BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Air membantu aktivitas kehidupan bagi semua mahluk hidup terutama manusia. Manusia dapat bertahan hidup bermingguminggu dengan hanya mengkonsumsi makanan. Tidak hanya manusia saja yang membutuhkan air tetapi dari unsur tumbuhan,hewan maupun tanah itu sangat
membutuhkan
air
dalam
kehidupannya.
Misalnya
tumbuhan
memerlukan air untuk tetap tumbuh, seperti halnya manusia, hewan pun memerlukan air untuk tetap tumbuh. Air merupakan sumberdaya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah tropis sangat besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya daerah gurun atau padang pasir. Air sangatlah bermamfaat bagi kehidupan sehingga ketersediaan air perlu diperhatikan karena melihat kondisi sekarang ini sumber air sudah mulai berkurang akibat dampak kehidupan sosial di lingkungan masyarakat yang tidak mencintai lingkungan sekitar contohnya saja penebangan pohon secara liar sehingga menyebabkan berkurangnya sumber air. Kehidupan manusia dapat berlangsung hanya bila kebutuhan air secara kualitatif dan kuantitatif dapat dipenuhi. Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan (Ricki. M. Mulia, 2005). Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular (PM) maupun penyakit tidak menular (PTM). Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk hidup; sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh makhluk hidup. Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya terkadang membutuhkan hospes, biasa disebut sebagai aquatic host. Hospes akuatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagi menjadi dua, yaitu: Water multiplied (Skistosomiasis,
Disebabkan
oleh
vektor
keong),
dan Not
multiplied (Penyakit cacing Guinea dan fish tape worm, Disebabkan oleh vektor cyclop).
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari water washed disease? 2. Sebutkan macam-macam penyakit yang disebabkan oleh water washed disease!
BAB II PEMBAHASAN 3.1 Pengerian Water Washed Disease Water washed diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat
dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Dan penyakit ini tidak hanya dipengaruhi kurangnya pemeliharaan kebersihan perorangan, namun juga dipengaruhi oleh kebersihan pada alat-alat, terutama pada alat dapur dan makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan. (Ehsa, 2010) Water washed diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan higiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat-alat dapur dan alat makan. Terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini dapat terjadi dalam kondisi hieginis yang buruk karena tidak tersedianyaair bersih yang cukup untuk keperluan pencucian. Penularan penyakit atau infeksi yang dapat dikurangngi dengan penyediaan air tambahan, dalam hal ini kualitasnya tidak perlu setaraf dengan air minum. Penyakit ini tergantung
pada
organisme
patoghen
yang
menghabiskan
sebagian
siklushidupnya di dalam air atau dalam host sementara yang hidup di dalam air. Dengan demikian, infeksi pada manusia tidak mungkin terjadi dengan masuknya organisme ke badan atau secara langsung kontak dengan organisme yang dikeluarkan oleh penderita. Pada umumnya penyakit ini paling banyak disebabkan oleh cacing yang hidup dalam tubuh penderita. Cacing ini dapat memperbanyak diri dengan menghasilkan telur yang kemudian dikeluarkan bersama ± sama kotoran manusia atau urine. Infeksi lebih sering terjadi melalui penetrasi kulit daripada infeksi melalui air minum. Sebagai contoh Schistisomiasis adalah penyakit yang paling penting dalam kelas ini. Pola transmisi Schistisomiasis adalah relatif komplek dibandingkan dengan penyakit Waterborne. Air selain digunakan untuk minum, juga digunakan keperluan untuk memasak, mandi, mencuci, dan memelihara kebersihan. Penggunaan air untuk memelihara kebersihan perseorangan merupakan kondisi yang dapat mencegah
kondisi yang dapat mencegah penyakit saluran pencernaan,
infeksikulit dan mata. Infeksi pencernaan disebabkan disebabkan oleh organisme penyakit yangmenular melalui alat penyiapan makanan atau
minuman yang tidak dicuci bersih.Infeksi kulit disebabkan oleh bakteri dan jamur sering ditemukan pada penduduk didaerah iklim tropis seperti Indonesia. Selain itu, ada penyakit yang ditularkan melalui vektor termasuk lalat, tikus, kutu, dan tungau, yaitu penyakit tifus, ricketsiasis, dan relapsing fever.Penyakit tersebut di atas dapat dihindari dengan mengurangi infestasi vektor melalui kebersihan perorangan dengan menggunakan air cukup jumlahnya dan bersih. Water washed mechanism jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan umum. Adapun water washed diseases diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : Infeksi melalui alat pencernaan Merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan yang bersifat feacel-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya “jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed)”. Infeksi melalui kulit dan mata Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk. Penyakit ini dapat ditularkan dengan penyediaan air yang cukup bagi kesehatan perseorangan. Penyakit melalui binatang pengerat Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan,yaitu: Infeksi melalui alat pencernaan,seperti diare pada anak-anak. Infeksi melalui kulit dan mata perti skabies dan trakoma. Penyakit melalui gigitan binatang pengerat,seperti leptospirosis. infeksi kulit dan selaput lender, dan lepra Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). 3.2 Macam-Macam Penyakit 1. Infeksi melalui alat pencernaan Contoh: a. Penyakit Tifoid
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Penularan Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan). Faktor pengaruhi penyebaran: 1) Kepadatan penduduk 2) Sumber air minum 3) Personal Hygiene 4) Produksi pangan 5) Keterlambatan membuat diagnosis patogenesis 6) Tidak ada vaksin yang efektif yang aman dan murah. Pencegahan Pencegahan demam tifoid harus dimulai dari higiene perorangan dan lingkungan, misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air, tidak BAB dan BAK sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, menutup hidangan makanan sehingga terhindar dari lalat, mencuci lalapan atau buah-buahan segar secara bersih (Nur jannah, 2011). b. Cholera Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah
yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Penularan Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Pencegahan Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu,
cuci
tangan
dengan
bersih
sebelum
makan
memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita (Erizal, 2008). c. Disentri Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang iar besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Penyebab umum disentri adalah infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Penderita perlu segera mendapatkan perawatan medis, jika tidak dapat mengancam jiwa (Anonym , 2010).
Penularan Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare. Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang. Faktor Pengaruhi Penyebaran: 1) Kualitas sanitasi dan air 2) Personal hygiene 3) Kemiskinan 4) Kepadatan penduduk Pencegahan Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri yaitu dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih, seperti selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa kuman, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan tangan secara baik sesudah buang air besar atau menjelang makan atau ketika memegang makanan yang akan dimakan (Puskesmas Simpang empat , 2009). 2. Infeksi melalui kulit dan mata Contoh : a. Scabies Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig (Noviana, 2008). Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo (Suara media, 2010). Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll (Noviana, 2008). Penularan Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila
salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Faktor pengaruhi penyebaran Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini : 1) Keadaan sosial ekonomi yang rendah 2) Hygiene perorangan yang buruk Kutu Scabies akan lebih mudah menginfeksi individu degan higene yang buruk (jarang mandi dan keramas, jarang mencuci pakaian, handuk dan alas tidur) dibandingkan orang dengan higene baik. 3) Lingkungan yang tidak layak/ sanitasi buruk Kutu scabies ini sangat suka air yang kotor. Kebutuhan air bersih untuk mandi, mencuci dan kebutuhan kaskus sebagian besar yang dipasok dari air sungai tanpa pengolahan terlebih dulu akan menyebabkan penularan skabies. 4) Perilaku yang tidak mendukung kesehatan Perilaku sehat dapat dilihat dari kebiasaan menggunakan barangbarang pribadi dan bagaimana mereka memisahkan penggunaan barang pribadi dan bersama. Perilaku yang tidak mendukung kesehatan (sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman, tidur bersama di satu temat tidur) mempermudah kutu scabies menginfestasi dan menginfeksi. 5) Kepadatan penduduk Kepadatan hunian secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kerapian. Barang-barang (sarung, baju, handuk) yang tidak tertata rapi dan cenderung berdekatan satu sama lain memudahkan kutu berpindah-pindah dari manusia ke barang disekitarnya lalu ke orang lain.
Faktor yang paling berperan adalah kemiskinan dan hygiene perorangan yang buruk (Qory, 2010). Pencegahan Untuk mencegah kembali dihinggapi dan untuk mencegah tungau menyebar ke orang lain, ambil langkah-langkah ini: 1) Bersihkan semua pakaian dan kain. Gunakan air panas, air sabun untuk mencuci semua pakaian, handuk dan selimut yang Anda gunakan setidaknya dua hari sebelum perawatan. Keringkan dengan panas tinggi. Dry-clean item Anda yang tidak dapat dicuci di rumah. 2) Buat tungau kelaparan. Pertimbangkan menempatkan perabotan Anda yang tidak dapat dicuci di kantong plastik tertutup dan meninggalkannya di tempat jauh dari ruang anda, misalnya di dalam garasi Anda, selama beberapa minggu. Tungau mati jika mereka tidak makan selama seminggu. 3) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersamasama. 4) Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan (Suara media : 2008). b. Trachoma Trachoma adalah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh tersebarnya bakteri Chlamydia trachomatis di tempat-tempat yang kualitas sanitasinya buruk dan kualitas air yang tidak adekuat. Bakteri-bakteri ini kemudian tersentuh oleh tangan manusia, menempel di tubuh lalat, atau tempattempat lain yang nantinya mengontaminasi mata orang yang sehat. Infeksi oleh bakteri ini dapat menyebabkan munculnya jaringan parut pada kornea mata. Penularan Reservoir penyakit ini adalah manusia. Cara penularan melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan bendabenda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat,
terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring dan rektum. Akan tetapi, di daerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital. Faktor pengaruhi penyebaran: Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan persebarannya yang meluas. Beberapa di antaranya adalah: 1) Kualitas sanitasi dan air Lingkungan yang sanitasinya tidak terjaga memungkinkan lalat untuk berkembang biak dengan baik. Lalat dapat menjadi vektor trachoma. Lalat dapat hinggap di mata penderita. Agen yang menempel di tubuh lalat akan dibawanya ke tempat lain,misalnya tempat penampungan air, tangan orang yang sehat, atau bahkan langsung hinggap di mata orang yang sehat. Agen kemudian tersentuh oleh tangan orang sehat. Dan ini berhubungan dengan personal hygiene, jika orang tersebut personal hygienenya kurang terjaga maka ia akan menggunakan tangannya yang tadinya dihinggapi lalat dan mengucek matanya. Pada saat itu agen mulai tersebar di orang yang baru. Hal yang sama akan terjadi lewat tisu atau saputangan yang terpajan, air, dan sebagainya. 2) Personal hygiene Seseorang penderita trachoma memiliki peluang sangat besar dalam menularkan penyakit ini. Ketika ada salah satu bagian tubuhnya, tisu, atau sapu tangan yang digunakan untuk menyapu matanya maka pada saat itu juga bakteri berpindah dari sumber (mata penderita) ke media perantara (tangan, tisu, sapu tangan). Ketika ada orang yang bersalaman dengan tangan yang telah mengandung bakteri chlamidia kemudian dia menggunakannya untuk mengucek matanyapadahal dia belum mencuci tangannya maka pada saat itu juga penyakit mulai menyebar. 3) Kemiskinan 4) Kepadatan penduduk
Faktor utama yang mempengaruhi persebaran penyakit adalah kualitas sanitasi dan personal hygene manusia. Hal ini karena penyakit ini sebagian besar ditularkan lewat pajanan manusiamanusia atau lewat lalat sebagai vektor. Pencegahan Upaya pencegahan penyakit trachoma salah satu di antaranya adalah dengan
mengintervensi
lingkungan.
Caranya
adalah
dengan
membangun sarana sanitasi yang baik dengan sistem pengolahan air limbah yang sehat. Para penduduk diajari agar terbiasa mencuci pakaian di tempat khusus, bukan di sungai. Air limpasannya dapat diolah dengan menggunakan bak kontrol dan activity sludge. Sehingga air bekas mencuci pakaian yang tercemar bakteri chlamydia tidak masuk ke badan air. Selain itu, diharapkan menggunakan sabun dalam setiap aktivitasnya menggunakan air. Aktivitas ini mencakup mencuci pakaian, piring, bahkan mencuci tangan sebelum makan, minum, dan beraktivitas sehingga peluang menularnya bakteri lewat tangan dapat diperkecil. Selain itu, perlu dibangun akses terhadap air bersih yang tertutup. Warga mungkin dapat tetap menggunakan sumur gali asal sumur selalu ditutup setelah dipakai. Cara yang lumayan aman adalah dengan menggunakan pompa tangan. Output dari pompa tangan adalah air yang murni berasal dari air tanah tanpa terkontaminasi bakteri dari luar. Sumber air tetap dapat tercemar tanpa adanya perubahan perilaku yang sehat dari masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan saranasarana tadi harus diikuti dengan intervensi perilaku masyarakat. Perilaku utama yang harus diintervensi adalah perilaku untuk terbiasa menggunakan sarana yang sudah ada untuk mandi dan mencuci baju serta tidak melakukan aktivitas tadi di sumber air langsung. c. Peduculosis Peduculosis adalah gangguan pada rambut kepala yang disebabkan oleh infeksi kutu rambut, yang disebut Pediculus humanus capitis atau Pediculus hamnus var capitis (Ph.capitis). Pediculosis telah
dikenal sejak jaman dahulu dan ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia). Penularan Kutu rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain. Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala. Faktor pengaruh penyebaran: Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lainnya. Sangat banyak ditemukan diantara anak sekolah terutama gadis-gadis yang
kurang
menjaga
kebersihan
rambut
kepala.
Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari menjadikan enggan atau malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka bersiap-siap pergi ke sekolah. Disamping itu kesadaran masyarakat dan orang tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-anaknya masih tergolong kurang baik. Sebagian besar dari mereka mengeluh dengan rasa gatal yang hebat pada rambut kepala dan adanya borok. Akibat garukan pada kulit kepala mereka. Rasa gatal adalah gejala pertama dan bekas garukan adalah gejala yang khas dari infeksi pediculus humanus capitis. Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya : sisir, sikat rambut, topi, dan lainlain. Pencegahan
1) Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang akan dibersihkan dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan pedikulosid lalu disimpan 2-4 minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama 5-10 menit. Perabot dan permadani harus dibersihkan dengan penghisap. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati. 2) Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan
sekitar.
Benda-benda
yang
terpapar
dengan
penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit. 3) Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. 4) Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut. 5) Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid selama 1 jam. 6) Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. 7) Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini. (Alchudori, 2010) 3. Penyakit melalui binatang pengerat Contoh: a. Leptospirosis
Penyakit Leptospirosis ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Leptospira yang biasanya di bawa oleh tikus berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Penularan Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet ( luka ) atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi ( masa mulai terinfeksi sampai pada timbulnya gejala pertama ) selama 4 – 19 hari. Faktor pengaruhi penyebaran: Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Dengan ini, maka jumlah air bersih untuk mendukung personal hygiene sangat kurang, sehingga dapat memicu penyebaran bakteri leptospira. Pencegahan 1) Membiasakan diri untuk perilaku hidup sehat. 2) Menghindari makanan dan minuman dari hewan-hewan yang berpotensi menularkan penyakit ini. 3) Mencuci tangan sebelum makan menggunakan sabun dan mencuci tangan selepas bekerja di daerah kotor seperti bekerja di sawah, kebun, sampah, tanah, selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya. 4) Menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot dan sarung tangan ketika bekerja di tempat kotor atau pada saat banjir. 5) Gotong royong membersihkan lingkungan sekitar.(Pharos, 2010)
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Water washed diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan higiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat-alat dapur dan alat makan. Terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Dan penyakit ini tidak hanya dipengaruhi kurangnya pemeliharaan kebersihan perorangan, namun juga dipengaruhi oleh kebersihan pada alat-alat,
terutama pada alat dapur dan makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan. Adapun water washed diseases diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : Infeksi melalui alat pencernaan Merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan penyakit tifoid, kolera, disentri Infeksi melalui kulit dan mata Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk, yaitu: scabies, trachoma, dan peduculosis Penyakit melalui binatang pengerat Contohnya disebabkan oleh tikus yaitu penyakit leptospirosis
DAFTAR PUSTAKA https://www.pdfcoke.com/doc/53679067/Water-Washed-Diseases http://nurulfahmikesling.blogspot.co.id/2015/03/makalah-penyehatan-air-fungsidan_25.html http://rickylasatira.blogspot.co.id/2015/02/makalah-hubungan-air-dengankesehatan.html http://christoveltibe.blogspot.co.id/2015/02/hubungan-air-dengan-kesehatan.html