BAB I ANATOMI FISIOLOGI 1.1 ANATOMI FISIOLOGI Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira – kira lima belas sentimeter, mulai dari deudenum sampai limpa , dan di lukiskan sebagai terdiri atas tiga bagian. a.
Kepala pankreas yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen, di dalam lekukan duodenum, dan yang praktis melingkarinya.
b.
Badan pankreas terdiri atas lobula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran – saluran halus. Saluran – saluran ini mulai dari persambungan saluran – saluran kecil dari lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjlan melalui badannya dari kiri ke kanan.
c.
Saluran – saluran kecil itu menerima salura dari lobula lain dan kemudian bersatu membentuk saluran utama, yaitu duktus wirsungi
1.2 FUNGSI PANKREAS Fungsi pankreas dapat di sebut sebagai organ rangkap , mempunya dua fungsi a. fase eksokrin dilaksanakan sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah pangkreas dan yang berisi enzim dan elektrolit. Cairan pencerna itu berjalan melalui ekskretori halus dan akhirnya dikumpulkan dua saluran, yaitu yang utama di sebut duktus wirsungi dan sebuah saluran lain, yaitu duktus santorini , yang masuk ke dalam duodenum. Saluran utama
1
bergabung dengan saluran empedu di ampula vater. Isi enzim dalam getah pankreas telah di sebut Pankreas di lintasi syaraf vagus, dan di dalam beberapa menit setelah menerima makanan, arus getah pankreas bertambah. Kemudian, setelah isi lambung masuk ke dalam duodenum, dua hormon, sekretin dan pangkreozimin, di bentuk di dalm mukosa duodenum dan merangsang arus getah pankreas b. Fungsi endokrin, tersebar di antara alveoli pankreas . terdapat kelompok – kelompok kecil sel epitelium, yang jelas terpisah dan nyata. Kelompok – kelompok ini adalah pulau – pulau kecil atau kepulauan langerhans yang bersama – sama membentuk organ endokrin, tersebut. Persyarafan di dapati dari syaraf fagus dan persediann darah dari saluran kapiler besar
2
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI Diabetus mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah ( hiperglikemia ) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau ke duanya . ( brunner and suddart 2015). Diabetus mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia
yang
berhubungan
dengan
abnormalitas
metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi urine atau penurunan sensifitas insulin ata ke duanya dan menyebabkan kompliksi kronis micrivaskular, macrovaskular dan neuropati ( yuliana elin 2009 dalam nurarif A. H dan Hardi K 2015 ) Diabetes militus adalah hiperglikemi kronik di sertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata , ginjal, syaraf, dan pembuluh darah
( Rndi M. Clevo
2012 ) Diabetes mellitus ( DM ) merupakan sekelompok kelainan heretogen yang di tadai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia ( Padila 2012 )
3
2.2
KLASIFIKASI (Amin H N 2015) 1. Klasifikasi klinis a. DM tipe 1 : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses auto imun b. DM tipe 2 : NIDDM Disebabkan oleh ke gagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insuli adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk mengambat produks glukosa oleh hati : Tipe 2 dengan obesitas Tipe 2 tanpa obesitas c. Gangguan toleransi glukosa d. Diabetes kehamilan ( gestasional ) 2. Klasifikasi resiko statistik a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa b. Berpotensi mengalami kelainan glukosa
2.3 ETIOLOGI (Padila.2012) 1. DM tipe 1 a.
Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
4
b. Faktor imunologi Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang di anggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi. 2. Diabetes mellitus tipe 2 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktorfaktor resiko: - Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun) - Obesitas - Riwayat keluarga
2.4 MANIFESTASI KLINIS (Amin Huda N.2015) Manifestasi klinis DM diakibatkan dengan konsikuensi metabolic defisiensi insulin (price dan Wilson). 1. Kadar glukosa tidak normal: - Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl - Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl 2. Banyak minum 3. Sering kencing
5
4. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) 5. BB berkurang 6. Lelah dan mengantuk 7. Kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi
2.5 PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien. Ada lima kompenan dalam penatalaksanaan DM, yaitu: 1. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat: a.
Memperbaiki kesehatan umum penderita
b.
Mengarahkan pada berat badan normal
c.
Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d.
Mempertahankan kadar KGD normal
e.
Menekan dan menunda timbulnya penyakit agiopati diabetic
f.
Memberikan modifikasi diet sesuia dengan keadaan penderita
g.
Menarik dan mudah memberikan prinsip diet DM adalah: - Jumlah sesuai kebutuhan - Jadwal diet ketat
6
2. Latihan a.
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila di kerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita.
b.
Mencegah kegemukan apabila di tambah latihan pagi dan sore
c.
Memperbaiki aliran perifer dan menambah supplay oksigen
d.
Meningkatkan kadar kolestrol high density lipoprotein
e.
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan di rangsang pembentukan glikogen baru. Menurunkan kolestrol dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan pada penderita DM, melalui berbagai macam media, misalnya: liflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dsb. 4. Obat a. Tablet OAD (oral anti diabetes) 1) Mekanisme kerja sulfanilurea 2) Kerja OAD tingkat preseptor: pangkreatik, ekstra pangkreas 3) Kerja OAD tingkat reseptor b. Mekanisme kerja biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pangkreatik, tetapi mempunyai efek lain dapat meningkatkan efektifitas insulin yaitu:
7
- Biguanida pada tingkat prereceptor: ekstra pangkreatik - Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah reseptor insulin - Biguanida pada tingkat pasca reseptor: mempunyai efek intra seluler c. Insulin Indikasi penggunaan insulin - DM tipe 1 - DM tipe 2 yang pada saat tertentu tidak dapat di rawat dengan OAD - DM kehamilan - DM dengan gangguan faal hati yang berat - DM dan infeksi akut ( selulitis, ganggren ) - DM dan TBC paru akut - DM dan koma lain pada DM - DM operasi - DM patah tulang - DM underweight - DM dan penyakit graves 1) Beberapa cara pemberian insulin a) Suntikan insulin subkutan ( SC ) - Pengaruh latihan pada absorbsi insulin - Pemijatan (massage) - Suhu ( mandi uap ) - Dalamnya suntikan - Konsentrasi insulin
8
- Lokasi suntikan b) Suntikan intra muscular (IM) dan intravena ( IV ) c) Cangkok prangkreas Pendekatan terbaru untuk cangkok prangkreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar indentik
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Glukosa
2.
Kadar glukosa puasa
3.
Tes toleransi glukosa Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM ( mg / dl ) Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah Sewaktu
Plasma vena
< 100
100 – 200
> 200
Darah kapiler
< 80
80 – 200
> 200
Kadar glukosa darah
< 110
110– 120
>126
Puasa
< 90
90 – 110
>110
-
Plasma vena
-
Darah kapiler
9
Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg / dl ( 11,1 mmol /l ) 2. Glukosa plasma puasa > 140 mg / dl ( 7,8 mmol / l ) 3. Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial ( PP ) > 200 mg / dl )
2.7 KOMPLIKASI Beberapa komplikasi Diabetes Mellitus adalah: 1. akut a. hipoglikemia dan hiperglikemia b. penyakit macrovaskular: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung coroner ( serebrovaskular, penyalit pembukuh drah kapiler c. penyakit macrovaskular, mengenai pembuluh darh kecil, retinopati, nefropati. d. Neuropati syaraf sensorik ( berpengaruh pada ekstremitas ), syaraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskular 2. Komplikasi menahun diabetes mellitus a.
Neuropati diabetik
b.
Retinopati diabetik
c.
Nefropati diabetic
d.
Protreinuria
e.
Kelainan coroner
f.
Ulkus / gangren
10
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain : - Grade 0 : tidak ada luka - Grade 1 : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit - Grade 2 : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang - Grade 3 : terjadi abses - Grade 4 : gangren pada kaki bagian distal - Grade 5 : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
11
2.8 WOC Faktor genetic Ketidakseimbangan produksi insulin
Kerusakan sel beta a
Infeksi virus
Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk ke dalam sel
Kerusakan imunologik
Glukosuria
Batas melebihi ambang ginjal
Dieresis osmotik
Poliuri
Kehilangan elektrolit dalam sel
Hiperglikemia
Kehilangan kalori
MK: Retensi urine
Anabolisme protein menurun
Kerusakan pada antibodi
Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Merangsang hipotalamus
Kekebalan tubuh menurun
Protein & lemak dibakar Neuropati sensori perifer
Dehidrasi
MK: Resiko Syok
Pusat lapar & haus
Polidpsia, polipagia
MK: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh MK: Kekurangan Volume Cairan
BB menurun MK: Resiko infeksi
Nekrosis luka
MK: Kerusakan Integritas Kulit
Gangrene
MK: Keletihan
12
BAB III ASKEP TEORI
3.1 PENGKAJIAN 1. Riwayat kesehatan keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien? 2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. 3. Aktivitas / istirahat: Letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun 4. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstermitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardia, perubahan tekanan darah 5. Integritas ego Stress, ansietas 6. Eliminasi Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare 7. Makanan / cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan 8. Neurosensori
13
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresteia, gangguan penglihatan 9. Nyeri atau kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat) 10. Pernafasan Batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak) 11. Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani 2. Kekurangan Volume Cairan b.d dehidrasi 3. Kerusakan integritas kulit b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka ganggrene) 4. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri 5. Keletihan b.d BB menurun 6. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus) 7. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia
14
NCP 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik: BB 20% atau lebih dibawah rentang BB ideal Bising usus hiperaktif Cepat kenyang setelah makan Diare Gangguan sensasi rasa Kehilangan rambut berlebihan Kelemahan otot pengunyah Kelemahan otot untuk menelan Kerapuhan kapiler Kesalahan informasi Kesalahan persepsi Ketidakmampuan memakan makanan Kram abdomen Kurang informasi Kurang minat pada makanan Membran mukosa pucat Nyeri abdomen Penurunan BB dengan asupan makan adekuat Sariawan rongga mulut
15
Tonus otot menurun Faktor yang berhubungan: Faktor biologis Faktor ekonomi Gangguan psikososial Ketidakmampuan makan Ketidakmampuan mencerna makanan Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Kurang asupan makanan 2.
Resiko infeksi Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor resiko: Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen Malnutrisi Obesitas Penyakit kronis Prosedur invasif
3. Keletihan Definisi: keletihan terus-menerus dan kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada tingkat yang lazim Batasan karakteristik: Apatis Gangguan konsentrasi
16
Gangguan libido Instropeksi Kelelahan Kurang energi Kurang minat terhadap sekitar Letargi Mengantuk Merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan tanggung jawab Peningkatan kebutuhan istirahat Peningkatan keluhan fisik Penurunan performa Pola tidur tidak memuaskan Tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya Tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya Faktor yang berhubungan: Ansietas Depresi Gangguan tidur Gaya hidup tanpa stimulasi Hambatan lingkungan Kelesuan fisik Kelesuan fisiologis Malnutrisi
17
Peningkatan kelelahan fisik Peristiwa hidup negatif Stresor Tuntutan pekerjaan
18
3.3 RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA HASIL
Ketidakseimbangan Setelah
dilakukan
nutrisi kurang dari keperawatan kebutuhan tubuh
kekurangan
selama nutrisi
tindakan 1. Instruksikan 3x24
dapat
dengan kriteria hasil:
INTERVENSI pasien
jam
kebutuhan
nutrisi
teratasi
membahas
pedoman
RASIONAL mengenai 1. Edukasi dapat merubah pola (yaitu: diet
pikir dan perilaku pasien
dan
piramida makanan)
-
Energi (5)
2. Berikan pilihan makanan sambil 2. Makanan yang tepat dapat
-
Asupan protein (5)
menawarkan bimbingan terhadap
mempercepat
-
Asupan lemak (5)
pilihan (makanan yang lebih seehat
pasien
-
Asupan serat (5)
jika diperlukan)
-
Asupan vitamin (5)
kesembuhan
3. Monitor kecenderungan terjadinya 3. Mengetahui
tingkat
penurunan dan peningkatan berat keberhasilan
dari
asuhan
badan keperawatan yang diberikan
19
4. Berikan
obat-obatan
sebelum 4. Insulin berfungsi memecah
makan (insulin)
glukosa
menjadi
ATP
(energi)
Resiko infeksi
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Ajarkan
pasien
keperawatan selama 3x24 jam resiko
keluarga
infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
menghindari infeksi
-
Kemerahan (5)
-
Cairan (luka) yang berbau busuk
-
Nyeri (5)
dan
bagaimana
anggota 1. Edukasi dapat merubah pola cara
pikir dan perilaku
2. Tingkatkan asupan nutrisi yang 2. Asupan cukup
memberikan
yang
tepat
penungktan
energi pada pasien 3. Monitor adanya tanda dan gejala 3.
Mengetahui dini terjadinya
infeksi sistemik dan lokal infeksi 4. Jaga penggunaan antibiotik dengan sederhana
4. Antibiotik
mencegah
dan
20
mengobati infeksi
keletihan
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Instruksikan
pasien tanda
keperawatan selama 3x24 jam masalah
mengenali
keletihan klien teratasi dengan kriteria
kelelahan yang dapat mengurangi
hasil:
aktivitas
-
Malaise (5)
-
Penurunan energi (5)
menyebabkan
-
Perubahan status nutrisi (5)
dengan
dan
untuk gejala
2. Kaji status fisiologis pasien yang kelelahan
konteks
usia
sesuai dan
perkembangan 3. Monitor intake atau asupan nutrisi untuk mengetahui sumber nutrisi yang adekuat
21
4. Kolaborasi
dengan
tim
dokter
terkait dengan pemberian obat
22
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Diabetus mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemia
yang
berhubungan
dengan
abnormalitas
metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi urine atau penurunan sensifitas insulin ata ke duanya dan menyebabkan kompliksi kronis micrivaskular, macrovaskular dan neuropati. Penyebab diabetes mellitus adalah faktor genetik, faktor imunologi, faktor lingkungan, usia, obesitas dan riwayat keluarga. Manifestasi klinis DM diakibatkan dengan konsikuensi metabolic defisiensi insulin diantaranya kadar insulin tidak normal, Banyak minum, Sering kencing, Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang, Lelah dan mengantuk, Kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi. Diagnosa
keperawatan
pada
masalah
diabetes
mellitus
adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko syok, resiko infeksi, kerusakan integritas kulit, retensi urine, dan keletihan.
4.2 SARAN Penulis berharap dengan makalah ini pembaca dapat memehami pengertian diabetus millitus dan asuhan kepaerawatan secara teori pada pasien yang mengalami penyakit diabetus mellitus.
23
DAFTAR PUSTAKA
C. Pearce, Evelin.2014. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT gramedia pustaka utama Bulechek, Gloria & Friends. 2016 Tejemahan Nursing Outcome Classification Edisi 6. Elsevier. Singapura Bulechek, Gloria & Friends. 2016 Tejemahan Nursing Intervention Classification Edisi 6. Elsevier. Singapura Herdman T.Heather.dkk.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klaisfikasi 2015-2017.Jakarta:EGC Nurarif, Amin H dan Hadhi kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction jogja Padila.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Nuha Medika Rendi, M clevo.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.Jogjakarta: Nuha Medika
24