LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK
A. PENGERTIAN Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul di dalam rongga tenggorak baik didalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Tumor otak adalah pertumbuhan sel –sel abnormal di dalam atau disekitar otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tomar dari salah satu sistem saraf, disamping tunor spinal dan tumor saraf perifer. Berdasarkan tumor dibedakan menjadi dua yaitu tumaor jinak dan ganas (Setiati, 2009). Tumor otak terus mengalami peningkatan insidensi selama satu dekade terakhir di beberapa negara. Angka harapan hidup penderita tumor otak seperti glioma dipengaruhi beberapa faktor yaitu : usia, stadium, jenis histo PA ada atau tidaknya defisit neurologi dan modalitas terapi (Satria, 2011)
B. ETIOLOGI Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor – nfaktor yang perlu ditinjau yaitu : 1. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota –anggota sekeluarga. Skelorosis tuberose atau penyakit sturge – weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas.
Selain jenis – jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti –bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor – faktor hereditas yang kuat pada neoplasma 2. Sisa – sisa sel embrional Bangunan –banguan embrional berkembang menjadi bengunan – banguna yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagai dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi 4. Virus
banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi – substansi karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
C. Klasifikasi Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenis tumor a. Jinak : acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma (grade 1) b. Malignant : astrocytoma (grade 2, 3, 4), oligodendrolioma, aapendymoma, 2. Berdasarkan lokasi Tumor intradural a. Ekstramedular : cleurofibroma, menigngioma b. Intramedular : oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma, astrocytoma Tumor ekstradural a. Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung
D. MANIFESTASI KLINIS Menurut lokasi tumor : 1. Lobus frontalis : gangguan mental / gangguan kepribadian ringan: depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memeberi argumentasi/ menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia dengan gangguan bicara 2. Korteks presentralis posterior : kelemahan/ kelumpuhan pada otot- otot wajah, lidah dan jari 3. Lobus parasentalis : kelemahan pada ekstremitas bawah 4. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan 5. Lobus temporalis : tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah 6. Lobus parietalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasisensorik, gangguan penglihatan 7. Cerebulum : papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi, hipotonia Tanda dan gejala umum : 1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk 2. Kejang
3. Tanda – tanda peningkatana tekanan intra kranial : pandangan kabur, mual muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda –tanda vital, afasia 4. Perubahan kepribadian 5. Ganguan memori dan alam perasaan
E. WOC Herediter, virus, riwayat trauma kepala, paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik
Tumor otak
peningkatan jaringan
Peningkatan massa otak
obstruksi saluran cairan serebrospinal
otak Penyumbatan ventrikel Infiltrasi / invasi jaringan Ventrikel otak membesar gangguan suplay darah di otak
hipoksia serebral
TIK Kelebihan volume cairan
tubuh melakukan kompensasi dengan mempercepat pernafasan
Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Ketidakefektifan pola napas
tubuh melakukan kompensasi (butuh waktu barhari –hari sampai berbula - bulan) dengan cara
volume darah
intracranial,
volume
kandungan cairan
CSS, intrasel,
mengurangi sel – sel parenkim
batang otak tertekan
Kompresi subkortikal
Gagal
Dan batang otak muntah
Nyeri akut Kehilangan autoregulasi
Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Serebral
Subkortikol tertekan
Suhu tubuh meningkat
Ketidakefektifan termoregulasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Arterigrafi atau ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna 2. CT – SCAN : dasar dalam menentukan diagnose
3. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan, dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur dan posisi selatursika 4. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah – daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar daerah otak yang menyebabkan akumulasi abnormalzat radioaktif 5. Elektroensefalogram (EEG): memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron 6. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral
G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang dilakukan tergantung dari keadaan tumor tersebut, apakah masih bisa dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan pembedahan, persiapan pre operai harus dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium lengkap, tes fungsi hati, ginjal, EKG, dan lain –lain : 1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut, antara lain : a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran b. elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini 2. Tindakan operatif dengan radioterapi dan kemoterapi temozolomide dilakukan pada kaus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/ brachytherapy dengan radiokatif irridium192 atau iodine-125 langsung ke tumor. Stereotatic radiotherapy dan radiosurgery (linac dan gamma knife) dilakukan hanya yerbatas pada lesi – lesi dengan diameter tidak lebih dari 3 – 4 cm dan sangat pontensial untuk malignant glioma yang berda jauh di dalam otak. Pada tumor dengan metastase tunggal di otak, dilakukan tindakan operatif terhadap tumornya tetapi disertai dengan whole brain surgey (SRS). Selain itu, dilanjutkan lagi dengan kemoterapi, seperti pada tumor small cell lung carcinoma. 3. paliatif dilakukan pada kasus – kasus yang tidak mungkin lagi operasi
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, no. Register, tangga MRS diagnosa medis 2. Keluhan utama Pada penderita tumor otak mengalami nyeri kepala yang hebat, mual, muntah kadang disertai kejang. 3. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit tumor biasanya terjadi tanpa diketahui oleh penderita. Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala yang hebat terus menerus dan semakin bertambah berat saat melakukan aktivitas dan disertai mual muntahdan kadang ada juga yang mengalami kejang 4. Riwayat penyakit dahulu Penderita biasanya sering mengeluh nyeri kepala 5. Riwayat penyakit keluarga biasanya ada salah satu anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker 6. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Pada pasien tumor otak terjadi peningkatan tekanan darah, bradicardi, penurunan kesadaran, juga kaji frekuensi pernafasan, irama dan suhu tubuhnya b. Kepala dan leher Pada pasien tumor merasanyeri kepala yang hebat terus menerus dan pada daerah muka mengalami penebalan atau odema dan pada mata biasanya juga mengalami gangguan mata kabur dan padsa telinga, hidung, mulut dan faring tidak mengalami gangguan dan biasanya terjadi nyeri pada sisi wajah yang sama. c. Thoraks (paru dan jantung) Pada paru biasanya mengalami gangguan yaitu sesak karena peningkatan tekanan intrakranialdan pada jantung tidak mengalami gangguan d. Abdomen pada pasien tumor otak tidak terjadi ganguan pada abdomen e. Inguinal, genital, dan anus pada pasien tumor otak tidak terjadi pada inguinal, genital, anus f. Integumen Integumen pada tumor otak permukaan kulit kering, kasar, turgor kulit menurun
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial 2. Ketidakefektifan pola napas b.d suplai O2 ke otot pernapasan 3. resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darah ke jaringan otak 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh
J. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri akut Definisi : Adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagian kerusakan (internasional Association fot the Study odf Pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi. Batasan karakteristik : a. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidap dapat mengungkapkan (mis, neonatal infant pain scale, pain assessment checklist for senior with limited ability to communicate) b. Diaforesis c. Dilatasi pupil d. Ekspresi wajah nyeri (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis) e. Fokus menyempit(mis, persepsi waktu, proses berfikir, interaksi dengan orang dan lingkungan) f. Fokus pada diri sendiri g. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis, skala wong-baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik) h. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri (mis, McGill pain questionnaire, brief pain inentory) i. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis, anggota keluaraga. Pemberian asuhan) j. Mengekspresika perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada) k. Perilaku distraksi l. Perubahan pada parameter fisiologis (mis, tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi pernafasan, saturasi oksigen dan end tidal karbon dioksida ) m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri n. Perubahan selera makan o. Putus asa p. Sikap melindungi area nyeri q. Sikap tubuh melindungi Faktor yang berhubungan : a. Agens cedera biologis (mis, infeksi, iskemia, neoplasma)
b. Agens cedera fisik (mis, abses, amputasi, mengangkat berat, prosedur bedah,trauma, olahraga) c. Agens cedera kimiawi (mis luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens mustrad)
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri klien
teratasi. Kriteria Hasil : Kontrol Nyeri 1. Mengenali kapan nyeri terjadi (5) 2. Menggambarkan faktor penyebab (5) 3. Menggunakan tindakan pencegahan (5) Rencana Intervensi: Manajemen Nyeri RENCANA INTERVENSI 1. Ajarkan
RASIONAL
–
Prinsip
prinsip
manajemen nyeri 2. Berikan
1. Untuk mengurangi rasa nyeri klien
informasi
mengenai
2. Pemberian health education dapat
nyeri, seperti penyebab nyeri,
mengurangi tingkat kecemasan
berapa
dan
lama
nyeri
akan
membantu
dirasakan, dan antisipasi dari
bentuk
ketidaknyamanan
terhadap rasa nyeri
akibat
prosedur 3. Lakukan
3. Pengkajian pengkajian
kompeherensif
mekanisme
koping
berguna
mengidentifikasi
dalam
untuk
nyeri
yang
meliputi
dialami klien meliputi lokasi,
karakteristik,
karakteristik, durasi, frekuensi,
onset/durasi, frekuensi, kualitas,
kualitas, intensitas nyeri serta
intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor-faktor yang dapat memicu
faktor pencetus
nyeri
lokasi,
4. Observasi
yang
nyeri
klien
adanya
nonverbal
petunjuk
4. Dengan mengetahui rasa tidak
mengenal
nyaman klien secara non-verbal
ketidaknyamanan terutama pada
maka
mereka
mengetahui tingkat tingkat dan
yang
tidak
dapat
berkomunikasi secara efektif
dan
lainnya
untuk
tim
kesehatan
memilih
dan
mengimplementasikan tindakan penurunannyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
membantu
perkembangan nyeri klien
5. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat
dapat
5. Melakukan pemberian obat
2. Ketidakefektifan pola napas Definisi : inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat Batasan karakteristik : a. Bradipnea b. Dispnea c. Ortopnea d. Penggunaan otot bantun prnafasan e. Penggunaan posisis tiga – titik f. Peningkatan diameter anterior- posterio g. Penurunana kapasitas vital h. Penururnana tekanan ekspirasi i. Penurunana tekanan inspirasi j. Penurunan ventilasi semenit k. Pernapasan bibir l. Perubahan cuping hidung m. Perubahan ekskursi dada n. Pola napas abnormal(mis, irama, frekuensi, kedalama) o. takipnea Faktor yang berhubungan : a. ansietas b. cedera medula spinalis c. deformitas dinding dada d. deformitas tulang e. disfungsi neuromuskular f. gangguan muskuloskeletal g. gangguan neurologis h. hiperventilasi i. imaturasi neurologis j. keletihan k. keletihan otot pernapasan l. nyeri m. obesitas n. posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru o. sindrom hipoventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pernafasan klien teratasi. Kriteria Hasil : status pernafasan : kepatenan jalan nafas 1. frekuensi pernafasan (5) 2. irama pernafasan (5) 3. kedalaman inspirasi (5) Rencana Intervensi: manajemen jalan nafas RENCANA INTERVENSI 1. Ajarkan pasien bagaimana
RASIONAL 1. Memberikan pengetahuan kepada klien
menggunakan inhaler sesuai resep,
cara mengguanakan inhaler sesuai dengan
sebagaimana mestinya.
resep.
2. Instruksikan bagaimana agar bisa
2. Memberikan infosrmasi ada klien cara
melakukan batuk efektif.
mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
3. Auskultasikan suara nafas, catat area
3. Untuk mengetahui area yang terdapat
yang ventilasinya menurun atau
suara tambahan dan ventilasi yang
tidan adanya suara tambahan.
menurun.
4. Posisikan untuk meringankan sesak
4. Memebrikan posisi yangan pada pasien
nafas. 5. Monitor status pernafasan dan
untuk meringankan gejalanya 5. Untuk mengetahui kebutuhan oksigen
oksigenasi sebagaimana mestinya.
sesuai dengan kebutuhan.
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak Definis : rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan Faktor risiko : a. Agens farmaseutikal b. Ateroskleorosis aortik c. Baru terjadi infark miokardium d. Diseksi arteri e. Embolisme f. Endokarditis infektif g. Fibrilasi atrium h. Hiperkolesterolemia i. Fibrilasi atrium
j. Hiperkolesterolemia k. Hipertensi l. Kardiomiopati dilatasi m. Katup prostetik mekanis n. Koagulasi intravaskular diseminata o. Koagulopati (mis,anemia sel sabit) p. Masa protrombin abnormal q. Masa tromboplastin parsial abnormal r. Miksoma atrium s. Neoplasma otak t. Penyalahgunaan zat u. Segmen ventrikel kiri akinetik v. Stenosis karotid w. Stenosis mitral x. Terapi trombolitik y. Tumor otak (mis, gangguan serebrovaskule, penyakit neurologis, trauma, tumor)
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perfusi jarangan
serebral klien teratasi. Kriteria Hasil : perfusi jaringan : serebral 1. tekana intrakranial (5) 2. sakit kepala (5) 3. kegelisahan (5) Rencana tindakan : monitor tekanan intra kranial RENCANA INTERVENSI 1. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral
RASIONAL 1. Mengoptimalkan kepala klien sesuai kebutuhan klien.
2. Letakkan kepala dan leher pasien
2. Menjaga posisi kepala pasien tetap netral
dalam posisi netral, hindari fleksi
untuk menghindari fleksi yang berlebihan
pingga yang berlebihan. 3. Monitor tingkat CO2 dan
3. Memantau pernafasan klien untuk
pertahankan dalam parameter yang
menetukan bantuan oksigen yang akan
ditentukan
diberikan
4. Monitor status neurologi
4. Mengobservasi status perubahan nervus klien
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M.Gloria. dkk. 2013. Nursing Intervensi Classification. Jakarta : CV.Mocomedia Moorhead, Sue.dkk. 2013. Nursing Outcome Classification. Jakarta : CV.Mocomedia Nurarif, Amin Huda & hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis & NANDA. Jogjakarta. MediAction Herdman, T.Heather dan Shigemi Kamitsuru.2017.Diagnosis keperawan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC