Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf

  • Uploaded by: Mun Kada Haur
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,786
  • Pages: 29
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan

pustaka

diuraikan

tentang konsep teori penelitian. Tinjauan

pustaka meliputi konsep kesehatan jiwa, konsep gangguan jiwa, konsep pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga . A.Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kesehatan Jiwa a. Definisi Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa menurut UU no 18. Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat

berkembang secara fisik,

mental, spiritual dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontrubusi untuk komunitasnya. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. (AH.Yusuf. dkk, 2014) Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan jiwa akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stressor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama dan sebagainya.

9

b. Kriteria Kesehatan Jiwa World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang dapat melakukan hal berikut: 1) Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk. 2) Merasa bebas secara relative dari ketegangan dan kecemasan. 3) Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya. 4) Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima 5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan. 6) Mempunyai daya kasih sayang yang benar 7) Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari 8) Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 2. Konsep Gangguan Jiwa a. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan

jiwa menurut PPDGJ adalah syndrome pola

perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan ( distress) atau hendaya ( impairment ) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam

10

hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat ( Maslim, 2002, Maramis, 2010 ). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya, Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat

(Notosoedirjo, 2005). b. Penyebab Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan – somato – psiko – sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya ( Meramis, 2010 ).

11

1) Faktor somatic (somatogenik ) Yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor prenatal dan perinatal. 2) Faktor psikologik (psikogenik ) Yang terkait dengan interaksi ibu dan anak,peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi,konsep diri, dan pola adaptasi, juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah, Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan. 3) Faktor sosial budaya Yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan. Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab

sekaligus

dari

berbagai

unsur

itu

mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, gangguan badan ataupun jiwa.

yang lalu

saling

timbulah

12

c. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Pencegahan

kekambuhan

adalah

mencegah

terjadinya

peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuart dan Laraia, 2005 ). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006) . Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis harja, 2007). Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, menurut Sullinger .(1988) adalah : 1) Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur. 2) Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.

13

3) Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah. 4) Keluarga: Berdasarkan

penelitian di Inggris dan Amerika keluarga

dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17%

kembali dirawat dari

keluarga

dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien

juga mudah

menyenangkan

(naik

dipengaruhi pangkat

oleh

menikah)

stress yang maupun yang

menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress, cara terapi biasanya: Mengumpulkan semua anggota keluarga dan

memberi

kesempatan

menyampaikan

perasaan-

perasaannya. Memberi kesempatan

untuk menambah ilmu

dan

klien

wawasan

memfasilitasi

baru untuk

kepada hijrah

ganguan

menemukan

jiwa,

situasi dan

pengalaman baru. Setelah klien pulang kerumah , sebaiknya klien melakukan wilayahnya

perawatan

lanjutan pada puskesmas di

yang mempunyai

program

kesehatan jiwa.

Perawat komuniti yang menangani klien dapat menganggap

14

rumah klien sebagai “ruangan perawatan”. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat

kontrak

dengan

keluarga

tentang jadwal

kunjungan rumah dan after care di puskesmas. 3. Konsep Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan sehingga dengan

seseorang dengan orang lain berbeda-beda,

demikian

pengetahuan

merupakan

kekayaan

mental yang secara langsung atau tidak langsung memperkaya kehidupan .Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah

orang

melakukan

pengindraan

terhadap objek

tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan pedoman dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. melakukan

Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Soekanto,

15

bahwa “ pengetahuan merupakan “ hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia. b. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsepkonsep baru. Untuk

mengukur

tingkat

pengetahuan

seseorang

secara rinci terdiri dari enam tingkatan; 1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat

kembali (recall) sesuatu spesifik

dari

suatu bahan yang diterima atau dipelajari. Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari

antara

lain:

Menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2). Pemahaman (comprehension) Kemampuan

untuk menjelaskan

tentang

objek

yang

diketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

16

3). Penerapan (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata. 4). Analisis (analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalm komponenkomponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (synthesis) Kemampuan

meletakkan

bagian di dalam

suatu

atau

menghubungkan

bagian-

bentuk keseluruhan yang baru.

Atau menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6). Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /penilaian terhadap suatu materi/objek c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1). Tingkat Pendidikan yakni upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan prilaku positif yang meningkat. Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut

17

2). Informasi Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas 3). Pengalaman Yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang besifat informal. Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamanya semakin banyak. 4). Budaya dan agama Tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi

yang baru akan disaring sesuai

atau tidaknya

dengan

budaya yang ada dan dengan agama yang dianutnya. 5). Sosial Ekonomi Yakni

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sedangkan

faktor-faktor

yang mempengaruhi

pengetahuan ( Maliono dkk. 2007 ) adalah : Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan akan tinggi pula.

tingkat

18

d. Cara Memperoleh Pengetahuan 1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a). Cara coba salah ( Trial and Error ) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanaya peradaban. Cara coba salah

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan. b). Cara Sumber pemimpin

kekuasaan atau otoritas pengetahuan

cara

ini dapat berupa pemimpim-

masyarakat baik formal atau informal, ahli

agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai

yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri. c). Berdasarkan penalaran pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu

19

2). Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodeologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Va Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dengan penelitian ilmiah. e. Sumber Pengetahuan Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh

pengetahuan. Upaya-upaya

serta cara-cara tersebut

yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu: 1). Orang yang memiliki otoritas Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan bertanya pada orang

yang memiliki otoritas atau

yang dianggapnya lebih tau. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai

kesaksian otoritas tersebut,

seperti buku-buku

atau

publikasi resmi pengetahuan lainnya. 2). Indra Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal

pengetahuan. Dalam filsafat

menyatakan bahwa

pengetahuan

pada

science

dasarnya

modern

adalah

dan

20

hanyalah pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena persepsi indera, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah 3). Akal Dalam kenyataanya ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh

manusia

tanpa

mempersepsinya

dengan indra

harus

terlebih

atau dahulu,

tidak

bias

pengetahuan

diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi akal 4). Intuisi Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman yang langsung

tentang pengetahuan yang tidak

merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan f. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sabjek penelitian atau responden dapat dilihat dari hasil penngisian kuesioner tentang apa yang maksud dengan segala sesuatu mengenai penyakit yang diderita anggota keluarga meliputi defenisi, tanda dan gejala, gejala umum, jenis , etiologinya (Notoatmodjo, 2007).

21

Menurut Arikunto (2011) pengetahuan seseorang diketahui dan diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut , yaitu : 1) Baik : Bila nilai atau skor x ≥ dari nilai mean/median 2) Kurang : Hasil nilai atau skor x ≤ dari nilai mean/median Pengetahuan ialah merupakan hasil “ tahu ” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Soekidjo, Notoadmodjo. 2010 ). Jadi pengetahuan adalah semua yang diketahui melalui panca indra terhadap sesuatu objek. Selama ini masyarakat masih belum mengetahui cara penanganan anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Hal ini karena mereka masih menganggap menderita gangguan jiwa merupakan suatu

aib. Ada juga penderita

gangguan jiwa yang sengaja

disembunyikan pihak keluarganya. Keterlambatan penanganan atau pengobatan akan berdampak buruk bagi penderita gangguan jiwa, kekambuhan menjadi lebih sering, pengobatan menjadi semakin sulit dan akhirnya akan mengantar penderita pada keadaan kronis yang berkepanjangan.

22

g. Hal-hal yang perlu diketahui keluarga dalam perawatan gangguan jiwa: 1) Klien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang

sama

dengan

orang

lainnya;

mempunyai

martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi 2) Klien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke masyarakat

dan

berperan dengan optimal

apabila mendapatkan dukungan

yang memadai dari

seluruh unsur masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh” 3) Klien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang lain dan keluarga 4) Tujuan perawatan adalah a) Meningkatkan Kemandirian klien

.

b) Pengobatan optimal dan peran dalam masyarakat c) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah d) Klien memerlukan pemenuhan kebutuhan

aktivitas

sehari-hari seperti makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan untuk

membantu

optimal. Keluarga

pemenuhan kebutuhan ini sesuai

tahap-tahap kemandirian pasien .

berperan

23

5) Kegiatan sehari- hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna bagi klien 6) Berilah peran

secukupnya pada klien sesuai

tingkat kemampuan yang dimiliki. Pemberian

dengan peran

yang sesuai dapat meningkatkan harga diri klien 7) Berilah motivasi pada klien

sesuai dengan kebutuhan

(tidak dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri.

.

8) Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh klien pada waktu yang lalu, kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi

klien

sedapat mungkin.

4.Konsep Sikap a. Definisi Sikap Menurut Gordon Allport (1980) salah satu tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu

24

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

respons. ( Notoatmodjo. 2010 ),

mendefinisikan Pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus

atau

objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno (2009), bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung

dalam diri

seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah

suatu

proses penilaian yang dilakukan

seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat

respons atau berprilaku dalam

cara yang tertentu yang dipilihnya. Sikap merupakan reaksi / respon yg masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/ objek. Pengetahuan dan paparan informasi yang diperoleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari baik dari pendidikan maupun pekerjaan dapat membentuk sikap seseorang ( Notoatmodjo, 2007 ).

25

b. Komponen Pokok Sikap Menurut Azwar S , struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang sangat menunjang yaitu: 1) .Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki

oleh individu mengenai

Seringkali komponen kognitif

sesuatu.

ini dapat disamakan

dengan pandangan (opini). 2) Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah paling

dalam

yang

sebagai

biasanya

berakar

komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh

yang mungkin akan mengubah

sikap seseorang. 3) Komponen konatif Komponen konatif merupakan komponen perilaku yang cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

26

c. Tingkatan sikap Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1). Menerima (receiving) Bahwa

orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek). 2.) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang

diberikan terlepas dari hal tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3). Menghargai (valuing) Artinya subyek atau

seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

27

4). Bertanggung jawab (responsible) Sikapyang palingtinggi tingkatanya adalah bertanggung Jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang Telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinan, dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang

lain yang mencemoohkan atau ada resiko lainnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Beberapa

faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap

antara lain: 1). Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk Dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. 2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain komponen

disekitar kita merupakan salah satu diantara sosial yang ikut

Seseorang yang harapkan

mempengaruhi sikap kita.

dianggap penting, seseorang yang kita

persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak kita ingin kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh: Orang tua, teman dekat, guru, suami dan istri.

28

3). Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 4). Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif

bagi

terbentuknya

sikap

terhadap hal tersebut. 5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan

konsep moral dalam arti individu 6). Pengaruh faktor emosional Tidak

semua

lingkungan dan

bentuk

sikap

dipengaruhi

oleh

pengalaman pribadi seseorang,

situasi kadang-

kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000)

29

d. Pembentukan sikap Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut: 1). Pengkondisian klasik ( classical conditioning) Proses

pembelajaran

dapat

stimulus/rangsang yang lain, pertama

terjadi

sehingga

menjadi suatu isyarat

bagi

ketika

suatu

rangsangan

yang

rangsangan

yang

kedua. 2). Pengkondisian Instrumental (instrumental conditional) Proses

pembelajaran

terjadi

ketika

suatu prilaku

mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seorang, maka perilaku tersebut akan diulangi kembali. Sebaliknya, bila prilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang, maka prilaku tersebut tidak akan diulangi lagi atau dihindari. 3). Belajar melalui pengamatan Proses pembelajaran dengan cara mengamati prilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berprilaku serupa. Banyak prilaku yang dilakukan seseorang hanya karena mengamati perbuatan orang lain.

30

4). Perbandingan sosial (sosial comparison) Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah atau salah disebut perbandingan sosial. e. Cara pengukuran sikap Secara umum sikap dapat di ukur dengan menggunakan skala Likert. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya. Bentuk pernyataan sikap antara lain sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Hidayat, 2008) Tabel 2.1 Skala Likert Pernyataan Positif

Nilai

Sangat setuju

: SS

4

Setuju

:S

3

Tidak setuju

: TS

Sangat tidak setuju : STS

Pernyataan negatif Sangat setuju

Nilai : SS

1

Setuju

:S

2

2

Tidak setuju

: TS

3

1

Sangat tidak setuju

: STS

4

Cara interprestasi dapat berdasarkan persentase sebagaimana berikut ini: a. Angka : 0 - 25 % : Sangat Tidak setuju (sangat tidak baik) b. Angka : 26 – 50 % : Tidak Setuju (Tidak Baik) c. Angka : 51 – 75 % : Setuju (Baik) d. Angka : 76 – 100 %: Sangat Setuju ( Sangat Baik )

31

5. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (Potter & perry, 2009 ).

Klien dengan gangguan jiwa perlu dukungan keluarga

untuk kesembuhannya. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk prilaku pelayanan yang

dilakukan oleh keluarga, yaitu dukungan

keluarga

internal, seperti dukungan istri, suami, atau dukungan dari saudara

kandung, dan dukungan keluarga eksternal diluar

keluarga inti ( friedman. 2010, nuraenah 2012 ). Dukungan keluarga pada umumnya akan menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara dan rekan kerja. Menurut Setiadi (2008) bentuk

dukungan

keluarga terdiri dari 4 macam dukungan yaitu : 1) Dukungan Informasional Menurut Hause dan Newman ( 1977, dalam Friedman, 2010 ) dukungan dalam

bentuk

informasi adalah dukungan komunikasi tentang

opini

atau

32

kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada

saat ini, misalnya

nasehat

dan

informasi-

informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu

untuk

menyelesaikan

masalah yang

dihadapi.

Dukungan informasi keluarga merupakan

suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga

dalam

masukan,

bentuk memberikan

nasehat

saran

atau

atau arahan, dan memberikan

informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan keluarga

dalam

upaya

meningkatkan

status

kesehatannya ( Nuraenah. 2012, dalam Bomar, 2004) 2) Dukungan Penilaian Dukungan penilaian adalah dukungan dari keluarga dalam

bentuk memberikan

umpan

balik,

membimbing dan memberik an penghargaan melalui respon positif dalam memecahkan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota

kepada

klien gangguan jiwa dengan menunjukan respon positif

yaitu

memberikan support, penghargaan,

dan penilaian yang positif.

33

3) Dukungan Instrumental Dukungan bantuan

instrumental penuh

memberikan

adalah

dukungan

dari keluarga

bantuan

dalam

tenaga,

dana,

atau bentuk

maupun

meluangkan waktu untuk membantu dan melayani serta mendengarkan klien gangguan

jiwa dalam

menyampaikan perasaannya menurut ( Bomar. 2004, oleh Nuraenah 2012 ) 4) Dukungan Emosional Dukungan emosional merupakan bantuan emosional, pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari

kelompok

yang

berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi. Diantaranya menjaga hubungan emosional, meliputi dukungan sayang,

yang adanya

diwujudkan

dalam bentuk kasih

kepercayaan,

mendengarkan dan didengarkan

perhatian,

34

B. Kerangka Teori Kerangka Teori dalam penelitian ini dimulai dengan menjelaskan tentang pengertian sehat jiwa menurut uu no.18 Tahun 2014, berikutnya tentang pengertian gangguan jiwa menurut Yosep (2007), berikutnya tentang pengertian pengetahuan menurut (knowledge), pengertian sikap menurut Notoatmojo (2007), dan bentuk dukungan keluarga menurut Setiadi (2008). Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sehat Jiwa Gangguan Jiwa -

Pengertian Penyebabdan gejala Pencegahan kekambuhan

Dukungan Keluarga: PENGETAHUAN -.Pengertian - Tingkat pengetahuan - Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan - Cara memperoleh Pengetahuan - Sumber Pengetahuan

- .dukungan informasi - .dukungan penilaian - .dukungan instrumental - .dukungan emosional

SIKAP -

-

Pengertian Struktur sikap

35

C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai landasan dalam berpikir untuk melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori, dimana disusun berdasarkan berbagai variabel yang ada dalam penelitian (Nursalam, 2008) . Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini: Skema 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien gangguan jiwa Sikap keluarga terhadap klien gangguan jiwa

D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono, 2011) Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Adanya hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa 2. Adanya hubungan sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa

36

Related Documents

Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf
December 2019 20
Bab Ii Proposal Napza.docx
November 2019 34
Bab Ii Proposal Skripsi
October 2019 36
Bab Ii Proposal Mail.docx
November 2019 29
Efi
June 2020 3

More Documents from ""

Kti Ian.pdf
December 2019 15
Combinepdf_2.pdf
December 2019 19
Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf
December 2019 20
G. Bab Iii.pdf
December 2019 22
Bab Iv.pdf
December 2019 12