Pengendali Keran Wudhu

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengendali Keran Wudhu as PDF for free.

More details

  • Words: 3,107
  • Pages: 14
SISTEM KENDALI KERAN WUDHUK MENGGUNAKAN SENSOR PIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C2051 Disusun oleh ANGGA NUR ABU YAZID Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK Sistem keran ini digerakkan secara manual oleh manusia dengan cara memutar atau menggerakkan keran ke atas atau ke bawah. Namun sistem keran secara manual ini memiliki kelemahannya yaitu keran yang mudah rusak dan pemborosan air dikarenakan kelalaian menutup keran. Dengan memanfaatkan sensor Passive Infrared (PIR) sebagai pendeteksi objek berupa anggota tubuh manusia dan mengirimkan sinyal tersebut ke Mikrokontroler AT89C52051 sebagai pusat pengendalinya. Mikrokontroler ini akan mengirimkan instruksi untuk menggerakkan solenoid valve yang berfungsi sebagai katup aliran air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor PIR ini dapat mendeteksi objek dalam jarak maksimum 3 meter. Ketika sensor PIR menerima radiasi panas dari objek, maka solenoide valve membuka katub untuk mengalirkan air. Di samping itu dibutuhkan debit air tertentu untuk dapat mengaktifkan solenoide valve. Kata Kunci : Keran, PIR, dan Mikrokontroler AT89C51 1. Sensor Proximity 2. Sensor Sinar 3. Sensor Ultrasonik 4. Sensor Tekanan 5. Sensor Suhu Dengan memanfaatkan suatu mikrokontroler sebagai pusat pengendalinya, maka dapat diperoleh suatu sistem pengendalian keran yang lebih efektif dan efisisen dalam pengoperasiannya. 2. SENSOR PASSIVE INFRARED (PIR) Cahaya merupakan suatu bentuk radiasi dari gelombang elektromagnetik yang pada prinsipnya sama dengan gelombang radio, misalnya infrared, ultraviolet, dan sinar-X. Pada dasarnya yang membedakannya adalah panjang gelombang dan frekuensinya. Panjang gelombang dari cahaya tampak yakni 400 nm hingga 800 nm, dan ultraviolet memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 400 nm [2]. Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang dapat dirumuskan dengan persamaan 1. 1. PENDAHULUAN Keran merupakan salah satu katup yang digunakan

l=

c f

……………(1) sebagai saklar untuk menutup dan membuka aliran air. Namun peralatan ini sangat mudah mengalami kerusakan dikarenakan kurang bijak dalam mengoperasikannya. Di samping itu kerusakan dan kelalaian dalam penggunaan keran tersebut akan berdampak kepada pemborosan air. Transduser adalah piranti atau alat yang berfungsi mengubah parameter fisis seperti suhu, tekanan, berat, magnetik, optik, kimia kedalam isyarat listrik yaitu tegangan dan arus. Bentuk Transduser sangat bergantung kepada penomena fisis yang ada. Parameter yang sama dapat ditentukan dengan berbagai tipe transduser yang berbeda.[1]. Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis,

panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur, diantaranya adalah : Dimana : c adalah kecepatan cahaya 3.108 m/s λ adalah panjang gelombang dalam meter ƒ adalah frekuensi dalam Hertz LED (Light Emiting Dioda) infrared adalah suatu komponen yang tersusun dari sambungan P–N yang akan memancarkan cahaya bila dialiri arus dengan bias maju. Proses pancaran cahaya berdasarkan perubahan tingkat energi ketika elektron dan lubang bergabung atau berekombinasi di daerah N pada saat LED dibias maju. Selama perubahan energi ini, proton akan dibangkitkan, sebagian akan diserap oleh bahan semi konduktor dan sebagian lagi akan dipancarkan sebagai energi cahaya. Tingkatan energi dari proton dinyatakan dengan persamaan 2.

E=

hc

…………….(2)

Dimana : E adalah energi dalam elektron volt c adalah kecepatan cahaya

l

panjang gelombang

l

h konstanta plank ( 6,62.10-34 Js) Infra merah dapat digunakan baik untuk memancarkan data maupun sinyal suara. Keduanya membutuhkan sinyal carier untuk membawa sinyal data maupun sinyal suara hingga sampai pada receiver. Untuk transmisi sinyal suara biasanya digunakan rangkaian voltage to frekwensi converter yang berfungsi untuk mengubah tegangan sinyal suara menjadi frekuensi. Infra merah merupakan radiasi yang tidak tampak pada daerah spektrum elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang antara 750 nm sampai 1000 m m. Detektor panas memiliki respon terhadap sumber panas yang timbul dari suatu radiasi tertentu dan hasilnya diukur dengan peralatan temperatur. Tiga jenis detektor panas yang paling banyak dipakai adalah bolometer, thermocouple dan pyroelectric. Untuk masing – masing detektor yang telah disebutkan, penyerapan radiasi menimbulkan perubahan suhu pada detektor yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik dari bahan penyusunnya. Untuk bolometer misalnya, akan terjadi perubahan resistansi (tahanan) listrik.

1 + Radiasi infra merah berada pada spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih besar daripada cahaya tampak. Radiasi infra merah tidak dapat dilihat tapi dapat dideteksi. Benda yang dapat memancarkan panas berarti memancarkan radiasi infra merah. Benda – benda ini termasuk makhluk hidup seperti binatang dan tubuh manusia. Tubuh manusia dan binatang dapat memancarkan radiasi infra merah terkuat yaitu pada panjang gelombang 9,4 m m. Radiasi infra merah yang dipancarkan inilah yang menjadi sumber pendeteksian bagi detektor panas yang memanfaatkan radiasi infra merah. 3. METODOLOGI Metodelogi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur Tahapan ini mempelajari teori-teori dasar yang menunjang, yaitu tentang gelombang infra merah, teori mikrokontroler AT89C2051, relai, katup solenoid, bahasa assembly MCS-51. 2. Perancangan sistem Pada tahap perancangan ini terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak.

-+ IR

-+

2 RG 3

Perangkat keras dirancang sesuai diagram blok yang dibuat, serta pengujian pada papan PCB (Printed

+-

Gambar 1 Diagram internal rangkaian sensor PIR PIR sensor mempunyai dua elemen sensing yang terhubungkan dengan masukan dengan susunan seperti yang terdapat dalam Gambar 1 Jika ada sumber panas yang lewat di depan sensor tersebut, maka sensor akan mengaktifkan sel pertama dan sel kedua sehingga akan menghasilkan bentuk gelombang seperti ditunjukkan dalam Gambar 2 Sinyal yang dihasilkan sensor PIR mempunyai frekuensi yang rendah yaitu 0,2 – 5 Hz. [3]

Gambar 2. Arah jangkauan gelombang sensor PIR Circuit Board). Perangkat lunak dirancang dengan menggunakan assembly MCS-51. Pembuatan perangkat keras Tahapan ini meliputi tata letak komponen, pembuatan dan penyolderan komponen pada PCB. Pembuatan perangkat lunak tahapan perancangan perangkat lunak dirancang sebuah program akan diinputkan pada mikrokontroler dengan menggunakan bahasa pemrograman assembly MCS-51, yaitu program untuk mengolah hasil sinyal

3. PCB 4. Pada yang

yang diterima mikrokontroller. 5. Pengujian alat Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap masing-masing blok dan keseluruhan sistem yang diperoleh pada penelitian, yang meliputi: pengujian rangkaian sensor passife infrared, pengujian sistem minimum AT89C2051, catu daya, penggerak relai, serta pengujian keran solenoid. 4.

PERANCANGAN SISTEM

4. 1 Gambaran Umum Sistem Perancangan alat ini meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan diagram blok dari sistem yang dirancang. Sistem tersebut terdiri dari sensor PIR, Mikrokontroler AT89C2051, rangkaian driver dan solenoide valve.

sebagai penerima informasi sinyal gelombang infra merah yang dapat dihubungkan ke mikrokontroler.

Mikrokontroler AT89C2051 SolenoidValve

Sensor PIR Driver

Gambar 3. Blok diagram umum sistem 4.2 Sensor PIR Sensor PIR merupakan komponen produksi COMedia Ltd., Sensor tersebut sudah dipabrikasi dan dikemas dengan baik, sehingga dapat mengurangi inteferensi sinyal yang diterima. Pada perancangan ini dibatasi area atau daerah yang dapat di deteksi oleh sensor PIR dengan cara memberikan pelindung pada masing-masing sisi kiri dan kanan sensor PIR. Hal dilakukan agar tidak terjadi gangguan terhadap sensor untuk keran yang lain karena arah jangkauan sensor PIR dapat mencapai sudut 60o seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini : P I R S ens or

Gambar 6. Blok rangkaian penerima infra merah Gambar 6 di atas menunjukkan blok rangkaian penerima cahaya infra merah. Pada PIR sensor ditambahkan fresnel lens yang berfungsi untuk mengumpulkan radiasi infra red tepat ke sensor PIR 4.3 Sistem Minimum AT89C2051 Dalam perancangan ini digunakan mikrokontroler AT89C2051, karena mikrokontroler tersebut memiliki 15 bit I/O (port 1 dan 3), Hal ini cukup mewakili kebutuhan dari perancangan sistem yang akan dibuat, P e l i n dung

J a n g k auan P I R

s ens or

d engan P e l i ndung

P e l i nd ung

yaitu hanya p a d a u n t u k sejumlah Tabel

memerlukan 2 bit input dan 2 bit output. Dan untuk aplikasi banyak keran cukup hanya membutuhkan satu mikrokontroler mengontrol keran 1. Hubungan antara PIR sensor dengan mikrokontroler J angk aua n P I R s ens or

Gambar 4. pembatasan area

Sensor PIR O/P Vcc

Mikrokontroler AT89C2051 Pin 12 Pin 20

t anp a P e l i ndung

Ilustrasi sensor

Rangkaian sensor PIR sudah merupakan suatu kesatuan dari hasil pabrifikasi. Konfigurasi pin sensor PIR seperti terlihat pada Gambar 5 Sensor ini memiliki 3 pin, yang masing-masingnya dihubungkan ke Ground, Vcc (5V) dan pin ketiga merupakan pin I/O. Sistem

minimum

AT89C2051

sebagai

untuk

P1 P0 1 P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 7

basis pengontrol untuk keran solenoid. Rangkaian ini hanya terdiri atas single chip mikrokontroler AT89C2051, sebuah osilator dan dua buah kapasitor yang berfungsi menstabilkan frekuensi. Gambar 7 menunjukkan skema dari rangkaian tersebut.

12 13 14 15 16 17 18 19 20 10

VCC GND 11 MHz 1uF Vcc

AT89C2051

Gambar 5. Konfigurasi Pin Sensor PIR [3] 30pF

30pF

1k

Selain itu sensor tersebut juga sangat mudah digunakan, karena hanya menggunakan 1 pin I/O Gambar 7. Rangkaian Sistem Minimum AT89C2051[4]

2 3 6 7 8 9

P30 (RX) P31 (TX) P32 (INT0) P33 (INT1) P34 (T0) P35 (T1)

11 5 4 1

XTAL-1 XTAL-2 RST

P37

Mikrokontroler AT89C2051 memiliki dua buah port I/O dua arah. Pin reset terhubung ke rangkaian reset sistem. Rangkaian sistem minimum ini menggunakan osilator kristal 11 MHz yang berfungsi membangkitkan sinyal clock internal. Jadi setiap satu instruksi MCS-51 akan dilaksanakan dalam waktu 1 mikro detik. 4.4 Driver Relai Rangkaian driver relay (penggerak relai) yang dirancang terdiri dari dua buah transistor, transistortransistor difungsikan sebagai swicth yang bekerja untuk mengaktifkan relai diberi energi, inti besi akan ditarik ke dalam kumparan solenoid untuk membukakan keran. Pegas atau per yang terdapat pada pangkal inti besi akan mengembalikan keran pada posisi semula, yaitu tertutup apabila arus berhenti. Keran solenoid dapat mengontrol hidrolis (cairan minyak), pneumatic (udara) atau aliran air.

Koil solenoid 12 V

AC

12 V

10 K

AC

1K 220 V

Per inti besi yg dapat digerakk an AT89C2051

Transistor C9013 1K

Transistor C9013

ma ka n a ke lu ran air

r 8. Penggerak relai

su ir a

Ga mba

Alasan penggunaan dua buah transistor pada rangkaian penggerak relai yaitu untuk mengatasi ketidak mampuan mikrokontroler membuat transistor saturasi karena mikrokontroler tergolong aktif low. Ketika logika high diberikan pada salah satu pin mikrokontroler maka impedansinya akan tinggi sehingga arus yang dihasilkan oleh pin mikrokontroler tidak mampu membuat transistor saturasi disebabkan I B < I BSat jika rangkaian penggerak menggunakan satu transistor, oleh karena itu dirangkai rangkaian swicthing transistor seperti pada Gambar 8. Pada perancangan ini, kita menggunakan dua buah relai untuk mengaktifkan dua buah keran solenoid. 4.5 Keran Solenoid Keran ini akan dihubungkan ke sumber arus AC dengan besar tegangan 220V. Pada perancangan sistem ini kita memakai Normally Closed (NC Valve) yaitu katup pada posisi tertutup pada saat solenoid tidak bertegangan (deenergized), dan katup akan terbuka pada saat solenoid diberikan tegangan (solenoid energized). Pada solenoid terdapat dua buah terminal yang disambungkan ke sumber tegangan dan relai. Gambar 9 menunjukkan skema rangkaian keran solenoid. Keran solenoid adalah kombinasi dari dua dasar unit fungsional : 1) Solenoid (elektromagnet) dengan inti atau plungernya.

2)

Badan keran yang berisi lubang mulut pada tempat piringan atau stop-kontak ditempatkan untuk menghalangi atau mengizinkan aliran. Aliran melalui lubang mulut keran akan terbuka atau tertutup tergantung pada apakah solenoid diberi energi atau dihilangkan energinya. Apabila kumparan Gambar 9. Keran solenoid Aplikasi standar dari keran solenoid biasanya menghendaki bahwa keran dipasang langsung pada saluran pipa atau pada pertengahanpipa yang menghubungkan air masuk dengan air keluar (Gambar 9). Badan keran biasanya kuningan yang ditempa. Dianjurkan menggunakan saringan untuk mencegah pasir halus atau kotoran dari rumah pada lubang mulut dan menyebabkan kebocoran. Keran harus dipasang dengan arah aliran sesuai dengan anak panah yang tercetak pada sisi bodi keran, atau tanda “IN” dan “OUT” pada hubungan pipa. Keran solenoid cocok untuk menangani aliran pada satu arah saja. Dengan tekanan yang diberikan pada bagian atas dari piringan keran. 4.6 Perangkat Lunak Program yang akan diinputkan pada mikrokontroler, guna mengontrol kondisi keran solenoid untuk membuka atau menutup sesuai dengan output dari sensor. Program ini dibuat dengan bahasa assembly MCS-51 dan dimasukkan ke dalam Flash PEROM mikrokontroler. Diagram Alir Program MCS-51 yang diinputkan pada Mikrokontroler AT89C2051 dapat dilihat pada Gambar 10. Program tersebut diinputkan ke dalam memori flash PEROM mikrokontroler dengan menggunakan downloader. Tetapi sebelumnya harus dilakukan pengkonversian ke dalam bahasa mesin (hexadecimal) agar dimengerti oleh mikrokontroler.

Start

reset semua port

Input = logika 1? Y

N

Output = 0

dari sumber panas serta luas area yang dapat dijangkau. Multimeter dihubungkan ke rangkaian seperti pada Gambar 11. Panas tubuh manusia yang digunakan dalam pengujian ini mempunyai suhu normal sebesar 27 – 32 o C. Jarak sumber panas terhadap sensor di ubah sampai jarak tertentu sampai multimeter tidak menunjukkan respon tegangan yang dihasilkan oleh sensor. Ketika tidak ada objek yang di deteksi, maka keluaran tegangan menunjukkan angka 0,1 mV. Ini menunjukkan bahwa keluaran sensor PIR adalah logika 0 (rendah) ketika tidak mendeteksi objek. Output = 1 (keran terbuka)

Delay 3 detik

END

Gambar 10. Flowchart 5. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Sistem Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sensor PIR sebagai rangkaian penerima gelombang infra merah, sistem minimum AT89C2051, keran solenoid dan pengujian sistem secara keseluruhan. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil perencanaan. Hasil perbandingan ini selanjutnya dianalisa. 5.1.1 Pengujian Sensor PIR Gambar di bawah ini menunjukkan rangkaian sensor PIR.

Gambar 11. Rangkaian sensor PIR Pengujian sensor PIR bertujuan untuk mengetahui jarak maksimal yang dapat dideteksi oleh sensor PIR Gambar 12. Tegangan sensor PIR tanpa objek Ketika ada objek berupa sumber panas dideteksi sensor PIR, maka tegangankeluaran sensor menunjukkan 4,95 Volt. Ini menunjukkan sensor akan berlogika 1 (tinggi) ketika mendeteksi mendeteksi panas tubuh. Pengujian juga dilakukan dengan melihat respon sensor PIR terhadap sumber panas tubuh manusia pada jarak tertentu. Hasil pengujian sensor PIR dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Gambar 13. Keluaran tegangan sensor PIR ketika mendeteksi objek berupa panas tuibuh

P3.0

Tabel 2. Respon sensor PIR terhadap jarak Jarak ukur Tegangan Keterangan (cm) (Volt) 30 60 90 120 160 210 270 300 310 350 400 450 500 550

4,95 4,95 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4 4 4 0 0

sensor), sedangkan output yang digunakan adalah pin dan P3.1 yang dihubungkan ke penggerak relai.

Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Tidak Akurat Tidak Akurat Tidak Akurat Tidak Akurat Tidak Akurat Tidak Akurat

Vcc 100

2 3 6 7 8 9

P30 (RX) P31 (TX) P32 (INT0) P33 (INT1) P34 (T0) P35 (T1)

11 P3 7

5 XT AL1

4 XT AL2

1 RS T P1 P01 P11 P21 P31 P41 P51 P61 7

12 13 14 15 16 17 18 19 20 10

VCC GND 11 MHz 30pF 1k 1uF Vcc

AT89C2051 30pF

5.1.2 Pengujian Sistem Minimum AT89C2051 Listing program pengujian sistem minimum adalah sebagai berikut : ORG 0H MULAI: MOV P1,#00000000B CALL DELAY MOV P1,#00000001B CALL DELAY MOV P1,#00000011B CALL DELAY MOV P1,#00000111B CALL DELAY MOV P1,#00001111B CALL DELAY MOV P1,#00011111B CALL DELAY

MOV P1,#00111111B CALL DELAY MOV P1,#01111111B CALL DELAY AJMP MULAI DELAY : MOV R0,#2 DELAY2: MOV R1,#FFH DELAY3: MOV R2,#0 DJNZ R2,$ DJNZ R1,DELAY3 DJNZ R0,DELAY2 RET END Sebagai indikator output digunakan LED seperti terlihat pada Gambar 14. Pada perancangan ini pin yang digunakan sebagai input adalah P1.2, P1.3 (sebagai input Gambar 14. Rangkaian Pengujian Sistem Minimum Instruksi yang dimasukkan tersebut akan memberikan dengan kombinasi yang yang berbeda seperti terlihat pada Tabel 3.

keluaran

yang

ditampilkan

oleh

LED

Tabel 3. Hasil Pengujian Sistem Minimum AT89C2051 Input

5.1.3

Output Kombinasi LED

Desimal

Biner

0

00000000

11111111

1

00000001

11111110

3

00000011

11111100

7

00000111

11111000

15

00001111

11110000

31

00011111

11100000

63

00111111

11000000

127

01111111

10000000

PENGUJIAN DRIVER RELAI

Relai berfungsi sebagai penggerak aktuator berupa solenoide valve. Pengujian relai tampak seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 15. Rangkaian pengujian relai Ketika keluaran dari mikrokontroler high atau bertegangan 5 Volt maka ini akan menjadi input untuk kaki basis transistor pertama, yang menyebabkan transistor pertama mengalami saturasi, sehingga untuk kaki basis transistor yang kedua akan mendapatkan tegangan 0 Volt. Tegangan Vcc pada transistor yang kedua akan menggerakkan relai, sehingga relai dalam keadaan close, hal ini akan menghubungkan antara beban dengan sumber tegangan 220 volt dari PLN 5.1.4

Pengujian Keran Solenoid

Keran solenoid diberikan tegangan 220 V maka inti besi di antara kumparan akan bergerak ke atas membuka jalur keluar masuk air dengan sedikit mengeluarkan bunyi hentakan. Hal ini juga bisa di uji dengan melakukan peniupan pada salah satu pangkal keran, maka maka angin akan mengalir ke ujung keran Tapi akan berbeda ketika tidak diberikan tegangan 220 V, saat dilakukan uji coba dengan meniupkan angin dari pangkal maka gerak angin di batasi oleh inti besi sehingga tidak bisa mengalir ke ujung keran. 5.2 Pembahasan Objek berupa tangan didekatkan ke arah sensor maka PIR mendeteksi radiasi infra dipancarkan dari tangan. Besarnya pancaran radiasi infra

merah yang

merah terkuat dari tangan manusia maksimum pada panjang gelombang 9,4 m m. Sedangkan sensor PIR sangat sensitif terhadap radiasi infra merah sehingga di tambahkan fresnel lens untuk membatasi radiasi yang masuk sehingga sensor hanya akan menerima radiasi infra merah pada range panjang gelombang 8 - 14 m m. Radiasi infra merah tersebut diubah menjadi bentuk tegangan pada 5 Volt. Output dari sensor ini digunakan mikrokontroler sebagai sinyal high atau logika 1. Mikrokontroler melakukan proses manipulasi operasi untuk mendapatkan output yang di kehendaki. Pada pembuatan sistem ini dirancang dua buah keran otomatis dengan masing-masing sensor. Sehingga input yang digunakan pada mikrokontroler adalah dua buah port. Ketika input logika 1 diterima oleh mikrokontroler, mikrokontroler mendelay atau menunda pembacaan selama 3 detik untuk pengkondisian. Keluaran tinggi (5 Volt) mikrokontroler sebagai input kaki basis transistor pertama pada rangkaian penggerak relai yang menyebabkan transistor berada pada keadaan saturasi. sehingga untuk kaki basis transistor yang kedua akan mendapatkan tegangan 0 Volt. Tegangan Vcc sebesar 12 volt pada transistor yang kedua akan menggerakkan relai, sehingga relai bekerja dan menghubungkan beban dengan sumber tegangan 220 volt. Tegangan 220 V AC yang mengalir ke kumparan lilitan kawat akan menimbulkan medan magnet sehingga akan menarik inti besi yang ditempatkan bebas bergerak antara dua buah kumparan. Sehingga air yang berada pada pangkal keran bisa mengalir keluar. 6. KESIMPULAN 1.

Dari pembahasan di atas maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : Sistem kendali keran menggunakan sensor PIR yang dikendalikan oleh mikrokontroler AT89C2051 dapat menjadi alternatif untuk keran air wudhuk yang lebih efektif dalam operasionalnya.

2.

3.

Sistem ini bekerja dengan cara mendeteksi panas dengan memanfaatkan dipancarkan oleh tubuh manusia dengan radiasi infra merah terkuat gelombang

radiasi dengan

infra

merah yang panjang

9,4 m m. Sistem ini memakai sensor Passive Infrared (PIR) sebagai detektor suhu yang bekerja pada -20oC 50oC, dengan jangkauan efektif sejauh 3 meter pada sudut 0o. 7. REFERENSI

[1]

Carr, JJ, 1993, Sensor and Circuits: Sensors, transducers, and supporting circuits for electronic instrumentation, measurement, and control, PTR Prentice Hall, New Jersey. [2] Carr, JJ, 1979, Elements of Electronic Instrumentation and Measurement, Prentice Hall, New Jersey. [3] COMedia Ltd, “Data Sheet Passive Infrared KC7783R”. Tersedia : http://www. alldatasheet.com, 11 Januari 2007. [4] Christanto, D & Pusporini, K, Panduan Dasar Mikrokontroller Keluarga MCS-51, Innovative Electronics, Surabaya, , 2004.

Related Documents

Pengendali Keran Wudhu
November 2019 12
Sunah2 Wudhu
December 2019 20
Pengendali Aras.docx
May 2020 19
Pengendali Ph.docx
May 2020 13
Tibyanul Wudhu
December 2019 21
Makna Wudhu
June 2020 10