1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Melahirkan merupakan proses akhir dari serangkaian kehamilan. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar atau sectio caesarea, yaitu bayi dikeluarkan lewat pembedahan perut (Aprina, 2016). Sectio caesarea memiliki efek samping antara lain beberapa hari pertama pasca persalinan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada daerah insisi, disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang kadarnya berbeda-beda pada setiap ibu (Salawati, 2013). Berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan dan perkembangan dalam anestesiologi, resiko dalam persalinan dan kehamilan
dapat
ditangani
sehingga
dapat
menghindari
atau
meringankan resiko ibu dan fetus yang timbul selama kehamilan atau dalam persalinan. Sectio cesarea dapat diindikasikan jika dapat dipastikan bahwa tindakan yang digunakan ini akan mengatasi resiko. (Prawihardjo, 2012) Prosedur operasi besar terbanyak yang dilakukan pada wanita di dunia saat ini adalah seksio caesar. Tindakan operasi tersebut terus meningkat karena berbagai sebab. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka seksio caesar ulangan juga ikut mengalami peningkatan. Di AS,
2
operasi seksio caesar berkisar antara 25%-30%, dan angka tersebut tampaknya akan terus mengalami peningkatan karena perubahan demografi dan perubahan kebijakan tindakan operasi. Banyak wanita yang akan melahirkan memilih operasi caesar elektif primer, karena hal tersebut spesialis obstetri akan kurang mendapatkan ketrampilan dalam melakukan persalinan operatif pervaginam, persalinan sungsang dan persalinan pada kehamilan multifetus (Krismadi, 2012) Sebuah survei yang dilakukan terhadap ibu hamil yang akan melahirkan
di
Australia
menyatakan
bahwa
93,4
%
ibu
hamil
menginginkan melahirkan secara normal dan hanya 6,34 % ibu hamil yang ingin melahirkan melalui jalan caesar. Meskipun demikian presentase caesar di Australia masih tergolong tinggi, yakni mencapai angka 27,6%. Hasil penelitian Reni & Ardenny (2016) didapatkan hasil yaitu responden yang melakukan mobilisasi dini sebagian besar mengalami penyembuhan luka yang normal yaitu sebanyak 12 orang (85,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mobilisasi terhadap kejadian pneumonia (p value 0,007). Nilail Odd Ratio (OR) 3,000 artinya bahwa penerapan mobilisasi dini berpengaruh 3 kali terhadap penyembuhan luka dibandingkan dengan tidak melakukan mobilisasi dini. Menurut World Health Organization (WHO) (2012), sebanyak (16%) Sectio Caesarea (SC) yang melebihi batas yang direkomendasikan. Indikator SC (5–15%) untuk setiap negara (WHO dalam Suryati, 2012). Di Indonesia sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.
3
Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternatif persalinan tanpa indikasi medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Sectio caesarea sebanyak 25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu-ibu yang tidak memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Depkes, 2012). Di
Indonesia
angka
kejadian
sectio
caesarea
mengalami
peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45, 19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesa 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan, tahun 2009 sebesar sekitar 22,8%. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). (Karundeng, 2014) Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Kabupaten Cianjur. Kasus rujukan bisa datang dari Puskesmas, bidan praktek swasta dan tenaga non kesehatan. Banyak kasus-kasus kebidanan yang datang karena rujukan dan merupakan kasus berat yang memerlukan penanganan yang secepat mungkin bahkan harus diselesaikan dengan sectio cesarean untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya. Hal tersebut dapat dilihat dari data persalinan tahun 2018 di RSUD Sayang Cianjur, dari jumlah persalinan sebanyak 5679 kasus, 1479 atau 26,04% merupakan persalinan SC. Selain itu
4
permintaan persalinan dengan section cesarea tanpa indikasi juga sering dilakukan (Profil Kesehatan RSUD Sayang, 2018). Tabel 1.1. Jumlah Pasien Bersalin di Ruang VK Tahun 2018 Persalinan Normal/spontan Patologi Persalinan Tindakan VE, FE & Traksi Persalinan SC Kuret post partum Kuret abortus Manual placenta Kuret PA SO HT HSV Kistektomi Miomektomi Laparatomi Extervasi Laparaskopi Dislokasi, IUD Insisi Histerorafi JUMLAH
Jumlah 93 2645 300 1479 135 527 98 86 198 41 28 7 4 18 14 1 1 3 1 5679
Laporan Tahunan Ruang Bersalin VK (2018)
Tabel 1.2. Angka 10 besar kasus obstretri Ruang VK Tahun 2018 Kasus KPD Grav. Tanpa penyulit PEB Hipertensi Gestasional Sungsang Obgohidramnion Partus Lama IUFD PER Bekas SC JUMLAH
Jumlah 1132 402 389 325 267 198 158 148 145 92 3256 Laporan Tahunan Ruang Bersalin VK (2018) Operasi atau pembedahan tentu memerlukan anestesi, baik anestesi umum, regional, maupun lokal. Pembedahan dan anestesi
5
dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Pembedahan dapat menyebabkan trauma dan nyeri bagi penderita, sedangkan anestesi dapat menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardi, batuk atau sesak nafas, kolaps, semakin memburuknya keadaan umum,mual atau muntah, serta penyembuhan luka operasi (Jong 2002 dalam Nurhayati dkk, 2011). Untuk mengurangi resiko-resiko akibat dari pembedahan, maka diperlukan adanya intervensi perawat dalam menurunkan komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien di beberapa Recovery Room atau di unit klinis atau bahkan di dalam masyarakat itu sendiri. Intervensi yang dimaksud adalah intervensi yang dapat melatih pasien agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru secara bertahap. Intervensi keperawatan untuk menguranginyeri salah satunya dengan memberikan latihan mobilisasi dini atau ambulasi. Pendekatan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan. Sedangkan secara non farmakologis melalui distraksi, relaksasi, latihan nafas dalam, terapi musik, aromaterapi, imajinasi terbimbing, dan ambulasi atau mobilisasi dini (Rezkiyah 2011 dalam Sujatmiko & Triwiyat, 2014). Intervensi no farmakologis merupakan terapi pelengkap untuk mengurangi nyeri pasca bedah dan bukan sebagai pengganti utama terapi analgetik yang telah diberikan. Salah satu pendekatan non farmakologis yang dilakukan adalah mobilisasi dini. Latihan mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Mobilisasi dini dapat mencegah
6
kekakuan otot dan sendi sehingga apat mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredarah darah, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya akan mempercepat penyembuhan luka bekas operasi (Dermawan, 2010). Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivasi mediator kimiawi pada proses peradanga yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pasca operasi (Nugroho, 2011). Peneliti melakukan studi pendahuluan pada hari senin 4 Februari 2019 dengan mewawancarai 10 orang ibu pasca sectio caesarea. Dari 10 ibu post op SC hanya 2 yang melakukan gerakan mobilisasi, itu pun hanya memiringkan badan ke kanan dan ke kiri. Salah satu ibu mengatakan punggungnya terasa pegal tapi takut untuk melakukan pergerakan karena takut luka jahitannya akan copot. Walaupun 2 orang ibu melakukan mobilisasi namun mobilisasi ibu dilakukan lebih dari 24 jam pasca sectio caesarea. Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian
tentang
“Pengaruh
Mobilisasi
Dini
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur Tahun 2019”. B. Rumusan Masalah Dari Latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah adakah pengaruh antara mobilisasi dini terhadap penurunan
7
intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur Tahun 2019 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui
pengaruh
antara
mobilisasi
dini
terhadap
penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur Tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran mobilisasi dini di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur tahun 2019. b. Mengetahui gambaran kejadian sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur tahun 2019. c. Mengetahui pengaruh antara mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur Tahun 2019. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menjadi proses dalam pengembangan teori untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan dalam menganalisis masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat yang berhubungan dengan penurunan intensitas nyeri post op sectio caesarea. 2. Manfaat Praktis a. Bagi RSUD Sayang Cianjur Penelitian
ini
dapat
memberikan
pelayanan
yang
komprehensif dalam menghadapi post op sectio caesarea di
8
RSUD Sayang Cianjur, serta memberikan penyuluhan sehingga responden
mendapatkan
pengetahuan
dan
pengalaman
mengenai mobilisasi dini untuk menurunkan intensitas nyeri post sectio caesarea. b. Bagi STIKes Budi Luhur Sebagai penambah referensi bagi generasi selanjutnya dan bahan perbandingan bagi pihak institusi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya mobilisasi dini pada pasien post op
sectio
caesarea
sesuai
dengan
standar
pelayanan
keperawatan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan baru dan pengalaman proses belajar serta dapat menjadi pengalaman riset sebagai
bekal
mengembangkan
dalam
menjalankan
Asuhan
praktek
Keperawatan
terutama dalam preventif dan promotif.
yang
klinis,
dengan
komprehensif