8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan
pustaka
diuraikan
tentang konsep teori penelitian. Tinjauan
pustaka meliputi konsep kesehatan jiwa, konsep gangguan jiwa, konsep pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga . A.Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kesehatan Jiwa a. Definisi Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa menurut UU no 18. Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontrubusi untuk komunitasnya. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. (AH.Yusuf. dkk, 2014) Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan jiwa akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stressor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama dan sebagainya.
9
b. Kriteria Kesehatan Jiwa World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang dapat melakukan hal berikut: 1) Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk. 2) Merasa bebas secara relative dari ketegangan dan kecemasan. 3) Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya. 4) Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima 5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan. 6) Mempunyai daya kasih sayang yang benar 7) Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari 8) Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 2. Konsep Gangguan Jiwa a. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan
jiwa menurut PPDGJ adalah syndrome pola
perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan ( distress) atau hendaya ( impairment ) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam
10
hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat ( Maslim, 2002, Maramis, 2010 ). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya, Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat
(Notosoedirjo, 2005). b. Penyebab Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan – somato – psiko – sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya ( Meramis, 2010 ).
11
1) Faktor somatic (somatogenik ) Yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor prenatal dan perinatal. 2) Faktor psikologik (psikogenik ) Yang terkait dengan interaksi ibu dan anak,peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi,konsep diri, dan pola adaptasi, juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah, Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan. 3) Faktor sosial budaya Yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan. Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab
sekaligus
dari
berbagai
unsur
itu
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, gangguan badan ataupun jiwa.
yang lalu
saling
timbulah
12
c. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Pencegahan
kekambuhan
adalah
mencegah
terjadinya
peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuart dan Laraia, 2005 ). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006) . Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis harja, 2007). Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, menurut Sullinger .(1988) adalah : 1) Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur. 2) Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
13
3) Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah. 4) Keluarga: Berdasarkan
penelitian di Inggris dan Amerika keluarga
dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17%
kembali dirawat dari
keluarga
dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien
juga mudah
menyenangkan
(naik
dipengaruhi pangkat
oleh
menikah)
stress yang maupun yang
menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress, cara terapi biasanya: Mengumpulkan semua anggota keluarga dan
memberi
kesempatan
menyampaikan
perasaan-
perasaannya. Memberi kesempatan
untuk menambah ilmu
dan
klien
wawasan
memfasilitasi
baru untuk
kepada hijrah
ganguan
menemukan
jiwa,
situasi dan
pengalaman baru. Setelah klien pulang kerumah , sebaiknya klien melakukan wilayahnya
perawatan
lanjutan pada puskesmas di
yang mempunyai
program
kesehatan jiwa.
Perawat komuniti yang menangani klien dapat menganggap
14
rumah klien sebagai “ruangan perawatan”. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat
kontrak
dengan
keluarga
tentang jadwal
kunjungan rumah dan after care di puskesmas. 3. Konsep Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan sehingga dengan
seseorang dengan orang lain berbeda-beda,
demikian
pengetahuan
merupakan
kekayaan
mental yang secara langsung atau tidak langsung memperkaya kehidupan .Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah
orang
melakukan
pengindraan
terhadap objek
tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. melakukan
Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Soekanto,
15
bahwa “ pengetahuan merupakan “ hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia. b. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsepkonsep baru. Untuk
mengukur
tingkat
pengetahuan
seseorang
secara rinci terdiri dari enam tingkatan; 1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat
kembali (recall) sesuatu spesifik
dari
suatu bahan yang diterima atau dipelajari. Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari
antara
lain:
Menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2). Pemahaman (comprehension) Kemampuan
untuk menjelaskan
tentang
objek
yang
diketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
16
3). Penerapan (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata. 4). Analisis (analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalm komponenkomponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (synthesis) Kemampuan
meletakkan
bagian di dalam
suatu
atau
menghubungkan
bagian-
bentuk keseluruhan yang baru.
Atau menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6). Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /penilaian terhadap suatu materi/objek c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1). Tingkat Pendidikan yakni upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan prilaku positif yang meningkat. Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut
17
2). Informasi Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas 3). Pengalaman Yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang besifat informal. Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamanya semakin banyak. 4). Budaya dan agama Tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi
yang baru akan disaring sesuai
atau tidaknya
dengan
budaya yang ada dan dengan agama yang dianutnya. 5). Sosial Ekonomi Yakni
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sedangkan
faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengetahuan ( Maliono dkk. 2007 ) adalah : Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan akan tinggi pula.
tingkat
18
d. Cara Memperoleh Pengetahuan 1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a). Cara coba salah ( Trial and Error ) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanaya peradaban. Cara coba salah
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. b). Cara Sumber pemimpin
kekuasaan atau otoritas pengetahuan
cara
ini dapat berupa pemimpim-
masyarakat baik formal atau informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai
yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri. c). Berdasarkan penalaran pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu
19
2). Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodeologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Va Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dengan penelitian ilmiah. e. Sumber Pengetahuan Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh
pengetahuan. Upaya-upaya
serta cara-cara tersebut
yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu: 1). Orang yang memiliki otoritas Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan bertanya pada orang
yang memiliki otoritas atau
yang dianggapnya lebih tau. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai
kesaksian otoritas tersebut,
seperti buku-buku
atau
publikasi resmi pengetahuan lainnya. 2). Indra Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal
pengetahuan. Dalam filsafat
menyatakan bahwa
pengetahuan
pada
science
dasarnya
modern
adalah
dan
20
hanyalah pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena persepsi indera, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah 3). Akal Dalam kenyataanya ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh
manusia
tanpa
mempersepsinya
dengan indra
harus
terlebih
atau dahulu,
tidak
bias
pengetahuan
diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi akal 4). Intuisi Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman yang langsung
tentang pengetahuan yang tidak
merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan f. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sabjek penelitian atau responden dapat dilihat dari hasil penngisian kuesioner tentang apa yang maksud dengan segala sesuatu mengenai penyakit yang diderita anggota keluarga meliputi defenisi, tanda dan gejala, gejala umum, jenis , etiologinya (Notoatmodjo, 2007).
21
Menurut Arikunto (2011) pengetahuan seseorang diketahui dan diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut , yaitu : 1) Baik : Bila nilai atau skor x ≥ dari nilai mean/median 2) Kurang : Hasil nilai atau skor x ≤ dari nilai mean/median Pengetahuan ialah merupakan hasil “ tahu ” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Soekidjo, Notoadmodjo. 2010 ). Jadi pengetahuan adalah semua yang diketahui melalui panca indra terhadap sesuatu objek. Selama ini masyarakat masih belum mengetahui cara penanganan anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Hal ini karena mereka masih menganggap menderita gangguan jiwa merupakan suatu
aib. Ada juga penderita
gangguan jiwa yang sengaja
disembunyikan pihak keluarganya. Keterlambatan penanganan atau pengobatan akan berdampak buruk bagi penderita gangguan jiwa, kekambuhan menjadi lebih sering, pengobatan menjadi semakin sulit dan akhirnya akan mengantar penderita pada keadaan kronis yang berkepanjangan.
22
g. Hal-hal yang perlu diketahui keluarga dalam perawatan gangguan jiwa: 1) Klien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang
sama
dengan
orang
lainnya;
mempunyai
martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi 2) Klien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke masyarakat
dan
berperan dengan optimal
apabila mendapatkan dukungan
yang memadai dari
seluruh unsur masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh” 3) Klien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang lain dan keluarga 4) Tujuan perawatan adalah a) Meningkatkan Kemandirian klien
.
b) Pengobatan optimal dan peran dalam masyarakat c) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah d) Klien memerlukan pemenuhan kebutuhan
aktivitas
sehari-hari seperti makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan untuk
membantu
optimal. Keluarga
pemenuhan kebutuhan ini sesuai
tahap-tahap kemandirian pasien .
berperan
23
5) Kegiatan sehari- hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna bagi klien 6) Berilah peran
secukupnya pada klien sesuai
tingkat kemampuan yang dimiliki. Pemberian
dengan peran
yang sesuai dapat meningkatkan harga diri klien 7) Berilah motivasi pada klien
sesuai dengan kebutuhan
(tidak dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri.
.
8) Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh klien pada waktu yang lalu, kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi
klien
sedapat mungkin.
4.Konsep Sikap a. Definisi Sikap Menurut Gordon Allport (1980) salah satu tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu
24
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respons. ( Notoatmodjo. 2010 ),
mendefinisikan Pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons
stimulus
atau
objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno (2009), bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung
dalam diri
seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah
suatu
proses penilaian yang dilakukan
seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat
respons atau berprilaku dalam
cara yang tertentu yang dipilihnya. Sikap merupakan reaksi / respon yg masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/ objek. Pengetahuan dan paparan informasi yang diperoleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari baik dari pendidikan maupun pekerjaan dapat membentuk sikap seseorang ( Notoatmodjo, 2007 ).
25
b. Komponen Pokok Sikap Menurut Azwar S , struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang sangat menunjang yaitu: 1) .Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki
oleh individu mengenai
Seringkali komponen kognitif
sesuatu.
ini dapat disamakan
dengan pandangan (opini). 2) Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah paling
dalam
yang
sebagai
biasanya
berakar
komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh
yang mungkin akan mengubah
sikap seseorang. 3) Komponen konatif Komponen konatif merupakan komponen perilaku yang cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
26
c. Tingkatan sikap Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1). Menerima (receiving) Bahwa
orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek). 2.) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang
diberikan terlepas dari hal tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3). Menghargai (valuing) Artinya subyek atau
seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
27
4). Bertanggung jawab (responsible) Sikapyang palingtinggi tingkatanya adalah bertanggung Jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang Telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinan, dia harus berani mengambil
resiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau ada resiko lainnya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Beberapa
faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap
antara lain: 1). Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk Dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. 2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain komponen
disekitar kita merupakan salah satu diantara sosial yang ikut
Seseorang yang harapkan
mempengaruhi sikap kita.
dianggap penting, seseorang yang kita
persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak kita ingin kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh: Orang tua, teman dekat, guru, suami dan istri.
28
3). Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 4). Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif
bagi
terbentuknya
sikap
terhadap hal tersebut. 5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan
konsep moral dalam arti individu 6). Pengaruh faktor emosional Tidak
semua
lingkungan dan
bentuk
sikap
dipengaruhi
oleh
pengalaman pribadi seseorang,
situasi kadang-
kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000)
29
d. Pembentukan sikap Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut: 1). Pengkondisian klasik ( classical conditioning) Proses
pembelajaran
dapat
stimulus/rangsang yang lain, pertama
terjadi
sehingga
menjadi suatu isyarat
bagi
ketika
suatu
rangsangan
yang
rangsangan
yang
kedua. 2). Pengkondisian Instrumental (instrumental conditional) Proses
pembelajaran
terjadi
ketika
suatu prilaku
mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seorang, maka perilaku tersebut akan diulangi kembali. Sebaliknya, bila prilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang, maka prilaku tersebut tidak akan diulangi lagi atau dihindari. 3). Belajar melalui pengamatan Proses pembelajaran dengan cara mengamati prilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berprilaku serupa. Banyak prilaku yang dilakukan seseorang hanya karena mengamati perbuatan orang lain.
30
4). Perbandingan sosial (sosial comparison) Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah atau salah disebut perbandingan sosial. e. Cara pengukuran sikap Secara umum sikap dapat di ukur dengan menggunakan skala Likert. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya. Bentuk pernyataan sikap antara lain sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Hidayat, 2008) Tabel 2.1 Skala Likert Pernyataan Positif
Nilai
Sangat setuju
: SS
4
Setuju
:S
3
Tidak setuju
: TS
Sangat tidak setuju : STS
Pernyataan negatif Sangat setuju
Nilai : SS
1
Setuju
:S
2
2
Tidak setuju
: TS
3
1
Sangat tidak setuju
: STS
4
Cara interprestasi dapat berdasarkan persentase sebagaimana berikut ini: a. Angka : 0 - 25 % : Sangat Tidak setuju (sangat tidak baik) b. Angka : 26 – 50 % : Tidak Setuju (Tidak Baik) c. Angka : 51 – 75 % : Setuju (Baik) d. Angka : 76 – 100 %: Sangat Setuju ( Sangat Baik )
31
5. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (Potter & perry, 2009 ).
Klien dengan gangguan jiwa perlu dukungan keluarga
untuk kesembuhannya. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk prilaku pelayanan yang
dilakukan oleh keluarga, yaitu dukungan
keluarga
internal, seperti dukungan istri, suami, atau dukungan dari saudara
kandung, dan dukungan keluarga eksternal diluar
keluarga inti ( friedman. 2010, nuraenah 2012 ). Dukungan keluarga pada umumnya akan menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara dan rekan kerja. Menurut Setiadi (2008) bentuk
dukungan
keluarga terdiri dari 4 macam dukungan yaitu : 1) Dukungan Informasional Menurut Hause dan Newman ( 1977, dalam Friedman, 2010 ) dukungan dalam
bentuk
informasi adalah dukungan komunikasi tentang
opini
atau
32
kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada
saat ini, misalnya
nasehat
dan
informasi-
informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu
untuk
menyelesaikan
masalah yang
dihadapi.
Dukungan informasi keluarga merupakan
suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga
dalam
masukan,
bentuk memberikan
nasehat
saran
atau
atau arahan, dan memberikan
informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan keluarga
dalam
upaya
meningkatkan
status
kesehatannya ( Nuraenah. 2012, dalam Bomar, 2004) 2) Dukungan Penilaian Dukungan penilaian adalah dukungan dari keluarga dalam
bentuk memberikan
umpan
balik,
membimbing dan memberik an penghargaan melalui respon positif dalam memecahkan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota
kepada
klien gangguan jiwa dengan menunjukan respon positif
yaitu
memberikan support, penghargaan,
dan penilaian yang positif.
33
3) Dukungan Instrumental Dukungan bantuan
instrumental penuh
memberikan
adalah
dukungan
dari keluarga
bantuan
dalam
tenaga,
dana,
atau bentuk
maupun
meluangkan waktu untuk membantu dan melayani serta mendengarkan klien gangguan
jiwa dalam
menyampaikan perasaannya menurut ( Bomar. 2004, oleh Nuraenah 2012 ) 4) Dukungan Emosional Dukungan emosional merupakan bantuan emosional, pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari
kelompok
yang
berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi. Diantaranya menjaga hubungan emosional, meliputi dukungan sayang,
yang adanya
diwujudkan
dalam bentuk kasih
kepercayaan,
mendengarkan dan didengarkan
perhatian,
34
B. Kerangka Teori Kerangka Teori dalam penelitian ini dimulai dengan menjelaskan tentang pengertian sehat jiwa menurut uu no.18 Tahun 2014, berikutnya tentang pengertian gangguan jiwa menurut Yosep (2007), berikutnya tentang pengertian pengetahuan menurut (knowledge), pengertian sikap menurut Notoatmojo (2007), dan bentuk dukungan keluarga menurut Setiadi (2008). Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sehat Jiwa Gangguan Jiwa -
Pengertian Penyebabdan gejala Pencegahan kekambuhan
Dukungan Keluarga: PENGETAHUAN -.Pengertian - Tingkat pengetahuan - Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan - Cara memperoleh Pengetahuan - Sumber Pengetahuan
- .dukungan informasi - .dukungan penilaian - .dukungan instrumental - .dukungan emosional
SIKAP -
-
Pengertian Struktur sikap
35
C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai landasan dalam berpikir untuk melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori, dimana disusun berdasarkan berbagai variabel yang ada dalam penelitian (Nursalam, 2008) . Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini: Skema 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien gangguan jiwa Sikap keluarga terhadap klien gangguan jiwa
D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono, 2011) Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Adanya hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa 2. Adanya hubungan sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa
36