Bab Iii Pengkajian Jiwa Ps Kelompok-1.docx

  • Uploaded by: MAYLANI
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iii Pengkajian Jiwa Ps Kelompok-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,813
  • Pages: 11
BAB III GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian Tn. Y dengan no RM 060628, berumur 22 tahun, klien belum menikah, Pendidikan terakhir SMP, dan alamat klien di Duri Barat Mandau, Bengkalis. Klien masuk ke RSJ Tampan pada tanggal 3 Maret 2019 diantar oleh ayah dan kakaknya, klien her op ke 4 terakhir dirawat 2 bulan yang lalu, 1 minggu mulai gelisah, marah-marah, tertawa, bicara sendiri, mondar mandir, bicara kotor, mengancam bunuh diri, memecahkan barang-barang, memukul orang tua, curiga, keluyuran, dan suka main air. Tanggal 5 maret 2019 telah dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengalami halusinasi. klien mengatakan masih mendengar suarasuara yang menyuruhnya marah-marah, klien mengatakan suara-suara yang didengarnya suara laki-laki, klien juga melihat rang-orang asing berbaju putih dan melihat hantu yang menyeramkan. Klien mendengar suara-suara pada waktu malam hari menjelang tidur dan kadang siang hari. Klien mengatkan suara itu muncul saat ia sedan sendiri. Klien mengataka ia hanya diam saja saat suara-suara itu muncul Klien sudah berulang kali masuk ke RSJ, terakhir klien dirawat 2 bulan yang lalu, pengobatan sebelumnya kuran berhasil. Klien minum obat

15

tetapi tidak ada teman untuk bicara, sehingga klien sering sendiri dan melamun, menyebabkan klien mendengar halusinasinya kembali. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik atau yang lainnya. Anggota keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu ibu dan adik kandung, gejalanya sama dengan klien dan pernah di rawat di rumah sakit jiwa. Klien tidak ada mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan. Saat pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan fisik TD 100/60 mmHg, HR 80 x/i, S 36,5 C, RR 24 x/i, BB 65 kg dan TB 155 cm. Klien mengeluhkan sakit perut dan mual. Klien tinggal bersama satu rumah dengan orang tua dan saudara yang lain. Konsep diri klien yaitu klien menyukai semua anggota tubuhnya, sebelum dirawat klien sehari-hari dirumah saja, tidak bekerja dan hanya membantu orang tua dirumah. Peran klien dirumah sebagai seorang anak, dan diberi tanggung jawab membantu orang tua menyapu, cuci piring dan cuci pakaian. Ideal diri klien mengatakan ingin hidup mandiri, bekerja dan bisa mandiri tanpa bantuan orang tua. Harga diri klien merasa tidak nyaman dan sulit untuk berhubungan dengan orang lain karena merasa asing bila bersama orang lain. Orang yang berarti bagi klien yaitu kakak karena klien merasa lebih dekat dengan kakaknya tetapi tidak pernah menceritakan apa yang dirasakan kepada kakaknya. Nilai dan keyakinan klien mengatakan bahwa dirinya sakit karena diguna-guna orang lain, klien beragama islam, klien sering dirukiyah dan dibacakan doa oleh orang tua (ayahnya). Kegiatan

16

ibadah klien sudah lama tidak melaksanakan sholat dan selama dirawat klien sholat apabila diingatkan. Klien menggunakan pakaian yang tersedia di rumah sakit jiwa, ADL diarahkan. Klien bicara tidak ada hambatan, klien mampu berinteraksi dengan baik dengan perawat, dan saat bicara klien kurang konsentrasi dan mudah teralihkan. Klien beraktivitas atau berjalan normal, selama dirawat klien pernah memukul tempat tidur dan diikat. Klien merasa putus asa karena klien merasa dirinya di guna-guna oleh orang lain yang tidak menyukainya, sudah minum obat dan menjalani pengobatan alternatif tetapi tetap tidak sembuh. Selama wawancara klien tenang, kooperatif, kontak mata baik dan ekspresi sesuai dengan pembicaraan. Klien mengalami halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan. Klien mengalami halusinasi pada malam hari sebelum tidur atau sedang sendiri. Klien mendengar suara-suara (kadang suara laki-laki dan kadang suara perempuan) yang menyuruhnya melakukan sesuatu, kadang menyuruh klien marah-marah. Klien juga melihat seseorang berbaju putih dan melihat hantu yang menyeramkan, klien tidak merasa ketakutan melihat hal tersebut. Jika klien mengalami halusinasi dia membaca doa-doa sampai suara-suara itu hilang, tapi kadang klien hanya membiarkan saja halusinasinya. Klien tidak mengalami waham. Klien saat ini tahu dia ada di RSJ, orientasi waktu baik dan klien mampu mengenal perawat. Memori klien tidak mampu mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan. Kemampuan penilaian klien dapat mengambil keputusan sederhana

17

dengan bantuan orang lain. Klien menyalahkan orang lain atas penyakit yang dideritanya, klien mengatakan ia sakit karena diguna-guna orang lain. Diagnosa medis skizofrenia tak terinci, klien mendapatkan terapi obat haloperidol 5 mg 2 x ½, trihexiphenidil 2 mg 1 x ½, dan CPZ 100 mg ½-1.

B. Masalah Keperawatan DATA

MASALAH KEPERAWATAN

Subjektif :

Gangguan

 Klien mengatakan ia masih halusinasi sering mendengar suara-suara  Klien

mengatakan

persepsi

sensori

pendengaran

halusinasi penglihatan

ia

mendengar suara-suara yang menyuruhnya marah-marah  Klien mengatakan ia juga melihat bayangan orang dan melihat hantu Objektif :  Klien tampak sering sendiri  Klien lebih banyak diam jika sedang bersama-sama dengan temannya Subjektif :

Resiko perilaku kekerasan

18

:

dan

 Klien mengatakan ia sedang marah  Klien

mengatakan

marah

karena suara halusinasinya Objektif :  Klien mengamuk, memukul tempat tidur, mata melotot dan tangan mengepal Subjektif :

Harga Diri Rendah

 Klien mengatakan ia merasa malu saat berinteraksi dengan orang lain  Klien mengatakan jika ada masalah tidak pernah bercerita kepada siapa pun  Klien merasa kurang nyaman berkomunikasi dengan orang lain karena malu mempunyai keluarga

dengan

riwayat

gangguan jiwa. Objektif :  klien tampak sering termenung dan lebih banyak diam jika

19

sedang bersama-sama dengan temannya C. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

D. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan 2. Risiko perilaku kekerasan 3. Harga Diri Rendah E. Implementasi dan Evaluasi a. Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan kelompok mengacu pada teori yang ada. Untuk masalah keperawatan gangguan sensori

20

persepsi halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan kelompok yang diwakilkan oleh ners muda Y memulai interaksi pada hari Selasa tanggal 05 Maret 2019 dengan membina hubungan saling percaya, menyadari penyebab halusinasi, akibat dari halusinasi, jenis halusinasi, waktu munculnya halusinasi, frekuensi halusinasi, isi halusinasi dan apa reaksi klien terhadap halusinasi. Implementasi yang telah dilakukan kelompok adalah: Pada hari Rabu tanggal 06 Maret 2019 jam 10.00 WIB kelompok yang diwakili oleh ners muda M membina hubungan saling percaya dengan klien, memvalidasi perasaan klien. Hubungan saling percaya sudah terbina, Klien mengatakan ia mendengar suara-suara yang menyuruhnya marah. Klien tampak tenang, kooperatif, kontak mata baik ketika sedang interaksi dengan perawat. Ners muda M melakukan pengkajian dan melakukan SP 1 halusinasi yaitu menghilangkan suara-suara dengan cara menghardik halusinasi. Klien mampu melakukan SP 1 halusinasi dengan cara menghardik halusinasi. SP 1 halusinasi tercapai, untuk rencana tindak lanjut evaluasi kembali sp 1 halusinasi dan lanjut implementasi sp 2 halusinasi. Kamis tanggal 07 Maret 2019 jam 10.15 WIB ners muda D melakukan evaluasi sp 1 halusinasi dan tindakan keperawatan SP 2 halusinasi yaitu diawali dengan membina hubungan saling percaya, evaluasi kembali SP 1 halusinasi dan melatih klien menghilangkan suara-suara dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Hubungan

21

saling percaya tercapai, klien mampu melakukan tindakan bercakapcakap dengan orang lain. SP 1 dan 2 halusinasi tercapai. Rencana tindak lanjut yaitu evaluasi SP 1 dan 2 halusinasi, lanjut implementasi SP 3 halusinasi. Jumat tanggal 08 Maret 2019 jam 09.30 WIB ners muda N melakukan tindakan keperawatan evaluasi SP 1 dan 2 halusinasi dan melakukan implementasi SP 3 halusinasi yaitu melakukan aktifitas yang terjadwal. Klien memilih kegiatan seperti shalat subuh, mandi, membersihkan tempat tidur. Klien bersama perawat mengatur jadwal kapan klien akan melakukan aktifitasnya. SP 1, 2 dan 3 halusinasi tercapai. Rencana tindak lanjutnya yaitu evaluasi SP 1, 2 dan 3 halusinasi dan melanjutkan implementasi SP 4 halusinasi yaitu makan obat secara teratur. Sabtu tanggal 09 Maret 2019 jam 10.00 WIB ners muda M mereview SP 1, 2 dan 3 halusinasi, perawat menanyakan perasaan klien saat ini, klien mampu melakukan semua yang telah dilatih oleh perawat sebelumnya. Ners muda M melanjutkan SP 4 halusinasi yaitu minum obat secara teratur, klien mengetahui jumlah obat yang diminumnya dan belum tahu manfaat dan fungsi obat yang diminumnya tersebut. Ners muda M kemudian menjelaskan manfaat minum obat secara teratur, nama-nama obat yang diminum oleh klien meliputi warna obat, frekuensi minum obat dan dosis obat. SP 4 halusinasi tercapai. Diagnosa

keperawatan

gangguan

22

sensori

persepsi

halusinasi

pendengaran dan halusinasi penglihatan tercapai. Rencana tindak lanjut kelompok mengangkat diagnosa keperawatan yang kedua yaitu isolasi sosial. Senin tanggal 11 Maret 2019 jam 09.30 WIB ners muda A melanjutkan tindakan keperawatan SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan yaitu membantu klien menyadari perasaan marah, penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan dan perilaku kekerasan yang dilakukan. Saat diajak berbicara kontak mata ada, pandangan tajam, klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan. Klien mengatakan ia merasa marah karena suara-suara yang ia dengar dan terus mengganggunya. Klien mengatakan jiwa ia marah nafasnya menjadi cepat, matanya memerah, dan nada bicara tinggi. Klien juga mengatakan ia pernah memukul tempat tidur di Rumah Sakit karena tidak bisa mengontrol perasaan marahnya. Ners muda A melanjutkan dengan akibat dari perilaku kekerasan dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama : latihan nafas dalam. Klien mengatakan akibat ia memukul tempat tidur itu adalah tanggannya menjadi sakit dan ia diikat oleh perawat. Klien mampu untuk melakukan latihan nafas dalam saat diajarkan oleh Ners muda A. Rencana tindak lanjut yaitu evaluasi kembali SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan, jika klien mampu melakukan SP 1 implementasi dilanjutkan dengan SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan. Selasa tanggal 12 Maret 2019 jam 09.45 WIB ners muda R mereview SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan yang telah dilakukan

23

sebelumnya, klien mampu menyebutkan tanda dan gejala marah serta akibat dari perilaku marah jika tidak dikontrol dengan benar. Perawat menanyakan perasaan klien saat ini, klien merasa lebih tenang setelah bercerita kepada ners muda R. Ners muda R menevaluasi cara fisik pertama untuk mengontrol perasaan marah yaitu dengan tarik nafas dalam. Klien dapat menyebutkan caranya yaitu dengan cara tarik nafas dalam namun

saat

diperintahkan untuk

mempraktekkan klien

melakukannya dengan tidak benar. Ners muda R kembali mengajarkan cara tarik nafas yang benar kepada klien. Setelah diajarkan kembali klien mampu melakukan dengan benar teknik nafas dalam yan diajarkan. SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan tercapai, rencana tindak lanjut yaitu evaluasi kembali SP 1 jika klien mampu lanjutkan SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan yaitu dengan cara fisik kedua : pukul bantal/kasur. Rabu tanggal 13 Maret 2019 jam 15.00 WIB ners muda A mengevaluasi SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan, klien mampu mengulang kembali cara tarik nafas dengan benar, ners muda A melanjutkan SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan dengan mengajarkan klien mengontrol marah dengan cara fisik kedua : pukul kasur/bantal. Klien mampu melakukan SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan yaitu pukul kasur/bantal. Ners muda

A menanyakan perasaan klien setelah

melakukan tindakan, klien mengatakan merasa senang karena sudah bisa melampiaskan perasaan marahnya. Ners muda A bersama-sama

24

dengan klien memasukkan kegiatan pukul kasur/bantal ini kedalam aktifitas harian klien. Kamis tanggal 14 Maret 2019 jam 09.30 WIB ners muda N mereview kembali SP 1 dan 2 Resiko Perilaku Kekerasan, klien mampu menyebutkan tanda dan gejala marah, akibat marah dan cara tarik nafas dalam dengan benar, klien mampu menyebutkan cara pukul kasur/bantal dengan benar, tetapi klien menolak untuk melakukannya dengan alasan ingin tidur dan mengantuk. Rencana tindak lanjut yaitu mengingatkan kembali jadwal aktifitas harian klien yang sudah disepakati sebelumnya dan evaluasi kembali SP 1 dan 2 Resiko Perilaku Kekerasan jika klien mampu lanjutkan ke SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan.

25

Related Documents


More Documents from "JeniSentosa"