Bab Ii Proposal Napza.docx

  • Uploaded by: Priska Fitriani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Proposal Napza.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,463
  • Pages: 23
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan dipelajari. Ahli lain menyatakan pengetahuan adalah akumulasi pengalaman inderawi yang dicatat dalam otak masing-masing diberi nama setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara abstrak tanpa menunjukkan benda yang bersangkutan secara fisik (Atmadilaga, 1993). Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut

Kholid

dan

Notoadmodjo

(2012)

tedapat

6

tingkat

pengetahuan, yaitu: a.

Tahu (Know) Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

10

tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b.

Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c.

Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d.

Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e.

Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian- bagian di

11

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f.

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut: a.

Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya, sehingga akan berbeda sikap orang yang berpendidikan lebih tinggi dan berpendidikan rendah. 2) Pengalaman Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang pernah dialami masa lalu.

12

3) Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah membosankan, berulang dan banyak tantangan. 4) Usia Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. B. Remaja Menurut WHO remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sedangkan batasan usia remaja WHO adalah 12 tahun sampai 24 tahun, namun jika pada usia remaja telah menikah maka tetap tergolong dalam remaja. Sedangkan dalam ilmu psikologi, rentang usia remaja

13

dibagi menjadi tiga, yaitu remaja awal (10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun) dan remaja akhir (17-19 tahun). Menurut Jean Peaget seorang tokoh pendidikan menyatakan “Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak” (BNN, 2012: 21) Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Masa remaja ditandai oleh perubahan fisik, emosional, intelektual, seksual dan sosial. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan dampak sebagai berikut: pencarian jati diri, pemberontakan, pendirian yang labil, minat yang berubah-ubah, mudah terpengaruh mode, konflik dengan orang tua dan saudara, dorongan ingin tahu dan mencoba yang kuat, pergaulan intens dengan teman sebaya dan membentuk kelompok sebaya yang menjadi acuannya. Menurut BNN (2012) ada beberapa faktor dan ciri perkembangan remaja yang menjadi penyebab remaja rentan terhadap permasalahan penyalahgunaan NAPZA antara lain: 1. Perasaan galau Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan remaja mengalami banyak perubahan baik fisik, mental,

14

emosional dan sosial. Dengan perubahan ini, anak remaja sering mengalami ketegangan, perasaan tertekan, keresahan, kebingungan dan frustasi, sehingga berisiko tinggi menyalahgunakan NAPZA. 2. Perasaan ingin tahu Ciri remaja adalah ingin tahu dan ingin mencoba pada masa remaja ada dorongan untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, mencoba pengalaman baru, termasuk mencoba-coba NAPZA. Pada umumnya, proses awal terbentuknya seorang pecandu adalah melalui coba-coba karena ingin tahu, kemudian menjadi pemakai dan akhirnya menjadi seorang pecandu. 3. Kegoncangan emosional Dengan adanya perubahan-perubahan psikologis secara mendalam dan mendadak pada masa remaja, penyalahgunaan NAPZA dapat dipandang sebagai suatu penyaluran dorongan alamiah untuk melakukan perbuatanperbuatan yang mengandung bahaya besar dan mengundang risiko. 4. Cenderung melawan otoritas Pada masa remaja, ada dorongan untuk melawan otoritas dan menentang nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat orang dewasa, untuk mencari identitasnya dengan melakukan pergantian pola hidup baru yang ditentukan oleh kelompok teman sebayanya. 5. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi faktor tempat tinggal dan lingkungan pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.

15

a) Lingkungan Keluarga 1) Tinggal terpisah dari keluarga 2) Komunikasi orang tua-anak kurang baik 3) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis 4) Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi 5) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh. 6) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan. 7) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten). 8) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga. 9) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA. b) Lingkungan Sekolah 1) Sekolah yang kurang disiplin. 2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjualan NAPZA. 3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif. 4) Adanya murid pengguna NAPZA. c) Lingkungan Teman Sebaya 1) Berteman dengan penyalahguna. 2) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

16

d) Lingkungan Masyarakat 1) Lemahnya penegakan hukum. 2) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung. C. NAPZA 1. Pengertian NAPZA Menurut UU RI No 35 tahun 2009 narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagimana terlampir dalam Undang-Undang. Psikotropika adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku. Pengaruh lain berupa timbulnya halusinasi (menghayal), gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan ketergantungan. (BNN, 2012: 21) Zat adiktif merupakan bahan berbahaya yang merupakan hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan. (BNN, 2012: 21) Dapat disimpulkan, NAPZA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. 2. Penyalahgunaan NAPZA

17

Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian obat di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, secara teratur atau berkala sekurangkurangnya selama 1 bulan. Pemakaian secara teratur tersebut menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental. Karena narkoba berpengaruh pada otak, setelah menggunakan narkoba dapat timbul rasa nikmat seperti rasa rileks, rasa senang, tenang dan perasaan “high”. Perasaan itulah yang dicari oleh pemakainya yang menyebabkan narkoba disalahgunakan. Namun, sesudah mengalami perasaan “high” terjadi perasaan “down” atau pengaruh sebaliknya seperti cemas, gelisah, nyeri otot dan sulit tidur. Untuk menghilangkan perasaan buruk itu, orang menggunakan narkoba lagi. Jika digunakan berulang kali, terjadi kebiasaan dan kehidupan menjadi bagaikan “roller coaster” dan hidup hanya demi memperoleh perasaan “high” dari narkotika. Jika sudah demikian, tidak ada lagi rasa nikmat akan tetapi rasa sakit dan penderitaan. (BNN, 2012:26). 3.

Kelompok NAPZA Berdasarkan Efek Pemakaiannya Menurut Wijayanti (2016) berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakaiannya, NAPZA dikelompokkan sebagai berikut: a. Halusinogen, yaitu efek dari NAPZA bisa mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu hal aatau benda yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya ganja, LSD dan inhalansia.

18

b. Stimulan, yaitu efek dari NAPZA yang mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan

penggunanya

lebih

bertenaga

serta

cenderung

membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu. Contohnya amphetamines, anabolic steroids, kokain, shabu, ekstasi dan nikotin. c. Depresan, yaitu efek dari NAPZA yang bisa menekan system syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya candu, morfin, sedative-hipnotik dan alkohol. d. Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah mengkonsumsi NAPZA biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu di dalamnya yang mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung NAPZA memutuskan syaraf-syaraf dalam otak. Contohnya heroin. 4. Jenis-jenis NAPZA Menurut Amriel (2008) dan BNN (2012) jenis-jenis NAPZA yaitu sebagai berikut: a. Ganja atau Kanabis Ganja atau kanabis berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Penggunaan ganja dapat menimbulkan perasaan rileks dan fly, efek

lainnya

adalah

pemakai

menjadi

banyak

bicara.

Kadar

19

Tetrahidrokanabinol (THC) 6-7% yang terkandung dalam ganja merupakan zat kimia yang menyebabkan sebagian otak yang mengatur emosi, daya ingat menjadi kehilangan kendali dan keseimbangan. Ganja dikenal dengan sebutan Marijuana, Grass, Pot, Weed, Tea dan Mary Jane. b. LSD atau Lysergic acid LSD atau lysergic acid termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan). Zat ini biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar 1⁄4 perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga LSD yang berbentuk pil atau kapsul. Zat LSD akan bereaksi setelah 30 sampai 60 menit pemakaian. Efeknya akan berakhir setelah 8 sampai 12 jam. c. Inhalansia atau Solven Inhalansia adalah uap bahan yang mudah menguap dan mudah terhirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, thinner dan uap bensin. Pada umumnya, digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan

menahun

toluene

yang

terdapat

pada

lem

dapat

menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak. d. Amphetamines Zat ini membuat individu merasa waspada, energetic, percaya diri dan tidak merasa lelah maupun jenuh. Dosis tunggal amphetamines dapat

20

bertahan hingga empat jam, namun meninggalkan efek kelelahan hebat sesudahnya bahkan berlangsung terus selama dua hari. e. Anabolic steroids Dimasukkan secara ilegal ke dalam paket perlengkapan latihan, anabolic steroids membantu membentuk otot. Zat ini memancing munculnya perilaku agresif hingga ke dalam tahap kondisi ekstrem. Pengguna beresiko memunculkan masalah kesehatan mental, berupa perasaan bingung, gangguan tidur, depresi dan paranoia. f. Kokain Kokain dapat memperkecil pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah. Kokain digunakan oleh penyalahguna narkotika dengan cara dihirup. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Pemakai regular sering menyebabkan nervous, paranoia, dan kebingungan akibat kurang tidur. Pemakai dosis tinggi dalam periode waktu yang panjang dapat menurunkan berat badan, tidak bisa tenang, bergairah secara berlebihan, mual dan tidak bisa tidur. g. Shabu-shabu Shabu-shabu berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan, tidak berbau dan tidak berwarna. Obat ini mempunyai pengaruh kuat terhadap saraf yang mengakibatkan otak sulit berpikir dan konsentrasi. Selain itu, menyebabkan pengguna memiliki perilaku kekerasan, berat badan menurun, impoten dan paranoid.

21

h. Ekstasi Ekstasi akan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Penggunaan dosis tinggi untuk waktu lama dapat menimbulkan kecemasan, panik, kebingungan, insomnia, bahkan psikosis. Kendati efek-efek tersebut menghilang pasca penggunaan, ekstasi dapat melemahkan kondisi fisik dan mental. i. Stimulan lainnya Nikotin sebenarnya merupaka stimulan dengan efek adiktif yang kuat, bahkan menyebabkan angka kematian lebih tinggi dibandingkan akibat yang ditimbulkan oleh seluruh jenis obat. Para perokok yang mencoba menghentikan kebiasaannya, biasanya mengalami depresi dan tidak bisa tenang. j. Opiat atau Opium (Candu) Opium merupakan golongan narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). Dampak penyalahgunaan candu yaitu euphoria dalam dosis tinggi, serta menimbulkan gejala putus zat berupa rasa nyeri, tubuh demam, berkeringat, menggigil. k. Morfin Morfin merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Dampak penyalahgunaan morfin yaitu

22

euphoria dalam dosis tinggi, menimbulkan ketergantungan dan kematian karena overdosis akibat terhambatnya pernapasan. l. Sedatif Hipnotik (Benzodiazepin/BDZ) Sedatif (obat penenang) dan hipnotik (obat tidur). BDZ dapat menciptakan

adiksi

terutama

bagi

individu

yang

tidak

dapat

menenangkan dirinya sendiri saat berhadapan dengan masalah karena BDZ mampu meredakan ketegangan dan rileks tanpa menurunkan tingkat kewaspadaan dan kejernihan berpikir individu. m. Alkohol Alkohol dapat menurunkan berbagai hambatan perasaan, sehingga peminumnya dapat merasa lebih leluasa untuk mengekspresikan perasaan mereka, termasuk dalam bentuk agresif. n. Heroin atau Putaw Heroin termasuk ke dalam kelompok analgesik dan merupakan jenis obat yang sangat kuat dan membuat menjadi sangat ketagihan. Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi kuat. Penggunaan secara terus menerus akan menimbulkan efek penarikan diri, sehingga individu tampak tidak peduli lagi akan pola hidupnya (keselamatan dan kesehatan pribadi). 5. Dampak Penyalahgunaan NAPZA Bila narkoba digunakan secara terus-menerus atau melebihi takaran yang

telah

ditentukan

akan

mengakibatkan

ketergantungan.

23

Ketergantungan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis. Secara umum, dampak ketergantungan narkoba adalah sebagai berikut: a.

Dampak Fisik 1) Gangguan pada sistem saraf seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran dan kerusakan saraf tepi. 2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti infark miokard. 3) Gangguan pada kulit seperti: abses dan alergi. 4) Gangguan pada paru seperti: depresi pernapasan. 5) Vertigo, emesis, hipertermia, sirosis hati dan insomnia. 6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron) serta gangguan fungsi seksual. 7) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi dan amenore. 8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti Hepatitis B, C dan HIV.

24

9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi overdosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. b.

c.

Dampak Psikis 1)

Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal dan penuh curiga.

2)

Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.

3)

Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

4)

Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman hingga bunuh diri.

Dampak Sosial 1)

Gangguan mental, anti-sosial dan asusila.

2)

Pendidikan menjadi terganggu.

6. Ciri-ciri Penyalahguna NAPZA a. Ciri fisik 1) Berat badan menurun drastis dan wajah pucat 2) Mata merah, cekung, mata/hidung berair dan ada bekas luka sayatan 3) Sering sakit perut dan sakit kepala 4) Jantung berdebar-debar dan keringat berlebihan b. Ciri Emosional 1) Sensitif, cepat bosan, emosi naik turun 2) Malas, sering lupa terutama pada tanggung jawab c. Ciri Perilaku 1) Sikap membangkang, kasar, memukul

25

2) Sering mengantuk, kurang perhatian 3) Sering bertemu orang asing dan pulang terlambat 4) Meninggalkan aktivitas yang biasa dilakukan 5) Mencuri, menghilangkan atau menggadaikan 6) Sering menyendiri ke tempat sepi 7. Penanganan dan Pemulihan Pecandu NAPZA Menurut Wijayanti (2016) tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba adalah sebagai berikut: 1) Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), pada tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringannya gejala putus zat. 2) Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia sudah dibangun tempat-tempat rehabilitasi. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program contohnya therapeutic communities (TC), tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mempu kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Aktivitas dalam TC akan menolong peserta belajar mengenal dirinya melalui lima area pengembangan

kepribadian,

yaitu

manajemen

perilaku,

26

emosi/psikologis, intelektual & spiritual, vocasional dan pendidikan, keterampilan untuk bertahan bersih dari narkoba. 3) Tahap bina lanjut (after care), pada tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan seharihari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja, namun tetap berada di bawah pengawasan. D. Hasil Peneliti Sebelumnya 1. Aprian Zam Zean Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di Yogyakarta, dengan judul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap siswa tentang penyalahgunaan NAPZA di SMA Negeri 1 Sleman Yogyakarta”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan siswa mayoritas kategori cukup sebanyak 59 siswa (70,2%), kategori baik sebanyak 17 siswa (20,2%) dan kategori kurang sebanyak 8 siswa (9,5%). Sedangkan sikap siswa tentang penyalahgunaan NAPZA di SMAN 1 Sleman mayoritas positif atau baik sebanyak 82 siswa (97,6%) dan sikap siswa yang negatif atau kurang sebanyak 2 siswa (2,4%). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap siswa tentang penyalahgunaan NAPZA di SMAN 1 Sleman dengan keeratan hubungan sedang.

27

2. Annisa Dwi Putri Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di Makassar, dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri 17 Makassar terhadap Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan didapatkan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 59 orang (64,13%) dan berpengetahuan

kurang

sebanyak

33

orang

(35,87%).

Sedangkan

berdasarkan sikap didapatkan responden yang memilki sikap positif sebanyak 59 orang (64,13%) dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 33 orang (35,87%). 3. Putri Eka Hidayati Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 di Surakarta, dengan judul “Gambaran pengetahuan dan upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja di SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pengetahuan tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba sebesar 85 orang

(59%),

sedangkan

yang

berpengetahuan

rendah

terhadap

penyalahgunaan narkoba sebanyak 59 orang (41%). Serta menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki upaya pencegahan yang baik terhadap penyalahgunaan narkoba yaitu sebanyak 93 orang (64,6%). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui responden di SMK Negeri 2

28

Sragen memiliki pengetahuan tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba dan memiliki upaya pencegahan yang baik terhadap penyalahgunaan narkoba. 4. Umrah Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 di Makasar, dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kebidanan Tingkat 1 tentang Bahaya Narkoba pada Remaja di Universitas Indonesia Timur Makasar Tahun 2015”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (33,33%) yang tahu dan 40 orang (66,67%) yang tidak tahu tentang jenisjenis narkoba, sebanyak 58 orang (96,67%) yang tahu dan 2 orang (3,33%) yang tidak tahu tentang penyebab penyalahgunaan narkoba, 59 orang (98,33%) yang tahu dan 1 orang (1,67%) yang tidak tahu tentang dampak penyalahgunaan narkoba, 54 orang (90%) yang tahu dan 6 orang yang tidak tahu tentang ciri-ciri pecandu narkoba. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui responden mahasiswa Kebidanan Tingkat 1 memiliki pengetahuan baik terhadap bahaya narkoba. 5. Raisa Dewi Afianty Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 di Bandung, dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan “X” tentang NAPZA di Kota Bandung tahun 2014”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,27% responden memiliki gambaran pengetahuan cukup, 92,73% memiliki gambaran sikap baik dan 92,36% memiliki gambaran perilaku baik tentang NAPZA. Dari

29

hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui siswa-siswi SMK “X” di Kota Bandung Tahun 2014 memiliki pengetahuan cukup tentang NAPZA, sikap yang baik tentang NAPZA, dan perilaku baik tentang NAPZA. 6. Amiruddin Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang NAPZA di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep”. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang pengetahuannya baik (95,6%) dan responden yang pengetahuannya kurang (4,4%), Ini berarti sebagian besar responden mengetahui pengertian istilah NAPZA, jenis NAPZA, dampak penggunaan NAPZA, serta bentuk NAPZA yang dikarenakan juga di SMA Negeri 1 Bungoro telah memasukkan dalam Kurikulum Penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) tentang narkoba sehingga remaja di SMA Negeri 1 Bungoro memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA. Sedangakan berdasarkan sikap didapatkan responden yang sikapnya positif (96,7%) dan responden yang sikapnya negatif (3,3%) hal ini berarti sebagian besar responden sudah bisa mengambil sikap yang benar atas pengetahuan yang ia ketahui mengenai NAPZA.

30

E. Kerangka Konsep Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2013). Kerangka konsep penelitian dijabarkan sebagai berikut: Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. 2. 3. 4.

Gambaran Pengetahuan Siswa SMK Negeri 7 Palangka Raya terhadap Penyalaghunaan NAPZA

Pengetahuan Usia Jenis kelamin Status tinggal

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013:122). Table 2.1 Tabel Definisi Operasional Penelitian No Variabel 1.

Definisi Operasional

Alat ukur

Pengetahuan Informasi yang Kuesioner telah diproses untuk

Hasil ukur 

Skala

Baik (nilai Ordinal ≥75%) dengan jawaban benar

31

memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman





16 dari 20 soal Cukup (nilai 6075%) dengan jawaban benar 12-15 dari 20 soal Kurang (nilai < 60%) dengan jawaban benar <11 dari 20 soal

(Arikunto, 2010) 2.

Usia

Jumlah tahun Kuesioner 1. 14-16 tahun yang dihitung 2. 17-19 tahun sejak responden 3. >20 tahun dilahirkan

Interval

3.

Jenis kelamin

Cara biologis Kuesioner 1 = Laki-laki untuk 2 = Perempuan membedakan responden atas jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Nominal

4.

Status tempat tinggal

Tempat tinggal Kuesioner 1 = Bersama saat ini sebagai keluarga faktor lingkungan 2 = Tidak besama yang keluarga mempengaruhi (kost/sendiri)

Nominal

Related Documents

Bab Ii Proposal Napza.docx
November 2019 34
Bab Ii Proposal Skripsi
October 2019 36
Bab Ii Proposal Mail.docx
November 2019 29
Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf
December 2019 20
Proposal Bab Ii Dan Iii.docx
December 2019 36

More Documents from "Rizqi Layli Khusufi"

Rehabilitasi.docx
December 2019 30
Ppt Proposal.pptx
December 2019 21
Analisa Priska.docx
November 2019 35
Askep Komunitas Pekerja.docx
November 2019 28
Pertambangan1.docx
December 2019 14