Doc2.docx

  • Uploaded by: yoland wahi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,129
  • Pages: 7
PROSES DESAIN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA INDUK , STUDI KELAYAKAN DAN DETAIL DESAIN DRAINASE PERKOTAAN DISAMPAIKAN DALAM DISEMINASI DAN SOSIALISASI KETEKNIKAN BIDANG PLP SEKTOR DRAINASE PROPINSI BALI DENPASAR, 11 JUNI 2012 OLEH: ANGGRAHINI

Konsep Pendekatan Pembangunan Drainase Perkotaan Latar Belakang Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk menyebabkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan Perkembangan kawasan terbangun yang sangat pesat sering tidak terkendali dan tidak sesuai dengan tata ruangmaupun konsep pembangunan yang berkelanjutan

Banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara (retarding pond) dan bantaran sungai berubah menjadi tempat hunian penduduk. Berdampak pada rendahnya kemampuan dan kapasitas drainase perkotaan dan kapasitas prasarana pengendali banjir untuk mengeringkan kawasan terebangun dan mengalirkan ke pembuangan akhirnya yaitu ke laut.

Memerlukan peningkatan pengelolaan diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase perkotaan yang berkesinambungan, yang terdiri dari: - Rencana Induk Drainase Perkotaan - Studi Kelayakan Drainase Perkotaan - Rencana detail (Detailed Engineering Design) Memerlukan pedoman penyusunan

Konsep Drainase Berwawasan Lingkungan Paradigma Lama (yang digunakan sampai saat ini): Drainase pengatusan yaitu mengatuskan air kelebihan (terutama air hujan) ke badan air terdekat. Air kelebihan secepatnya dialirkan ke saluran drainase kemudian ke sungai dan akhirnya ke laut. Dipandang sebagai masalah lokal dan sektoral yang dapat diselesaikan secara lokal dan sektoral tanpa memperhatikan kondisi sumber daya air dan lingkungan hulul,tengah dan hilir secara komprehensif

Drainase Pengatusan Paradigma lama: Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk membuat alur-alur saluran pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup untuk membuang air genangan secepat-cepatnya. Paradigma baru: lingkungan diselesaikan dengan memperhatikan kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif.

Drainase Pengatusan Paradigma lama: Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk membuat alur-alur saluran pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup untuk membuang air genangan secepat cepatnya.

Paradigma baru: Lingkungan diselesaikan dengan Memperhatikan kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif.

Drainase Ramah Lingkungan (Ekodrainase) Upaya untuk mengelola air kelebihan (air hujan) dengan berbagai metode diantaranya dengan menampung melalui bak tandon air untuk langsung dapat digunakan, menampung dalam tampungan buatan atau badan air alamiah, meresapkan dan mengalirkan lagi ke sungai terdekat tanpa menambah beban pada sungai yang bersangkutan serta senantiasa memelihara sistem tersebut sehingga berdaya guna secara berkelanjutan.

Dengan drainase ramah lingkungan maka kemungkinan banjir/genangan di lokasi yang bersangkutan, banjir di hilir serta kekeringan di hulu dapat dikurangi. Mengurangi longsor di hulu akan berkurang karena fluktuasi lengas tanah tidak ekstrim. Dengan tersedianya air yang cukup, lengas tanah yang cukup maka flora dan fauna di daerah tersebut akan tumbuh lebih baik. Mengurangi perubahan iklim mikro maupun makro di wilayah yang bersangkutan.

Drainase Ramah Lingkungan dan Perubahan Iklim • Perubahan iklim ditandai dengan kenaikan muka air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan durasi dan intensitas hujan, perubahan arah angin dan perubahan kelembaban udara.

Dampak perubahan iklim dapat diantisipasi dengan pembangunan drainase yang berwawasan lingkungan. Reformasi drainase yang diperlukan adalah mengembalikan pola pikir masyarakat dan pengambil keputusan serta para akdemisi bahwa apa yang dilakukan masyarakat, pemerintah termasuk para Akademisi yang mengembangkan drainase pengatusan, justru sebenarnya bersifat destruktif, yaitu: meningkatkan banjir di hilir, kekeringan di hulu dan tengah, dan penurunan muka air tanah serta dampak Ikutan lainnya. Hal ini akan meningkatkan perubahan iklim global.



Perlu dikampanyekan drainase ramah lingkungan: Drainase yang mengelola air kelebihan (air hujan) dengan cara ditampung untuk dipakai sebagai sumber air bersih, menjaga lengas tanah dan meningkatkan kualitas ekologi, diresapkan ke dalam tanah untuk meningkatkan cadangan air tanah, dialirkan atau diatuskan untuk menghindari genanganserta dipelihara agar berdaya guna secara berkelanjutan.

Metode Sumur Resapan • Metode praktis cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur resapan dapat dikembangkan pada areal olah raga atar areal wisata. Konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Sumur resapan ini hanya dikhususkan untuk air hujan, sehingga masyarakat tidak memasukkan air limbah rumah tangga ke sumur resapan

Metode River side polder

Metode Areal Perlindungan Air Tanah

Metode menahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan (hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pebuatan polder pinggir sungai ini dengan melebarkan bantaran sungai di berbagai tempat secara selektif di sepanjang sungai. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin polder yang dikembangkan mendekasi kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul linkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air sungai naik akan masuk ke polder dan keluar jika banjir reda. Banjir di hilir dapat dikurangi dan konservasi terjaga

• Dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, di mana di kawasan tersebut tidak boleh dibangun bangunan apapun. Areal tersebut dikhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. • Di berbagai kawasan perlu sesegera mungkin dicari tempat yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai areal untuk recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian penting dari komponen drainase kawasan

Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan

Tujuan

Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam merencanakan penyusunan rencana induk sistem drainase perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan

Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman pemahaman cara penyusunan rencana induk sistem drainase perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan

Ruang Lingkup Tata cara ini memuat pengertian, ketentuan umum dan teknik berupa data dan informasi, kriteria perencanaan, dan cara pengerjaan penyusunan rencana induk sistem drainase perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan

Rencana Induk sistem drainase disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kondisi topografi, rencana pengembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota lainnya. Keterpaduan pelaksanaan fisiknya dengan prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan

2). Rencana Induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaannya;

3.Rencana Induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah perkotaan selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan dengan keperluan.

4.Rencana Induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang.

Ketersediaan air tanah, air permukaan, kekeringan dan banjir yang mungkin terjadi. Kelestarian lingkungan hidup perkotaan terkait dengan ketersediaan air tanah maupun air permukaan. Partisipasi masyarakat yang berbasis pada kearifan lokal.

Ketergantungan dengan rencana induk lainnya dalam rangka pengembangan rencana induk tata kota untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah perkotaan yang mencakup perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan dengan keperluan.

2. Pemerintah Daerah menyediakan alokasi ruang (space) untuk penempatan saluran drainase dan sarana drainase serta bangunan pelengkapnya. 3. Daerah perkotaan/permukiman yang elevasi muka tanahnya selalu lebih rendah daripada elevasi muka air sungai atau laut dapat dibangun sistem polder. 4. Pembangunan sistem drainase harus berwawasan lingkungan.

5. Bangunan pelengkap yang dibangun pada saluran dan sarana drainase kapasitasnya minimal 10% lebih tinggi dari kapasitas rencana saluran dan sarana drainase. 6. Rencana induk sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang.

More Documents from "yoland wahi"

Daftar Isi.docx
November 2019 19
Air.docx
November 2019 20
Doc2.docx
November 2019 16
Etiologi Kvv Adalah.docx
November 2019 25