Bahasa Dan Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat Suku Karo.docx

  • Uploaded by: Giranti Pratiwi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahasa Dan Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat Suku Karo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,869
  • Pages: 11
BAHASA DAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT SUKU KARO

NAMA KELOMPOK 3

1. 2. 3. 4. 5.

ANDRYAN MUTTAQIN ( 2181401086) KARINA ITA APULINA BR.BANGUN (3182122017) SILVI EKA DEVIA (3182122007) RYKA GABRIELLA BR. MANULLANG ( 2181401560) SARI DAME BR MARBUN (3183322027)

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYAsehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada DosenPembimbing mata kuliah Pengantar etnografi, tidak lupa kami jugamengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusidengan memberikan ide-ide dan waktunya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan danpengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentukmaupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakinmasih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangatm e n g h a r a p k a n s a r a n d a n k r i t i k y a n g m e m b a n g u n d a r i p e m b a c a d e m i kesempurnaan makalah ini.

Medan, November 2018

Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................................................ 1 DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2 BAB I ............................................................................................................................................................ 3 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3 1.Latar Belakang ....................................................................................................................................... 3 2.Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 3 3.Tujuan Penelitian ................................................................................................................................... 3 4.Manfaat Penelitian ................................................................................................................................. 3 BAB II........................................................................................................................................................... 4 METODE PENELITIAN .............................................................................................................................. 4 1.Jenis Penelitian....................................................................................................................................... 4 2.Lokasi Penelitian.................................................................................................................................... 4 3.Informan Penelitian ................................................................................................................................ 4 4.Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................................................... 5 BAB III ......................................................................................................................................................... 6 HASIL PENELITIAN .................................................................................................................................. 6 1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 6 2.Sub Bab Sesuai dengan Pertanyaan Penelitian Masing-Masing ............................................................ 6 BAB IV ......................................................................................................................................................... 9 PENUTUP .................................................................................................................................................... 9 a.

Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9

b.

Saran ................................................................................................................................................. 9

2

BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu bagian dari suku bangsa yang besar, yaitu Batak. Selain Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Pakpak, Batak Nias, Batak Dairi, dan Batak Angkola. Masyarakat Karo, selain sebagian besar tinggal di daerah pegunungan , tidak sedikit juga yang tinggal di daerah perantauan. Seperti halnya suku-suku lain, masyarakat Karo mempunyai sistem kemasyarakatan, hal ini terjadi karena masyarakat ingin mempertahankan sistem kehidupan keluarga untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan nilai-nilai yang dimiliki, terutama yang berkaitan dengan jati diri.

2.Rumusan Masalah 1.Bagaimana bahasa dan sistem kekerabatan masyarakat karo di desa Seberaya,Kecamatan Tigapanah,Kabupaten Karo?

3.Tujuan Penelitian 1.Untuk mengetahui dan menganalisis bahasa dan sistem kekerabatan di masyarakat karo. 2.Mengetahui bagamana hubungan bahasa dan sistem kekerabatan pada masyarakat karo. 4.Manfaat Penelitian 1.Menambah wawasan dan penetahuan tentang bahasa dan sistem kekerabatan pada masyarakat karo,di desa Seberaya. 2. Mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan dan adat istiadaat masyarakat Karo. 3.Dapat menjadikan referensi bagi peneliti yang akan datang. 4. Menciptakan rasa cinta tanah air.

3

BAB II METODE PENELITIAN 1.Jenis Penelitian a. Observasi partisipan

Observasi partisipan merupakan penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek penelitian dalam lingkungannya, dan selama itu data yang berbentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan (Bogdan dalam Moleong, 2012: 164). Dengan demikian, observasi partisipan merupakan teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat secara penuh dengan masyarakat yang sedang diamati. Untuk menjadi seorang pengamat yang baik membutuhkan sebuah keterampilan istimewa yang memungkinkannya untuk menangani berbagai persoalan, seperti potensi kebohongan dari masyarakat yang amati, manajemen kesan, dan potensi ketersingkiran sang peneliti dalam lingkungan yang sedang diamati (asing). b. Wawancara terbuka dan mendalam Wawancara terbuka dan mendalam disebut juga wawancara tak terstruktur, yang artinya wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2015: 318).

2.Lokasi Penelitian Desa Seberaya berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Jarak dari Desa ke Tigapanah yaitu kurang lebih sekitar 3 Km, adapun dari Kabanjahe yaitu kurang lebih sekitar 12 km, dan dari Medan yaitu kurang lebih 76 km. Berbatasan dengan desa Simpang Bertah, Aji Mbelang, Aji Jahe, Aji Buhara dan Aji Julu jika dari Daerah Ujung Aji, tetapi jika dari Tiga Panah berbatasan dengan Desa Kuta Balai dan Tiga Panah.

3.Informan Penelitian 1.Informasi yang kami dapat tentang penulisan mini riset kelompok kami adalah seorang Kepala Desa di Desa Seberaya yaitu bapak Benny Karosekali S.Pd.Yang berusia 50 tahun. 2.Informan kedua kelompok adalah bapak Pande Ginting.Umur 52 tahun.

4

4.Teknik Pengumpulan Data 1.Wawancara Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara. 2.Observasi Menurut Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporang yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.

5

BAB III HASIL PENELITIAN 1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Seberaya berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Jarak dari Desa ke Tigapanah yaitu kurang lebih sekitar 3 Km, adapun dari Kabanjahe yaitu kurang lebih sekitar 12 km, dan dari Medan yaitu kurang lebih 76 km. Berbatasan dengan desa Simpang Bertah, Aji Mbelang, Aji Jahe, Aji Buhara dan Aji Julu jika dari Daerah Ujung Aji, tetapi jika dari Tiga Panah berbatasan dengan Desa Kuta Balai dan Tiga Panah. 2.Sub Bab Sesuai dengan Pertanyaan Penelitian Masing-Masing A.Bahasa Karo Suku batak karo memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa karo.Bahasa karo adalah bahasa sehari-hari yang digunakan suku batak karo.Bahasa dan aksara karo merupakan karya budaya yang memiliki nilai budaya yang tidak ternilai harganya.Bahasa karo dipergunakan oleh suku batak karo terutama dalam pergaulan sehari-hari dan begitu juga dalam upacara adat.Didalam berkomunikasi atau pembicaraan sehari-hari,penggunaan bahasa karo ini tidak memerukan bentuk atau susunan dan aturaan yang baku,yang penting apa yang dikehendaki atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. Saat ini penggunaan bahasa karo sudah cukup memprihatinkan.Generasi muda batak karo banyak yang tidak mengerti bahasa karo.Didalam keluarga-keluarga batak karo(ayah dan ibu berasal dari suku karo).Walaupun orangtuanya berbicara dalam bahasa karo satu sama lain,tetapi pada saat berbicara kepada anak-anaknya mereka meggunakan bahasa Indonesia.Bahkan generasi muda suku batak karo yang tinggal dikota besar seperti medan sudah enggan,bahkan ada perasaan malu bila menggunakan bahasa karo karena dianggap tidak modern.Akibatnya saat ini banyak generasi muda suku batak karo tidak bisa berbahasa karo terutama generasi muda suku batak karo yang tinggal diluar kabupaten karo.

B.Sistem Kemasyarakatan Suku Batak Karo Suku batak karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama marga silima, rakut sitelu dan tutur siwaluh. 1.MARGA SILIMA Marga dalam bahasa karo disebut merga.Merga digunakan untuk laki-laki,adapun untuk anak perempuan disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama suku batak karo.Merga dalam suku batak karo terdiri dari 5 kelompok yang disebut dengan merga silima,yang berarti marga yang lima. Merga silima ini terdiri dari: a.Ginting 6

Pase, Munthe, Manik, Sinusinga, Seragih, Sini Suka, Babo, Sugihen, Guru Patih, Suka, Beras, Bukit, Garamat, Ajar Tambun, Jadi Bata, Jawak, Tumangger, Capah.

b.Karo-karo Purba, Ketaren, Sinukaban, Karo-karo Sekali, Sinuraya/ Sinuhaji, Jong/ Kemit, Samura, Bukit, Sinulingga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sitepu, Barus, Manik. c.Perangin-angin Sukatendel, Kuta Buloh, Jombor Beringen, Jenabun, Kacinambun, Peranginangin Bangun, Keliat, Beliter, Mano, Pinem, Sebayang, Laksa, Penggarun, Uwir, Sinurat, Pincawan, Singarimbun, Limbeng, Prasi. d.Sembiring Kembaren, Keloko, Sinulaki, Sinupayung, Brahmana, Guru Kinayan, Colia, Muham, Pandia, Keling, Depari, Bunuaji, Milala, Pelawi, Sinukapor, Tekang. e.Tarigan Tua, Bondong, Jampang, Gersang, Cingkes, Gana-gana, Peken, Tambak, Purba, Sibero, Silangit, Kerendam, Tegur, Tambun, Sahing.

B.RAKUT SITELU Rakut sitelu atau daliken sitelu,yang berarti ikatan yang tiga merupakan hal yang penting dalam susunan masyarakat suku batak karo.Arti rakut sitelu itu adalah sangkep eggelu(Kelengkapan Hidup)bagi orang karo.Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga social yang terdapat dalam masyarakat suku batak karo yang teridi dari tiga kelompok yaitu: 1. Kalimbubu 2. Anak beru 3. Sukut(senina/sembuyak) Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi istri,anak beru keluarga yang mengambil atau menerima istri dan senina keluarga satu jalur keturanan merga atau keluarga inti. C. TUTUR SIWALUH Tutur siwaluh merupakan konsep kekerabatan masyarakat suku batak karo, yang berhubungan dengan penuturan yaitu terdiri dari delapan golongan 1.sipemeren Senina sipemeren, yaitu orang orang yang ibu ibu mereka bersaudara kandung . 2.siparibanen Yaitu orang orang yang mempunyai istri yang bersaudara 3.sipengalon Senina sipengalon atau sendalanen , yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak anak yang memperistri dari beru yang sama. 4.anak beru 7

Berarti pihak yang mengambil istri dari satu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu dam secara tidak langsung melaui praantaraaan orang lain , seperti ana beru mentri dan ank beru singikuri. 5.anak beru mentri Yaitu anak beru nya anak beru. Asal kata mentri adalah dari kata mintri yang berarti meluruskan , jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, pengawas serta pembantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat . 6.anak beru singikuri Adapula yang disebut anak beru singikuri yaitu anak berunya anak beru menteri, anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat . 7.kalimbubu Yaitu elompok pemberi istri kepada keluarga tertentu 8.puang kalimbubu Adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang . Kedelapan tutur diatas dalam suku batak karo dikenal sebagai tutur siwalu dan diperoleh berdasarkan : a. Hubungan darah b. Hubungan perkawinan c. Melalui ertutur

8

BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan Suku batak karo Keluarga dan kerabat merupakan bagian yang penting dalam masyarakat. Keluarga memiliki berbagai macam fungsinya, berbeda sudut pandang, maka berbeda juga fungsi yang didefinisikan. Salah satu fungsi yang dibahas cukup mendalam pada ulasan ini adalah pembentukan karakter. Dalam pembentukan karakter, terdapat dua cara yaitu enkulturasi dan sosialisasi. Adapun komponen pembentuk karakter yang muncul ketika proses enkulturasi atau sosialisasi berjalan, yaitu adanya nilai dan norma, karena Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, individu di dalam setiap keluarga memiliki batas yang jelas terhadap perilaku mereka. Kekerabatan memiliki dampak penting dalam perilaku yang dimiliki individu karena berdasarkan beberapa penelitian juga dapat diketahui bahwa di Indonesia maupun luar negeri kekerabatan sangatlah mempengaruhi bagaimana seseorang harus berprilaku terhadap orang lainnya. Hal ini menyebabkan orang yang biasanya berprilaku normal dalam kehidupan seharihari harus berubah drastis ketika bertemu dengan kerabatnya yang mempunyai posisi yang berbeda. Suku batak karo memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa karo.Bahasa karo adalah bahasa sehari-hari yang digunakan suku batak karo.Bahasa dan aksara karo merupakan karya budaya yang memiliki nilai budaya yang tidak ternilai harganya.Bahasa karo dipergunakan oleh suku batak karo terutama dalam pergaulan sehari-hari dan begitu juga dalam upacara adat.Didalam berkomunikasi atau pembicaraan sehari-hari,penggunaan bahasa karo ini tidak memerukan bentuk atau susunan dan aturaan yang baku,yang penting apa yang dikehendaki atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. b. Saran Saran kami sebagai mahasiswa yang telah melakukan mini riset yaitu kami menyarankan agar suku batak karo dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun masyarakat dan terutama masyarakat suku batak karo tersebut sehingga meningkatkan pemahaman terhadap budaya kita sendiri. Dan pada penggunaan kata yang terlalu berbelit-belit agar lebih di fokuskan saja agar maksud yang ingin disampaikan itu singkat, padat, namun jelas sasarannya. 9

Selain itu, juga disarankan agar adanya rasa ingin melestarikan budaya-budaya kita yang sudah mulai tergilas oleh zaman modern ini.Dari satu hal yang sederhana kita dapat melestarikan budaya kita tersebut dan kita juga dianjurkan untuk membaca asal usul dari suku kita terutama yang dibahas disini suku masyarakat batak kaaro karena semakin banyak kita membaca akan semakin meningkatkan pemahaman dan wawasan kita.

10

Related Documents


More Documents from "Rahimatul Adzlina"