BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Saat ini kita hidup dalam obesitas informasi bahkan tsunami informasi, karena informasi datang ibarat seperti air laut yang datangnya tidak terbendung. Sementara teknologi akan terus datang seperti ombak di lautan yang akan terus menggempur. Agar tidak tergulung ombak maka harus mengendarai ombak, artinya tidak hanya bertahan menjadi penyedia informasi saja tetapi perawat harus ikut menjadi stimulator. Jadi tidak ada gunanya kita untuk membendungnya namun lebih baik kita memikirkan bagaimana kita bisa berselancar di atasnya. Gelombang disruption kategori teknologi, misanya terjadi pada kejutan global sewaktu penyebarluasan smartphone (tahun 2006) dan media sosial (tahun 2007). Secara makro, kita semua mengetahui bahwa presiden Joko Widodo juga telah meresmikan peta jalan (roadmap) yang disebut “making Indonesia 4.0” yang diharapkan bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak dan investasi baru yang berbasis teknologi. Perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap arah perubahan dan inovasi dan kebutuhan yang tinggi akan efisiensi dan efektifitas menyebabkan produsen perlu melakukan inovasi yang memadahi. Dalam dunia kesehatan hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menjadi lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Namun masih banyak pemahaman yang salah mengenai disrupsi yang hanya dikaitkan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Pemahaman ini kurang tepat, sebab disrupsi tidak hanya merubah cara berbisnis namun sampai budaya bahkan ideologi berbisnis.
Contoh
sederhana
cara
menekankan owning (Kepemilikan)
berbisnis
yang
dahulu
menjadi sharing (saling
berbagai
peran / kolaborasi). Beberapa ciri terjadinya disruspi adalah:
Efisiensi dan efektivitas biaya karena proses bisnis menjadi sederhana
Kualitas yang dihasilkan lebih baik
Menciptakan pasar baru
Mudah diakses dan dijangkau
Menjadi lebih smart (menghemat waktu dan akurat) Dalam indutri jasa layanan kesehatan di Indonesia pun tengah
dihadapkan dalam momentum besar akan munculnya layanan disrupsi ini. Mengingat para CEO nya terlalu nyaman untuk melakukan Inovasi Berkelanjutan (Sustaining Innovation) sehingga menjauhkan penyedia layanan ini kepada para konsumennya. Rumah sakit dikembangkan dengan investasi yang masif untuk dapat melayani pasien dengan teknologi dan para ahli dengan keahlian terbaru, dengan harga yang semakin tak rasional. Selain itu kebijakan pembiayaan kesehatan nasional di
negeri
ini
pun,
mengalami
perubahan
yang
masif
dengan
diberlakukannya UU BPJS sejak tahun 2011, sehingga mengubah perilaku konsumen untuk membelanjakan jatah konsumsi kesehatan dasarnya menggunakan iuran BPJS kesehatan yang terjangkau dan diintervensi Negara. Dunia kesehatan Indonesia saat ini dihadapkan pada dua dimensi tantangan yaitu melalui program JKN yang harus mampu melakukan kendali mutu dan biaya dalam memberikan pelayanan kesehatan, di sisi lain dihadapkan pada tantangan global yang harus mampu berkompetisi dalam memberikan pelayanan kesehatan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Dengan demikian maka fasilitas kesehatan di Indonesia harus mampu melakukan transformasi pelayanan kesehatan melalui berbagai strategi antara lain dengan inovasi disrupsi.
Dalam upaya mendorong tercapainya transformasi pelayanan kesehatan melalui inovasi disruptif tersebut di atas maka IndoHCF bermaksud
mengadakan
seminar
internasional
dengan
judul “TRANSFORMASI PELAYANAN KESEHATAN DI ERA DISRUPSI " bagi para stakeholder di bidang kesehatan. 1.2
RUMUSAN MASALAH
1.3
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN 2.1
ERA DIGITAL Dalam layanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan diperkirakan turun dari 274.000 pada tahun 2015 menjadi 266.000 pada tahun 2030. Kelompok manajer praktik Kesehatan harus meminimalkan dari 10.000 pada tahun 2015 hingga 2000 pada tahun 2030. Menurut Niall Ferguson, Profesor dari Sejarah Keuangan dan Ekonomi di Universitas Harvard, satu-satunya perbedaan antara revolusi saat ini dan sebelumnya adalah kecepatannya yang eksponensial dan tidak linier. Pelayanan kesehatan di dunia saat ini menghadapi kondisi VUCA (volatile, uncertainty, complexity dan ambiguity) karena dihadapkan pada disruption in healthcare. Disruption sendiri menurut Clayton M Christensen adalah perubahan mendasar yang sifatnya destruktif, menggantikan seluruh cara kerja yang lama dengan pembaruan yang mendasar. Era digital dalam dunia kesehatan menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menjadi lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Namun masih banyak pemahaman yang salah mengenai disrupsi yang hanya dikaitkan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT).
2.2
CIRI DISRUPTION Ciri khas disruption adalah pembaruan berbasis teknologi yang membuat sesuatu lebih mudah, lebih murah dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan yang juga berkembang secara dinamik. Industri kesehatan juga mengalaminya. Rumah sakit sebagai incumbent dalam era disruption ini harus mengambil sikap tegas, apakah
akan menjadi pengikut saja terbawa arus, atau justru mati tergilas perubahan atau berupaya menjadi pemenang. 2.3
PENCANANGAN Pencanangan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo adalah tanggapan pemerintah Indonesia terhadap disruption dalam dunia industri global yang sudah memasuki industry 4.0. Industry 4.0 memiliki karakteristik cyber physical systems, internet of things, cloud computing and cognitive computing atau artificial intelligence. Walau kesehatan tidak masuk dalam fokus Making Indonesia 4.0, kelima sektor manufaktur yang menjadi fokus utama yaitu food and beverage, textile and apparel, automotive, electronics and chemical semuanya akan berpengaruh langsung terhadap fasilitas kesehatan. Disisi lain, disruption in healthcare Indonesia juga terjadi dari semua sektor. . Perubahan teknologi selalu mengganggu dalam satu atau lain cara. Kita berada di tengah-tengah revolusi industri di mana mesin pintar akan segera menggantikan pekerja; penemuan gadget dan perangkat seluler yang lebih kuat dengan kekuatan, penyimpanan, dan akses ke pengetahuan yang tidak terbatas; disertai dengan inovasi yang signifikan dalam bioteknologi, robotika, pencetakan 3D, nanoteknologi, rekayasa genetika dan fisika kuantum. Untuk mendapat manfaat dari perubahan revolusi, kita semua perlu berubah, kita semua perlu mempersiapkan termasuk juga tenaga kesehatan.
2.4
SASARAN Rumah sakit harus mampu bertransformasi dalam era digital. “Dari sisi pembiayaan, kita sudah mendirupsi sistem pembiayaan kita dengan bundling payment INACBG. Dari sisi penjamin, BPJS Kesehatan telah mendisrupsi kita semua dengan Vedika dan Eclaim,"
1. pasien, yang saat ini sebagian besar adalah generasi X dan Millenial yang sangat erat kesehariannya dengan penggunaan teknologi informasi dan digitalisasi. 2. pegawai, fasilitas kesehatan saat ini didominasi oleh generasi X, Milenial dan sebentar lagi generasi Z yang dari lahir sudah hidup dalam era internet dan teknologi Informasi. 2.5
PERUBAHAN DI ERA 1. Para pemimpin rumah sakit perlu betul-betul menyadari bahwa masa depan itu sudah sampai , the future is now. Penggunaan artificial intelligent sudah banyak menggantikan peran fasilitas kesehatan bahkan dokter. 2. para pemimpin rumah sakit perlu melakukan transformasi budaya organisasi yang memiliki sifat terbuka pada perubahan dan mendukung tumbuhnya perbaikan berkelanjutan dengan digital mindset. Hal ini sangat penting untuk membawa seluruh organisasi tidak hanya bertahan tetapi juga memenangkan situasi di era yang volitile ini. 3. para pemimpin rumah sakit perlu mempelajari betul tentang digital disruption in healthcare ini dan membuat peta jalan untuk organisasinya menghadapi. Dapat dimulai dari hal-hal sederhana yang dapat mengubah cara kerja kita melakukan pelayanan kesehatan 4. rumah sakit harus melihat kembali bagaimana hubungan antar faskes dalam jenjang rujukan. 5. pemimpin rumah sakit harus sadar bahwa disruption tidak hanya yang sifatnya digital, namun non digital disruption juga banyak. Diantaranya perubahan harga dolar, regulasi-regulasi baru dan sebagainya yang perlu diantisipasi dengan membangun budaya pegawai kita yang sangat adaptif terhadap perubahan.
DAFTAR PUSTAKA http://indohcf.com/past-event/transformasi-pelayanan-kesehatan-di-eradisrupsi http://www.neraca.co.id/article/103813/menghadapi-era-disruptif-dalampelayanan-kesehatan https://www.wartaperawat.com/pada-era-disrupsi-ketum-dpp-ppni-jelaskankontribusi-keperawatan-di-rs/