Bab I & Ii.docx

  • Uploaded by: Dayang Husnul Khotimah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I & Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,882
  • Pages: 46
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK DAFTAR ISI

BAB I TINJAUAN PROYEK 1.1. Latar Belakang Sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Barat, kota Pontianak menduduki peringkat ke-28 sebagai kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari badan pusat statistik. Jumlah penduduk di kota ini mencapai 59.809.700 Jiwa pada tahun 2014 dari 55.476.400 jiwa pada tahun 2010. Hal ini menandakan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di kota Pontianak akan terus meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya adalah mahasiswa. Semakin banyaknya masyarakat luar sana untuk meneruskan pendidikannya di kota pontianak yang akan mempengaruhi kebutuhan akan hunian, rumah tinggal atau tempat berteduhnya para mahasiswa baru (asrama) di kota Pontianak. Asrama atau mess merupakan bangunan berpetak-petak sebagai tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Asrama juga dapat diartikan sebagai ruang yang berisi tempat tidur pada sebuah sekolah serta digunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada hotel. Selain itu sering digunakan bagi orang-orang yang tempat asalnya terlalu jauh, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan penginapan lain, seperti Apartemen atau penginapan eksklusif lainnya.

Asrama mahasiswa merupakan bangunan sederhana yang dibangun dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan, dan atau pemerintah daerah yang diperuntukkan untuk tempat tinggal pelajar atau mahasiswa. Asrama didefinisikan sebagai suatu tempat tinggal bersama dengan luasan yang cukup, yang berhubungan dengan sebuah lembaga pendidikan atau bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah.

Asrama mahasiswa dan pelajar adalah bangunan sederhana yang dibangun dan dibiayai oleh suatu lembaga sekolah, perorangan atau Pemerintah Daerah yang

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK diperuntukkan khusus untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa, dapat berupa bangunan gedung bertingkat atau tidak bertingkat.

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas adalah asrama mahasiswa merupakan bangunan untuk tempat tinggal bagi para mahasiswa dari luar daerah dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan belajar dalam sebuah institusi.

1.1.1 Latar Belakang Proyek Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) merupakan mata kuliah yang harus di tempuh oleh mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak sebagai syarat untuk kelulusan. Di dalam pelaksanaaan PKL diharapkan mahasiswa yang bersangkutan mendapatkan penglaman di dalam dunia kerja yang sebenarnnya. Di dalam pembangunan fisik, banyak aspek yang mempengaruhi diantaranya material dan sumber daya manusia yang tentunya harus berkualitas dan berteknologi atau peralatan yang memadai. Untuk itu Politeknik Negeri Pontianak berusaha menciptakan lulusan yang siap terjun ke lapangan serta memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan ketika diterjunkan ke masyarakat dan dunia kerja. Dalam pelaksanaan PKL ini bertempat di Jalan Parit Haji Muksin 2, Kabupaten kuburaya ialah pembangunan Asrama 2 Lantai. Faktor yang menyebabkan bangunan ini dibuat ialah kurangnya tempat tinggal mahasiswa yang dekat dari area kampus atau tempat berteduhnya mahasiswa baru yang berasal dari luar kota pontianak.

1.1.2 Tujuan Proyek Di selenggarakan Asrama ini dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak kampus atas datangnya mahasiwa baru setiap tahunnya. Peningkatan fungsi lahan kosong yang ada di area sekolah tinggi agama katolik yang dulunya belum di manfaatkan, sekarang ini dapat berguna untuk masyarakat sekolah tinggi agama katolik ini. Sehingga dapat memenuhi target yang diinginkan oleh pemilik proyek.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Menyediakan tempat tinggal/hunian mahasiswa, sehingga masyarakat yang dari luar daerah dapat memanfaatkan bangunan asrama ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan lebih mudah dan lebih dekat.

1.1.3

Maksud dan Tujuan PKL I diselenggarakan dengan maksud untuk meningkatkan

pemahaman

mahasiswa akan dunia konstruksi bangunan gedung secara langsung. Selain itu, PKL I merupakan sarana bagi peningkatan hubungan antara Politeknik sebagai sebuah institusi pendidikan terhadap perkembangan dunia konstruksi bangunan gedung. PKL I bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa akan proses pelaksanaan konstruksi dalam suatu kegiatan proyek konstruksi bangunan gedung sederhana.

1.1.4 Pihak – Pihak yang Terkait a.

Pemilik Proyek (Owner) Pemilik proyek (owner) adalah sekaligus pimpinan perusahaan yang berwenang sepenuhnya dalam pengerjaan proyek ini.

b.

Project manager Pimpinan proyek yang mengurus pembangunan tersebut serta bertanggung jawab kepada owner.

c.

Administrasi keuangan Bagian administrasi bertindak sebagai yang mengurusi masalah keuangan dan juga surat menyurat baik didalam maupun keluar perusaahaan

d.

Direktur Direktur bertindak sebagai pengawas Mandor dan pekerja yang mengerjakan proyek.

e.

Pengawas/Mandor Pengawas atau mandor adalah orang yang ditunjuk oleh perusahaan untuk mengawasi pekerjaan dilapangan. Mandor/pengawas juga bertanggung jawab pada jalannya proyek.

f.

Penanggung jawab sipil

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Sebagai penanggung jawab di lapangan dan bertanggung jawab pada manager proyek dan staff ahli sipil g.

Penanggung jawab ME Sebagai penanggung jawab di lapangan dan bertanggung jawab pada manager proyek dan staff ahli Mekanikal dan Elektrikal.

h.

Pekerja Adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dilapangan, mengikuti instruksi dari pengawas/mandor.

1.1.5 Data Teknis A. Data Umum Proyek Mengingat bahwa banyak pihak-pihak serta komponen-komponen pendukung yang cukup kompleks dalam proyek ini maka di butuhkan pengorganisiran perencanaan, tenaga kerja serta kebutuhan logistik bangunan itu sendiri karena kantor yang di bangun ini menggunakan jasa pihak perseorangan yang tidak memiliki badan hukum yang tetap. Adapun beberapa data tekins proyek yang harus di ketahui di dalam pembangunan kantor ini adalah sebagai berikut: 1.

Nama proyek

: Pembangunan Asrama Santa Sisilia, Sekolah Tinggi Agama Katolik Negara, Pontianak.

2.

Lokasi proyek kalimatan

: Jl. Parit Haji Muksin 2 KM. 2 Kubu Raya 78391, Barat

3.

Luas Bangunan

: 504 m2.

4.

Sumber dana

: APBN

5.

Pemilik proyek

: Pihak Kampus sekolah tinggi sisilia.

6.

Besar Dana Total

: Rp. 3.414.427.030,11

7.

Pengawas lapangan

: Ranimah, A.Md.

8.

Waktu pelaksanaan

: Oktober

9.

Target pembangunan

: 100 Hari Kalender

10.

Kontraktor

: PT. Putra Nusa Pilar Sejati

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

B. Lokasi Proyek Pembangunan Asrama Santa Sisilia, Sekolah Tinggi Agama Katolik Negara,

Pontianak, 2 Lantai ini merupakan lokasi yang saya jadikan tempat pengamatan pada Praktek Kerja Lapangan 01 yang terletak di jl. Parit Haji Muksin 2.

(Sumber : https://www.google.com/maps/)

1.1.6

Sasaran dan Penyelenggaraan

Melalui PKL I mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan proses pelaksanaan atau pengamatan proyek konstruksi bangunan gedung sederhana. 2. Menjelaskan konstruksi (pemasangan) material bangunan yang digunakan dalam kegiatan proyek tersebut. 3. Menjelaskan sistem struktur yang digunakan dalam proyek tersebut. 4. Menjelaskan setiap elemen (baik orang maupun peralatan) yang terlibat dalam kegiatan konstruksi bangunan gedung yang diamati. 5. Menerapkan kemampuan yang dimiliki selama kuliah dalam kegiatan proyek. 6. Membuat laporan hasil pengamatan dilapangan sesuai dengan tata cara penulisan yang telah ditentukan 7. Melakukan konsultasi selama kegiatan pengamatan dan pembuatan laporan kepada dosen pembimbing yang telah ditetapkan oleh koordinator PKL I.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.2 Batasan Amatan Rincian Pekerjaan Keseluruhan : a. Pekerjaan Pembersihan Lahan Sebelum membangun / mendirikan bangunan, hendaklah melakukan pembersihan lokasi terlebih dahulu agar lahan terlihat bersih dan untuk memudahkan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

b. Pekerjaan Pondasi Tahapan pengerjaan pondasi dimulai dengan cara menggali lubang untuk merakit dan meletakkan konstruksi pondasi, kemudian dicor dan tanah yang telah digali diurug kembali. Fungsi pondasi sebagai penahan dari semua beban pada bangunan tersebut.

c. Pekerjaan Balok Sloof Setelah pekerjaan pondasi selesai dilakukan, maka dilanjtkan dengan pekerjaan balok sloof, yag berfungsi sebagai penahan dari konstruksi dinding dan pembatas urugan pasir pada lantai.

d. Pekerjaan Kolom Kolom berfungsi sebagai riang pengikat antara konstruksi dinding. Kolom juga berfungsi sebagai penahan bahan bahan vertical

e. Pekerjaan Dinding Pekerjaan dinding dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis konstruksi yang digunakan, dinding berfungsi sebagai pemisah antara ruang dalam dan luar bangunam.

f. Pekerjaan Kusen PJV Kusen berfungsi sebagai bingkai atau pengikat pintu, jendela dan ventilasi, dengan adanya kusen barulah pintu jendele ventilasi dapat terpasang setara dinding bangunan.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK g. Pekerjaan PJV Pintu, jendela ventilasi berfungsi sebagai bukaan bagi sirkulasi gerak manusia, udara dan angin setiap bangunan hendaknya harus memilikinya.

h. Pekerjaan Konstruksi Atap Pekerjaan atap akan dimulai dengan membuat balok penutup ataupun ring balok, yang berfungsi sebagai penopang dari komponen, konstruksi atap, kemudia memasang perangkat kuda kudayang dirakit di luar maupun dalam bangunan. Setelah kuda kuda terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan gording, kasau, nok, reng dan penutup atap. Atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari cuaca panas maupun hujan.

i. Pekerjaan Plafond Agar ruang dalam bnagunan terlihat rapi dan nyaman makapada bagian atas atau diantara atap dan lantai dapat di tempatkan plafond. Bahan aterial yang digunakan pad pekrjaan plafond antara lain : GRC, giypsum,, tripleks dan sebagainya.

j. Pekerjaan Lantai Pekerjaan lantai dimulai dengan cara memasukkan urugan pasir kedalam bangunan kemudian dipadatkan dan diratakan. Kemudian dipasang weremash ( bila perlu ), dicor,dan terakhir dipasang penutup lantai.

k. Pekerjaan Finishing Setelah semua pekerjaan selesai dikeranakan, maka thapan akhirnya adalah perkejaan finishing atau merapikan dari semua unit pekerjaan dimulai dari pengamplasan, pendempulam, sampai dengan pengecatan dan pemasangan oker/ acian.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.2.1 Pekerjaan yang Diamati Dengan adanya keterbatasan waktu dan ketentuan yang telah ditetapkan, maka dengan ini penulis hanya mengambil 3 pekerjaan, yaitu pekerjaan “ Pondasi, Sloof & Lantai “ dimana pada saat penulis terjun ke lapangan, pekerjaan yang dipilih sebagai bahan amatan dalam Praktek Kerja Lapangan 1 ini belum dimulai.

1.2.2 Waktu Pengerjaan Dalam pengerjaan pondasi ini memerlukan waktu pelaksanaan kira-kira 2 minggu 5 hari, dari mulai perakitan alat pancang, memancang mini pile, pekerjaan urugan pasir, pekerjaan pengecoran lantai kerja, pekerjaan pemasukan tulangan poor, pekerjaan pemasangan tulangan kolom & pekerjaan pengecoran poor. Dalam pengerjaan Sloof ini di sambilkan dengan pengerjaan Lantai memerlukan waktu pelaksanaan kira-kira 2 minggu 1 hari, dari mulai penulangan sloof, pembuatan gelegar lantai, pemasangan wire mesh, pemasangan cetakan angkur, pengecoran sloof, pengecoran lantai, pemasangan pipa plumbing.

1.2.3 Waktu Pengamatan Penulis memulai pengamatan pekerjaan Sebaelum Pondasi ini pada tanggal 1 Oktober 2018 sampai selesai.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN TEORI PONDASI, SLOOF & LANTAI

2.1 Pondasi 2.1.1 Definisi Pondasi Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upperstructure/ superstructure) ke dasar tanah yang cukup kuat Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 123 mendukungnya. Fungsi dari pondasi adalah menjamin kestabilan

bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi yang tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat atau penurunan pondasi merata lebih dari batas waktu tertentu (Gunawan, 1993). Beberapa persyaratan umum dari pondasi menurut Bowles (1983), adalah: a. Kedalaman haruslah memadai untuk menghindarkan pengeluaran bahan dalam arah lateral dari bawah pondasi – khususnya pondasi telapak dan rakit, b. Kedalaman haruslah berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan proyek, c. Sistem harus aman terhadap rotasi, penyorongan, atau perpecahan tanah, d. Sistem harus aman terhadap korosi atau kemerosotan yang disebabkan oleh bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah, e. Sistem harus memadai untuk menahan beberapa perubahan di dalam tempat yang terkemudian atau geometri konstruksi, dan mudah dimodifikasi seandainya perubahan-perubahan kelak akan meliputi ruang lingkup yang besar, f. Pondasi haruslah ekonomis di dalam metoda pemasangan, g. Pergerakan tanah seluruhnya (umumnya lendutan-pampat) dan pergerakan differrensial harus dapat ditolerir untuk kedua elemen pondasi dan elemen bagian bangunan di atas tanah, h. Pondasi dan konstruksinya, harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan lingkungan, Menurut Bowles (1983), setiap pondasi yang tidak

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK digolongkan sebagai pondasi dangkal, pondasi dalam, atau konstruksi tahan boleh disebut sebagai pondasi khusus (khas).

2.1.2 Pemilihan Jenis Pondasi Menurut Nakazawa (2000), untuk memilih pondasi yang memadai perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1. Keadaan tanah pondasi, 2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (superstructure), 3. Batasan-batasan dari sekelilingnya, 4. Waktu dan biaya pekerjaan. Nakazawa (2000) juga menjelaskan pentingnya batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya. Sebagai contoh penurunan jenis pondasi yang akan dipakai tergantung kepada apakah sifat bangunan itu mengizinkan atau tidak terjadinya penurunan pondasi. Akan tetapi dari segi pelaksanaan, terdapat beberapa keadaan dimana kondisi lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi pada perencanaan. Hal ini dapat terjadi meskipun macam pondasi yang sesuai telah dipilih, dengan perencanaan yang memadai serta struktur pondasi telah dipilih itu dilengkapi dengan pertimbangan mengenai jenis tanah pondasi dan batasan struktur. Khususnya apabila pekerjaanpekerjaan konstruksi dalam kota menjadi begitu aktif, ada beberapa keadaan dimana metode konstruksi tertentu kadang-kadang dilarang ditinjau dari segi sudut gangguan umum (Nakazawa, 2000). Menurut Thornburn dkk (1973), dalam memilih jenis pondasi ada beberapa faktor penentu yang menjadi pertimbangan, yaitu: 1. Fungsi bangunan dan beban yang harus dipikul 2. Kondisi permukaan 3. Biaya pondasi dibanding dengan biaya bangunan Pemilihan jenis struktur bawah (substructure) yaitu pondasi, menurut Suyono (1984) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Keadaan tanah pondasi b) Batasan-batasan akibat struktur di atasnya DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK c) Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya d) Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan

2.1.3 Macam-macam Pondasi Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah. Pondasi dapat digolongkan berdasarkan kemungkinan besar beban yang harus dipikul oleh pondasi : 1. Pondasi dangkal 2. Pondasi dalam

2.1.4 Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: 1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut; 2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas; 3. Kondisi tanah tempat bangunan didirikan; 4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Kriteria pemakaian mini pile dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat tergantung pada kondisi : 1. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan lepas pantai) 2. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah 3. Pembangunan diatas tanah yang tidak rata

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 4. Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)

2.1.5 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang Pondasi mini pile dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu. A. Pondasi Mini Pile Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Mini pile dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara lain: a. Mini Pile Kayu b. Mini Pile Beton c. Mini Pile Baja d. Mini Pile Komposit

B. Pondasi mini pile menurut pemasangannya Pondasi mini pile menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu:

a. Mini pile pracetak Mini pilepracetak adalah mini pileyang dicetak dan dicor didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Mini pile pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari: 1) Cara penumbukan 2) Cara penggetaran 3) Cara penanaman b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu : 1) Cara penetrasi alas 2) Cara penggalian DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2.1.6 Alat Pancang Tiang Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.11 Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup. 1. Pemukul Jatuh (drop hammer) 2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

Gambar 1 Skema Alat Pemukul Tiang Sumber: Penulis

3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer) 4. Pemukul Diesel (diesel hammer) 5. Pemukul Getar (vibratory hammer)

2.1.7 Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Langkah-langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ukuran dan tiang pancang: 1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. 2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. 3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi.

2.1.8 Proses Pemancangan a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan. b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang. c. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang. d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan. e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betulbetul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama. f. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang. 2.1.9 Quality Control a. Kondisi fisik tiang 1) Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak 2) Umur beton telah memenuhi syarat 3) Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK b. Toleransi Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm. c. Penetrasi Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap 80 cm di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per 80 cm. d. Final set Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

2.2 Sloof 2.2.1 Definisi Sloof Sloof adalah jenis konstruksi beton bertulang yang biasanya dibuat pada bangunan rumah atau gedung, posisi sloof terdapat pada lantai satu atau lantai dasar. Inilah sebabnya kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah berdiri tegak. Walau bentuknya tidak terlihat tetapi fungsinya sangat dibutuhkan dalam suatu bangunan. Sloof juga berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut berdiri pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau pecah.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Namun berdasarkan konstruksinya, ada beberapa macam sloof sebagai berikut : a. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini bisa digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk rumah atau gedung(bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang. b. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang dipasang dengan cara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag ini tidak memenuhi syarat untuk membagi beban. c. Konstruksi Sloof dari Kayu. konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.

2.2.2 Fungsi Sloof Sloof ini berfungsi untuk memikul Beban dinding, sehingga dinding tersebut “BERDIRI” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi Retak atau Pecah. Adapun fungsi sloof lainnya adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pengikat kolom. 2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi. 3. Menahan gaya beban dinding. 4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2.3 Lantai 2.3.1 Definisi Lantai Lantai adalah bagian bangunan berupa suatu luasan yang dibatasi dinding-dinding sebagai tempat dilakukannya aktifitas sesuai dengan fungsi bangunan. Pada gedung bertingkat, lantai memisahkan ruangan-ruangan secara vertikal. Lantai dapat dikategorikan sebagai elemen struktural maupun elemen nonstruktural dari suatu bangunan. Pengertian Lantai adalah salah satu bagian dari bangunan tinggal yang merupakan elemen yang sangat penting, karena sebagai landasan bangunan antara dinding dan struktur bawah ( pondasi). Walaupun letaknya berada di bawah, lantai digunakan sebagai landasan untuk meletakkan berbagai macam barang kebutuhan pada rumah tinggal, serta sebagai landasan untuk melakukan berbagai aktivitas di atasnya untuk itu perlu perencanaan yang sesuai untuk jenis atau pembuatannya. Lantai adalah bagian bawah (alas, dasar) suatu ruangan atau bangunan (terbuat dari papan, semen, ubin, dan sebagainya).

2.3.2 Fungsi Lantai Fungsi lantai secara umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari, dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anakanak berlari, duduk di lantai, dan lain-lain. Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep apa pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan seperti etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 1. Fungsi Lantai Secara Umum : a) Memisahan ruangan secara mendatar. b) Mendukung dinding pemisah yang tidak menerus ke bawah. c) Mencegah perambatan suara dan meredam pantulan suara d) Mengatur perbedaan ketinggian bangunan. e) Menggambarkan selera pemilik rumah, Menambah nilai artistik ruangan, dan Membuat kesan mewah suatu ruangan. 2. Fungsi Lantai Sebagai Struktur Bawah a) Melimpahkan beban kepada balok. b) Meningkatkan kekakuan bangunan, terutama pada bangunan berlantai banyak. c) Isolasi terhadap pertukaran suhu. d) Pada basement, lantai mencegah masuknya air tanah ke dalam bangunan. 2.3.3 Jenis-Jenis Plat Lantai A. Berdasarkan bahannya plat lantai terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya : a. Plat Lantai Kayu

Gambar 2.8. Pelat Lantai Kayu

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Ukuran Lebar papan umumnya 20-30cm. Tebal papan ukuran 2-3cm, dengan jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang dipaki harus mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu kelas II. Keuntungannya : 1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah 2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai 3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi Kerugiannya : 1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan ringan 2. Bukan peredam suara yang baik 3. Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di lantai atas 4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas 5. Tidak dapat dipasang keramik 6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas 7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK b. Pelat Lantai Beton

Gambar 2.9. Pelat Lantai Beton

Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan plat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI I Beton 1991. Beberapa persyaratan tersebut antara lain : 1. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedangkan untuk plat atap sekurangkurangnya7cm 2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak atau baja sedang 3. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah 4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari 20cm atau dua kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil 5. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk melindungi bajadari karat, korosi atau kebakaran 6. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir : 3kerikil + air, bila untuk lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil + air secukupnya. Plat-lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan plat luifel dengan balok penumpu sebagai pembatasnya. DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )

Gambar 2.10. Pelat Lantai Yumen

Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecilkecil yang kemudian dicampur semenyang berukuran 90cm x 80cm. plat lantai yumen ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru dan yumen ini buatan dari Pabrik Semen Gresik. Cara Pemasangan Yumen : Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai 5/7 dengan panjang yangsudah diatur dengan jarak 40cm. Kayu yang berjejer tersebut ditumpangi ring balk dan dicor, setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. Kemudian diatas yumen baru diberi rabat beton (1pc : 2ps : 3kr), setelah kering dipasang keramik, kalau dilihat dari bawah, kayu tersebut tampak seperti utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur). d. Plat Lantai Baja

Gambar 2.11 Pelat Lantai Baja

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Lantai Besi dan Baja adalah jenis lantai yang terbuat dari bahan logam, sifatnya yang kuat dan tahan lama membuat jenis lantai ini menjadi favorit oleh masyarakat dan dunia industri. Penggunaan lantai besi cukup luas, mulai dari dunia transportasi, properti, pabrik dan dunia hiburan untuk alas panggung. Lantai Besi dan Baja hadir dalam berbagai macam bentuk dan tekstur, ada yang polos, ada yang mempunyai benjolan-benjolan kecil dan ada pula yang berbentuk memanjang. Struktur baja dan panel lantai telah mengubah wajah industri konstruksi. Sistem inovatif ini memungkinkan untuk membangun rumah dari struktur lantai dasar ke atas dalam waktu yang cepat dan akurasi yang tepat. 2.3.4 Bahan Pekerjaan balok dan plat lantai yang saya amati pada praktek kerja lapangan ini adalah balok yang terbuat dari beton bertulang. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan balok dan plat lantai beton bertulang adalah sebagai berikut: 1.

Semen Portland Semen portland merupakan bahan penting dalam pembuatan beton, karna

semen merupakan bahan pengikat dari bahan dasar lainya, yaitu agregat dan baja tulangan, sehingga menjadi satu kesatuan yang monolit dan kaku. Bahan sement portland yang di gunakan adalah bahan semen hidrolis, yaitu suatu bahan pengikat yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air. Sementyang di gunakan sebaiknya

diperlalukan

dengan

baik

agar

mutunya

tidak

berubahdan

pengangkutannya juga terlindung dari hujan. Semen yang di gunakan sebaiknya di simpan dalam gudang yang berventilasi, dan diletakkan minimal 30 cm dari permukaan tanah dengan ketinggian tumpukan maksimal 2 meter. Bahan-bahan semen portland diantaranya semen dari bahan kliker sement portland,seperti : a.

sement portland,

b.

sement portland Abu-abu terang,

c.

semen portland berkadar besi,

d.

semen tabur tinggi (hoogovecement),

e.

semen portland Trans/Pozzolan dan

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK f.

semen portland putih.

Semen portland dan semen portland abu-abu terang adalah jenis semen yang umum yang dipakai di indonesia. Meneurut peraturan semen Portland di Indonesia Th 1972 N. 1-8, mutu sement portland di bagi menjadi lima kelas yaitu: A. S-325, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 325 Kg/Cm², B. S-400, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 400 Kg/Cm², C. S-475, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 475 Kg/Cm², D. S-550, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 550 Kg/Cm², E. S-S, dengan kuat tekan umum 1 hari sebesar 22 Kg/Cm², dan pada 7 hari menjadi sebesar 525 Kg/Cm².

Pada tabel berikut dapat di lihat kuat tekan sement pada umur 1,3,7,dan 28 hari. Kekuatan tekan aduk Semen umur 1 hari dalam Kg/Cm², Semen umur 3 hari dalam Kg/Cm², Semen umur 7 hari dalam Kg/Cm², Semen umur 28 hari dalam Kg/Cm²,

S-325 S-400

S-475 S-550

-

-

-

-

225

200

250

300

350

425

275

325

375

450

425

325

400

475

550

-

Tabel 2.1 Mutu Semen Portland

(Sumber: Buku Konstruksi Beton, 1977)

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

S-S

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2. Agregat Agregat adalah butiran-butiran material untuk campuran beton, misalnya: pasir, kerikil, batu pecah, kerak tungku besi, yang di pakai bersama- samaan dalam satu media pengikatuntuk membentuk suatu beton semen hidrolis atau adukan. Bahan ini merupakan bagian terbesar dari bagian campuran beton bertulang ( 70-75% dari massa beton ). Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah antara 70% hingga 75% dari seluruh volume masa beton. Agregat dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : A. Agregat Halus Agregat halus berupa pasir yang merupakan batuan halus hasil disintegrsasi alam atau hasil pemecahan batu kasar. Pasir yang baik untuk campuran beton harus bersih dari kotoran ( kotoran maksimal 5%), tidak mengandung bahan kimia , bahan organik, tidak mudah hancur, serta bersudut lancip. Menurut asalnya pasir dibagi menjadi 2 yaitu: a. Pasir Alam, dapat dibedaka atas: -

Pasir galian

-

Pasir Sungai

-

Pasir laut

b. Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh alat pecah batu. Pemilihan agregat harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan pengawasan dan mutu agregat pada bagian mutu agregat pada berbagai mutu beton, antara lain: -

Butiran-butiran agregat halus harus bersifat kekel, artinya tidakmudah pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari maupun hujan.

-

Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.

-

Tidak mengandung bahan kimia yang mampu merusaak mutu beton.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK -

Kadar lumpur yang terkandung dalam agregat tidak boleh lebih dari 5% terhadap barat kering dan

-

Mempunyai butiran yang tajam dan kasar

B. Agregat kasar Agregat kasar dapat berupa batu split, batu pecah atau pecahan genteng. Splitl yang baik didapat dari hasil penggalian , tetapi harus dicuci untuk membersihkannya dari tanah. Menurut besarnya batu split di bedakan menjadi: a. 5-10 mm

= halus

b. 10-20 mm

= sedang

c. 20-40 mm

= kasar

d. 40-70 mm

= kasar sekali

Pada agregat kasar, digunakan bertujuan untuk menghemat didalam penggunaan sement. Adapun syarat-syarat agregat kasar adalah sebagi berikut: a. Terdiri dari butiran-butiran yang tidak berpori, b. Tidak mengandung kadar lumpur 1% dari berat kering, c. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, d. Agregat berbentuk pipih tidak boleh melebihi 20% dari pemakaina agregat beton, dan e.

Besar maksimal tidak boleh melebihi 1/5 jarak tekecil antara bidang – bidang sampai cetakan 1/3 tebal plat ¾ jarak bersih minimum antara batang-batang tulangan. (Sumber: Buku Konstruksi Beton, 1977)

3.

Air Air merupakan salah satu bahan yang sangat penting karna pengerasan

beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan air, maka sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air, apakah air itu telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan dapat di pakai.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Persyaratan mutu air sesuai dengan PBI NI-2, antara lain: -

Air yang bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat organik atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan dalam hal ini hendaknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

-

Apabila terjadi keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air itu kelembaga pemeriksaan bahan yang diakui, untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan tulangan.

-

Apabila pemeriksaan air yang tertera pada poin diatas tidak dapat dilakukan, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa disuling. Air tersebut dapat di pakai apabila kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa disuling pada umur 7 dan 28 hari palig sedikit 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang telah disuling pada umur yang sama.

-

Jumlah air yang dipakai untuk membuata adukan beton, dapat ditentukan menuru ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat.

Selain hal tersebut diaatas, air yangdigunakan untuk perawatan selanjutnya harus mempunyai syarat-syarat lebih tinggi dari tingkat keasaman (PH) air tidak boleh lebih dari 6, juga tidak di perbolehkan apabila zat kapur yang terkandung didalamnya terlalu sedikit. Tujuan umum dari penggunaan air untuk mengecor adukan beton adalah agar terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia anatara semen dan air sehingga mengakibatkan campuran menjadi mengeras. (Sumber : Buku Bahan Bangunan 2004)

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 4.

Baja Tulangan Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur

beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja sama antara beton dan tulangan. Tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan batang-batang besi. Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton. Dalam konstruksi bangunan dikenal dengan baja ulir dan baja polos, dimana baja berpenampang ulir mempunyai kekuatan lebih jika dibandingkan dengan baja polos. Tulangan adalah batang baja yang berbentuk polos atau defrom atau pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tekan pada komponen struktur. Dalam suatu konstruksi beton bertulang, pada umumnya digunakan baja berpenampang bulat untuk tulangan utama dan tulangan sekunder, karna dapat melekat kuat dalam beton. ragam baja tulangan adalah sebagai berikut: a. Tulangan polos (Plain)

Gambar 2.12 Tulangan Polos

Baja ini merupaka baja yang paling banyak dimanfaatkan sebagai tulangan pada beton bertulang. Baja polos memiliki daya rekat/ikat terhadap beton yang menyelimutinya ±20% lebih rendah dibandingkan dengan baja tulangan yang bergerigi. Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK diameter tetapi karena ketentuan SNI (dalam Wahyuidi, 1999 : 32), hanya memperkenankan pemakaiannya

untuk

sengkang

dan

tulang

spiral,

pemakiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16mm, dengan panjang standar 12 meter.

Diameter

Berat

Keliling

Luas penmpang

(mm)

(kg/m)

(cm)

(cm2)

6

0,222

1,88

0,283

8

0,395

2,51

0,503

10

0,617

3,14

0,785

12

0,888

3,77

1,13

16

1,58

5,02

2,01

Tabel 2.2 Dimensi Efektif Tulangan Polos

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar tulangan harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton bertulang yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh lebih kecil dari 20 mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter tulangan lebih kecil dari D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut berhubungan langsung dengan tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm, tergantung dari diameter tulangannya, tetapi jika beton tersebut dicor langsung ditanah tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal selimut beton minimum 70 mm. (L.Wahyudi, 1999:32)

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK b.

Tulangan ulir

Gambar 2.13 Tulangan ulir

Berdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm. Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih besar, tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus. Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi, 1999 : 33) baja tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, Karena antara lain terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi (1999:3) antara lain : · Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112 · Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm2 boleh dipakai asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %. · Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 “Spesification For Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement”. DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Luas

Diameter

Berat

Keliling

(mm)

(kg/m)

(cm)

10

0,67

3,14

0,785

13

1,04

4,08

1,33

16

1,58

5,02

2,01

19

2,23

5,96

2,84

22

2,98

6,91

3,80

25

3,85

7,85

4,91

32

6,31

10,05

8,04

36

7,99

11,30

10,20

40

9,87

12,56

12,60

Penampang (cm2)

Tabel 2.3 Dimensi Nominal Tulangan Ulir

5. Admixtures Admixtures adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam adukan beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan. Sebagai contoh yakni water reducer admixture digunakan untuk mengurangi kebutuhan air, retarder admixture dipakai untuk memperlambat pengerasan beton, dan accelerator admixture ditujukan untuk mempercepat pengerasan beton. Tetapi perlu diketahui, admixture bukanlah bahan utama yang menyusun beton, melainkan sebatas bahan tambahan sehingga penggunaannya bersifat tidak mutlak.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2.3.5

Pekerjaan Tulangan Tulangan berfungsi sebagai penahan gaya tarik keran besi lebih tahan terhadap

gaya tarik. Hal ini untuk menyeimbangkan kekuatan beton yang lebih tahan terhadap gaya tekan. Besi beton / tulangan merupakan bahan baja mutu tinggi yang dinotasikan dengan lambang U. Baja tulangan adalah baja yang dipersiapkan untuk tulangan beton dengan panjang 12 meter. Penampang lingkarnya berbentuk lingkaran atau hampir lingkaran. Supaya pengikatan antar baja dan beton menjadi erat dan kuat, baja tulangan sebaiknya memiliki permukaan yang bergerigi ( tidak polos/licin ). A. Pekerjaan Pemotongan Tulangan Adapun syarat-syarat dalam pemotongan tulangan adalah sebagai berikut: 1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang diisyaratkan oleh perencana. 2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25mm.

B. Pekerjaan Pembengkokan Tulangan Adapun ketentuan dalam pekerjaan pembengkokan tulangan adalah sebagai berikut: 1. Batang tulangan tidak boleh dibengkokan atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak tulangan itu. 2. Setelah dibengkokkan dan diluruskan kembali batang tulangan tidak boleh di bengkokan lagi dalam jarak 60cm dari bengkokan sebelumnya. 3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkok atau di luruskan dilapangan, kecuali bila ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 4. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan)dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850o C. 5. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecualai diijinkan oleh perencana. 6. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan cara disiram dengan air. 7. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kaki diameter batang dari setiap bagian dari bengkokan. 8. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok di tetapkan toleransi sebesar ± 6mm untuk jarak 60cm atau kurang dan sebesar ±12mm untuk jarak lebih dari 60cm. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar ± 6mm.

C. Pekerjaan Pemasangan Tulangan Adapun syarat-syarat dalam pemasangan tulangan adalah sebagai berikut: 1.

Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak giling dan karat lepas, serta bahan bahan lain yang mengurangi daya lekat.

2.

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

3.

Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan di cor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Tabel 2.4 Tebal Minimum Penutup Beton Dari Tulangan Terluar (mm)

4. Pada plat-plat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. 5. Syarat-syarat kait dan bengkokan tulangan yaitu:  Kait harus berupa kait penuh atau kait miring, di mana D adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter batang yang di profilkan.  Kait-kait sengkang harus berupa kait miring, yang melingkari batng-batang sudut dan bagian yang lurus paling sedikit 6 kali diameter batang dengan minimum 5cm.  Bengkokan harus mempunyai diameter intern sebesar paling sedikit 5d atau 5dp. Dimana diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar 2.14 Kait-kait Pada Batang-Batang Penulangan Sumber : Segel dkk, 1994

2.3.6 Pekerjaan Acuan dan Perancah Acuan yaitu wadah atau tempat yang berhubungan langsung dengan beton itu sendiri yang bersifat sementara. Sedangkan perancah yaitu suatu struktur penunjang atau penyangga dari suatu acuan. Adapun syarat dan sasaran dalam jenis pekerjaan ini adalah: 1. Kualitas a. Ukuran dan bentuk jadi beton sesuai rencana b. Kebersihan, kerapatan sambungan serta kerapatan permukaan harus selalu terjaga, karena hal ini dapat menurunkan mutu atau kualitas beton 2. Keamanan 3. Kuat dan kaku sehingga mampu menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja diatasnya, serta tidak menjadi deformasi baik arah horizontal maupun vertikal. 4. Acuan dan perancah harus mudah dipasang dan dibongkar. 5. Tidak membahayakan pekerja selama pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir. 6. Ekonomis artinya efisiensi dan hemat waktu serta biaya dalam pembuatan suatu kontruksi acuan dan perancah.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Berikut adalah ketentuan-ketentuan SNI mengenai pelaksanaan pekerjaan tulangan yaitu: A. Macam- macam bekisting / formworks a. Bekisting Bulat b.

Bekisting Kotak

c. Bekisting Pier Head d. Bekisting Dome

B. Pekerjaan Pembongkaran Cetakan dan Acuan Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian kontruksi tersebut, sistem cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban yang bekerja padanya hal ini ditunjukan dengan hasil pemeriksaan benda uji. Jika tidak ditentukan lain, cetakan dan acuan baru boleh dibongkar setelah beton berumur 3 minggu. Apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan dibongkar, beban yang bekerja pada bagian kontruksi tidak akan melampaui 50% dari beban rencana total, maka pembongkara cetakan itu dapat dilakukan setelah beton berumur 2 minggu.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB III TINJAUAN AMATAN

3.1

Pekerjaan Yang Diamati

Pada praktek kerja lapangan ini, saya berkesempatan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pekerjaan pemancangan pondasi, membuat poor pondasi, pembuatan sloof, pembuatan lantai pada gedung asrama sisilia. Pengamatan yang saya lakukan meliputi : 1. Pekerjaan pemancangan pondasi 2. Pekerjaan pembuatan bekesting pondasi 3. Pekerjaan penggalian pondasi 4. Perkerjaan perakitan tulangan poor & kolom pondasi 5. Pengecoran poor pondasi 6. Pekerjaan Pembuatan bekisting sloof 7. Pekerjaan perakitan tulangan sloof 8. Pekerjaan pemasangan bekesting sloof dan bekesting plat lantai 9. Pekerjaan penulangan plat lantai 10. Pekerjaan pengecoran 11. Pekerjaan pelepasan bekesting

3.2 Lingkup Pekerjaan 3.2.1

Pekerjaan Pemancangan Pondasi

A. Alat dan Material No

Gambar

1

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

Nama

Fungsi

Dongkrak

Untuk meratakan tinggi alat pancang, saat pemancangan, menagatur posisi alat pancang. Dll. Agar mudah di gerakkan.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2

Las

Alat Pemancang/ 3 Alat Minipile

Untuk menyambung antar mini pile 1 ke mini pile 2. Dan deterusnya

Untuk memancang mini pile 30 x30x600 cm.

Exavator

Untuk membantu merakit alat pile, memindahkan alat minipile serta membantu mengangkat benda berat lainnya.

5

Head Counter

Untuk menghitung tumbukan alat pancang.

6

Palu

Untuk memakukan paku

4

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

7

Mini pile 30 x 30 cm

Tabel 3.1

Untuk untuk di tumasukkan ke dalam tanah sebagai penyangga Bangunan.

Alat dan Material Pekerjaan Pemancangan Mini Pile

B. Langkah Kerja 1. Pertama – tama rakit Alat Pancang,

Gambar 3.1

Perakitan Alat Pancang

2. siapkan Mini pile. Mini pile yang jauh dari alat pacang di angkut menggunakan exavator. Lalu tarik mini plie mengunakan tali sling yang diikat di minipile.

1

2

3

Gambar 3.2

Mini Pile

3. Setelah minipile sudah bergantung, masukkan bagian kepala alat mini pile ke hammer agar saat waktu di tumbukkan ke tanah dapat di atur kelurusannya.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1

2

3

4

Gambar 3.3

Pemancangan

4. Setelah minipile pertama masuk, lalu tarik lagi minipile yang kedua. Dengan cara yang sama dan luruskan sesuai dengan mini pile pertama. 5. Lalu las bagian plat besi yang saling bertemu antara plat minipile 1 dan plat minipile 2 ada diujung minipile.

Gambar 3.4

Pengelasan

6. Setelah di las tumbuk kembali mni pile dan seterusnya.

Gambar 3.5

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

Pemancangan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 7. Mini pile berhenti di tumbuk saat perhitungan tumbukan sudah di bilang cukup aman. Aman saat jumlah tumbukan 80 keatas, menghitun tubukan menggunakan head counter. 8. Tidak hanya itu, minipile dianggap aman apabila hasil kalendring yang menunjukkan sudah mencapai tanah terdalam. 3.2.2

Pekerjaan Bekisting Pondasi

A. Alat dan Material Nama

Fungsi

1

Palu

Untuk memakukan paku

2

Gergaji

Untuk memotong kayu

3

Paku 2”

Untuk menyatukan cerucuk dan papan

No

Gambar

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

4

Plastik Cor

Untuk menutup celah pada bekisting agar kedap

5

Kayu cerucuk Ø8 cm

Untuk penahan bekisting

6

Kayu Papan 2 x 20 x 400 cm

Untuk cetakan bekisting

7

Kayu Persegi 3 x 4 x 400 cm

Untuk penahan bekisting

Meteran

Untul mengukur kuran bekisting

8

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

9

Stepler

Untuk merekatkan plastik cor ke papan bekisting

10

Kapak

Untuk meratakan sisi kayu

Tabel 3.2

Alat dan Material Pekerjaan Pembuatan Bekisting

B. Langkah Kerja 1. Pertama-tama potong kayu papan sesuai ukuran yang di butuhkan.

Gambar 3.6

Pemotogan Kayu Bekising

2. Lalu susun kayu cerucuk atau kayu persegi untuk penyanggah dan penyatu papan. Paku.

Gambar 3.7 DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

Pemaluan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

3. Lalu satukan masing masing sisi yang sudah dibuat terpisah.

Gambar 3.8

3.2.3

Bekisting/Mal

Pekerjaan Penggalian Pondasi

A. Alat dan Material No

Gambar

1

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

Nama

Fungsi

Sekop

Untuk mengambil tanah, pasir, dll

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2

Cangkul

Untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput untuk meratakan tanah.

3.

Penggali

Unuk menggali tanah secara vertikal.

Ember

Untuk mengangkut air, pasir, lumpur, dll.juga sebagai pewadah benda kecil lainnya, sesuai kebutuhannya.

5

Sepatu Bot

Melindungi kaki pekerja dari bahaya dari benda tajam, agar pekerja tidak terpeleset, dll.

6

Meteran

Untuk mengukur jarak atau panjang.

4

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

7

Batu Lot

Tabel 3.3

Untuk mengambil tegak lurus vertikal.

Alat dan Material Pekerjaan Penggalian Tanah Pondasi

B. Langkah Kerja 1. Sebelum penggalian dimulai, atur posisi benang nilon yang benar benar grid yang seusai lembar kerja. 2. Jika sudah dapat posisi gridnya, ukur dimensi dan kedalaman pondasi sesuai lembar kerja.

3. Lalu letakkan bekisting yang sudah jadi kedalam galian tanah yang sudah di gali.

4. Lalu atur bekisting dengan galian sesuai grid.

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 1 PROGRAM STUDI DIII ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 3.2.4

DAYANG HUSNUL KHOTIMAH 4201627011

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"