Inklusi Tunadaksa 1.docx

  • Uploaded by: Nana Nur Ok Fitri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Inklusi Tunadaksa 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,305
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Gagasan intervensi dini terhadap anak berkebutuhan khusus awalnya dipelopori oleh Hunt (1961) dan Blomm (1964). Hunt menyatakan bahwa intelegensi dapat ditingkatkan apabila anak mendapatkan pengalaman dalam lingkungan yang terstruktur. Sedangkan Blomm menyimpulkan bahwa pengalaman anak yang diperoleh dari lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak berikutnya, terutama pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam masa awal perkembangan. Intervensi dini sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak, namum pada hakekatnya memiliki makna dan sasaran yang berbeda. Saat mengintervensi dini pada seorang anak berkebutuhan khusus juga diberikan stimulus dengan focus kepada anak dengan pertumbuhan dan perkembangan normal, dengan maksud agar anak mencapai tingkat perkembangan yang baik dan optimal sesuai umur, sedangkan intervensi kepada anak yang dengan pertumbuhan dan perkembangan yang menyimpang, mengalami kelambatan, memiliki factor resiko, atau bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan maksud untuk membantu mengatasi hambatan belajar yang dialaminya, mencegah agar tidak bertambah berat, serta untuk menimalisir agar hambatan tersebut tidak berdampak negative pada perkembangan selanjutnya.

B. 1. 2.

Rumusan Masalah Apa yang dimakasud dengan perkembangan motorik ? Bagaimana hambatan dan intervensi dini pada ABK?

C. 1. 2.

Tujuan Mengetahui perkembangan motoric pada ABK Mengetahui hambatan dan intervensi dini pada ABK BAB II PEMBAHASAN 1.1 Perkembangan Motorik Elizabeth B Hurlock (1978: 159) menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus. Menurut Endang Rini Sukamti (2000:15) bahwa perkembangan motorik adalah sesuatu proses kemasakan atau gerak yang langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses pensyarafan yang menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang menjadikanseseorang mampu menggerakkan tubuhnya. Dari pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkanberbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik. Keadaan lingkungan sosial juga sangat berpengaruh pada peningkatan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik juga

berarti perkembangan gerak pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusatsaraf, urat saraf dan otot-otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1991:150). Ciri-ciri perkembangan motorik pada umumnya melalui empat tahap, yaitu: a. Gerakan-gerakan tidak disadari, tidak disengaja dan tanpa arah. b. Gerakan-gerakan anak itu tidak khas, artinya gerakan yang timbul disebabkan oleh rangsangan yang tidak sesuai dengan rangsangannya. c. Gerakan-gerakan pada anak dilakukan secara massal, yang artinyaseluruh tubuh ikut bergerak. d. Gerakan-gerakan anak diikuti gerakan lain yang sebenarnya tidakdiperlukan. Perkembangan motorik diketahui adanya bentuk-bentuk kemampuan motorik yang sama pada anak-anak, dalam kelompok umur yang samamemperlihatkan hal yang sama juga. Prinsip – prinsip perkembangan motorik(Bernadeta Suhartini), yaitu: a. Perkembangan motorik tergantung pada perkembangan saraf dan otak. b. Belajar keterampilan tidak akan sesuai sebelum anak mencapai siapdalam kematangan. c. Perkembangan motorik anak akan mengikuti pola perkembangannya. d. Norma perkembangan motorik anak akan dapat ditentukan. e. Ada perbedaan secara individu dalam standar perkembangan motorik. Intervensi dini adalah tindakan atau stimulasi awal kepada bayi yang mengalami berkebutuhan khusus. Tujuan intervensi dini adalah mengurangi dampak berkebutuhan khusus yang terjadi atau dialami seorang anak, sehingga anak balita penyandang disabilitas dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai tahapan usia. Ada beberapa aspek dalam intervensi dini anak dengan hambatan, yaitu: aspek medis, pendidikan, emosi/psikologis, dan aspek social. Peran Penting Orang Tua Kapan intervensi dini pada bayi yang mengalami hambatan penglihatan dimulai, tergantung orang tua, ayah dan ibunya. Jika orang tua yang dikaruniai bayi yang mengalami hambatan penglihatan dapat segera menerima kondisi anaknya, pasti akan menumbuhkan sikap positif. Jika sikap positif telah terbangun, orang tua akan mencurahkan segala kemampuan untuk melakukan stimulasi-stimulasi agar bayi yang mengalami hambatan penglihatan tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Menerima kenyataan dan menumbuhkan sikap positif pada kehadiran bayi berkebutuhan khusus tidak mudah. Sebagian orangtua di fase awal hanya memusatkan perhatian pada tindakan medis. Mencoba mencari kesembuhan ke mana saja. Hal ini dapat dimaklumi. Tapi jika orang tua hanya fokus ke tindakan medis dan mengabaikan aspek lain, mereka akan kehilangan “masa emas” anak balita mereka. Jika ini terjadi, yang jadi korban adalah si anak. Salah satu cara untuk menumbuhkan sikap positif adalah mencari informasi dari sumbersumber yang benar sebanyak mungkin. Ketidaktahuan akan berakibat tumbuhnya sikap negatif. Bingung, tak tahu apa yang harus dilakukan. Khawatir, apakah bayi berkebutuhan khusus bisa menjadi orang yang berguna atau memiliki masa depan. Kondisi terburuk adalah sikap apatis dan putus asa. Informasi yang benar akan memberikan pencerahan, memberikan inspirasi, dan menjadi referensi.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkanberbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik. Keadaan lingkungan sosial juga sangat berpengaruh pada peningkatan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik juga berarti perkembangan gerak pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusatsaraf, urat saraf dan otot-otot yang terkoordinasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

B. Rumusan Masalah Apa pengertian dari anak Tuna Daksa? Bagaimana Karakteristik dan permasalahan yang dihadapi dari anak Tuna Daksa? Bagaimana Klasifikasi dari anak Tuna Daksa? Apa penyebab anak Tuna Daksa? Bagaimana perkembangan kognitif dari anak Tuna Daksa? Bagaimana perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian anak Tuna Daksa?

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

C. Tujuan Mengetahui pengertian dari anak Tuna Daksa. Menjelaskan karakteristik dan permasalahan yang dihadapi anak Tuna Daksa. Menguraikan klasifikasi anak Tuna Daksa. Mengetahui penyebab anak Tuna Daksa. Menjelaskan perkembangan kognitif anak Tuna Daksa. Menjelaskan perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian anak Tuna Daksa.

1.

D.

Penyebab Tuna Daksa

Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masingmasing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir. 1. Sebelum lahir (fase prenatal) Kerusakan terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungan disebabkan:

a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya. b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak. c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur dengan cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka dapat merusak sistem syaraf pusat. 2. Saat kelahiran (fase natal/perinatal) Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain: a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil pada ibu sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan. b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi. c. Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. 3. Setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelah kelahiran adalah masa di mana bayi mulai dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah: a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi. b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.

4. Bagaimana bentuk rehabilitasi anak tunadaksa? 4. Untuk mengetahui cara yang tepat dalam merehabilitasi anak tunadaksa.

MACAM-MACAM PENDIDIKAN LUAR BIASA a.System pendidikan segregasi

System pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari system pendidikan anak normal. Penyelenggaraan system pendidikan segregasi di laksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaran pendidikan untuk anak normal.

Keuntungan system pendidikan segregasi -Rasa ketenangan pada anak luar biasa -Komunikasi yang mudah dan lancar -Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak -Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa -Sarana dan prasarana yang sesuai Kelemahan system pendidikan segregasi -Sosialisasi terbatas -Penyelenggaraan pendidikanyang relative mahal

b.System Pendidikan Integrasi System pendidikan luar biasa yang bertujuan memberikan pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal. Keuntungan System Integrasi -Merasa di akui haknya dengan anak normal terutama dalammemperoleh pendidikan -Dapat mengembangkan bakat ,minat dan kemampuan secara optimal -Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal -Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi -Harga diri anak luar biasa meningkat

c.Pendidikan Inklusi (Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus) Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :

1)Tuna Netra 2)Tuna Rungu 3)Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome) 4)Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70) 5)Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50) 6)Tuna Grahita Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (MultipleIntelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual). 7)Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik) 8)Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 ) 9)Autis 10)Korban Penyalahgunaan Narkoba 11)Indigo Gagagasan pendidikan inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang cacat adalah pentingnya pendidikan inklusi, tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun, akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia dan hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan inklusi mulai dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian penyandang cacat anak akan merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung jawab. inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, Pada keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, pada institusi-institusi kemasyarakatan lainnya. Sebuah masyarakat yang melaksanakan pendidikan inklusi berkeyakinan bahwa hidup dan belajar bersama adalah cara

hidup (way of life) yang terbaik, yang menguntungkan semua orang, karena tipe pendidikan ini dapat menerima dan merespon setiap kebutuhan individual anak. Dengan demikian sekolah atau pendidikan menjadi suatu lingkungan belajar yang ramah anak-anak. Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau karakteristik lainnya.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN DI INDONESIA Dewasa ini peranlembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam berolah system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikantidakhanya sebagai wahana untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat didalam masyarakat. Sementara itu lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan di kasihani untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anakanak pada umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang lainnya. Beberapa sekolah telah dibuka bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. System pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan sekolah – sekolah ini. Jadi anda tidak perlu khawatir dengan masa depan anak anda karena sekolah ini membekali anak untuk bisa hidup mandiri dalam hidupnya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

.Pasal – Pasal Yang Melandasi Pendidikan Luar Biasa Seluruh warga negara tanpa terkecuali apakah dia mempunyai kelainan atau tidak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dijamin oeh UUD 1945 pasal 31 ayat1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang- undang no 20 tentang systempendidikan nasional ( UUSPN ). Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang erat hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai berikut ; Bab 1( pasal 1 ayat 18 ) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus di ikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah

Bab II ( pasal 4 ayat 1 ) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan HAM,agama,kultural,dan kemajemukan bangsa. Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhakmemperoleh pendidikan khusus. Bab Vbagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi pesertayang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki potensi kecerdasan.

LANDASAN HUKUM -Landasan Spiritual 1.Surat An Nisa ayat 9 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. 2.Surat Az Zuhruf ayat 32 “Allah telah menentukan diantara manusia penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Allah telah meninggikan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat saling mengambil manfaat(membutuhkan)”.

-Landasan Yuridis 1.Konvensi PBB tentang Hak anak tahun 1989. 2.Deklarasi Pendidikan untuk Semua di Thailand tahun 1990. 3.Kesepakatan Salamanka tentang Pendidikan inklusi tahun 1994. 4.UU No. 4 tentang Penyandang Cacat tahun 1997. 5.UU No. 23 tentang Perlindungan Hak Anak tahun 2003. 6.PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional tahun 2004. 7.Deklarasi Bandung tentang Menuju Pendidikan Inklusi tahun 2004.

Kalau kita cermati lebih teliti, landasa spiritual maupun landasan yuridis tersebut telah memberikan dasar hukum yang jelas tentang bagaiman penyelenggaraan pendidikan inklusi yang memang merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi.

Related Documents


More Documents from "stella pangestika"