BAB II PEMBAHASAN A. Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba atau organisasi non – profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal – hal yang bersifat mencari laba (moneter). Karakter dan tujuan dari organisasi non – profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi non – profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas – jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non – profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. Organisasi
profit
memiliki
kepentingan
yang
besar
terhadap
berkembangnya organisasi nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Organisasi nirlaba dapat didefinisikan secara hukum sebagai organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aset atau pendapatannya untuk kepentingan dan kesejahteraan pekerja atau pemimpinnya. Akan tetapi dibalik pembatasan yang demikian, terdapat beberapa kelonggaran. Yang pertama adalah organisasi nirlaba tidak dilarang untuk memberikan kompensasi untuk pekerjanya sebagai imbal balik atas kinerja yang diberikan. Yang kedua adalah organisasi nirlaba tidak dilarang untuk mencari keuntungan, akan tetapi sekali lagi bukan untuk didistribusikan melainkan untuk pendanaan proyek lainnya. Keuntungan lainnya adalah organisasi nirlaba tidak dikenai pajak. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi yang
menuntut manajemennya untuk mampu memberikan program dan pelayanan kepada publik sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh para penyandang dana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi nirlaba sangat tergantung kepada penyandang dana dan memberikan pelaporan kepada para pelaporan kepada penyandang dana tersebut. B. Pentingnya Organisasi Nirlaba Sektor nirlaba dalam suatu perekonomian merupakan sektor penting untuk beberapa alasan. Pertama, masyarakat menginginkan barang dan jasa tertentu (terutama jasa layanan) yang oleh perusahaan pencari laba tidak dapat atau tidak akan disediakan. Hal tersebut berhubungan dengan barang publik atau kolektif karena orang yang tidak membayar untuk barang-barang tersebut juga menerima manfaat darinya. Jalan beraspal, perlindungan polisi, museum, dan sekolah-sekolah adalah contoh barang publik. Orang tidak akan dapat menggunakan barang-barang hasil produksi swasta bila tidak mampu membayarnya. Secara umum, jika sebuah barang publik tersedia, setiap orang dapat menggunakannya, menarik manfaat darinya, atau menikmatinya. Kedua, organisasi swasta nirlaba cenderung menerima manfaat dari masyarakat, yang perusahaan pencari laba tidak dapat memperolehnya. Status penerima kelebihan pajak adalah salah satu manfaat utama yang diterima organisasi nirlaba. Section 501 (c) 3 dalam peraturan pajak kantor pajak Amerika Serikat (IRS) membebaskan perusahaan tanpa saham dari pajak pendapatan perusahaan. Organisasi swasta nirlaba juga menikmati pembebasan dari berbagai pajak lainnya dari negara bagian, lokal, dan federal. Di bawah kondisi-kondisi tertentu, organisasi tersebut menarik manfaat dari pengurangan pajak kontribusi para donor dan kewajiban-kewajiban keanggotaan. Sebagai tambahan, mereka memenuhi syarat untuk menikmati kemudahan jasa layanan pos kelas tiga. Manfaat – manfaat tersebut disediakan karena organisasi swasta nirlaba biasanya adalah organisasi jasa layanan, yang diharapkan menggunakan setiap kelebihan penerimaan atas biaya untuk meningkatkan pelayanan atau mengurangi harga jasa layanan. Orientasi jasa layanan itu dicerminkan dengan
fakta bahwa organisasi nirlaba tidak menggunakan terminologi pelanggan kepada para penerima layanan. Mereka biasanya menyebut para penerima jasa layanan
sebagai
seorang
pasien,
pelajar,
klien,
kasus,
atau
sederhananya ‘’publik’’. C. Sumber – Sumber Penerimaan Organisasi Nirlaba Not- for-profit (NFP) Organizations atau organisasi-organisasi nirlaba menghasilkan penerimaan dari berbagai sumber, tidak hanya berasal dari klien yang menerima produk atau jasa mereka. Penerimaan tersebut bahkan dapat berasal dari orang –orang yang tidak menerima jasa yang sedang mereka subsidi. Organisasi-organisasi amal seperti American Cancer Cociety dan CARE adalah contoh-contohnya. Jenis lain NFP – seperti serikat pekerja dan rencana sukarelawan medis – penerimaan paling banyak berasal dari anggota, yaitu orang-orang yang menerima pelayanan. Namun demikian, para anggota biasanya membayar iuran di muka dan kemudian harus menerima apapun pelayanan yang disediakan, apakah itu mereka memilihnya atau tidak, apakah pelayanan itu mereka harapkan atau tidak. Pelayanan sering diterima lama setelah iuran-iuran di bayarkan. Dalam perusahaan pencari laba, koneksi antara pelanggan atau klien dan organisasi
biasanya
sederhana
dan
langsung.
Perusahaan-perusahaan
cenderung tergantung sepenuhnya pada penjualan produk atau jasa mereka kepada pelanggan untuk memperoleh penerimaan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 14.1, organisasi pencari laba (organisasi A) mencoba mempengaruhi pelanggan untuk tetap membeli produknya dan menggunakan jasa layanannya. Baik membeli atau tidak membeli item yang ditawarkan, para pelanggan berada dalam posisi secara langsung mempengaruhi proses pengambilan keputusan organisasi. Oleh karena itu, bisnis tersebut dikatakan berorientasi pasar. Dalam kasus organisasi nirlaba, hubungan antara organisasi yang menyewakan dan orang yang menerima jasa hampir dapat dipastikan sangat berbeda. Oleh karena penerima jasa layanan biasanya tidak membayar seluruh biaya, maka diperlukan sponsor luar. Dalam banyak contoh, para sponsor
menerima jasa apa pun namun memberikan sebagian atau sepenuhnya pembiayaan yang diperlukan untuk operasional. D. Strategi – Strategi Dalam Organisasi Nirlaba Karena berbagai tekanan pada organisasi nirlaba untuk menyediakan lebih banyak jasa dibandingkan jumlah sponsor yang mendukung dan klien yang dapat membayar jasa tersebut, organisasi – organisasi nirlaba sedang mengembangkan berbagai strategi untuk membantu mereka memenuhi sasaran jasa yang mereka inginkan. Berikut strategi – strategi yang sering dipakai dalam organisasi nirlaba sebagai berikut: 1. Strategik piggybacking Diciptakan oleh r.p.nielsen ,istilah strategic piggybackin [“naik kuda kudaan”] merujuk pada pengembangan sebuah aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan menghasilkan dana–dana yang diperlukan untuk menutupi selisih
antara
penerimaan
dan
pengeluaran.
Secara
khusus,aktivitas baru itu dalam beberapa hal terkait dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah untuk membantu menyubsidi program program jasa utama. Walaupun strategic pggtbacking dapat membantu organisasi nirlaba untuk menyubsidi sendiri misi-misi utamanya dan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan lebih baik, menurut Nielsen organisasi nirlaba tersebut masih memiliki beberapa pengaruh negatif yang potensial. Organisasi nirlaba harus memiliki lima sumber daya berikut ini sebelum Organisasi itu memulai aktivitas untuk memperoleh penerimaan. a. Memiliki sesuatu untuk dijual. Organisasi harus menilai dahulu sumbersumber dayanya untuk menentukan apakah orang-orang yang ada akan berminat untuk membayar barang-barang atau jasa terkait erat dengan aktivitas utama organisasi. b. Memiliki orang-orang dengan bakat manajemen dalam jumlah yang cukup. Harus cukup tersedia orang-orang yang akan mengelola dan memelihara usaha tersebut untuk berjalan selama jangka waktu yang cukup panjang.
c. Dukungan dewan pengawas. Jika dewan pengawas memiliki perasaan direncanakan,
mereka
dapat
secara
aktif atau
pasif
menolak
ketertiban komersial. d. Mempunyai sikap kewirausahaan. Pihak manajemen harus mampu mengkombinasi suatu minat dalam gagasan – gagasan inovatif dengan nilai praktik bisnis. e. Memiliki modal usaha. karena sering membutuhkan dukungan modal yang cukup untuk dapat memperoleh pendapatan yang diinginkan, terlibat dalam sebuah usaha patungan dengan sebuah perusahaan bisnis dapat menyediakan modal awal yang diperlukan, juga dukungan pemasaran dan manajemen. 2. Marger Dan Keterkaitan Interoranisasional Berkurangnya sumber daya merupakan salah satu sebab yang mendorong meningkatnya organisasi nirlaba untuk melakukan merger sebagai usaha yang mengurangi biaya. Keterkaitan interorganisasional adalah pengembangan jalinan kerja sama antar organisasi, yang sering digunakan oleh organisasi nirlaba sebagai jalan untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melayani para kliennya,
atau
untuk
memperoleh
sumber
daya
dengan
tetap
mempertahankan identitas mereka. Jasa layanan sering dapat diperoleh dan disediakan dengan lebih efisien melalui kerja sama dengan organisasi lainnya daripada jika melakukannya sendiri. E. Manajemen Strategi Dalam Organisasi Nirlaba Manajemen strategi tidak saja diadopsi oleh perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan, akan tetapi juga untuk organisasi non-profit. Organisasi seperti ini mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, Gereja, dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikenal dengan istilah Non Governmental Organization (NGO). Sebelumnya organisasi seperti ini tidak mengenal pendekatan strategis Konsep-konsep strategi yang sudah lama dimanfaatkan organisasi profit dapat diaplikasikan di dalam organisasi non profit. Pengaplikasian tersebut, diperuntukan penyesuaian organisasi non profit dengan lingkungannya,
membuat keputusan-keputusan efektif secara stratejik, menangani perubahanperubahan, menciptakan keunggulan komparatif, dan meningkatkan peranan kerjasama dengan organisasi profit. Akan tetapi, dalam pengaplikasiannya tetap memerlukan adaptasi karena organisasi profit tidaklah tepat sama dengan organisasi non profit. Pengaplikasian konsep strategi pada organisasi non profit dilakukan dengan empat pedoman : 1. Mengembangkan misi organisasi non profit secara jelas. 2. Mengidentifikasi publik sasaran. 3. Menciptakan
deskripsi
organisasi
non
profit
yang
mampu
mengkomunikasikan misi kepada publik. 4. Fokus menciptakan kepuasan publik sasaran. Selanjutnya, beberapa aktifitas yang menempatkan organisasi non profit bekerjasama secara menguntungkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Membuat proyek bersama b. Menyelenggrakan forum dengan sponsor bersama untuk mengkaji isuisu pokok c. Membentuk koalisi aktif d. Mengembangkan program pertukaran kerja antara organisasi non profit dengan para praktisi Pengaplikasian konsep strategi pada organisasi non profit memenuhi kebutuhan desakan untuk melibatkan diri dalam pemasaran kewirausahaan dan keterampilan manajemen. Pengaplikasian tersebut, membuahkan hasil pertumbuhan yang pesat penggunaan perencanaan strategi yang memperluas wawasan manajemen pada istilah scanning lingkungan. Singkatnya, dengan mengaplikasikan konsep strategi organisasi non profit ini, hasil akhirnya akan berlangsung secara efektif dan efisien secara menguntungkan.