Bab I.docx

  • Uploaded by: Nana Nur Ok Fitri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,813
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. 1. Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai

kebahagiaan

yang

hakiki.

Bahkan

hanya

menimbulkan bencana yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala

perbuatannya,

karena

dianggapnya

tidak

dapat

digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya. 2. Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt

1

membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status “rasul” yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan pokok masalah yang dibicarakan tentang, “Akhlak Terhadap Rasulullah” maka rumusan masalah ini difokuskan pada : 1. Apa yang dimaksud dengan Akhlak itu ? 2. Apa yang melatarbelakangi berakhlak kepada Rasulullah ? 3. Bagaimana cara berakhlak dengan Rasulullah itu ?

C. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah studi islam. 2. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi berakhlaq kepada Rasulullah. 3. Dengan mempelajari dan memahami bahan makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada Rasulullah, maka kita dituntut agar dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi umat yang berbakti kepada Rasulullah saw. Amien.

2

D. METODE PENULISAN Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan 2 metode yakni dengan metode kepustakaan dan juga dengan mencari bahanbahan yang sesuai dengan judul yang diberikan kepada kami melalui blog-blog di internet dan semoga semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan dosen dan semua teman-teman.

3

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN AKHLAK Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah materi Ilmu Akhlak,setidaknya perlu dimengerti terlebih dahulu tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu pembicaraan mengenai definisi akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam (terminologi). Definisi

Akhlak

Secara

Etimologi

Menurut

pendekatan

etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (‫ )خلق‬yang menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (‫)خلق‬ yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” (‫)خالق‬ yang berarti Pencipta dan “Makhluk” ( ‫ )مخلوق‬yang berarti diciptakan. Perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da ’iratul Ma’arif dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi

4

pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. Definisi “Akhlak” Aspek Terminologi: Berikut ini akan dibahas definisi “akhlak” menurut aspek terminologi. Beberapa pakar mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: a. Ibn Miskawih “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan

tanpa

melalui

pertimbangan pikiran (lebih dulu). b. Versi Imam Al-Ghazali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu). c. Prof. Dr. Ahmad Amin “Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu,

kebiasaan itu

dinamakan akhlaak”.

B. IMAN KEPADA RASULULLAH Rasul itu ialah seorang laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh Allah tentang agama dan mendapat perintah supaya menyiarkannya (tabligh) kepada semua makhluk (terutama manusia dan jin). Kalau tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia disebut nabi saja. Jelasnya, seorang rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat agama kepada masyarakat, sedangkan seorang nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang nabi hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan memberi penerangan tentang syariat seorang rasul, terutama mengenai perkara gaib. Para nabi dan rasul itu adalah hamba-hamba Allah yang paling utama. Firman Allah SWT, “Dan semua mereka itu kami lebihkan atas sekalian alam” (Al-An,am, 6;86).

5

Adapun banyaknya nabi dan rasul itu tidak ada yang tahu selain Allah SWT. Kita kaum muslimin wajib percaya bahwa Allah SWT telah mengutus para rasul dan mengangkat para nabi dan rasul mulai dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Tujuan pokok dari kebangkitannya para rasul itu ialah untuk mengajak ummatnya agar beribadah kepada Allah serta menegakkan agamanya.Kehadiran para rasul adalah untuk membimbing umat manusia supaya berada dalam jalan yang benar yang dikehendaki Allah dan Rasulnya,

memiliki

akhlak

mulia

dan

sopan

santun

yang

mempertinggi jiwa. Rasul juga berupaya menetapkan hukum-hukum dan segala peraturan yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya. Dengan demikian arti beriman kepada nabi dan rasul adalah tidak cukup hanya dengan pengakuan hati dan lisan saja, tetapi harus disertai dengan kesediaan melaksanakan seruannya dalam kenyataan hidup sehari-hari, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi.

C. AKHLAK RASULULLAH Beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling dermawan di antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih kencang memberi dibanding angin yang berhembus. Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling mudah selama tidak melanggar syariat Allah. Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat sabar. Namun, jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat pada raut wajahnya, beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau suka maka dimakanlah makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya. (Sumber: HR. Al-Bukhari, no. 3549, 35554, 3560, 3562, dan 3563) bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bangsa Arab. Mampu berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku. Jika

6

dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, “Tidak”.Beliau sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika bertemu beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika kami sedang ketakutan dan dikepung bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak satu pun yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.” Beliau sangat jujur dan amanah, sebelum diutus menjadi nabi dan rasul, beliau dijuluki “Al Amin” artinya “yang terpercaya”. Bahkan musuh pun mengakui kejujuran dan amanahnya. Beliau sangat tawadhu` dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau datang ke suatu majelis, beliau tidak mau disambut seperti raja, biasanya jika seorang raja datang orang-orang berdiri untuk menyambutnya.Namun Rasulullah SAW tidak ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa rendah hatinya beliau. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama

sahabatnya.

Beliau

sangat

suka

memenuhi

janji,

menyambung tali persaudaraan, paling penyayang, lembut terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau

tidak

pernah

membentak

atau

menyalahkan

pekerjaan

pembantunya yang tidak beres. Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama serta tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya. Beliau senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas, bahasanya fasih dan mudah dimengerti.

D. DASAR PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.

7

Berakhlak kepada rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut: a) Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha. b) Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman dalam surah al-Ahzab :21. Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. c) Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia, sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan. d) Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan. e) Rasulullah SAW telah memberikan contoh model masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.

E. CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul, ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya. Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:

8

1) Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW Mengikuti dan mentaati Rasul (ittiba’ ar-Rasul) merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah :

ٰٓ ‫ک َم َع الَّذ ِۡینَ ا َ ۡنعَ َم‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫ّٰللاَ َو‬ ‫َو َم ۡن ی ُِّط ِع ہ‬ َ ‫س ۡو َل فَاُول ِئ‬ ُّ ‫الصد ِۡی ِق ۡینَ َو ال‬ ‫ش َہدَآٰ ِء َو‬ ‫ہ‬ ِ ‫ّٰللاُ َعلَ ۡی ِہ ۡم ِمنَ النَّ ِب ّٖینَ َو‬ ٰٓ ‫ک َرفِ ۡیقًا‬ ُ ‫ص ِل ِح ۡینَ ۚ َو َح‬ ‫ال ہ‬ َ ِ‫سنَ اُولئ‬ yang artinya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, orang-orang yang benar, orangorang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisaa’ 4:69). Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW. Allah SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman :

‫ّٰللاُ َو یَ ۡغ ِف ۡر لَ ُک ۡم‬ ‫ّٰللاَ فَات َّ ِبعُ ۡو ِن ۡی یُ ۡح ِب ۡب ُک ُم ہ‬ ‫قُ ۡل اِ ۡن ُک ۡنت ُ ۡم ت ُ ِحب ُّۡونَ ہ‬ ‫ّٰللاُ َغفُ ۡو ٌر َّر ِح ۡی ٌم‬ ‫ذُنُ ۡوبَ ُک ۡمؕ َو ہ‬ Artinya: Katakanlah

“jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,

ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali-‘Imran 3:31).

9

2) Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan shalawat dan salam bagi Nabi Muhammada saw.

ٰٓ َ‫صلُّ ۡونَ َعلَی النَّبِ ِیؕ ٰۤیاَیُّ َہا الَّذ ِۡین‬ ‫اِ َّن ہ‬ َ ُ‫ّٰللاَ َو َملئِ َکت َ ٗہ ی‬ ‫س ِل ُم ۡوا ت َ ۡس ِل ۡی ًما‬ َ ‫صلُّ ۡوا َعلَ ۡی ِہ َو‬ َ ‫ا َمنُ ۡوا‬ Arti : “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab 33:56). Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi. Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad). Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).

3) Mencontoh akhlak Rasulullah. Jika

Rasulullah

bersikap

kasih

sayang

keras

dalam

memperthankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman :

10

ٌ‫س ۡو ُل ُم َح َّمد‬ ُ ‫ّٰللا َّر‬ ِ ‫َعلَی ا َ ِشدَّآٰ ُء َمعَ ٰٗۤہ الَّذ ِۡینَ َو ؕ ہ‬ ‫ار‬ ُ ِ َّ‫س َّجدًا ُر َّکعًا تَرى ُہ ۡم بَ ۡینَ ُہ ۡم ُر َح َما ٰٓ ُء ۡال ُکف‬ ۡ َ‫ّٰللا ِمنَ ف‬ ۡ ‫۫ ِر‬ َ‫ض ًل ی َّۡبتَغُ ۡون‬ ِ ‫ض َوانًا َو ہ‬ Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).

4) Melanjutkan Misi Rasulullah. Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”(HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

11

5) Menghormati Pewaris Rasul Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya. Kedudukan ulama sebagai pewaris nabi dinyatakan oleh Rasulullah

Saw:

Dan

sesungguhnya

ulama

adalah

pewaris

nabi,sesungguhnya nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa

yang

telah

mendapatkannya

berarti

telah

mengambilmbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Karena ulama disebut pewaris nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi, dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya. 6) Menghidupkan Sunnah Rasul Kepada umatnya Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda: “Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.” (HR. Hakim). Selain itu, Rasul saw juga

12

mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda: “Sesungguhnya siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi). Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

13

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam. Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita. Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan. Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya, banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW 2. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah 3. Mencontoh akhlak Rasulullah. 4. Melanjutkan Misi Rasulullah. 5. Menghormati Pewaris Rasul 6. Menghidupkan Sunnah Rasul

B. SARAN Hormatilah rasulullah dan teladani sifatnya serta agungkanlah.

14

DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. H. Yunandar Ilyas, “Kuliah Akhlaq “, cetakan XV (Maret 2016), Penerbit: Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam (LPSI), Yogyakarta.

-http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yaniketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul. tgl 19. 03. 2019.

15

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"