Berusaha Menjadi Tamu Terbaik Siapapun jika diterima sebagai tamu oleh pihak-pihak yang memiliki kemuliaan akan merasa bersyukur dan bahagia. Sebagai seorang tamu, apalagi menyadari kedudukannya lebih rendah, maka ia akan merasa bangga dan derajatnya akan terangkat karena diterima oleh pemilik rumah yang menyandang kemuliaan itu. Pada saat ini, kaum muslimin yang beriman, merasa sedang diterima menjadi tamu Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan, dibanding sebelas bulan lainnya, adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Keistimewaan bulan ini, di antaranya adalah bahwa pada Bulan Ramadhan merupakan awal diturunkan Qur’an melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Pada bulan ini pula, terdapat satu malam yang sangat mulia, yang disebut dengan lailatul qodar. Ialah malam yang lebih utama dari seribu bulan. Selain itu, pada Bulan Ramadhan, Allah swt., melipat gandakan pahala bagi orang yang beribadah dan beramal shaleh, mencurahkan rahmat, dan ampunan-Nya. Pintu-pintu neraka ditutup, sedamngkan pintu-pintu sorga dibuka. Begitu indah gambaran bulan ramadhan bagi orang-orang yang mengimaninya. Sayangnya bulan yang mulia ini, hanya satu bulan di antara 11 bulan lainnya. Bagi orang yang mengetahui kemuliaannya, maka mereka menginginkan agar seluruh bulan diberlakukan sama sebagaimana Bulan Ramadhan. Oleh karena itu, mereka yang beriman sangat berharap selalu menjadi tamu bulan mulia ini, dan selalu merasa menyesal dan sedih tatkala harus meninggalkan Bulan Ramadhan. Pada bulan yang mulia ini, mereka yang dianggap sebagai tamu, -----orang yang beriman, diwajiblkan untuk menjalankan puasa. Yaitu mencegah dari makan, minum, dan berhubungan suami isteri di siang hari, serta hal lain yang membatalkan puasa. Selain itu, di bulan yang mulia ini, mereka yang berpuasa juga dianjurkan untuk banyak membaca al Qur’an, qiyamul laili, banyak membaca dzikir, dan beramal sholeh lainnya. Sebagai tamu yang baik, maka pada lazimnya mereka harus mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh pemilik rumah. Tamu biasa dianggap bagaikan mayyit atau orang mati. Al -dhuyub ka al- mayyit. Sebagai mayyit apapun terserah pada yang merawatnya. Menyadari posisinya seperti itu, -------apalagi tuan rumahnya adalah pemilik kemuliaan, yang datang dari Allah swt., maka semestinya diikuti sebaik-baiknya, atau sesempurna mungkin. Atas dasar keyakinan seperti ini, maka berpuasa dan beribadah lainnya, tidak akan dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan dianggap sebagai telah mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Keyakinan seperti ini, akan mendorong untuk menjalankan puasa dan ibadah lainnya yang dianjurkan dengan cara sebaik-baiknya. Sebagai tamu maka harus melakukan apa saja yang dipandang terbaik bagi pemilik rumah. Kesadaran sebagai tamu, maka akan terdorong untuk menyesuaikan dirinya dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh pemilik rumah, -------Bulan Ramadhan, agar ikut dimuliakan pula. Itulah sebabnya, selepas dari bertamu, yaitu pada Bulan Syawwal, mereka akan mendapatkan gelar mulia, ialah sebagai orang yang bertaqwa. Keyakinan seperti ini kiranya menjadi lebih mudah dirasakan, mengapa orang pada senang dan bahagia menjadi tamu Bulan Ramadhan dan merasa menyesal tatkala harus meninggalkannya. Kiranya siapapun menghendaki agar mendapatkan kemuliaan itu. Yaitu, pahala amal sholehnya diterima dan bahkan dilipat-gandakan, sedangkan kesalahannya diampuni, dan dijanjikan akan dimasukkan ke surga-Nya. Semoga, kita
semua bisa memposisikan diri sebagai tamu terbaik Bulan Ramadhan , sehingga kita benar-benar berhasil meraih derajat mulia itu, dan memohon kiranya masih dikarunia kesempatan menjadi tamu bulan mulia lagi,-----Bulan Ramadhan, pada tahun mendatang. Wallahu a’lam.