi. Interpretasi merupakan penafsiran dari analisis hasil belajar peserta didik. Analisis dan interpretasi

dilakukan

untuk

menentukan

pencapaian

penguasaan

kompetensi peserta didik dengan skoring. 6. tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi hasil belajar peserta didik untuk pengambilan keputusan. Menurut

Kunandar

(2014:

93-96),

menjelaskan

langkah-langkah

pelaksanaan penilaian belajar peserta didik sebagai berikut: 1. penetapan indikator pencapaian belajar. Indikator merupakan indikasi pencapaian yang menunjukan ketercapaiannya kompetensi dasar yang mengacu pada materi pelajaran sesuai kompetensi.

20

2. pemetaan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan teknik penilaian. Penetapan dilakukan untuk menentukan teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar. 3. menyusun instrumen. Instrumen digunakan untuk menghasilkan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik yang tepat, valid, dan akurat. 4) Teknik dan instrumen menilai kompetensi keterampilan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan bahwa kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Kompetensi

tersebut

dapat

dinilai

menggunakan:

(1)

penilaian

unjuk

kerja/praktek, (2) projek, (3) Produk, (4) Portofolio, (5) Tertulis. Berikut akan dijelaskan lebih rinci tentang teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi. 1.

Penilaian unjuk kerja/praktek Penilaian yang digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu atau suatu aktivitas dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penilaian unjuk kerja, yaitu: 1. Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk menunjukan kemampuannya. 2. Kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja. 3. Kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

21

4. Kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak sehingga dapat diamati. 5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan langkah pekerjaan yang akan diamati. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja/praktek peserta didik dapat berupa daftar cek dan skala penilaian (rating scale). Daftar cek digunakan untuk memberikan penilaian pada penguasaan kompetensi tertentu yang dapat diamati pada diri peserta didik, sedangkan skala penilaian digunakan untuk memberikan nilai secara kontinum terhadap penguasaan kompetensi peserta didik. Rentang angka dari angka tidak sempurna sampai sempurna menjadi skala penilaian. Misalnya 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang. 2. Penilaian projek Projek adalah penilaian terhadap tugas-tugas belajar (learning tasks) yang diberikan kepada peserta didik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki, dan kemampuan menginformasikan peristiwa, fenomena, atau kegiatan secara jelas. Menurut Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 63) menjelaskan ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan oleh pendidik dalam melakukan penilaian projek yaitu: 1. kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan;

22

2. relevansi

atau

kesesuaian

dengan

mata

pelajaran

dengan

mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran; 3. keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya sendiri, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek tersebut. Instrumen penilaian proyek menggunakan penskoran hasil kinerja yang meliputi skor penilaian dan lembar penilaian proyek berupa kriteria penilaian atau rubrik. 3. Produk Penilaian produk adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam membuat produk-produk, teknologi, dan seni, seperti: makanan, pakaian, sarana kebersihan, alat-alat teknologi, hasil karya seni, dan barangbarang terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam. Pelaksanaan penilaian pada pembuatan produk meliputi 3 (tiga) tahapan yang perlu dinilai yaitu: 1. tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,

menggali,

dan

mengembangkan

gagasan,

dan

mendesain produk; 2. tahap proses pembuatan produk, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik;

23

3. tahap hasil, meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Instrumen yang digunakan untuk menilai produk menggunakan skala penilaian yang berisi aspek dan skala penilaian. Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang akan dinilai. Skala penilaian menggunakan skala tingkat 1-4. Rentang angka dari angka tidak sempurna sampai sempurna menjadi skala penilaian. Misalnya 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang. 4. Portofolio Portofolio merupakan penilaian seluruh karya atau dokumen peserta didik secara individu pada satu periode untuk satu mata pelajaran. Informasi perkembangan kemampuan peserta didik tersebut dilakukan terus-menerus dan bersifat reflektif untuk melakukan perbaikan. Portofolio dilakukan untuk melihat dinamika perkembangan kemampuan belajar peserta didik melalui karya-karya. 5. Tes tulis Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan bahwa tes tulis dapat digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan selain untuk menilai kompetensi

pengetahuan.

Kompetensi

keterampilan

yang

dapat

dinilai

menggunakan tes tulis seperti menulis karangan, menulis laporan, dan menulis surat. Instrumen tes tulis yang digunakan tidak jauh beda dengan tes tulis pada penilaian komoetensi pengetahuan, yaitu berbentuk soal. Bentuk soal tertulis dapat berupa memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan: benarsalah; ya-tidak,

24

menjodohkan, dan sebab-akibat) dan menyuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat, dan uraian). 2.3 Karangka Pemikiran Kurikulum 2013 adalah bentuk penyempurnaan dari kurikulum KBK dan KTSP. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi ini difokuskan untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, berkompeten, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur seperti yang disebutkan dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional. Pada kurikulum 2013 penilaian ditekankan pada penilaian autentik dan non-autentik. Penilaian autentik dan non-autentik mengukur sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan proses pembelajaran dan hasil belajar. Pergeseran tersebut menuntut guru memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian secara kualitatif. Melihat secara nyata (riil) kemampuan yang dimiliki peserta didik, perkembangan dan pemahaman materi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kompetensi dengan kualifikasi yang layak sebagai seorang guru. Kurang siapnya guru dalam menerapkan kurikulum 2013 akan berdampak pada pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hail observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Palu, di lapangan guru belum memahami konsep Kurikulum 2013. Meskipun sudah mengikuti pelatihan kurikulum 2013, namun dirasakan masih kurang cukup untuk memahami Kurikulum 2013. Guru mengeluh, terutama pada pelaksanaan proses penilaian. Guru merasa bahwa proses penilaian pada

25

kurikulum 2013 sangat rumit dan banyak menggunakan prosedur serta membutuhkan banyak waktu dalam penerapannya. Guru bertanggungjawab untuk membawa peserta didik menuju kematangan belajar tertentu dalam meningkatkan keseimbangan antara kompetensi sikap spiriual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Studi kasus penilaian hasil belajar di SMA Negeri 5 Palu dilakukan bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru, dan mengetahui kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013. Dari penjelasan di atas kerangka berfikir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Standar penilaian

Kurikulum 2013

1. 2. 3. 4.

Perencanaan penilaian Pegembangan istrumen penilian Pelaksanaan penilaian Pengelolaan dan pemanfaatan penilaian

Implementasi standar penilaian kurikulum 2013

Pembelajaran Geografi

26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif. Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemgetahuan guru tentang standar penilaian pada kurikulum 2013 dalam mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 Palu. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Menurut Nazir (1999:65) metode survey merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik baik secara sensus maupun sampel. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Palu Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikolore Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2017, dari tahap observasi awal, penelitian, hingga penulisan. 3.2 Subyek penelitian Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu guru geografi yang berjumlah 2 orang dan kepala bidang kurikulum SMA Negeri 5 Palu khususnya kelas X1 pada mata pelajaran geografi. Dan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Dedy Kuswanto (2012: 16) menjelaskan pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, yang sekiranya representative dengan objek yang akan diteliti.

27

3.3 Jenis data Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang didapat pada lembar pengamatan (Observasi) pada saat guru melakukan penilaian terhadap siwa adapun sumber data yang digunakan antara lain : 1. Data primer, data primer yang penulis dapatkan yaitu data yang bersumber dari responden yang ditemui langsung di lapangan (lokasi penelitian) yaitu guru dan informan SMA Negeri 5 Palu. 2. Data sekunder, yaitu data yang penulis dapatkan dari perpustakaan yang berisi informasi yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu berupa dokumen atau catatan yang mendukung dalam penulisan penelitian ini berupa foto kegiatan penilaian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Suatu penelitian jika terdapat permasalahan, dan untuk mengetahui serta menemukan solusi dari permasalahan, maka dalam penggupulan data penelitian ialah mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan. Pengumpulan data dapat dilakukan beberapa cara, yaitu: 3.4.1 Observasi (pengamatan) Observasi merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai metode pengamatan pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku

28

individu atau proses terjadinya kegiatan suatu kegiatan yang diamati. Jadi observasi dalam penelitian ini adalah mengamati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam implementasi standar penilaian kurikulum 2013. Observasi tersebut meliputi kegiatan pengamatan pembelajaran geografi di kelas. 3.4.2 Wawancara Menurut Sriyono dalam Rosnita Asiki, (2006;20) bahwa, wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dan pencatatan data informasi serta pendapat yang dilakukan melalui percakapan tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara dalam penelitian ini adalah melakukan dialog atau tanya jawab dengan para informan berkaitan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur yakni dengan menggunakan daftar pertanyaan (daftar pertanyaan terlampir). 3.4.3 Dokumentasi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pencatatan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan aspek penelitian. Dengan demikian data yang dikumpulkan peneliti dalam penilitian ini yaitu data standar penilaian siswa kelas XI. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan langkah terakhir dalam penelitian ini. Proses analisa data ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Data yang terkumpul melalui proses wawancara di analisis melalui 3 (tiga) tahap yaitu:

29

1. Reduksi Data Milles dan Huberman dalam Rosnita Asiki, (2006: 31) mengatakan bahwa reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan, pemersatu,, perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan penelitian. Adapun dilaksanakan reduksi data yaitu untuk memberikan gambaran yang jelas untuk mempermudah penelitian dan pengumpulan data. 2. Penyajian Data Milles dan Huberman dalam Rosnita asiki, (2006: 31) mengatakan bahwa penyajian data adalah untuk menyusun seluruh informasi dari informan sehingga dari penyajian data tersebut dapat memberikan kemungkinan untuk ditarik suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan. Adapun maksud diadakannya penyajiaan data yaitu penulis selanjutnya akan menhimpun maupun menafsirkan informasi yang telah didapatkan baik melalui wawancara maupun observasi untuk melakukan tindakan selanjudnya. 3. Verivikasi Data Milles dan Huberman dalam Rosnita Asiki, (2006: 31) mengatakan bahwa verivikasi data adalah mengevaluasi segala informasi yang telah didapatkan suatu data yang diperoleh oleh informan, sihingga akan didapat suatu data yang dapat dipertanggungjawabkan akan kebenaranya. Adapun maksud diadakannya verivikasi data yaitu penulis menyimpulkan dari semua hasil penelitian kemudian diolah untuk menarik suatu kesimpulan agar nantinya penulis dapat bertanggungjawabkan hasil penelitianya.

30

DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2013). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Abdul Majid. (2014). Penilaian Autentik: Proses Dan Hasil Belajar. Bandung: RemajaRosdakarya. Imas, K. Dan Berlin, S. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013), Jogjakarta: Kata Pena. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Pran Agustian (2013). Evaluasi Sistem Penilaian Hasil Belajar Pada Program Keahlian Mekatronika Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Se-Kota Palembang Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Kunandar. (2014). Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sunarti & Selly Rahmawati. (2014). Penilaian Dalam Kurikulum 2013: Membantu Guru Dan Calon Guru Mengetahui Langkah-Langkah Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta: Andi Offset. Musa Sukardi & Tumardi. (2000). Evaluasi Pendidikan. Malang: Depdiknas. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Dedy Kuswanto. (2012). Statistik Untuk Pemula & Orang Awam: Panduan Step By Step Dalam Menguasai Statistik. Jakarta: Laskar Aksara. Skripsi: Rosnita, A. (2006). Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri se-Kota Palu. Skripsi (S1) Pada FKIP UNTAD: Tidak diterbitkan. Armansyah, 2012. Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Sejarah di SMA dan SMP Negeri SeKecamatan Palu Timur. Skripsi (S1) Pada FKIP UNTAD: Tidak Diterbitkan

31

Nani Roslinda (2013). Pelaksanaan Kurikulum 2013 dan Kendala. Diakses dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/30/pelaksanaan-kurikulum-2013dan-kendala-615487.html pada tanggal 22 Desember 2017, Jam 20.30 WIB.

Related Documents

Bismillah
October 2019 80
Bismillah
November 2019 60
Bismillah
June 2020 46
Bismillah
November 2019 85
Bismillah Mentahan.docx
August 2019 71

More Documents from "Muhamad Dafa"