Bab I Metlit.docx

  • Uploaded by: teguh adhi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Metlit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,205
  • Pages: 32
MAKALAH KESELAMATAN IBU DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAK ( PROGRAM KELUARGA BENCANA DI INDONESIA ) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi / KIA Dosen Pengampu : dr. Irwan Panca W, MKM

Disusun Oleh

:

ELY YULIAH

NPM : 185059033

DEWI

NPM : 185059051

TIA FITRIA

NPM : 145100028

PROGRAM STUDI S-I KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA Tahun 2019

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha esa. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah Nya kepada kita semua, sehingga dengan Izin Nya kita dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berhubungan dengan “Dasar Kesehatan Reporduksi/ KIA dengan Sub Bahasan Program Keluarga Berencana di Indonesia” Makalah ini disusun dengan acuan panduan pembelajaran mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi diprogram pendidikan S-I Kesehatan Masyarakat sebagai pelengkap acuan pembelajaran . Berisi materi mengenai “Keselamatan Ibu dan Kelangsungan Hidup Anak dengan Sub Bahasan Program Keluarga Berencana di Indonesia”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini .

Jakarta, Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I (PENDAHULUAN) ....................................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................................1 BAB II (PEMBAHASAN) .....................................................................................2 A. Program Keluarga Berencana ...................................................................3 B. Kontrasepsi ..................................................................................................9 C. Situasi Program KB di Indonesia……………………………………….14 BAB III (PENUTUP) ...........................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keluarga Berencana tidak hanya dimaknai sebagai upaya pengendalian kelahiran semata. Akan tetapi juga membangun kesadaran setiap keluarga agar memiliki perhatian dan dukungan terhadap persoalan sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang memadai agar kehidupan keluarga menjadi sejahtera. Sumber data dari Sensus Penduduk dan Supas dari tahun 1971 sampai dengan 2015 dan dengan memperhatikan faktor migrasi, diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2100 penduduk Indonesia akan berjumlah 329,974,989 jiwa dari tahun 2015 sebesar 255,587,921 jiwa. Angka yang cukup besar namun se-jatinya telah menunjukkan pertumbuhan penduduk negatif pada tahun 2073 (-0.01). Skenario ini dibangun dengan beberapa asumsi yaitu Total Fertility Rate (TFR) sejak tahun 2020 konstan 2,1, Infant Mortality Rate pada 2030 menyesuaikan target Sustainable Development Goals (turun 3 % setiap tahun sejak 2015). Perdebatan mengenai hasil proyeksi ini mencuat ketika hasil laporan sementara Survei Demogafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 telah mengeluarkan angka TFR di Indonesia berada pada angka 2.4. Keluarga yang sejahtera tidak hanya berkaitan dengan pengendalian kelahiran anak saja, angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,4. Artinya, setiap wanita Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama masa reproduksinya. TFR hasil SDKI 2017 ini menurun dibandingkan hasil SDKI 2012, yaitu sebesar 2,6 anak per wanita. Penurunan TFR ini juga diikuti oleh kenaikan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) dari 61,9 persen pada tahun 2012 menjadi 63,6 persen pada tahun 2017. TFR hasil SDKI 2017 ini menurun dibandingkan hasil SDKI 2012, yaitu sebesar 2,6 anak per wanita. Penurunan TFR ini juga diikuti oleh kenaikan angka prevalensi kontrasepsi

1

(CPR) dari 61,9 persen pada tahun 2012 menjadi 63,6 persen pada tahun 2017.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Program Keluarga Berencana

1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga

berencana

adalah

sebuah

program

pemerintah

yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia guna menekan angka kelahiran yang semakin hari semakin tinggi. Program ini dirancang untuk menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

3

2. Tujuan Keluarga Berencana Tujuan keluarga berencana adalah untuk menanamkan konsep NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) pada keluarga-keluarga di seluruh pelosok Indonesia. NKKBS adalah salah satu slogan pemerintah yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar lebih seimbang, dengan cara Menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, menghentikan / mengakhiri kehamilan/ kesuburan. Program ini sangat didukung oleh pemerintah dengan banyaknya kampanye mengenai penggunaan alat kontrasepsi guna menahan laju pertumbuhan penduduk. Slogan program keluarga berencana di Indonesia adalah “Ayo ikut KB! 2 anak cukup!”. Slogan tersebut

banyak

digunakan

pada

kampanye-kampanye

guna

menekankan kepentingan KB kepada masyarakat Indonesia. Program KB sendiri telah ada sejak tahun 1970-an dan telah diresmikan sebagai program

yang

sepenuhnya

didukung

oleh

pemerintah.Sejak

digalakkannya program KB, pemerintah banyak mensosialisasikan alat kontrasepsi guna mendukung program ini. Alat kontrasepsi itu meliputi kondom, spiral, suntik KB, pil KB dan lain sebagainya. Fungsi Keluarga Berencana 1. Membentuk keluarga kecil yang sejahtera dan sesuai dengan kekuatan ekonomi

yang dimiliki oleh keluarga tersebut.

Perencanaan jumlah anak dan pengaturan jarak kelahiran adalah cara untuk mendapatkan keluarga kecil dan bahagia. 2. Mencanangkan keluarga kecil dengan 2 anak, mencegah terjadinya pernikahan di usia dini serta peningkatan kesejahteraan keluarga Indonesia. 3. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau terlalu tua serta memelihara kesehatan alat reproduksi.

4

4. Menekan

jumlah

penduduk

serta menyeimbangkan

jumlah

kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia. 5. Manfaat Mengikuti Program Keluarga Berencana.

3. Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia Program keluarga berencana sudah dimulai cukup lama di Indonesia, yakni sejak tahun 1967. Berikut ini adalah beberapa peristiwa sejarah yang menggambarkan perjalanan program KB di Indonesia: 1. Di bulan Januari tahun 1967 pemerintah mengadakan simposium kontrasepsi di kota Bandung yang diikuti oleh banyak masyarakat melalui media massa. 2. Di bulan Februari 1967, kongres PKBI diadakan untuk pertama kali dan hasil dari kongres ini adalah harapan agar program keluarga berencana segera digalakkan. 3. Di bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta yang berkuasa saat itu, Ali Sadikin, menyelenggarakan program KB untuk pertama kali di Jakarta. 4. Di tanggal 16 Agustus 1967 untuk pertama kalinya pidato mengenai program keluarga berencana dilakukan di depan umum. Selama masa orde lama program keluarga berencana dilarang pemerintah dan dilakukan secara diam-diam. Saat orde baru, KB baru bisa mendapatkan tempat sebagai program resmi yang didukung pemerintah. 5. Bulan Oktober 1968 Lembaga Keluarga Berencana Nasional didirikan sebagai realisasi dari kesungguhan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang mulai tidak terkontrol. Program KB memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga di Indonesia.

5

4. Manfaat Keluarga Berencana a. Menurunkan Risiko Kanker Rahim dan Serviks

Rahim adalah bagian penting dalam organ reproduksi wanita. Salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyerang sistem reproduksi ini adalah kanker rahim. Kanker rahim menyerang sel-sel pada dinding rahim. Sementara kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim organ wanita. Serviks berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim. Kedua kanker ini disebabkan oleh virus HPV atau Human Papillomavirus. Penggunaan alat-alat kontrasepsi seperti spiral dapat menurunkan resiko terserang kanker ini secara signifikan. Hal ini dikarenakan spiral yang ditanam di dalam rahim dapat mencegah serangan dari virus HPV. b. Menghindari Kehamilan yang Tidak Diharapkan

Kehamilan yang tidak diharapkan sering kali terjadi di tengah masyarakat dan biasanya disebabkan oleh kecerobohan. Kasus ini umumnya terjadi pada pasangan muda yang belum terikat pernikahan atau keluarga yang sudah memiliki terlalu banyak momongan. Maraknya pergaulan bebas di Indonesia juga membuat jumlah kehamilan di luar nikah kian meningkat.Kehamilankehamilan tersebut biasanya diakhiri dengan tindakan berbahaya yaitu aborsi untuk menggugurkan kandungan. Jika janin tersebut akhirnya dilahirkan, tetap akan ada masalah seperti kesiapan mental orang tua dalam membina momongan atau beban ekonomi keluarga yang akan meningkat.

c. Mencegah Penyakit Menular Seksual

Berhubungan seksual tidak terlepas dari risiko menderita penyakit menular seksual (PMS). Penggunaan alat kontrasepsi dapat mencegah penyakitpenyakit seperti HIV/AIDS, sipilis, dan penyakit menular seksual lainnya.

6

d. Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi

Proses kehamilan yang direncanakan dengan matang akan memberikan dampak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Program keluarga berencana akan memberikan pengarahan kepada orangtua untuk langkah-langkah menjaga kesehatan ibu hamil dan kesehatan kandungan.

e. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Kasus ibu dan bayi yang meninggal pada proses persalinan masih sering dijumpai. Kasus tersebut bisa terjadi sewaktu proses persalinan maupun di hari-hari awal kelahiran sang bayi. Hal seperti ini terjadi karena sang ibu kurang mengerti hal-hal yang harus dilakukan sewaktu masa hamil atau belum siap untuk melahirkan. Program keluarga berencana juga akan memberikan pengarahan kepada ibu hamil dan keluarga tentang cara merawat kesehatan ibu dan janin. Selain itu pengarahan tentang proses persalinan juga akan diberikan.

f. Menghasilkan Keluarga yang Berkualitas

Kualitas keluarga banyak ditentukan oleh perencanaan keluarga yang matang mengenai jumlah anak, jarak kelahiran dan usia ideal untuk hamil. Keluarga yang merencanakan hal tersebut secara mendalam memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi keluarga berkualitas dari berbagai aspek kehidupan. Kesehatan yang terjaga, ekonomi yang stabil, serta pendidikan yang baik adalah beberapa aspek penting untuk keluarga berkualitas.

g. Menjamin Pendidikan Anak Lebih Baik

7

Dewasa ini, banyak dijumpai anak di bawah umur yang seharusnya bersekolah, terlihat membanting tulang untuk mencari uang sendiri. Hal tersebut dilakukan untuk membantu menghidupi dan mengurangi beban keluarganya. Masalah ini terjadi karena kurangnya perencanaan dalam keluarga.Jumlah momongan harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga, jika memang sedang berkekurangan, sebaiknya berpikir lebih matang sebelum menambah momongan.

Di Indonesia terdapat berbagai ragam kontrasepsi yang dianjurkan oleh program KB. Menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom lebih aman dibandingkan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Nyatanya, di Indonesia masih banyak orang yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal seperti pil kb, suntik kb, atau kb implan.Walaupun metode kontrasepsi hormonal terbukti cukup efektif, tetapi metode tersebut mengganggu sistem hormon tubuh dan dapat memberikan efek samping serta dampak negatif bagi penggunanya. Cara kerja alat kontrasepsi hormonal adalah mencegah kehamilan dengan menghambat indung telur melepaskan sel telur menggunakan kandungan hormon estrogen dan progestin. Selain itu, metode kontrasepsi ini juga akan membuat sperma sulit mencapai sel telur.

5. Efek samping keluarga berencana hormonal: a. Sakit Kepala dan Rasa Tidak Nyaman Pada Bagian Dada Sewaktu baru mulai mengkonsumsi pil kb, pengguna biasanya belum terbiasa dengan hormon estrogen dan progestin. Sakit kepala dan nyeri pada payudara akan berkurang setelah tubuh mulai terbiasa dengan alat kontrasepsi tersebut. Jika sakit berlanjut, coba pertimbangkan untuk mengganti merk pil atau menggunakan alat kontrasepsi lainnya. b. Mual Tubuh yang belum terbiasa dengan pil kb akan sering merasa mual sewaktu mengkonsumsinya. Cara mencegahnya adalah dengan mengkonsumsinya bersamaan dengan makanan.

8

c. Berat Badan Meningkat Beberapa wanita mengatakan bahwa mereka mengalami peningkatan berat badan sewaktu mengkonsumsi pil kb. Efek samping ini cukup jarang terjadi dan biasanya terjadi karena penumpukan cairan pada tubuh. Umumnya, berat badan akan kembali normal setelah berhenti menggunakan metode kontrasepsi tersebut. d. Suasana Hati Tidak Menentu Alat kontrasepsi hormonal dapat mengganggu hormon pada tubuh. Sama seperti pada saat wanita datang bulan, suasana hati sering berubah secara tiba-tiba. Jika efek samping terasa mengganggu, Anda dapat beralih ke metode kontrasepsi non-hormonal seperti kondom. e. Menurunnya Gairah Seks Cobalah beralih untuk mengkonsumsi pil dengan hormon androgen. Hormon tersebut tidak akan menurunkan gairah seks pengguna. f. Pendarahan di Luar Masa Datang Bulan Penggunaan pil KB dapat menyebabkan pendarahan tanpa diduga yang terjadi di luar masa haid. Mengkonsumsi pil KB sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya, dan hal tersebut dapat mencegah efek samping ini untuk terjadi. Jika Anda merasa tidak nyaman dan khawatir, sebaiknya langsung menghubungi dokter.

B. Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

9

2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni: a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar. b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya. 3. Memilih Metode Kontrasepsi Menurut Hartanto (2002). Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Aman atau tidak berbahaya b. Dapat diandalkan c. Sederhana d. Murah e. Dapat diterima oleh orang banyak

10

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi)

4. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana a. Senggama Terputus (Pull Out Method) Metode kontrasepsi ini adalah salah satu yang paling sering digunakan dan juga yang paling tua.Senggama terputus mewajibkan pria untuk mengetahui betul kapan spermanya akan keluar. Cara ini tidak dianjurkan oleh dokter karena sang pria sering kali tidak mampu mengontrol diri dan gagal mengeluarkan spermanya di luar. Metode ini dilakukan sama seperti bersenggama biasa, tetapi pada puncak senggama, penis dikeluarkan dari vagina dan sperma dikeluarkan di luar.

b. Sistem Kalender (Pantang Berkala) Dengan mengetahui betul masa subur sang istri, maka pasangan dapat mencegah terjadinya kehamilan. Umumnya cara ini digunakan agar istri cepat hamil, tetapi dapat juga digunakan sebaliknya.Metode kontrasepsi ini menganjurkan agar pasangan tidak bersenggama saat istri sedang dalam masa subu

c. Kondom Kondom adalah alat kontrasepsi yang sangat popular di kalangan masyarakat. Popularitas kondom terus meningkat karena dalam sebuah penelitian di laboratorium membuktikan bahwa kondom sangat efektif dan aman untuk 11

digunakan. Selain itu, kondom juga dapat mencegah berbagai macam penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.Kondom adalah sebuah kantung karet tipis tidak berpori dan biasanya berbahan dasar lateks. Alat kontrasepsi ini digunakan untuk menutupi alat kemaluan pria sebelum penetrasi dilakukan.Selain tidak memiliki efek samping, kondom sangat murah dan mudah untuk didapatkan.

d. Diafragma Diafragma adalah kap berbahan dasar lateks yang berbentuk bulat cembung. Sebelum berhubungan seksual, alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks.Cara kerja diafragma adalah dengan menahan laju sperma agar tidak dapat mencapai sel telur. Beberapa jenis kontrasepsi diafragma adalah: coiled wire (coil spring), flat metal band (flat spring), dan arching spring.

e. Pil Keluarga Berencana (Pil KB) Pil KB pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960. Pil tersebut adalah obat keluarga berencana yang dapat mencegah kehamilan jika diminum. Pil KB dipercaya dapat mencegah kehamilan hingga lebih dari 99%, yang berarti dari 1000 wanita yang mengkonsumsinya, hanya kurang dari 10 orang yang hamil. Pil KB adalah solusi metode kontrasepsi efektif yang bersifat sementara. Cara kerja pil KB adalah dengan menggunakan hormon estrogen dan progestron untuk memicu pengentalan lendir serviks dan membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk ovulasi. Perlu diketahui bahwa pil KB tidak boleh digunakan oleh ibu menyusui. Penggunaan pil KB harus dihentikan selama kurang lebih 6 bulan sebelum menyusui bayi.

f. Suntik KB Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang mencegah kehamilan dengan suntikan hormon yang umumnya dilakukan sebulan atau 3 bulan sekali.

12

Selain memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 99%, suntik kb juga praktis, efektif, dan aman untuk dilakukan.

g. KB Implan (KB Susuk) KB implan atau yang biasa disebut alat kontrasepsi bawah kulit adalah metode kontrasepsi dengan menyusupkan sebuah implan kecil di dalam lengan bagian atas. Bentuknya mirip seperti sebuah tabung kecil dan ukurannya kurang lebih mirip dengan sebatang korek api. Implan tersebut mengandung hormon progestin yang dikeluarkan sedikit demi sedikit. Setelah dipasang, KB implan dapat mencegah kehamilan selama 3 atau 5 tahun (tergantung jenisnya). KB implan juga biasa disebut dengan KB susuk karena cara pemasangannya mirip dengan memasang susuk kecantikan.

h. Vasektomi (Sterilisasi Pria) Vasektomi adalah operasi kecil pada testis pria yang dilakukan untuk mencegah transportasi sperma. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan karena bersifat permanen. Metode sterilisasi ini akan membuat sperma untuk tidak lagi keluar bersamaan dengan air mani pada saat pria ejakulasi. i. Tubektomi (Sterilisasi Wanita)

Tubektomi atau ligasi tuba adalah operasi yang memotong dan menutup tuba falopi sehingga menghalangi sperma masuk ke tuba falopi dan membuat sel telur tidak dapat masuk ke dalam rahim. Metode kontrasepsi ini bersifat permanen dan dapat dilakukan kapan saja setelah persalinan normal ataupun sesar.

j. Spermisida

13

Spermisida adalah kontrasepsi yang berguna untuk membunuh sperma sebelum sampai ke uterus (rahim). Spermisida biasanya berbentuk gel, krim, atau tisu dan mudah untuk ditemui di apotek. Cara menggunakan spermisida adalah dengan memasukkan benda tersebut ke dalam vagina atau mengoleskannya pada bagian atas penis. Spermisida digunakan kurang lebih 10 – 15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.

k. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) AKDR atau yang biasa disebut IUD (Intra Uterine Device) adalah salah satu alat kotrasepsi wanita yang terbaik. AKDR adalah sebuah alat yang terbuat dari plastik atau logam dan dimasukkan ke dalam uterus melalui kanalis servikalis. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim mencegah pembuahan terjadi dengan mengubah transportasi tuba dalam rahim yang mempengaruhi sperma dan sel telur. AKDR sangat efektif untuk digunakan dan tidak memberikan efek samping hormonal seperti pil KB atau suntik KB. Ibu menyusui juga dapat menggunakan AKDR karena tidak ada efek samping terhadap kelancaran ataupun kadar asi (air susu ibu). Penggunaan kontrasepsi ini wajib dilakukan melalui pemeriksaan dokter untuk mengetahui jenis AKDR yang cocok untuk sang wanita. C. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia

Pada simulasi terpilih dengan menggunakan sumber data dari Sensus Penduduk dan Supas dari tahun 1971 sampai dengan 2015 dan dengan memperhatikan faktor migrasi, diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2100 penduduk Indonesia akan berjumlah 329,974,989 jiwa dari tahun 2015 sebesar255,587,921 jiwa. Angka yang cukup besar namun se- jatinya telah menunjukkan pertumbuhan penduduk negatif pada tahun 2073 (-0.01). Skenario ini dibangun dengan beberapa asumsi yaitu Total Fertility Rate (TFR) sejak tahun 2020 konstan 2,1, Infant Mortality Rate pada 2030 menyesuaikan target Sustainable Development Goals (turun 3 % setiap tahun sejak 2015).

14

Perdebatan mengenai hasil proyeksi ini mencuat ketika hasil laporan sementara Survei Demogafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 telah mengeluarkan angka TFR di Indonesia berada pada angka 2.4. Angka yang dikawatirkan tidak sesuai dengan asumsi proyeksi penduduk yang dibangun ketika TFR pada tahun 2020 telah mencapai 2.1. Bukan pesimis untuk dapat mencapai angka TFR sesuai asumsi proyeksi tetapi sejarah menunjukkan di 15 tahun terakhir SDKI yang ada menunjukkan secara konsisten posisi TFR yang stagnan di kisaran 2.6. Total fertility rate selama ini merupakan indikator demografi yang harus dicapai oleh Pemerintah untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dan daya dukung serta daya tampung lingkungan.

Gambaran ini seyogyanya dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia untuk mencapai TFR sesuai yang diharapkan. TFR dapat ditempatkan sebagai indicator capaian pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga dapat dibingkai dalam menciptakan pembangunan manusia. Dengan TFR yang terkelola dengan baik maka investasi pembangunan tidak melulu fokus pada pembangunan infrastuktur dan menuntut alih fungsi lahan menjadi pertanian, perumahan atau industri. Investasi pembangunan akan lebih fokus pada pembangunan manusia dan menciptakan kondisi hubungan sosial yang lebih produktif.

15

Upaya ini diterjemahkan ke dalam bentuk Program Ketahanan Keluarga yang paradigmanya harus sudah bergeser. Program pembangunan ketahanan keluarga tidak lagi dilakukan dalam rangka pembinaan kesertaan ber-KB tetapi jauh daripada itu. Bagaimana menciptakan keluarga yang berketahanan sehingga melahirkan generasi emas untuk Indonesia di masa depan, adalah tantangan program ini.

Angka Fertilitas Total Menurut Kelompok Umur,Indonesia 2017

Seiring dengan pembangunan sosial dan ekonomi, tersedianya perlindungan sosial bagi penduduk Indonesia termasuk bagi Lansia, maka perlahan jumlah anak yang diharapkan pun akan turun. Pendekatan pelayanan keluarga berencana harus dilakukan melalui pendekatan pemenuhan hak-hak reproduksi. Masyarakat akan mengganggap bahwa ber-KB bukan hanya karena ‘program pemerintah’ tetapi karena gaya hidup dan kebutuhan. Tantangan ke depan adalah bagaimana negara hadir untuk mereka yang masih sangat sulit dijangkau baik secara fisik ataupun alasan sosial. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2017 (dilakukan lima tahunan) dihasilkan potret Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Berikut hasilnya dalam bentuk infografis.

16

Pemakaian kontrasepsi berdasarkan provinsi, indonesia 2017 terdapat 12 provinsi yang Angka Fetisasi Total TFR dibawah 2,4 Dari 21 provinsi nili TFR diatas 2,4.

17

Provinsi jawa Timur mempunyai FTR paling rendag yaitu 2,1 dan Provinsi NTT yang mempunyai nilai FTR yang paling tinggi yaitu 3,4.

Dari grafik trend pemakaian kontraspsi pada wanita kawin umur 15-49 tahun di Indonsia tahun 1991 -2017 menurut SDKI terdapat kenaikan setiap tahunnya.

18

Grafik diatas adalah grafik Pemakaian Kontrasepsi berdasarkan provinsi Tahun 2017 darii 34 provinsi yang paling banyak pemakaian kontrasepsi adalah provinsi Yogyakarta yaitu 76% dan yang paling rendah provinsi Papua sebesar 38,4 %

19

Tren angka kematian neonatal, bayi, anak dan balita, indonesia 1991- 2017

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2017di dapatkan hasil Tren angka Kematian Neonatum, bayi, anak dan balita di Indonesia tahun 1991-2017 didapat kan hasil tren angka kematian yang menurun dari tiap 5 tahunnya baik kematian neunatum, bayi, anak dan balita.

20

Dari grafik Presentas pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan pada wanita melahirkan di Indonesia tahun 2017diatas terdapat kenaikan prosentase hal ini menunjukan adanya

kesadaran wanita

melahirkan untuk

memeriksakan

kandungannya kepada petugas ksehatan. Sedangkan grafik presentase pemeriksaan kehamilan menurut tempat tinggal terdapat 98 % penduduk perkotaan yang memeriksakan ke petugas kesehataan dan 96 % penduduk pedesaan yang memeriksakan diri ke petugas kesehatan

21

Grafik status pemakaian kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang di pakai wanita kawin umur 15-49 tahun di Indonesia tahun 2017 terdapat 36,4 % tidak memakai alat/cara KB dan terdapat 63,6 % pakai alat/cara KB. Penggunaan alat kontrasepsi suntik adalah paling banyak dipakai yaitu 29 % dan menggunakan MAL paling rendah yaitu 0,1 %

22

Dari grafik Presentase pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehata pada wanita melahirkan pada provinsi di Indonesia tahun 207 terdapat Provinsi Kalimantan selatan yang paling banyak wanita melahirkan memeriksakan diri ke petugas kesehatan yaitu sebanyak 100 % dan Provinsi Papua adalah provinsi yang paling sedikit wanita melahirkannya memeriksakan diri ke petugas kesehatan yaitu 80,7 %.

B. Dukungan KB terhadp kematian ibu dan bayi baru lahir Angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih tinggi. Bukan hanya pemerintah saja, tapi ini harus menjadi perhatian bagi seluruh elemen masyarakat. Bukan hanya ibu, keprihatinan juga masih tinggi pada angka neonatal. Neonatal adalah keadaan yang ada dalam kehidupan pertama pada bayi. Kehidupan pertama

23

yang dialami oleh bayi tersebut biasanya pada usia 28 hari terhitung dari awal kelahiran bayi. Berikut ini ada 5 fakta seputar kematian ibu dan neonatal di Indonesia yang dikumpulkan oleh Kemenkes: 1.

Angka kematian ibu dan bayi sangat tinggi Setiap 1 jam, 2 ibu dan 8 bayi baru lahir meninggal di Indonesia. Bahkan angka ini tidak bisa dibandingkan dengan kejadian tragedi bom. Banyak sekali korban meninggal dunia jika dilihat dari kejadian ibu melahirkan. Angka neonatal ibu di Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup (2015) dan angka kematian neonatal mencapai 15 per 1.000 kelahiran hidup (2017). Dengan angka ini, Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir yang paling tinggi. 2. .Kematian ibu bisa terjadi saat kehamilan, persalinan, bahkan pasca persalinan Seorang ibu memiliki risiko untuk meninggal. Studi tindak lanjut sensus penduduk pada tahun 2010 menyebutkan ada kasus kematian ibu terbesar terjadi pada masa pasca persalinan yang mencapai 57 persen, diikuti pada masa kehamilan sebesar 22 persen, dan saat melahirkan sebanyak 15 persen.

3. Masalah kematian ibu dan bayi baru lahir bisa dicegah Penyebab utama ibu hamil meninggal dunia di Indonesia adalah hipertensi saat kehamilan yaitu sebanyak 32 persen, dan pendarahan pasca persalinan sebanyak 20 persen.

24

Deteksi dini dan penanganan yang tepat sebenarnya bisa mencegah kedua kondisi tersebut. Tingginya angka perkawinan di usia muda juga banyak memengaruhi risiko kematian ibu dan neonatal. Ibu muda yang melahirkan pertama kali di bawah 20 tahun bisa memiliki risiko lebih besar. Selain itu, jika ia mengalami persalinan di atas usia 40 tahun juga akan kembali menemukan risiko kematian ibu dan neonatal. 4. Layanan kesehatan yang berkualitas bisa menurunkan risiko kematian ibu dan bayi baru lahir Sebesar 60 persen kematian ibu dan 78 persen kematian bayi baru lahir terjadi di fasilitas kesehatan. Kondisi ini menjadi perhatian agar ada peningkatan kualitas layanan kesehatan dalam setiap tahap. Mulai dari tahap pemeriksaan kehamilan, layanan persalinan, sampai pasca persalinan. Saat ini, hanya 21 persen rumah sakit umum yang memenuhi standar layanan obstetric dasar. Untuk layanan kesehatan primer, hanya 31 persen puskesmas dan kurang dari 10 persen layanan kesehatan swasta yang memenuhi seluruh kriteria untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan yang komprehensif sesuai standar. 5. Upaya penekanan angka kematian ibu dan bayi baru lahir perlu dukungan semua pihak Sebesar 60 persen masalah dalam bidang kesehatan dapat diselesaikan dengan perbaikan di sektor non-medis. Sebagai contoh, perbaikan jalan atau akses menuju tempat bersalin, transportasi yang aman untuk ibu yang mau melahirkan, komunikasi dalam mengatur rujukan perawatan, itu semua perlu ada perbaikan.

25

BAB III PENUTUP

Keluarga Berencana tidak hanya dimaknai sebagai upaya pengendalian kelahiran semata. Akan tetapi juga membangun kesadaran setiap keluarga agar memiliki perhatian dan dukungan terhadap persoalan sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang memadai agar kehidupan keluarga menjadi sejahtera . Seiring dengan pembangunan sosial dan ekonomi, tersedianya perlindungan sosial bagi penduduk Indonesia termasuk bagi Lansia, maka perlahan jumlah anak yang diharapkan pun akan turun. Pendekatan pelayanan keluarga berencana harus dilakukan melalui pendekatan pemenuhan hak-hak reproduksi. Masyarakat akan mengganggap bahwa ber-KB bukan hanya karena ‘program pemerintah’ tetapi karena gaya hidup dan kebutuhan. Tantangan ke depan adalah bagaimana negara hadir untuk mereka yang masih sangat sulit dijangkau baik secara fisik ataupun alasan sosial. Kematian ibu dan bayi baru lahir akibat persalinan tidak hanya disebabkan oleh faktor kesehatan sang ibu semata seperti kekurangan gizi, anemia dan hipertensi, melainkan juga turut dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai, serta kesadaran keluarga untuk meminta bantuan tenaga kesehatan dalam proses persalinan

26

DAFTAR PUSTAKA https://www.liputan6.com/health/read/3697724/survei-kinerja-bkkbntahun-2018-angka-kelahiran-turun (diakses tnggal 3 maret 2019) Depkes. “lima strategi nasional menurunkan angka kematian ibu”. http://www.depkes.go.id/article/print/1387/lima-strategi-operasionalturunkan-angka-kematian-ibu.html (diakses 1 Maret 2019) Media Indonesia, Agus Utantoro. “Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih “.

http://mediaindonesia.com/read/detail/208916-angka-kematian-ibu-di-

indonesia-masih-tinggi (diakses 1 Maret 2019). PKBI,

Arief

Rahadian

Penanggulangannya”

“Kematian

Ibu

dan

Upaya-Upaya

https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-

penanggulangannya/ (diakses 1 Maret 2019) Skata, “Antenatal Care, Pemeriksaan Kehamilan Demi Keselamatan Ibu dan Janin”. https://skata.info/article/detail/195/antenatal-care-pemeriksaankehamilan-demi-keselamatan-ibu-dan-janin (diakses 1 Maret 2019) Tribun Jogja, Nto. “Angka Kematian Ibu di Indonesia Terus Mengalami Penurunan,

Namun

Masih

Tinggi”.

http://jogja.tribunnews.com/2019/01/07/angka-kematian-ibu-di-indonesiaterus-mengalami-penurunan-namun-masih-tinggi (diakses 1 Maret 2019) Program KKBPK dalam SDKI, 2017, Informasi kependudukan, KB dan pembangunan

Keluarga,

Jurnal

Keluarga,

https://drive.google.com/file/d/1lPl_B3wFfhuu0TRjpbS1CcVBJFoI4QE/view (diakses 2 Maret 2019) 5 Fakta Seputar Kematian Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir di Indonesia https://www.popmama.com/pregnancy/birth/fajar-perdana/fakta-seputarkematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/full (diakses 3 maret 2019)

27

28

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"