Bab Ii Komunitas.docx

  • Uploaded by: Munova Anjarwati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Komunitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,415
  • Pages: 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses pengkajian dalam keperawatan komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan

komunitas

merupakan

Pelaksanaan

keperawatan

komunitas

dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan

keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2005): 1. Pengkajian Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan. a. Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : 1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas. 2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain: a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup

menunjang,

sehingga

memudahkan

masyarakat

mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan e. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi f. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi g. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit h. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya i. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

b. Jenis Data Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005): 1) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. 2) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

c. Sumber Data 1) Data

primer

Data

individu,keluarga,

yang

kelompok,

dikumpulkan masyarakat

oleh

pengkaji

berdasarkan

dari hasil

pemeriksaan atau pengkajian. 2) Data sekunder Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record. 3) Cara Pengumpulan Data a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu 4) Pengelolaan Data a) Klasifikasi data atau kategorisasi data b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly c) Tabulasi data d) Interpretasi data 5) Analisa Data Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.

6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan

yang

dihadapi

oleh

masyarakat

sehingga

dapat

dirumuskan masalah kesehatan. 7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan Abraham H Maslow: • Keadaan yang mengancam kehidupan • Keadaan yang mengancam kesehatan • Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005). 

Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.



Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.



Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005): a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat e. Lakukan olahraga secara rutin f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan/Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat

bertanggung

jawab

dalam

melaksanakan

tindakan

yang telah

direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu: a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

5. Penilaian/Evaluasi Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah: a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi b. Menilai

kemajuan

keperawatan

oleh

komunitas

setelah

dilakukan

intervensi

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

B. Masalah pada kelompok 1. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan 1) Faktor Intrinsik Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu: a) Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)

b) Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya c) Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan d) Kelainan

pada

sistem

jantung dan

pernafasan

yang bisa

menyebabkan gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh e) Anemia atau penyakit darah lainnya f) Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal. 2) Faktor Ekstrinsik Yang merupakan faktor ekstrinsik: 1) Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan

atau

kekerasan

dari

orang

tua).

Depresi

bisa

menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. 2) Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi

yang

pas-pasan

dapat

menyebabkan

anak

tidak

memperoleh

gizi

yang

cukup

untuk

perkembangan

dan

pertumbuhannya 3) Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun). Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-psiko-fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. 4) Faktor Pendukung a) Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain : Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut b) Peran aktif orang tua c) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak d) Peran aktif anak e) Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998). 3. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital dan masa estetik. a) Masa Vital Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999). Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan

impuls-impuls atau dorongan-dorongn yang datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999). b) Masa Estetik Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini, panca indera masih peka karena itu Montessori menciptakan bermacam – macam alat permainan untuk melatih panca inderanya (Yusuf, 2001: 69). 4. Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangan-nya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugas-tugas perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah sebagai berikut : a) Belajar berjalan b) Belajar memakan makanan padat c) Belajar berbicara d) Belajar buang air kecil dan buang air besar e) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin f) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis g) Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam h) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara / orang lain i) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk (mengembangkan kata hati).

Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah sebagai berikut: a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum b) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung f) Mengembangkan

penngertian-pengertian

yang

diperlukan

untuk

kehidupan sehari-hari g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga i) Mencapai kebebasan pribadi Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun sebagai berikut: a) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar) b) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus) c) Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan) d) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri) e) Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah : a) Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan. b) Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar. c) Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.

d) Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga (Suherman, 2000).

5. Batasan anak pra sekolah Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003). Wong dkk. (2009) menyebutkan bahwa batasan usia anak pra sekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang baik, pengalaman periode perpisahan yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental. Angel (1998) juga memberikan batasan pada anak usia pra sekolah yaitu antara 3-6 tahun. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah. Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga tahun sampai enam tahun (Riyanto, 2004). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembagkan agar anak tersebut berkembang secara optimal, anak dapat berkembang kepribadiannya lewat sosialisasi disekolah. Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun atau memasuki pendidikan dasar. Usia prasekolah diantaranya 4 sampai 6 tahun bertujuan membantu meletakan dasar kea rah perkembangan sikap, pengetahuan ketrampilan bagi semua individu, namun unik dalam hal cara dan waktu pencapaiannnya.

6. Jenis-jenis perkembangan Soetijiningsih (2002), mengemukakan bahwa jenis perkembangan anak usia 4-5 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi : a. Perilaku Sosial Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya, membantu di rumah,

mengambil

makan,

berpakaian

tanpa

bantuan,

menyuapi

boneka,

menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan sendiri. b. Gerakan Motorik Halus Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia. c. Bahasa Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil). d. Gerakan Motorik Kasar Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan

6. Karakteristik anak prasekolah atau TK Menurut Riyanto (2004), ciri-ciri anak prasekolah meliputi : a. Ciri-ciri fisik Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar (berlari, berjalan, memanjat, melompat) sebagai bagian dari permainan mereka, mereka aktif tetapi lebih bertujuan dan tidak mementingkan untuk bisa beraktifitas sendiri. b. Ciri sosial Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atu dua sahabat, tetapi dua sahabat ini cepat berganti perasaan empati dan simpati terhadap teman juga berkembang, mampu berbagi dengan inisiatif mereka sendiri, anak menjadi sosialis. c. Ciri emosional Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas sikap marah sering diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka sering kali meributkan perhatian guru. d. Ciri kognitif Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa, sebagian besar mereka senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik, kompetisi

anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat kesempatan mengagumi dan kasih saying. Berdasarkan urean diatas dapat disimpulkan bahwa anak prasekolah adalah anak-anak yang berusia antara 3-6 tahun serta pada masa prasekolah anak mengalami kemajuan pesat dalam ketrampilan bermain.

7. Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah Elizabeth Hurlock (1999) menjelaskan tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum. b) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya. d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. f) Mengembangkan

penngertian-pengertian

yang

diperlukan

untuk

kehidupan sehari-hari. g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai. h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga dan i) Mencapai kebebasan pribadi Suherman

(2000)

juga

menjelaskan

secara

ringkas

tugas-tugas

perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah 1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar). 2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus). 3) Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan) dan 4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak prasekolah Setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan apapun (sujono riyadi sukarmin.2009). Namun ada banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dimana ada sebagian anak yang tidak selamanya

tahapan tumbangya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Ada dua faktor yang mempegaruhi prosses perkembangan optimal seorang anak, yaitu: a. Faktor dalam (internal) Yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan (genetic) maupun faktor yang di peroleh, termasuk disini antara lain: 1) Unsur berfikir dan kemampuan intelektual Misal : kecepatan berfikir. 2) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh Misal : kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. 9. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak prasekolah; a. Kondisi kesehatan anak Kesehatan anak mempengaruhi kemampuan anak mengenal lingkungan diluar lingkungan keluarga . anak dengan kondisi sehat akan cepat bisa menyesuaikan dengan lingkungan diluar lingkungan keluarga (Effendi 1998). b. Umur anak Umur merupakan indicator kedewasaan seseorang semakin bertambah umur akan semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta bertambah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar lingkungan keluarga (Notoatmodjo, 2007). c. Memiliki motifasi untuk bersosialisasi Anak menyesusikan diri dengan lingkungan mereka karena mendapat pengalaman baru ketiaka bergabung denagn kelompok dibandingkan jika mereka bermain sendiri (Sujiono, 2005). d. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi Setiap orang tua yang demokratis memberikan kesempatan anakn untuk bergabung dengan teman seusianya (Sujiono, 2005).

10. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (DDST) Denver II adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, yang dibuat oleh Fran Kenburg & J. B Dodds untuk mengetahui perkembangan

motorik

anak

pada

saat

pemeriksaan

saja

dan

dapat

memperkirakan perkembangan anak dimasa yang akan datang, bukan merupakan tes diagnostik atau tes Intelegensi, tetapi memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini dinilai lebih mudah dibanding tes perkembangan yang lain dan dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Tes ini dapat dilakukan kapan saja dengan menggunakan alat sederhana (Soetjiningsih, 2002). Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata Denver II secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada follow upselanjutnya ternyata dari 89 % kelompok Denver II mengalami kegagalan sekolah 5-6 tahun kemudian. DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 1998). Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Alat yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-hijau-biru, prmainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pencil; lembar formulir DDST; buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya (Soetjiningsih, 1998).

Tujuan Menafsirkan perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Mengetahui penyimpangan perkembangan secara dini, sehingga upaya stimulasi dan upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang.

Kegunaan Denver II 1) Untuk menilai perkembangan anak sesuai usia. 2) Memantau anak yang tampak tidak sehat umur dari lahir sampai dengan 6 tahun. 3) Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan perkembangan. 4) Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan. Apakah benarbenar ada kelainan. 5) Memonitor anak dengan resiko perkembangan.

Prinsip dalam melakukan pemeriksaan DenverII : 1) Bertahap dan berkelanjutan. 2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak. 3) Buat suasana menjadi menyenangkan bagi anak. 4) Dilakukan dengan wajar (tanpa paksaan atau hukuman jika anak tidak mau melakukan) beri anak pujian jika berhasil. 5) Menggunakan alat bantu yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah didapat dalam memberi stimulasi pada anak. 6) Sebelum dilakukan tes, alat diletakkan diatas meja dengan tujuan anak senang dan pada saat tes hanya alat yang diperlukan. 7) Pemeriksa menanyakan pada ibu atau pengasuh pada item yang bertanda L. 8) Perhatikan apa yang telah dilakukan anak secara spontan dan beri penilaian. 9) Hal-hal yang perlu diperhatikan Anak yang ada dalam kondisi dipertanyakan, abnormal atau menolak kemampuan tes yang diberikan.perlu tes kemampuan

ulang satu sampai dua minggu kemudian dan berikan kesempatan kepada anak selama tiga kali untuk melakukan tes kemampuan yang diberikan. Lakukan dari sektor yang kurang aktif terlebih dahulu: personal sosial, motorik, halus, bahasa dan motorik kasar. Dimulai dari yang mudah dilakukan, jika anak kurang tepat melakukan beri stimulus dan lakukan tes ulang. Tes menggunakan alat yang sama dilakukan secara berurutan. Tes dilakukan untuk setiap sektor dan mulailah dari sebelah kiri garis umur terus ke kanan.

11. Persiapan alat denver 1) Alat peraga, benang wol, manik-manik, kubus berwarna: merah, hijau, biru, kuning, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil. 2) Lembar formulir Denver 3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan dan cara-cara penilaianya. 12. Petunjuk pelaksanaan 1) Tarik garis sesuai umur kronologis untuk memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir Denver II. 2) Tes kemampuan anak terutama yang mendekati garis umur. 18 3) Dilakukan secara kontinyu. 4) Satu formulir dapat dipakai beberapa kali pada satu anak. 5) Didampingi ibu atau pengasuh. 6) Dalam keadaan santai. 7) Memberikan posisi yang aman dan nyaman untuk anak. 8) Menjelaskan tentang DenverII pada ibu atau pengasuh. Menggunakan test form dalam menentukan tingkat perkembangan sesuai batas usia. : 9) Menunjukkan standar anak normal bisa melakukan tugas/test item ini sesuai dengan usia. 10) Ada beberapa item bertanda L, menunjukkan bahwa kita bisa memperoleh skor dari orang tua. 11) Nomor kecil disebelah kiri, bisa melihat petunjuk pelaksanaan pada halaman dibaliknya. Berikan huruf seperti dibawah ini tiap kotak tes perkembangan yang diberikan.

P (Passed) = Lulus Apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes yang diberikan dengan baik. Atau Ibu/pengasuh memberi laporan L, tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan. F (Fail) = Gagal Apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan tes kemampuan yang diberikan. Atau Ibu/pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik. No (No opportunity) = Tidak ada kesempatan Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tes karena ada hambatan. R (Refusal) = Menolak Anak menolak untuk melakukan tes. B (By report) = Dengan bantuan orang tua Anak melakukan tes dengan bantuan dari orang tua. Apabila anak dapat melakukannya, berarti lulus (P) sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya, berarti gagal (F). Kode penilaian : O = F (Fail/gagal) M = R (Refusal/menolak) V = P (Pass/lewat) Setelah itu dihitung masing-masing sektor, berapa jumlah P, berapa jumlah F dan sebagainya. Berdasarkan pedoman hail tes diklasifikasikan dalam normal, abnormal, meragukan dan dapat dites (Soetjiningsih, 2002).

13. Interpretasi hasil tes a) Normal 1) Lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak terdapat keterlambatan/delay 2) Paling banyak satu caution/peringatan. 3) Dapat dilakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan berikutnya. b) Suspect 1) Apabila pada satu sektor didapatkan 2 atau lebih cautionatau 1 delayatau lebih. 2) Dapat

dilakukan

uji

ulangan

dalam

1-2

minggu

untuk

menghilangkan faktor sesaat (rasa takut, keadaan sakit, kelelahan).

c) Unstable/Tidak dapat diuji. 1) Apabila ada sektor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis umur. 2) Menolak lebih dari 1 item pada area 75%-90% (warna kelabu) ( Soetjiningsih, 2002). Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: a) Abnormal, bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. b) Meragukan (Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. c) Tidak dapat dites (Untestable)

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"