HTTS 2016: SUARAKAN KEBENARAN, JANGAN BUNUH DIRIMU DENGAN CANDU ROKOK DIPUBLIKASIKAN PADA : SELASA, 31 MEI 2016 00:00:00, DIBACA : 46.045 KALIJakarta, 31 Mei 2016 Bahaya mengkonsumsi tembakau dan merokok terhadap kesehatan merupakan sebuah kebenaran dan kenyataan yang harus diungkapkan secara sungguh-sungguh kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memahami, menyadari, mau dan mampu menghentikan kebiasaan merokok dan menghindarkan diri dari bahaya akibat asap rokok. Selama ini, masyarakat telah terbuai denganpropaganda dan iklan rokok yang aduhai. Padahal itu tidak lebih dari sebuah kebohongan yang terus diulang-ulang, sehingga menjadi diyakini dan terinternalisasi dalam diri. Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan dalam konsumsi produk tembakau, terutama rokok, demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, yang disampaikan oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM, pada acara talkshow sebagai rangkaian puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2016 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (31/5). HTTS 2016 diharapkan menjadi momentum masyarakat agar berani bersuara lantang untuk menyuarakan kebenaran. Jangan biarkan masyarakat membunuh dirinya dengan candu rokok yang mematikan. Inilah
Faktanya,
Jumlah
Perokok
di
Indonesia
Memprihatinkan
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang di antaranya adalah perokok. Keadaan ini semakin mengkhawatirkan, karena prevalensi perokok perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 6,7% pada tahun 2013. Dengan demikian, pada 20 tahun yang lalu dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 4 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 7 orang di antaranya adalah perokok. Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan yang lebih mengejutkan, lebih mengejutkan adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia 10-14
tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013. Mengutip data hasil penelitian di RS Persahabatan (2013) memperlihatkan bahwa tingkat kecanduan atau adiksi pada anak SMA yang merokok cukup tinggi, yaitu 16,8%. Artinya 1orang dari setiap 5 orang remaja yang merokok, telah mengalami kencaduan. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa rata-rata anak yang dilahirkan oleh ibu hamil yang merokok memiliki berat badan yang lebih ringan (<2500 gram) dan lebih pendek (<45 cm) dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok (>3000 gram) dan lebih panjang (>50 cm). Data-data tersebut menunjukan fakta bahwa merokok jelas berakibat pada buruk pada kesehatan masyarakat Indonesia. Merokok merupakan faktor yang berakibat sangat besar terhadap munculnya berbagai penyakit. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Kebiasaan buruk merokok akan berdampak lebih buruk lagi jika masyarakat malas bergerak atau kurang olahraga, diit tidak sehat dan tidak seimbang, atau mengkonsumsi alkohol, tambah Menkes. Pada kesempatan yang baik, mari serukan kepada segenap hadirin dan seluruh masyarakat, termasuk para seniman dan seniwati, serta para pelajar dan mahasiswa agar bersama-sama menghentikan kebiasaan merokok demi masa depan bangsa Indonesia. Sebab, merokok mengakibatkan penurunan kesehatan yang berdampak pada penurunan kualitas anak-anak, generasi yang baru dilahirkan. Penurunan kualitas generasi penerus bangsa berakibat terjadinya pembodohan dan pemiskinan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah. Komitmen Kuat Jadi Modal Dasar Wujudkan Indonesia Bebas Asap Rokok Adanya komitmen yang kuat, jejaring yang erat, dan tindakan pasti Pemerintah Pusat dan Daerah bersama seluruh masyarakat adalah modal dasar dalam mewujudkan Indonesia Bebas Asap Rokok. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tingkat Kabupaten/ Kota hendaknya semakin diperluas cakupan dan jangkauannya di Indonesia melalui penerbitan regulasi dan implementasi. Dewasa ini, sudah ada 220 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi yang memiliki peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Langkah ini penting demi melindungi masyarakat dari ancaman gangguan kesehatan akibat lingkungan yang tercemar asap rokok. Selain itu, apresiasi tinggi Kemenkes kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, yang telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan sekolah. Guna meningkatkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan upaya advokasi, sosialisasi, dan penerbitan regulasi, perlu diperkuat dengan pelembagaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta perilaku CERDIK, yang merupakan kepanjangan dari Cek Kesehatan Secara Berkala; Enyahkan Asap Rokok; Rajin Beraktifitas Fisik; Diet Sehat dan
Seimbang; Peringatan
Istirahat HTTS
Cukup; 2016
di
dan Taman
Kelola
Stress.
Ismail
Marzuki
Setiap tanggal 31 Mei 2016, kita memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Tahun ini, HTTS 2016 digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. TIM selama 48 tahun telah menjadi ruang bagi para seniman-seniwati Indonesia untuk menyajikan karya seni-budaya dan tradisi bangsa Indonesia. TIM membuka pintu seluas-luasnya bagi ide dan karya-cipta kreatif dan bermutu dari bangsa Indonesia. Namun disisi lain, di tempat ini seringkali menjadi tempat pagelaran seni yang didukung oleh industri rokok. Semoga ke depan, semakin banyak karya besar seni budaya yang dipagelarkan guna menyuarakan kebenaran, mengajak segenap lapisan masyarakat untuk hidup sehat. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-kebenaran-janganbunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html
who 2018 3.27
Efek kesehatan merokok di kalangan anak muda Di antara orang-orang muda, konsekuensi kesehatan jangka pendek dari merokok termasuk efek pernapasan dan non pernapasan, kecanduan nikotin, dan risiko terkait penggunaan narkoba lainnya. Konsekuensi kesehatan jangka panjang dari merokok anak-anak diperkuat oleh fakta bahwa kebanyakan orang muda yang merokok secara teratur terus merokok sepanjang masa dewasa. (1) Perokok rokok memiliki tingkat fungsi paru yang lebih rendah daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. (1) Merokok mengurangi laju pertumbuhan paru-paru. (1)
Pada orang dewasa, merokok menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Penelitian telah menunjukkan bahwa tanda-tanda awal penyakit ini dapat ditemukan pada remaja yang merokok. (1)
Merokok melukai kebugaran fisik anak muda baik dalam hal kinerja dan ketahanan — bahkan di antara orang-orang muda yang terlatih dalam persaingan yang kompetitif. (1) Rata-rata, seseorang yang merokok sebungkus rokok atau lebih setiap hari hidup 7 tahun lebih sedikit daripada seseorang yang tidak pernah merokok. (2)
Denyut jantung yang beristirahat dari perokok dewasa muda adalah dua hingga tiga detak per menit lebih cepat daripada bukan perokok. (1)
Merokok pada usia dini meningkatkan risiko kanker paru-paru. Untuk sebagian besar kanker yang berhubungan dengan merokok, risikonya meningkat karena individu terus merokok. (1)
Remaja perokok menderita sesak napas hampir tiga kali lebih sering daripada remaja yang tidak merokok, dan menghasilkan dahak lebih dari dua kali lebih sering daripada remaja yang tidak merokok. (3)
Remaja perokok lebih cenderung mengunjungi dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk keluhan emosional atau psikologis. (3)
Remaja yang merokok tiga kali lebih mungkin dibandingkan bukan perokok untuk menggunakan alkohol, delapan kali lebih mungkin untuk menggunakan marijuana, dan 22 kali lebih mungkin menggunakan kokain. Merokok dikaitkan dengan sejumlah perilaku berisiko lainnya, seperti berkelahi dan melakukan hubungan seks tanpa kondom. (1)
World Health Statistics data visualizations dashboard
WHO Global Health Observatory : Indicator Metadata Registry
visualizations
Saat ini Rokok produk tembakau (umur-standar rate) Data jenis perwakilan Persen Topik Faktor risiko Alasan Penggunaan tembakau adalah penyumbang utama bagi penyakit dan kematian dari penyakit tidak menular (NCDs). Ada tingkat aman tidak terbukti penggunaan tembakau atau paparan asap tangan kedua. Semua pengguna harian dan bebas-harian tembakau berada pada risiko berbagai hasil miskin kesehatan di seluruh kehidupan-kursus, termasuk NCDs. mengurangi prevalensi tembakau saat ini menggunakan akan membuat kontribusi besar untuk mengurangi kematian dini dari NCDs. rutin dan pemantauan berkala dari indikator ini diperlukan untuk mengaktifkan akurat pemantauan dan evaluasi dampak pelaksanaan yang Framework Convention on Tobacco Control (yang FCTC), atau kebijakan pengawasan tembakau di negara-negara yang tidak belum ikut WHO FCTC, dari waktu ke waktu. Definisi Persentase penduduk 15 tahun keatas yang saat ini menggunakan produk tembakau (asap dan/atau tanpa asap tembakau) secara harian atau non-harian. Catatan bahwa sebagian besar negara mengumpulkan data tentang penggunaan Rokok tapi tidak tanpa asap tembakau, meninggalkan kesenjangan dalam tembakau penggunaan data yang mencegah global dan regional ringkasan tembakau menggunakan tarif. Sampai meningkatkan data, perkiraan akan mencerminkan persentase penduduk berusia 15 tahun dan di atas yang saat ini Merokok. Sumber data pilihan Populasi survei dilakukan sejak 1990 perwakilan peserta yang dipilih secara acak dari umum populasi dan pelaporan setidaknya satu indikator yang mengukur penggunaan tembakau saat ini, penggunaan harian tembakau, tembakau saat ini Merokok, harian Tembakau Merokok, saat ini Rokok atau Rokok sehari-hari. Metode estimasi Model Statistik berdasarkan Bayesian negatif binomial meta-regresi digunakan untuk model prevalensi Merokok tembakau saat ini untuk setiap negara, secara terpisah untuk pria dan wanita. Keterangan lengkap tentang metode juga tersedia sebagai peer-review artikel dalam The Lancet, volume 385, No. 9972, p966-976 (2015). Setelah umur-dan-seks-s