Belum Jadiiiii.docx

  • Uploaded by: Anonymous BwRHFA40
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Belum Jadiiiii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,358
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif. B. Tujuan  Tujuan Umum Dengan adanya pembuatan makalah ini bertujuan untuk kita berpikir kritis dan mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah respiration.  Tujuan Khusus  Mengetahui pengertian kanker paru  Mengetahui penyebab kanker paru  Mengetahui tanda dan gejala kanker paru  Mengetahui patofisiologi kanker paru  Mengetahui Klasifikasi kanker paru  Mengetahui Manifestasi Klinik kanker paru

 Mengetahui Pemeriksaan Penunjang kanker paru  Mengetahui Komplikasi kanker paru  Mengetahui Penatalaksanaan kanker paru  Mengetahui Askep pada kanker paru

C. Rumusan Masalah  Apa pengertian dari kanker paru?  Apa penyebab dari kanker paru?  Jelaskan tanda dan gejala kanker paru?  Jelaskan patofisiologi dari kanker paru?  Jelaskan klasifikasi dari kanker paru?  Jelaskan manifestasi klinik pada kanker paru ?  Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang terdapat pada kanker paru?  Bagaimana komplikasi dari kanker paru?  Bagaimana penatalaksanaan pada kanker paru?  Jelaskan askep pada kanker paru? D. Manfaat Dapat Mengetahui Tentang askep kanker paru.

BAB II PEMBAHASAN KANKER PARU A. Pengertian Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Terdapar beberapa kategori kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik secara krusial. (elizabeth, 2008) Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010) Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru ( underwood, patologi, 2000 ). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Menurut beberapa pengertian kanker paru di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker paru adalah keganasan atau abnormalitas dari sel-sel yang mengalami poliferasi pada jaringan paru, yaitu pada lapisan epitel saluran nafas.

B. Klasifikasi Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) : 1. Karsinoma Bronkogenik. a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat). Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal. c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar). Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh. d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh. e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid. 2. Tumor karsinoid (adenoma bronkus). 3. Tumor kelenjar bronchial. 4. Tumor papilaris dari epitel permukaan. 5. Melanoma

C. Etiologi 1. Merokok Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kirakira 90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya, seorang yang telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru. 2. Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per hari mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok. Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawasenyawa kimia, banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan selsel yang rusak didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan kanker paru mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok. 3. Merokok Pasif Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk kedua-

duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara, termasuk Amerika. Keduaduanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes.

Mehisap

rokok

secara

dramatis

meningkatkan

kemungkinan

mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada pekerjapekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok. 4. Radon Gas Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika, membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasifondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. The U.S. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumahrumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana. 5 Kecenderungan Keluarga Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah

pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok. 6 Penyakit-Penyakit Paru Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan. 7. Sejarah Kanker Paru sebelumnya Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun. 8. Polusi Udara Polusi

udara dari kendaraan-kendaraan, industri,

dan tempat-tempat

pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematiankematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahliahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya

telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok. Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak semua perokok akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup. 9. Kekurangan Vitamin A dan C Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan radikal bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker. Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang normal tidak mengalami cedera. Frie dan Lawson berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C. D. Manifestasi Klinis  Gejala Awal Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus  Gejala Umum Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu: 1) Batuk. Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder .

2) Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi. 3) Infeksi saluran nafas bawah berulang 4) Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan. 5) Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan metastasis

E. Patofisiologi Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Patoflow..

F. Tingkatan Kanker Paru Tingkatan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)  Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.  Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paruparu tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh. b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)  Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.  Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.  Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.  Stadium II, merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.  Stadium III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.  Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paruparu yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang. G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Radiologi  Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.  Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.  Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.  Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3. Histopatologi.  Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).  Biopsi Trans Torakal (TTB).  Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.  Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.  Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.  Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4. Pencitraan  CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.  MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. Komplikasi Paru- paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas. Komplikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:  Sesak napas Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.  Batuk darah Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).  Nyeri Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.  Cairan di dada (efusi pleura) Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paruparu di rongga dada (ruang pleura).  Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis) Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ yang terkena.  Kematian Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan. Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan berkembang. Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.

I. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker Penatalaksanaan dapat berupa :  Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.  Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.  Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.  Suportif. Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah: 1) Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.  Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.  Pneumonektomi pengangkatan paru Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.  Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.  Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.  Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru berbentuk baji (potongan es).

 Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris. 2) Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. 3) Kemoterapi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN  Identitas Pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien (hubunganya dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)  Keluhan Utama Sesak nafas  Riwayat Penyakit Sekarang Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan batuk. Sesak yang dirasa oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah kanan, adanya obstruksi ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.  Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura, trauma, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi (merokok, radiasi, akibat kerja, polusi udara, genetic, diet/pola hidup) .  Riwayat Penyakit Keluarga Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura, asma, TB paru dan lain sebagainya. Preoperasi a) Aktivitas/ istirahat. Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas. Tanda : Kelesuan (tahap lanjut). b) Sirkulasi. Gejala : JVD (obstruksi vena kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi / disritmia. c) Integritas ego. Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat / potensi keganasan. Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.

d) Nyeri / kenyamanan. Gejala : Nyeri dada (timbul pada tahap lanjut dan kemungkinan juga pada tahap dini) dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu atau tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul e) Pernafasan. Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau akibat produksi sputum. Nafas pendek, khususnya Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak, paralisis pita suara dan memiliki riwayat merokok Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi) Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels / mengi menetap; penimpangan trakea (area yang mengalami lesi), Hemoptisis. .

f) Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan. Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema

wajah, periorbital (

ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine . g) Keamanan / Imunitas. Tanda : Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) i) Seksualitas. Tanda : Ginekomastia (perubahan hormon neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea / impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)  Pemeriksaaan Fisik a.

Inspeksi  Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.  Kesimetrisan dada,  Retraksi otot-otot dada,  penggunaan otot-otot bantu pernafasan  Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.

 Kaji postur tubuh, Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada.  Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianosis akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia  bentuk kuku pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh  kaji adanya edema Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan\ kulit pucat akibat kesulitan bernafas  frekuensi batuk batuk biasanya terus-menerus  karakteristik sputum b. Palpasi  Nyeri pada dada Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa nyeri  Taktil fremitu Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan Capillary refill. c.

Perkusi  Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru  Ada penumpukan cairan (sekret)

d. Auskultasi  Suara nafas Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks, dan kegemukan ada substansi abnormal

Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tidak nyaring.  Suara tambahan nafas Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada pneumonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. 2. Pascaoperasi a) Aktivitas atau istirahat. Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang. b) Sirkulasi. Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi. c) Integritas ego. Gejala : Perasaan takut kondisi tubuh menurun dan kematian akibat pembedahan Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang. d) Neurosensori. Gejala

: Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.

e) Nyeri dan ketidaknyamanan. Gejala

: Keluhan nyeri, karakteristik nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai

sumber misalnya insisi atau efek – efek anastesi f)

Penyuluhan Gejala : Tidak mengetahui gejala yang timbul setelah pembedahan, penatalaksanaannya dan kesiapan penerimaan informasi pascaoperasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Preoperasi a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hemoptisis atau meningkatnya sumbatan jalan nafas

b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi c) Nyeri (akut atau kronis) berhubungan dengan penekanan jaringan, dan gangguan saraf internal atau penekanan dinding dada d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea Pascaoperasi a) Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah atau trauma jaringan

C. RENCANA KEPERAWATAN Preoperasi 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hemoptisis atau meningkatnya sumbatan jalan nafas Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …. jam, diharapkan jalan nafas efektif Kriteria Hasil : 1) Menyatakan / menunjukkan hilangnya dispnea. 2) Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih 3) Mengeluarkan sputum tanpa kesulitan. 4) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan nafas. Intervensi : Mandiri a.

Kaji adanya perubahan upaya dan pola bernafas. Rasional : Penggunaan otot interkostal / abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

b. Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya retraksi dada. Rasional : Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus. c. Observasi karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum. Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab / etiologi gagal pernafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan atau purulen. d. Pertahankan posisi tubuh / kepala yang tepat.

Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien dipengaruhi Kolaborasi : a.

Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia. Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis / pilihan obat.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …. jam, diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi Kriteria Hasil : a.

Perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

b. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan / situasi. Intervensi : Mandiri : a. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas. b. Auskultasi ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mucus / edema serta tumor. c. Kaji adanya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif. Kolaborasi : a.

Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas. b. Awasi atau gambarkan seri GDA. Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

3) Nyeri (akut atau kronis) berhubungan dengan penekanan jaringan, dan gangguan saraf internal atau penekanan dinding dada Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …. jam, diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol Kriteria Hasil : a.

Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.

b. Menunjukkan perilaku yang nyaman atau tenang c.

Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan.

Intervensi : Mandiri : a. Kaji intensitas nyeri secara komprehensif yaitu karakteristik nyeri (PQRST). Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10. Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri. b. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien. Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal / non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi. c. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi. Rasional : Stadium kanker yang diderita berpengaruh besar terhadap terjadinya nyeri dan derajatnya. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.

d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. Rasional : Pengungkapan perasaan terhadap masalah dapat menurunkan ambang persepsi nyeri. e.

Berikan tindakan kenyamanan yaitu penggunaan teknik relaksasi / distraksi Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

Kolaborasi : a.

Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik Rasional : Mengurangi intensitas nyeri dengan penggunaan obat analgesik

4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan menelan ditandai dengan penurunan berat badan Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …. jam, diharapkan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria evaluasi:  Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan  Peningkatan napsu makan/masukan diit Intervensi : Mandiri : a. Pantau masukan makanan setiap hari R/: Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi nutrisi. b. Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi R/: Mual/muntah psikogenik sebelumkemoterapi mulai secara umum tidak berespons terhadap obat anti emetik. Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuaiindikasi. Fenotiazin, mis : Proklorperazin(compazine), tietilperazin (Torecan), antidopaminergik mis ; metoklorpiamid(regian), dll R/: Kebanyakan anti emetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntahdan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer untuk mengham-bat peristaltik balik.

Pascaoperasi a) Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah atau trauma jaringan Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …. jam, diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol Kriteria Hasil : b. Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol. c.

Menunjukkan perilaku yang nyaman atau tenang

d. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan.

Intervensi : Mandiri : a. Kaji intensitas nyeri secara komprehensif yaitu karakteristik nyeri (PQRST). Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10. Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri. b. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien. Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal / non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi. c. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi. Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan

sesuai

diagnosa

kanker

dapat

mengganggu

kemampuan mengatasinya. d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. Rasional : Pengungkapan perasaan terhadap masalah dapat menurunkan ambang persepsi nyeri. e. Berikan tindakan kenyamanan yaitu penggunaan teknik relaksasi / distraksi Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Kolaborasi : a) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik Rasional : Mengurangi intensitas nyeri dengan penggunaan obat analgesik

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun Mpria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa. Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

B. SARAN. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses

Holistik.

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung. Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC. Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta. http://dwihardiyanti25.blogspot.co.id/2012/06/asuhan-keperawatan-ca-paru.html http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-ca-paru-kankerparu.html#.WRukFDU0FaA http://wijayaedu.blogspot.co.id/2015/06/ca-paru.html

Related Documents

Belum Lengkap.docx
November 2019 22
Belum Rampung.docx
April 2020 19
Belum Jadi.docx
June 2020 14
Belum Fixxxxxxxx.docx
June 2020 18
Belum Kelar.docx
May 2020 19
Belum Jadi.docx
June 2020 12

More Documents from "Joel Aparicio"

1102106021-3-bab Ii.docx
November 2019 15
6. Bab Ii.docx
November 2019 13
Tgs Sistem Reproduksi.docx
November 2019 18
Belum Jadiiiii.docx
November 2019 14
Askep Gravidarum.docx
November 2019 14