DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I. PENDAHULUAN a. Latar belakang b. Tujuan c. Manfaat
.................................................................. i ................................................................... ii .................................................................. 1 ................................................................... 1 .................................................................... 2 .................................................................... 3
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................. 2 a. Sistem Rujukan ..................................................................... 1 b. Macam macam rujukan ............................................................ 2 c. Mekanisme rujukan .................................................................. 3 d. Tatacara pelaksanaan sitem rujukan ....................................... 4 e. Manfaat sistem rujukan ........................................................... 5 f. Prosedur standar merujuk pasien ............................................ 6 g. Persiapan rujukan ................................................................... 7 BAB III. CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 3 a. b. c. d.
Pengertian gawat janin .............................................................. 1 Penyebab .................................................................................. 2 Tanda tanda gawat janin ........................................................... 3 Alasan merujuk .......................................................................... 4
BAB IV. PENUTUP .............................................................................. 4 a. Kesimpulan ................................................................................ 1 b. Saran ......................................................................................... 2 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 5
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan B. Tujuan a. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami tentang sistem rujukan b. Tujuan Khusus a)
Untuk mengetahui pengertian sistem Rujukan.
b)
Untuk mengetahui macam-macam sistem rujukan.
c)
Untuk mengetahui mekanisme rujukan secara umum.
d)
Untuk mengetahui tata laksana sistem rujukan.
e)
Untuk mengetahui manfaat sistem rujukan.
f)
Untuk mengetahui prosedur standar merujuk pasien.
g)
Untuk mengetahui persiapan rujukan.
C. Manfaat Agar kita bisa
mengetahui, mamahami dan mengaplikasikannya saat
bekerja nanti tentang sistem rujukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Rujukan Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk memberikan informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan dapat berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan. Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu. Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
B. Macam-macam rujukan Menurut Sistem Kesehatan Nasional rujukan dibagi menjadi : a. Rujukan Kesehatan Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional). Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional b. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan, rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain: 1)
Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain –lain.
2)
Transfer of specimen Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3)
Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
Menurut azas penyelenggaraan (Kepmenkes No. 128 Tahun 2004) dibagi menjadi : a)
Rujukan
upaya
kesehatan
perorangan
yang
pada
dasarnya
menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi: 1)
Rujukan
kasus
untuk
keperluan
diagnostik,
pengobatan,
tindakan operasional dan lain-lain. 2)
Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.
3)
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
1)
Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
2)
Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
3)
Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
Gambar 1 Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004
Menurut tata hubungannya sistem rujukan dibagi menjadi: a) Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. b) Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
C.
Mekanisme Rujukan a) Menentukan kegawatdaruratan penderita: 1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih. 2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas. b) Menentukan tempat rujukan. c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga. d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju: 1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk. 2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. 3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. e) Melakukan persiapan rujukan. f) Pengiriman penderita. g) Tindak lanjut penderita: 1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan. 2) Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut tetapi memiliki hambatan melapor.
D.
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut : a) Prosedur standar merujuk pasien. b) Prosedur standar menerima rujukan pasien. c) Prosedur standar memberi rujukan balik pasien. d) Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.
E.
Manfaat Sistem Rujukan Beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut : a) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam
peralatan
kedokteran
pada
setiap
sarana
kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan. b) Sudut pandang masyarakat sbgai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan. c) Sudut
pandang
kalangan
kesehatan
sebagai
penyelenggara
pelayanan kesehatan. Jika
ditinjau
dari
sudut
kalangan
kesehatan
sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja,
ketekunan,
dan
dedikasi;
membantu
peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
F.
Prosedur Standar Merujuk Pasien a. Prosedur Klinis: 1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. 2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus. 3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. 4) Untuk
pasien
gawat
darurat
harus
didampingi
petugas
Medis/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan. b.
Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan. 2) Membuat catatan rekam medis pasien. 3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan). 4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. 5) Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. 6) Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. 7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan. 8) Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan.
G.
Persiapan Rujukan a. Persiapan
Tenaga
Kesehatan,
pastikan
pasien
dan
keluarga
didampingi oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan medis, maternal dan perinatal. b. Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan. c. Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada pasien. d. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan. e. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk. f.
Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan: a) Tas PP (Kit PP) Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. a)
Alat pelindung diri
b)
Sepatu bo
c)
Perlengkapan medis Alat pemeriksaan Emergency kit
d)
Airways and breathing set
e)
Circulation set
f)
Trauma set
g)
Alat angkut evakuasi Scoope stretcher Stretcher beroda
h)
Lain-lain Infus set Bantal, sarung bantal, sprei, selimut Kantung muntah Box tissue Satu pak gelas Satu pak tissue basah Empat liter air steril/NaCl Empat buah alat pengikat lunak Kantung sampah
i)
Obat-obatan
j)
Alat komunikasi Radio medik Mobile phone
i.
Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan. j.
Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan
darah pasien atau calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga–jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.
BAB III CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus dalam rujukan persalinan Dalam kasus DJJ kurang dari 100 atau lebih 180x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat jalan) 1. Pengertian Gawat janin Gawat janin terjadi bils jsnin tidsk menerima 02 cukup, sehingga mengalami hipoksia. 2. Penyebab a. Persalinan berlangsung lama b. Induksi persalinan dengan oksitosin’ c. Ada pendarahan dan infeksi d. Insufisiensi plasenta: posterm, preeklamsi 3. Tanda tanda gawat janin a. Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit b. Air ketuban hijau kental c. DJJ reguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu. d. DJJ lambat (kurang dai 100 per menit)saat tidak his menunjukkan adanya gawat janin dan DJJ cepat (lebih dari 180 per menit) yang disertai takkiardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, dll. 4. Alasan merujuk g. Alasan merujuk pasien dengan DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit yaitu: a. Terhadap janin b. Beresiko akan menimbulkan kematian c. Janin terhadap ibu d. Beresiko menimbulkan 5. Perawatan selama merujuk
a. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal sebagai berikut : 1. pasien dibaringkan miring kekiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur. 2. pemberian oksigen 8-12x/menit. Perubahan posisi dan pemberian 0,8-12x/menit membantu mengurangi demam pada
material
dengan
hidrasianti
piuretikdan
tindakan
pendinginan 3. hentikan infus oksigen (jika sendang diberikan infus oksitosin) pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktatatau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam b. Jika sebab dari ibu diketahui (sperti demam, obat obatan) mulailah penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu : 1. istirahat baring 2. banyak minum 3. kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu 4. ibu dimiringkan kekiri 5. pemantauan DJJ dengan rutin 6. emngantar atau mendampingi pasien untuk mendapatkan pertolongan
lebih
lanjut,
sehingga
dapat
memberikan
keterangan atau memberikan keterangan tertulis 7.
intervensi
lainnya
tidak
perlu
dilakukan
sebab
kemungkinan akan menambah bahaya ibu maupun janin dikandungan 8. perubahan posisi lantaran dan pemberian 02-8-12x/menit membantu mengurangi demam pada material dengan hidrasi anti piuretik dan tindakan pendinginan c. Jika sebeb dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemerikasaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin :
1. jika terdapat pendarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusi plasma 2. jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, sekret, vagina berbau tajam ) berikan anti biotik untuk amniomtis 3. jika talu pusat terletak dibawah janin atau dalam vagina lakukan penanganan prolaps tali pusat 4. jika denyut janin tetap abnormal atau jika terdapat lain gawat janin ( mekorium kental pada cairan amnion, rencanakan persalinan dengan kolaborasi merujuk
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Rujukan kesehatan ada 2 macam rujukan kesehetan dan rujukan medik dan menurut penyelengaraannya ada Rujukan upaya kesehatan perorangan dan Rujukan upaya kesehatan masyarakat Prosedur
merujuk
pasien:
Prosedur
standar
merujuk
pasien,prosedur standar menerima rujukan pasien,prosedur standar memberi rujukan balik pasien, prosedur standar menerima rujukan balik pasien.
B.
Saran Dengan adanya sistem rujukan diharapkan dapat meningkakan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Kesehatan.2011.Petunjuk
Teknis
Sisitem
Rujukan
Pelayanan
Kesehatan.Nusa Tenggara Barat:Dinas Kesehatan Departemen Kesehatan R1.2009.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta: Depkes Http://www.Indonesia-Publichealth.com/ http://buk.depkes.go.id https://www.academia.edu