BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus teminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2009). Pneumonia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu pneumonia komunitas (communityacquired pneumonia), Health Associated (HCAP), pneumonia nosokomial (Hospital acquired-pneumonia), Ventilator associated (VAP) (Dipiro et al.,2011). Pneumonia merupakan penyakit menular penyebab rawat inap dan kematian terbanyak diantara orang dewasa di Amerika Serikat dengan biaya medis melebihi $10 milliar pada tahun 2011, dan di negara tersebut pneumonia komunitas yang merupakan penyebab infeksi utama rawat inap pada orang dewasa (W.H Jain dkk, 2015). Pneumonia merupakan suatu penyakit yang sekitar 5 kali lebih sering menyerang di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Insiden Community Acquired-pneumonia (CAP) sekitar 4-5 juta per kasus, dan sekitar 25% memerlukan rawat inap (M.phil Sonia Akhter, 2014). Insiden CAP pada tahun 2012 yang dirawat di rumah sakit jauh lebih tinggi pada pasien usia lanjut. Di Amerika Serikat usia ≥65 tahun, angka kejadian adalah 18,3% dari 1000 pasien adalah yang berusia 65-69 tahun dan terus meningkat 5 kali lipat menjadi 48,5% dari 1000 pasien (Simonetti Antonella F, 2014). Kematian rata-rata untuk pasien di rawat di rumah sakit yang disebabkan oleh (CAP) adalah 14% (Menon Resmi U.dkk, 2013). Jutaan orang didunia setiap tahunnya yang terinfeksi oleh CAP memiliki tingkat kematian yang tinggi sehingga sangat penting untuk mendeteksi resiko tinggi yang rentan terhadap terjadinya komplikasi dan kematian (Yayan Josef, 2014). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), infeksi saluran pernapasan bawah di Indonesia menempati urutan pertama pada tahun 2001. Data Departemen Pulmonologi RS Persahabatan pada tahun 2002 menunjukkan
bahwa CAP menempati urutan kedua kasus terbanyak setelah Tuberkulosis. Angka kematian akibat CAP di RS Persahabatan dan RS dr. Soetomo berkisar 10-20% (Faisal Fikri dkk, 2014). Sejak tahun 2007 sampai 2012 angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu 2327,71% selama kurun waktu terebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80% (Kemenkes RI, 2010). Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Bakteri penyebab pneumonia komunitas pada pasien rawat jalan meliputi S.pneumoniae, M.pneumoniae, H.influenza, C.pneumoniae, M.catarrhalis, gram negatif bacilli, sedangkan pada pasien rawat inap yang tidak dirawat di ICU meliputi S.pneumoniae, H.influenza, M.penumoniae, C.pneumoniae, Legionella sp. dan pada pasien yang rawat di ICU meliputi S.pneumoniae, S.aureus, Legionella sp, gram negatif bacilli, H.influenza. Pada pneumonia nosokomial bakteri penyebabnya meliputi pada pasien yang tidak ada faktor resiko Multidrug Resistant (MDR) yaitu disebabkan oleh S.pneumoniae, H.influenza, MSSA enteric Gram negatif bacilli, sedangkan pada pasien yang beresiko adanya faktor MDR yaitu disebabkan oleh P.aeruginosa, K.pneumoniae (ESBL), Acinobacter p. Health Care/HCAP merupakan klasifikasi terbaru untuk membedakan antara CAP yang beresiko patogen Multidrug Resistant (MDR) (Misalnya, P.aeruginosa, spesies Acinobacter, dan Methicillin-resistant S.aureus (MRSA)), dapat pula disebabkan oleh patogen atipikal (misalnya, lobar pneumonia dengan noda bakteri gram negatif pada dahak) yang disebabkan oleh M.pneumoniae, C.pneumoniae, atau spesies Legionella. Patogen anaerob merupakan yang paling umum pada pneumonia yang disebabkan aspirasi orofaringeal atau isi lambung. Ventilator-assiciated pneumoniae (VAP) juga berhubungan dengan patogen Multidrug Resistant (MDR) (Dipiro et al.,2011).
1.2
1.3
Tujuan 1.2.1
Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi CAP
1.2.2
Untuk mengetahui Definisi CAP
1.2.3
Untuk mengetahui Pathway CAP
1.2.4
Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang CAP
1.2.5
Untuk mengetahui Penatalaksanaan CAP
1.2.6
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan CAP
Manfaat 1.3.1
Seminar ini dapat memberikan tambahan informasi tentang
penyakit CAP 1.3.2
Seminar ini dapat memberikan informasi tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien CAP
BAB II TINJAUAN TEORI KONSEP DASAR PENYAKIT 2.1 Anatomi dan Fisiologi
2.1.1
Anatomi saluran nafas (Muttaqin,2009)
2.1.2
Fisiologis a. Organ-organ pernafasan 1.
Hidung Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2
lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang
berfungsi
untuk
menyaring
dan
menghangatkan udara (Mutaqqin, 2009). 2.
Faring Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).
3.
Laring (pangkal tenggorok) Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin, 2009).
4.
Trakea (batang tenggorok) Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 1620 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).
5.
Bronkus (cabang tenggorokan) Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).
6.
Paru-paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara (Mutaqqin, 2009).
b. Fisiologis pernafasan Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran
alveolus-kapiler
yang
disebut
dengan
difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal (Mutaqqin, 2009). Proses pernafasan : Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata).
Inspirasi
terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolusalveolus
dan
reaksi
kimia,
fisik
dari
oksigen
dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Mutaqqin, 2009). 2.2 Definisi Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (Kusuma, 2016) Pneumonia adalah penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Muttaqin, 2009) Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau
nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada kedalam. Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Kusuma, 2016)
2.3 Pathway CAP ( NANDA NIC NOC 2013 ) Normal ( sistem pertahanan ) terganggu
Organisme
Virus
Kuman patogen mencapai bronkoli terminalis merusak sel epitel bersilia, sel goblet
Cairan edema + leukosit ke alveoli
Konsolidasi paru
Kapasitas vital,compliance menurun, hemoragic
Sal nafas bag bawah pneumokokus
Stapilokokus
Trombos Eksudat masuk ke alveoli
Alveoli
Sel darah merah,leukosit,pneu mokokus mengisis alveoli
Leukosit+fibrin mengalami konsolidasi
Leukositosi s
Toksik,coagulase
Permukaan lapisan pleura tettutup tebal eksudat trombus vena pulmonalis Nekrosis
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ketidakefektif an pola nafas
Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan
2.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologis Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia
sedangkan
Klebsiela
pneumonia
sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. 2. Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
2.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:
a. Penderita rawat jalan • Pengobatan suportif / simptomatik - Istirahat di tempat tidur - Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi - Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas - Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran - Pemberian antiblotik harus diberikan kurang dari 8 jam b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
Pengobatan suportif / simptomatik - Pemberian terapi oksigen - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit - Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik - Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif • Pengobatan suportif / simptomatik - Pemberian terapi oksigen. - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit - Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik. • Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam. • Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.
RENCANA ASSUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian a. Riwayat keperawatan Riwayat Kesehatan : a. Keluhan utama : batuk, pilek, demam, sesak napas, gelisah b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : sesak napas, batuk lama, TBC, alergi d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak) : sesak napas, batuk lama, TBC, alergi e. Riwayat imunisasi : BCG f. Riwayat tumbuh kembang b. Pemeriksaan Fisik dan Data Fokus Gejala peneumonia yang tidak khas sering terdapat pada anak dibawah 5 tahun, namun secara umum pneumonia untuk penilaian keadaan umumnya adalah frekuensi napas, nadi, kesadaran dan kemapuan makan (IDAI, 2009). Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi . Paru : I : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya pada sisi paru.
P : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena P: pekak terjadi bila terisi cairan normalnya timpani A: biasanya terdengan ronki.
2. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan 2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 4. Defisiensi pengetauan b.d kurang sumber pengetahuan
3. Intervensi
NO
1.
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
KEPERAWATAN
HASIL (NOC)
Ketidakefektifan
NOC
NIC
bersihan jalan nafas
a. Respiratory
b/d adanya eksudat
status :
di
alveolus,
Ventilation
obstruksi
bronkial
sekunder
karena
invasi tumor
INTERVENSI (NIC)
b. Respiratory
Airway management 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Identifikasi pasien
status : Airway
perlunya pemasangan alat
patency
jalan nafas buatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria : a.Mendemonstrasikan
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 4. Ajarkan cara melakukan batuk efektif 5. Mengelola kelembaban udara atau oksigen 6. Auskultasi suara nafas,
batuk efektif dan suara
catat adanya suara
nafas yang bersih, tidak
tambahan
ada sianosis dan
7. Mengatur asupan cairan
dyspneu (mampu
untuk mengoptimalkan
mengeluarkan sputum,
keseimbangan cairan
mampu bernapas dengan mudah) b.Menunjukkan jalan
8. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) c.Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang
Airway suctioning 1. Ajarkan cara menjaga kebersihan tangan 2. Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning 3. Informasikan pada klien
dapat menghambat
dan keluarga tentang
jalan nafas
suctioning 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal 6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal 7. Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan suksion 8. Hentikan sucsion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll. 9. Teknik suction berbeda, berdasarkan respon klinis pasien 10. Pantau dan catat sekresi warna, jumlah dan konsistensi 11. kirim sekresi untuk tes kultur dan sensitivitas Respiratory Monitoring 1. Monitor tingkat, kedalaman irama dan usaha respirasi 2. Pantau dyspnea dan peristiwa yang meningkatkan dan memperburuk kondisi pasien 3. Monitor hasil ront-gen dada 2.
Ketidakefektifan
Pola NOC:
Nafas b.d hiverventilasi
Respiratory
Airway Management status
: 1. Buka jalan nafas, guanakan
Ventilation Respiratory
teknik chin lift atau jaw status
Airway patency
:
thrust bila perlu 2. Posisikan
pasien
untuk
Vital sign Status
memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya
Setelah
dilakukan
tindakan selama
keperawatan
pemasangan alat jalan nafas buatan
………..klien 4. Pasang mayo bila perlu
menunjukkan keefektifan 5. Lakukan fisioterapi dada pola nafas, dengan
jika perlu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Kriteria hasil: a.
Mendemonstrasika
7. Auskultasi
n batuk efektif dan
catat
suara nafas yang
tambahan
bersih, tidak ada sianosis
dan
dyspneu
suara
adanya
8. Lakukan
nafas, suara
suction
pada
mayo
(mampu 9. Berikan bronkodilator bila
mengeluarkan sputum,
perlu
bernafas 10. Berikan pelembab udara
dengan
mudah,
Kassa basah NaCl Lembab
tidak ada pursed 11. Atur intake untuk cairan
b.
lips)
mengoptimalkan
Menunjukkan jalan
keseimbangan.
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, nafas,
frekuensi 1. Bersihkan mulut, hidung
rentang
c.
O2
irama Oxygen Therapy
pernafasan
tidak
12. Monitor respirasi dan status
dalam
dan secret trakea
normal, 2. Pertahankan ada
suara
jalan
nafas
yang paten
nafas abnormal)
3. Atur peralatan oksigenasi
Tanda Tanda vital
4. Monitor aliran oksigen
dalam rentang
5. Pertahankan posisi pasien
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
6. Onservasi
adanya
tanda
tanda hipoventilasi 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk,
atau
berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor
frekuensi
dan
irama pernapasan 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapasan abnormal 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3.
Intoleransi aktivitas b.d NOC : ketidakseimbangan a. Energy antara suplai dan conservation kebutuhan oksigen b. Activity
c.
dengan
tenaga rehabilitasi medik
Self care :
program
terapi
ADLs
tepat
jam
seperti
Kolaborasi
merencanakn
keperawatan
mampu
a.
dalam
dilakukan
3x24
Activity therapy
tolerance
Setelah tindakan
NIC :
b. Bantu
klien
yang
untuk
mengidentifikasi
diharapkan
aktivitas yang mampu
beraktivitas
dilakukan
biasa
dengan
c. Bantu
klien
untuk
kriteria :
memilih aktivitas yang
Kriteria hasil :
konsisten
a. Berpartisipasi dalam
aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
dengan
sesuai
kemampuan
fisik, psikologi dan sosial d. Bantu
pasien
mengidentifikasi darah,
nadi, dan RR b. Mampu
mendapatkan
dan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
melakukan aktivitas
yang
e. Bnatu sehari-
pasien
untuk
mendapatkan
alat
hari (ADLs) secara
bantuan aktivitas seperti
mandiri
kusi roda, krek
c. Mampu
f. Bantu
untuk
berpindah : dengan
mengidentifikasi
atau tanpa bantuan
aktivitas yang disukai
alat
g. Bnatu
d. Status
klien
untuk
membuat jadwal latihan
kardiopulmonari adekuat
di waktu luang h. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
e. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
kekurangan
dalam
beraktivitas i. Bantu
pasien
untuk
mengembangkan motivasi
diri
dan
Monitor
respon
fisik,
emosi,
sosial
dan
penguatan j.
spiritual 4.
Defisiensi
pengetauan NOC :
b.d kurang informasi
NIC :
Kowlwdge : disease Teaching : disease Process process Kowledge : health Behavior Setelah tindakan
dilakukan keperawatan
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses
penyakit
yang spesifik
1x30 menit diharapkan b. Jelaskan patofisiologi dari pasien mengerti tentang penyakit dan bagaimana hal penyakitnya dengan ini berhubungan dengan kriteria :
anatomi
a. Pasien dan keluarga
dengan cara yang tepat.
dan
fisiologi,
menyatakan pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
program pengobatan b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
tepat d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
yang secara e.
dijelaskan
kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
benar
tepat
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
Identifikasi
apa
f. Sediakan informasi pada
yang
pasien
dijelaskan
tentang
kondisi,
dengan cara yang tepat
perawat/tim kesehatan lainnya
g. Hindari harapan yang kosong h.
Sediakan
bagi
keluarga
informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat i. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang
mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan k.
Dukung
pasien
mengeksplorasi mendapatkan
untuk atau second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan l.
Eksplorasi sumber
kemungkinan
atau
dukungan,
dengan cara yang tepat m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat n.
Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan gejala untuk pemberi
melaporkan
pada
perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS CAP (COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA) DIRUANG AL-HAKIM ( PARU ) RSUD RATU ZALECHA
A. PENGKAJIAN Identitas Klien 1. Nama
: Ny.R
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Umur
: 72 Tahun
4. Alamat
: Perumahan Banua Permai
5. Pendidikan
: SMP
6. Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
7. Status Perkawinan
: Menikah
8. Agama
: Islam
9. Suku/ Bangsa
: Banjar/Indonesia
10. Tanggal masuk RS
: 8 Februari 2019
11. Diagnosa Medis
: CAP
12. No. RM
: 32XXXX
Penanggung Jawab 1. Nama lengkap
: Ny.U
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Umur
: 39 Tahun
4. Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
5. Alamat lengkap
: Perumahan Banua Permai
6. Hubungan Dengan Klien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama Sesak Nafas 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluarga mengatakan pasien sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari sebelum masuk RS. Saat batuk dahak tidak dapat keluar. Khawatir keadaan pasien semakin memburuk, keluarganya membawa pasien Ke RS. Dan dirawat inap di ruang al-hakim ( paru ). Setelah beberapa hari dirawat di ruang Paru, tanggal 12-2-2019 pasien pindah ruangan ke ICU karena keadaan semakin memburuk. Dan setelah keadaan pasien mulai membaik pasien kembali dirawat diruang paru tanggal 14-2-2019. 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien pernah memiliki riwayat pengobatan TB dan telah selesai 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam anggota keluarga pasien, tidak ada yang menderita penyakit seperti klien. Juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.
C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum a. Kesadaran
: Composmentis
GCS : E4 V5 M6
b. Pols : 103 x/mnt RR : 28 x/mnt TD : 110/80 mmHg Temp : 36,5 0 C SPO2 : 94% 2. Kulit Inspeksi
: Kulit sawo matang dan cukup bersih
Palpasi
: Turgor kulit kembali dalam 2 detik
3. Kepala dan Leher Inspeksi
: Kepala dan leher simetris. Warna rambut keputihan
Palpasi
: Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid pada leher
4. Penglihatan dan Mata Inspeksi
: Penglihatan baik ( dapat mengenali semua keluarga pasien dengan baik ) Konjungtiva anemis Tidak menggunakan alat bantu penglihatan ( kacamata )
5. Penciuman dan Hidung Inspeksi
: Hidung simetris, tidak terdapat benjolan,terpasang selang NGT.
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan pada hidung
6. Pendengaran dan Telinga Inspeksi
: Pendengaran baik (Saat keluarga memanggil pasien langsung menoleh) Pasien dapat berkomunikasi dengan tenaga kesehatan dengan baik Tidak menggunakan alat bantu dengar
7. Mulut dan Gigi Inspeksi
: Bibir kering Tidak ada pendarahan pada gusi
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi Inspeksi
: Dada simetris, frekuensi nafas 28x/menit dan batuk berdahak ( dahak berwarna putih ).
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan
Perkusi
: Redup
Auskultasi
: Bunyi Vesikuler dan bunyi nafas tambahan ronchi
9. Abdomen Inspeksi
: Perut simetris
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan
Perkusi
: Bunyi timpani
Auskultasi
: Bising usus 15x/menit
10. Genetalia dan Reproduksi Inspeksi
: Terpasang kateter
11. Ekstremitas atas dan bawah Inspeksi
: Pada ekstremitas atas kiri terpasang infus dan syringe pump.
Palpasi
: Suhu tubuh 36,50 C
Skala aktivitas : Skala aktivitas 3 Keterangan : 1 = Mandiri 2 = Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain 3 = Memerlukan bantuan / pengawasan / bimbingan sederhana 4 = Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantu 5 = Tergantung secara total
Skala otot 3
3
3
3
0 = Tidak ada kontraksi otot 1 = Kontraksi otot dapat dipalpasi tanpa gerakkan persendiaan 2 = Tidak mampu melawan gaya gravitasi 3 = Hanya mampu melawan gaya gravitasi 4 = Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi mampu melawan dengan tahan sedang 5 = Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh, mampu melawan gravitasi, mampu melawan dengan tahan penuh
D. KEBUTUHAN FISIK,PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan Istirahat Dirumah : Pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan pasien istirahat setelah aktivitas 2 – 3 jam dan tidur 6-7 jam. Di RS
: Dalam beraktivitas pasien dibantu keluarga. Paien lebih sering
berbaring dan duduk ditempat tidur. Pasien tidur 5-6 jam. 2.
Personal Hygiene Dirumah : Pasien mandi 3x sehari dan gosok gigi 3x sehari. Cuci rambut apabila dirasa kotor. Di RS
3.
: Pasien hanya diseka oleh keluarga 1x sehari.
Nutrisi Dirumah : Pasien makan 3x sehari. Berupa nasi,ikan dan sayur. Pasien tidak memiliki pantangan makanan dan minum 6-7 gelas perhari. DiRS
4.
: Pasien diberikan makanan berupa susu lewat selang NGT.
Eliminasi Dirumah : Pasien BAB sehari sekali. BAK 3-4 kali sehari DiRS
5.
: BAB pasien tindak lanjar dan BAK sekitar 600-700 cc.
Seksualitas Tidak dikaji atas dasar privasi pasien
6.
Psikososial Hubungan pasien dan keluarga cukup baik, ini dapat dilihat dari banyaknya keluarga yang berkunjung.
7.
Spiritual Pasien tidak dapat melakukan ibadah shalat. Akan tetapi pasien dan keluarga selalu berdoa akan kesembuhannya.
E. DATA FOKUS Data Subyektif : -
Keluarga pasien mengatakan pasien sesak
-
Keluarga pasien mengatakan batuk berdahak ( putih )
-
Keluarga mengatakan pasien sakit kepala saat berbangun
-
Keluarga mengatakan paien sulit mengeluarkan dahak
-
Keluarga mengatakan pasien hanya berbaring dan duduk ditempat tidur
Data Obyektif : 1. Inspeksi : -
Pasien berbaring dan duduk di tempat tidur
-
Oksigen 5 L/m
-
Pasien lemah
-
Pada ekstrimitas kiri terpasang infus dan terpasang syringe pump
-
Konjungtiva anemis
-
Frekuensi nafas 28x/menit
-
Bibir kering
-
Pola nafas cepat
-
Menggunakan otot bantu pernafasan
-
Pasien gelisah
-
Kesadaran apatis
-
Hembusan nafas memanjang
2. Palpasi : -
Suhu 36,50 C
-
Nadi 103 x/menit
-
Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
3. Perkusi -
Bunyi redup saat dada diperkusi
-
Bunyi perkusi saat abdomen diperkusi
4. Auskultasi -
Bunyi nafas vesikuler dan bunyi nafas tambahan ronchi
-
Bunyi usus 15x/menit
SPO2 = 94%
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG TEST
HASIL
NORMAL
SATUAN
% NEUT
94.0
40 – 70
%
% LYMPH
4.0
20 – 40
%
% MONO
1.4
3–9
%
PLT
427
170-380
10e3/ul
LED
76
Natrium
130
135-155
Mmol/L
Kalium
5.5
Serum = 3.6-5.5
Mmol/L
Plasma = 4.0-4.8 Ureum
76.61
10.0-50.0
Mg/dl
Creac
1.25
0.50-1.10
Mg/Dl
AlbG
2.97
2.80-5.40
g/dL
Gluc
112.3
70.0-99.0
mg/dl
G. TERAPI FARMAKOLOGI -
Inf RL 20 tpm
-
Inj Panto 2x1 vial IV
-
Inj Antrain 3x1 amp IV
-
Inj Meropenem 3x1 gr IV
-
Inj MP 2 x ½ vial IV
-
Inj Ceftriaxone 2x1 amp IV
-
Nebu C+P / 12 jam
-
Acetlysistein 3x1
-
Vit B6 1x1
-
PO ambroxol tub 3x1
-
Codein 10 3x1
-
Dolcolax 1x1
-
Syringe Pump Raivask 3 cc/jam
H. ANALISA DATA No 1.
Data DS : - Keluarga mengatakan pasien
Masalah Ketidakefektifan
Etiologi Sekresi yang
sesak dan batuk berdahak ( putih ) -
bersihan jalan nafas
tertahan
Ketidakefektifan pola nafas
Hiperventilasi
Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak nya
DO :
2.
-
Frekuensi nafas 28x/menit
-
Perkusi paru redup
-
Bunyi nafas vesikuler
-
Bunyi nafas tambahan ronci
-
Pola nafas cepat
-
SPO2 : 94%
-
O2 = 5 L/m
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sesak
DO : -
Pola nafas cepat
-
Menggunakan otot bantu pernafasan
3.
-
Hembusan nafas memanjang
-
O2 = 5 L/m
DS : Keluarga mengatakan pasien hanya berbaring dan duduk ditempat
suplai dan
tidur
kebutuhan oksigen
DO : - Pasien hanya berbaring dan duduk -
Skala aktivitas 3
-
Pasien lemah
-
Pasien sesak RR=28x/menit
-
TD = 110/80 mmHg
-
RR = 28x/m
-
T = 36,5
-
N = 103 x/menit
PRIORITAS MASALAH 1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
2.
Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
I. RENCANA KEPERAWATAN NO.
Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan 1.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ketidakefektifan
Setelah dilakukan
Manajemen
Manajemen
Bersihan Jalan
perawatan selama
Jalan Nafas
Jalan Nafas
nafas b.d sekresi
2x24 jam,diharapkan
1 . Monitor
1 . Untuk
yang tertahan
mampu
status
mengetahui
mempertahankan
pernafasan dan
perubahan status
bersihan jalan nafas
oksigenisasi
pernafasan
dengan kriteria hasil :
2 . Posisikan
2. Meningkatkan
Batuk
pasien untuk
sekret kejalan
berkurang
memaksimalkan
nafas besar untuk
Frekuensi
ventilasi
dikeluarkan
nafas normal
3 . Kelola
3. Nebulizer dapat
Dapat batuk
nebulizer
mengencerkan
-
-
-
dengan
dahak
efektif 2.
Ketidakefektifan
Setelah dilakukan
Bantuan
Bantuan
pola nafas b.d
perawatan 2x24 jam,
Ventilasi
Ventilasi
hiperventilasi
diharapkan pola nafas
1.Monitor efek-
1.Mengetahui
pasien leih baik.
efek perubahan
perubahan
Dengan kriteria hasil :
posisi pada
oksigenisasi
Tidak sesak
oksigenisasi
2. Untuk
lagi
2.Posisikan
mengurangi sesak
Pola nafas
untuk
3.Untuk
dalam batas
mengurangi
meningkatkan
normal
dispnea
kepatenan jalan
Tidak
3.Beri obat yang nafas
menggunakan
meningkatkan
otot bantu
patensi jalan
nafas
nafas dan
-
-
-
pertukaran gas
3.
Intoleransi
Setelah
dilakukan Terapi
aktivitas b.d
tindakan keperawatan Aktivitas
ketidakseimbangan 3x24 jam diharapkan 1 . Monitor suplai dan
mampu
beraktivitas respon fisik,
kebutuhan oksigen
seperti biasa dengan emosi, sosial kriteria :
dan spiritual
Kriteria hasil :
2.Latih ROM
-
-
-
-
Aktivitas
pasif
meningkat
3.Bantu klien
Pasien tidak
untuk
lemah lagi
mengidentifikasi
Tidak sesak
aktivitas yang
lagi
mampu
TTV dalam
dilakukan
Terapi Aktivita 1 .Untuk mengetaui respon pasien 2.Untuk melatih agar tidak kaku 3.Untuk mengetahui apa saja aktivitas yang dapat pasien lakukan 3.Agar dapat mempercepat kesembuhan
batas normal
3. Kolaborasi
pasien dengan
dengan tenaga
berkolaborasi
rehabilitasi
dengan fisioterapi
medik dalam merencanakn program terapi yang tepat J. IMPLEMENTASI No
Hari/
.
Tgl
1.
Jam
No.
Evaluasi Tindakan
Pelaks
nosa
ana
1
,14-210.00
10.05
Manajemen Jalan
Manajemen Jalan
Nafas
Nafas
1 . Memonitor status
1 . R = 28x/menit
pernafasan dan
SPO2 = 94%
oksigenisasi
Nafas cepat
2 . Memposisikan pasien
Bunyi nafas
untuk memaksimalkan ventilasi 10.10
3 . Mengkelola nebulizer
vesikuler Bunyi nafas tambahan ronchi 2 . Posisi semi fowler Pasien lebih nyaman bernafas 3 . Nebu C+P Dahak dapat keluar
2.
Kamis 14-2- 10.15 19 10.20 10.25
Paraf
Diag
Kamis
19
Implementasi
2
Bantuan Ventilasi
Bantuan Ventilasi
1.Memonitor efek-efek
1. Setelah beberapa
perubahan posisi pada
jam posisi di atur
oksigenisasi
saturasi meningkat
2.Memposisikan untuk
96%
mengurangi dispnea
2. Posisi semi fowler
3.Memberi obat yang
Setelah diatur
meningkatkan patensi
posisi pasien lebih
jalan nafas dan
nyaman
pertukaran gas
3. Pasien bernafas lebih nyaman
3
Terapi Aktivitas
Terapi Aktivitas
1 . Memonitor respon
1.Kesadaran pasien
fisik, emosi, sosial dan
apatis. Pasien sering
spiritual
bicara meracau dan
2.Melatih ROM pasif
merespon terhadap
3.Membantu klien untuk
nyeri
mengidentifikasi aktivitas
2.Pasien dapat
yang mampu dilakukan
melakukan rom pasif 3.Pasien hanya dapat duduk dan berbaring ditempat tidur
K. EVALUASI No. Hari/Tgl
Jam
No.Diagnosa
1.
Kamis
06.0
1
14-2-19
0
Evaluasi Akhir S = Keluarga pasien mengatakan batuk berkurang dan dahak dapat keluar O = - Pasien lebih rileks -
Dapat batuk dengan mengeluarkan dahak
-
Frekueni nafas 28x/menit
-
Pasien lebih nyaman dalam bernafas
-
O2 = 5 l/m
A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi (1,2,3)
2.
Kamis
06.0
2
S = Keluarga mengatakan pasien masih sesak
14-2-19
0
O = - Pasien masih sulit bernafas -
Pasien masih menggunakan otot bantu nafas
-
O2= 5 L /m
A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi ( 1,2,3 ) 3
Kamis 14-2-19
06.0 0
3
S = Keluarga mengatakan pasien masih hanya dapat berbaring dan duduk di tempat tidur O = - Pasien hanya berbaring dan duduk -
Skala aktivitas 3
-
Pasien lemah
-
Pasien masih sesak
A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi (1,2,3 )
L. CATATAN PERKEMBANGAN No Hari/Tgl
Jam
No.Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Hasil
dan Hasilnya 1.
Jumat 15-2-19
08.00
1
Manajemen
S = Keluarga pasien
Jalan Nafas
mengatakan batuk berkurang
1 . Memonitor
dan dahak dapat keluar
status
O = - Pasien lebih rileks
pernafasan dan
-
oksigenisasi -R = 24x/menit
mengeluarkan dahak -
-SPO2 = 97% -Nafas cepat 2. Memposisikan
Dapat batuk dengan
Frekueni nafas 24x/menit
-
Pasien lebih nyaman dalam bernafas
A = Masalah teratasi
pasien untuk
sebagian
memaksimalkan P = Intervensi dihentikan ( ventilasi
Perawat pindah ruangan )
-Posisi semi fowler Pasien lebih nyaman bernafas 3 . Mengkelola nebulizer Nebu C+P -Pasien dapat bernafas lebih nyaman dan dahak dapat keluar 2.
Jumat 15-2-19
08.00
2
Bantuan
S = Keluarga mengatakan
Ventilasi
pasien masih sesak
1.Monitor efek-
O = - Masih susah bernafas
efek perubahan
-
Masih bernafas
posisi pada
dengan cuping
oksigenisasi
hidung
- Saturasi meningkat 92%
-
Masih menggunakan otot bantu nafas
2.Posisikan
A = Masalah belum teratasi
untuk
P = Intervensi dihentikan
mengurangi
(Perawat pindah ruangan )
dispnea - Posisi semi fowler Setelah diatur posisi pasien
lebih nyaman 3.Beri obat yang meningkatkan patensi jalan nafas dan pertukaran gas - Pasien bernafas lebih nyaman 3.
Jumat 15-2-19
08.00
3
Terapi
S = Keluarga mengatakan
Aktivitas
pasien masih hanya dapat
1 . Memonitor
berbaring dan duduk di
respon fisik,
tempat tidur
emosi, sosial
O = - Pasien hanya berbaring
dan spiritual
dan duduk
- Kesadaran
-
Skala aktivitas 3
pasien masih
-
Pasien lemah
apatis,pasien
-
Pasien masih sesak
masih sering
A = Masalah belum teratasi
meracau dan
P = Intervensi dihentikan (
merespon
perawat pindah ruangan )
terhadap nyeri. 2.Melatih ROM pasif - Pasien dapat melakukan ROM pasif dan ekstrimitas tidak terlalu kaku lagi 3.Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Sampai saat ini pasien hanya mampu berbaring dan duduk ditempat tidurnya