Bendungan Sebagai Pengendali Banjir.docx

  • Uploaded by: yoland wahi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bendungan Sebagai Pengendali Banjir.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,452
  • Pages: 9
BENDUNGAN SEBAGAI PENGENDALI BANJIR Nama Nik Mata Kuliah

: Raden Rezar Rajessa : 1171511114 : Perkembangan Teknologi Komunikasi

BENDUNGAN SEBAGAI PENGENDALI BANJIR Sungai dengan debit air yang besar jika tidak dikendalikan dengan cermat maka akan membahayakan masyarakat sekitar itu sendiri, maka permasalahan itu dapat dijadikan sebagai latar belakang dari pendirian waduk. Pada saat musim hujan, air hujasn yang turun didaerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungaisungai yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai yang tidak jarang mengakibatkan banjir dikawasan hilir dari sungai tersebut, apabila kapasitas tamping bagian hilir sungai tidak memadai. Dengan dibangunnya bendungan-bendungan di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk berrbagai keperluan , antara lain untuk pembaqngkit listrik tenaga air, untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain sebagainya. Perlunya melakukan peninjauan kembali pada bendungan dan waduk yang sudah dibangun di Indonesia oleh para ahli bidang Sumber Daya Air ( SDA ) harus dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh seringnya terjadi banjir dan kekeringan di beberapa tempat yang seharusnya mempunyai cadangan air. Bendungan atau Waduk Sebagai infrastruktur untuk Pengendalian Banjir, sangat penting untuk mengetahui apakah design kriteria pada saat perencanaan pembangunan bendungan semula masih valid atau tidak. “Hal ini dilakukan untuk menguji bahwa banjir yang akhir-akhir ini terjadi bukan disebabkan oleh menurunnya kapasitas waduk atau bangunan pelimpah yang sudah melampaui.” Kegiatan pengelolaan SDA sendiri didalam menetapkan besaran banjir untuk perencanaan pembangunan bendungan, merupakan bagian dari rencana aksi nasional mitigasi dan adaptasi atas perubahan iklim.Hingga saat ini, jumlah bendungan besar diindonesia yang sesuai dengan kriteria internasional sebanyak 132 buah. Sedangkan menurut kriteria PP No. 37 Tahun 2010 tentang bendungan ( yang sama dengan kriteria KNI_BB) berjumlah 284. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari keseluruhan bendungan di Indonesia yang lebih dari 1.252 bendungan yang termasuk juga yang berskala kecil, dimana diperhitungkan secara keseluruhannya memiliki tital tampungan 12,5 miliar m3. “Salah satu contoh Konkrit yang terkait dengan peran bendungan dan juga waduknya sebagai infrastruktur pengendalian banjir adalah di Daerah Aliran Sungai (DAS) citarum ketika terjadi banjir di kabupaten karawang.” Jelas Djoko Kirmanto. Di Karawang sendiri terdapat 3 bendungan besar beserta waduknya, yaitu cirata, Jatiluhur, Dan saguling serta masih ada lagi 6 bendungan beserta waduknya dan 41 bendungan beserta embung yang berukuran lebih kecil, namun banjir tetap saja masih sering kali terjadi.Maka perlu diupayakan bagaimana mengoprasikan

bendungan-bendungan tersebut terutama untuk pengendalian banjir sesuai dengan tujuan pembangunan dengan tetap memperhatikan keamanan bendungan. Eddy Djajadiredja sebagai ketua umum KNI-BB mengatakan, kegiatan yang perlu dilakukan terkait dengan fungsi bendungan sebagai pengendali banjir diantaranya adalah dengan meneliti berapa debit banjir rencana yang bisa dikendalikan oleh sebuah bendungan.Oleh karena itu, salah satu program KNI-BB yang sangat perlu untuk diteruskan dan lebih ditingkankan lagi pelaksanaannya adalah mengenai sertifikasi keahlian bendungan besar, untuk mendukung upaya peningkatan sumber daya manusia dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan. Gambar Bendungan-bendungan sebagai pengendali banjir :

Diposting oleh Sketsa di 23.01

Laporan kerja praktek "Pembangunan Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Riau (Tahap - 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Gedung Dekanat merupakan salah satu ...



Pengendalian Banjir Dengan Bendungan BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengendalian Banjir Dengan Metode Struktur Ada pun ...



Pengendalian Banjir Dengan Bendungan Novia Afriliyani 08.48.00 SIPIL

BAB II LANDASAN TEORI

1.1.Pengendalian Banjir Dengan Metode Struktur Ada pun pengendalian banjir dengan cara menggunakan metode struktur adalah: 1. Perbaikan pengaturan yang meliputi : 

Memperbaiki sistem drainase dan jaringan sungai.



Melakukan normalisasi sungai.



Membuat perlindungan terhadap tanggul banjir.



Membuat flood way

2. Bangunan pengendali banjir 

Membuat bendungan



Membuat bangunan chek DAM



Membuat sumur resapan.



Membuat turap (kayu, baja, beton, batu kali, dan lainnya).

2.2.Pengendalian Banjir Dengan Metode Non Struktur Ada pun pengendalian banjir dengan cara metode non struktur adalah : 1. Pengelolaan DAS 2. Pengaturan tata guna lahan 3. Pengendalian erosi 4. Peramalan banjir 5. Peringatan bahaya banjir 6. Penangan kondisi darurat 7. Membangun kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah kesungai 8. Membangun kesadaran Pemerintah untuk memberi sanksi tegas bagi penebangan pohon (ilegal Loging).

BAB III BENDUNGAN 3.1. Pengertian Umum Bendungan Bendungan adalah suatu bangunan air yang dibangun khusus untuk membendung(menahan) aliran air yang berfungsi untuk memindahkan aliran air atau menampungsementara dalam jumlah tertentu kapasitas/volume air dengan menggunakan struktur timbunan tanah homogen (Earthfill Dam), timbunan batu dengan lapisan kedap air (Rockfill Dam), konstruksi beton (Concrete Dam) atau berbagai tipe konstruksi lainnya.Dengan pesatnya perkembangan teknologi dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan bendungan telah mengaburkan batasan secara jelas pengelompokan tipe bendungan, karena sebagai akibat dari usaha para perancang concrete dams dan geotechnical engineers dalam mengatasi permasalahan bendungan timbunan (Embankment Dams) untuk menurunkan biaya konstruksi, pemeliharaan serta untuk mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Usaha untuk mendapatkan nilai yang lebih kompetitif diantaranya adalah: 1. Tingginya biaya membangun lapisan inti kedap air dan tanah liat diganti dengan timbunan batu dan melapisi kedap air pada dinding permukaan sisi hulu bendungan

2. Tingginya biaya tenaga kerja, peralatan dan lamanya durasi waktu pelaksanaan pada bendungan beton (Concrete Dam) diatasi dengan pembangunan dengan beton tuang yang langsung dipadatkan (Roller Compacted Concrete Dams). 3. Tingginya biaya pembangunan dan pelimpah darurat (Emergency Spillway) diatasi dengan mengijinkan air melimpah melalui tubuh bendungan yang telah dirancang tersendiri baik pada bendungan timbunan (Embankment Dams) maupun struktur beton (Concrete Dam) 4. Penyelidikan yang menerus terhadap perilaku bendungan dan pengaruh terhadap gempa akan memperbaiki laboratorium test dinamis (Dynamic Laboratory Method) dan perbaikan pada teknik pembangunan Concrete Dams dan Embankment Dams. Berbagai usaha untuk memperoleh Bendungan yang layak terhadap kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan terus diusahakan hingga saat ini.

Bendungan (Dam) adalah suatu penghalang yang melintang pada suatu sungai yang berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat arus, dan juga untuk menciptakan reservoir dan danau. Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir bendungan. Faktor - faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan adalah sebagai berikut : 

Lokasi mudah dicapai.



Topografi daerah yang memadai dan tepat (appropriate), dengan membentuk



tampungan yang besar.



Kondisi geologi dan mekanika tanah.



Ketersediaan bahan bangunan.

3.2.Tipe Dan Fungsi Bendungan

3.2.1. Tipe Bendungan Dalam penentuan tipe bendungan dapat ditinjau dari berbagai pandangan, misalnya : 

Pembagian tipe didasarkan pada ukurannya

1. Bendungan besar ( Large Dams) 2. Bendungan kecil (small dams) 

Pembagiam tipe didasarkan pada tujuan pembangunannya

1. Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose Dams) 2. Bendungan serba Guna (multi Purpose Dams) 

Pembagian tipe didasarkan pada jalannya air pelimpah.

1. Bendungan untuk dapat dilewati air (Overflow Dams) 2. Bendungan untuk dapat menahan air (Non Overflow Dams) 

Pembagian tipe didasarkan pada material konstruksinya.

1. Bendungan beton (Concrete Dams) 2. Bendungan timbunan (Embankment Dams).

Pada umumnya yang sering digunakan adalah pembagian tipe bendungan berdasarkan material yang digunakan untuk konstruksi yaitu Bendungan tipe beton dan Bendungan tipe timbunan.

3.2.1.1.Bendungan Beton a. Umum Prinsip dalam dasar yang harus diperhatikan didalam bendungan beton diantaranya adalah : 

Pondasi Bendungan terletak pada lapisan batuan keras (Rock foundation)



Beton merupakan bentuk struktur yang kaku (rigid) sehingga sangat kuat menahan tekanan (Compressive strength) tetapi lemah terhadap gaya tarik (Tensile strength). Oleh karena itu, bentuk dari konstruksi Bendungan beton diusahakan sekecil mungkin mengakibatkan terjadinya tarikan (tensile strength).

b. Beberapa Tipe Bendungan Beton Diantaranya Adalah : 

Bendungan tipe Gravity (Gravity Dams) Pada dasarnya bendungan ini mampu menahan beban dari waduk/ Reservoir melalui daya tahan gesekan akibat dari berat bendungan pada pondasi. Pada bentang melebar bendungan dapat diasumsikan bias-bias kantilever dengan mengusahakan sekecil mungkin gaya tarik akibat momen untuk menahan gaya guling (Overturning). Lapisan batuan yang menahan pondasi harus mampu terhadap beban gesek dan daya dukungnya dengan faktor keamanan sesuai yang berlaku.



Bendungan tipe Lengkung (Curved gravity Dams), apabila panjang as bendungan sempit, maka sebagian dari gaya yang bekerja pada bendungan dialihkan ke tebing (abutment). Untuk menghindari terjadinya gaya tarik pada tubuh Bendungan beton, maka bentuk bendungan

disesuaikan dengan penyebaran arah gaya yang terjadi, dan yang paling mendekati kea rah tegak lurus ke abutment adalah membuat bentuk lengkung (Curved) atau busur (Arch). 

Bendungan tipe Busur (Arch Dams) Apabila bendung tipe lengkung (Curved Dams) terjadi dengan pengalihan beban ke abutment lebih besar, akibat bentuk topografi yang lebih curam dan lebih sempit, maka untuk memperoleh bentuk Bendungan yang lebih sesuai dengan penyebaran gaya yang terjadi dengan arah tekan ke dinding abutment, maka bentuk struktur menjadi lengkung busur atau Bendungan tipe Busur (Arch Dams). Bentuk diperlukan dinding sandaran abutment yang kokoh.



Bendungan dengan Penyangga (Buttress Dams) Tipe bendungan ini merupakan alternative penyelesaian untuk bendungan tipe gravity bentang yang cukup panjang dengan lebih mengintensifkan tenaga pelaksana dan memperkecil volume beton yang diperlukan. Bentuk Bendungan dapat merupakan kombinasi antara Gravity, Curved atau Arch Dams diantara kolom penyangganya. Namun pemilihan dari bentuk Bendungan ini masih tergantung dari kondisi geologi dan problem yang ditemui di lapangan.

Related Documents


More Documents from "Danang Rizky Mahendra"

Daftar Isi.docx
November 2019 19
Air.docx
November 2019 20
Doc2.docx
November 2019 16
Etiologi Kvv Adalah.docx
November 2019 25