Bab I

  • Uploaded by: akhmad buhori muslim
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I as PDF for free.

More details

  • Words: 4,124
  • Pages: 29
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terdapat infeksi dan memperbaiki kerusakanyang diderita (CONSTANTINIDES, 1994). Salah satu masalah yang terpenting adalah dari segi kesehatan yang mengalami banyak perubahan disebabkan timbulnya berbagai penyakit dan menurunnya kapasitas cadangan faal tubuh seiring proses menua yang dialami lanjut usia. Berbagai penyakit atau masalah kesehatan tersebut dapat berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk. (http://www.seputar-indonesia.com). Dan dengan semua yang ada sekarang ini pemerintah mencanangkan program untuk lansia yaitu dengan mengadakan program Pos Bimbingan Terpadu (Posbindu). Tujuan diadakannya Posbindu adalah meningkatkan kesadaran usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Tujuan utama pelayanan kesehatan usia lanjut adalah mempertahankan kualitas hidup sehingga seseorang dapat menjalani kehidupan di usia lanjut dengan bahagia dan sejahtera. Kualitas hidup yang baik akan menjadikan seorang usia lanjut tetap dapat menjalankan aktivitas hidup sehari secara normal baik dari segi fisik, kejiwaan/

mental, sosial, dan spritual. (http://www.seputar-indonesia.com). Akativitas olahraga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan

membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinyadalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap penigkatanfungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes, 1995). Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat. Jadi supaya menjadi lebih bugar, kecepatn denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Powell, 2000). Penduduk Indonesia saat ini berjumlah 225 juta jiwa,7,6%di antaranya yaitu sebesar 17.100.000 jiwa, berusia lanjut (WHO, 2002) dan diperkirakan pada 2015 jumlah penduduk usia lanjut diIndonesia akan sama dengan jumlah golongan anak bawah lima tahun ( balita ). (http://www.seputar-indonesia.com) Dengan batasan lanjut usia menurut organisasi kesehatan dunia dalam buku keperawatan gerontik (Wahyudi Nugroho) batasan lanjut usia adalah seseorang yang telah berumur 60 tahun atau lebih, dan dari data yang ada di atas, jumlah lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru adalah 1.922 jiwa, yang dibina dipos bimbingan terpadu adalah 261 dan sisanya belum dibina 1661, jadi lansia yang telah dibina di pos bimbingan terpadu hanya 13,58% dari jumlah keselurhan, dan 86,42% belum terbina. Jadi lajut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru, lebih dari

¾ nya balum tebina dalam program pos bimbingan terpadu. (Profil kesehatan Puskesmas Karawaci Baru tahun, 2007) Lanjut usia yang diobati di puskesmas karawaci baru yaitu sebanyak 371 jiwa atau 19,3% yang berarti hamper ¼ dari jumlah keseluruhan. Masih banyak yang kesehatannya terganggu. Karena kemungkinan para lanjut usia masih tidak mau atau malas untuk mengikuti kegiatan program posbindu, atau kemungkinan masih banyak dari

mereka harus mancari materi untuk kehidupannya yang akhirnya sulit

meluangkan waktu untuk mengikuti program posbindu tersebut, sehinggakesehatan mereka tidak terkontrol, yang akhirnya mereka mengalami sakit. (Profil kesehatan Puskesmas Karawaci Baru tahun, 2007). Dari paparan data yang ada penulis menyimpulkan bahwa jumlah lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru cukup banyak dan yang mengikuti program pembinaan posbindu hanya 13,58 % dari jumlah lansia yang ada, dan yang masih terganggu kesehatan fisiknya hingga mengalami pengobatan 19,3 %. Sedang yang mengikuti olahraga atau latihan fisik adalah 10,19 % sehingga penulis disini ingin mengkaji bagaimana “ gambaran latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia (lansia) di daerah puskesmas karawaci baru kota tangerang”. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : bagaimana gambaran latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia? Tujuan Penelitian

Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia. Tujuan khusus Untuk mengetahui garakan yang dilakukan lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru kota tangerang. Untuk mengetahui waktu latihan fisik yang dilakukan lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru. Untuk mengetahui apakah tempat latihan fisik lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru benar atau salah. Untuk mengetahui pelatih yang melatih lanjut usia yang ada di daerah puskesmas karawaci baru. Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Akademik Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa dalam pelayanan kesehatan lansia dan latihan fisik yang harus dilakukan oleh lanjut usia.

Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan kasehatan tentang lanjut usia. Manfaat Bagi Lanjut Usia Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk para lansia dapat menaikan derajat kesehatan yang lebih baik, agar mencapai umur harapan hidup

yang maksimal. Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat dijadikan oleh peneliti sebagai awal dalam meniti karier bagi peneliti dibidang keperawatan. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman oleh peneliti dalam menjalani karier dibidang keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Teori Definisi lanjut usia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok social sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan social yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki

kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997). Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan ,

menolakan, dan

keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri. Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old)

75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahanperubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.

Definisi Sehat Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu

keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994): Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total” Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara

terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Kesehatan Fisik Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu ( Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban. Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lainlain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.

Karakteristik Fisik Lanjut Usia Proses menjadi tua tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan pada lanjut usia sering disertai oleh adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh. Dampak proses penuaan akan ditemukan banyak lanjut usia yang mengalami gangguan kesehatan. Lanjut

usia sering mengalami kesulitan

melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini diterangkan beberapa perubahan fisik pada lanjut usia.

Daya tahan jantung-paru. Lanjut usia mengalami penurunan kapasitas aerobic rata-rata 1 % per tahun sesudah usia 30 tahun. Penurunan terjadi karena beberapa factor yaitu cardiac output menurun dan fungsi pernafasan yang berubah. Akan tetapi apabila kebugaran dapat dipertahankann sesuai dengan usianya, penurunan tersebut hanya 0,4 % per tahun. Penurunan cardiac output terjadi akibat kurang kuatnya kontraksi jantung, penurunan massa otot jantung. Sedangkan penurunan fungsi pernafasan pada lanjut usia akibat dari kapasitas vital paru-paru dan kapasitas oksidasi otot skelet menurun. Kekuatan otot. Proses penuaan pada lanjut usia mengakibatkan kehilangan kira-kira 3 % sampai dengan 5 % jaringan otot total perdekade mulai usia 30 tahun. Kekuatan otot berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya umur. Penurunan kekuatan otot, terutama otot-otot tungkai dan badan. Penurunan kekuatan otot tidak hanya mengganggu keseimbangan tubuh dan berjalan tetapi juga berhubungan dengan peningkatan resiko terjatuh.

Daya tahan otot pada lanjut usia berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. Namun penurunan daya tahan otot tidak secepat menurunnya kekuatan otot. Fleksibilitas. Proses penuaan yang terjadi pada persendian merupakan salah satu hal utama yang mengganggu lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada persendian seiring menyebabkan penurunan kemampuan gerak. Penurunan fleksibilitas sendi terutama persendian di bagian tubuh bawah sering diikuti oleh penurunan keseimbangan gangguan berjalan. Kecepatan

reeaksi.

Kecepatan

reaksi

berkurang

seiring

dengan

bertambahnya usia. Kecepatan reaksi yang berkurang pada lanjut usia disebabka oleh : lambatnya pemerosesan informasi. Latihan Fisik Atau Olahraga Merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik umumnya digolongkan kedalam beberapa katagori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada tubuh manusia. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaik kisaran gerak otot dan sendi. Latiahan aerobic seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan kardiovaskuler. Latihan anaerobic seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek. Latihan bias menjadi bagian yang penting terhadap fisik, kehilangan berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kerja system kekebalan tubuh, dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, dabetes tipe2 dan

obesitas. (http://www.wikipedialatihanfisik). Hal yang perlu diperhatikan ; Perhitungkan kemampuan fisik. Lakukan latihan pemanasan cukup lama sebelum latihan inti. Perhatikan kemampuan awal sebelum membuat program latihan. Tingkatkan proporsi latihan secara bertahap, teratur dan sistematis. Jangan menjatuhkan kepala ke belakang. Jangan melakukan hiperekstensi pada punggung dalam posisi berdiri. Jangan lakukan gerakan yang cepat pada kepala. Hindari beban yang berlebihan. Latihan fisik untuk lansia ; Aktifitas aerobik, misal ; Jalan kaki, jogging, melompat, bersepeda, senam dan berenang. Lakukan gerakan kepala ke samping dan ke depan. Ulangi gerakan sebanyak 8 – 16 kali. Kelenturan dapat dilatih dengan memperbanyak aktifitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Latihan menggunakan beban yang bertujuan untuk memperkuat otot dan tulang.

Perlu diperhatikan ; Naikan beban perlahan. Hindari cidera. Lakukan 3 kali/minggu atau 2 kali/minggu. Bagi penderita hypertensi, jantung atau masalah peredaran darah sebaiknya tubuh menggunakan beban waktu jalan. Mereka yang memiliki masalah pada leher, punggung dan lengan jangan menggunakan beban. Lakukan pengulangan (rutin) sehingga lama beban itu terasa semakin ringan. Prinsip umum dalam olahraga Pemanasan (warm-up) dan pendinginan (cooling-down) Sebelum melakukan

latihan,

lanjut

usia

harus

melakukan

pamanasan yang cukup selama 5-10 menit. Pemanasan bertujuan menyiapkan fisik dan psilis sebelum latihan. Selain itu pemanasan dilakukan terutama untuk menghindari cedera. Bentuk-bentuk pemanasan antara lain : peregangan (streching), melemaskan persendian, jalan atau melakukan aktivitas awal sesuai kemampuan. Setelah melakukan latihan, lanjut usia dianjurkan untuk melakukan pendinginan. Pendingian bertujuan untuk mengembalikan kondisi fisik

pada keadaan semula. Pendinginan dilakukan seperti aktivitas pamanasan dengan intensitas yang lebih rendah. Frekuensi Frekuensi latihan adalah jumlah kegiatan fisik yang dilakukan dalam jangka waktu satu minggu. Latihan kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan paling sedikit 2 hari perminggu, namun tidak boleh tiap hari. Intensitas Intensitas latihan latihan menunjukan beratnya kegiatan fisik yang dilakukan. Intensitas latihan kesegaran jasmani sebaiknya 60-80% denyut nadi maksimum. Denyut nadi maksimum untuk lanjut usia adalah 200umur. Lama latihan Lama latihan adalah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan fisik. Latihan kesegaran jasmani dilakukan 30-60 menit. Beberapa bentuk latihan olahraga Latihan daya tahan jantung-paru Latihan kesegaran jasmani untuk daya tahan jantung-paru untuk lanjut usia harus bersifat dinamis, kontinyu dan ritmis yang melibatkan 70% atau lebih otot-otot besar. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahakan daya tahan jantung-paru. Bentuk-

bentuk latihan yang dapat di lakukan adalah jalan kaki dan senam lansia. Latihan jalan kaki Jalan kaki dengan ayunan langkah kaki, dan lengan yang bebas merupakan

latihan

yang

cukup

aman.

Persendian-persendian

difungsikan secara leluasa dan secara bebas. Senam khusus lanjut usia Beberapa sifat gerakan yang harus dilakukan dalam senam lanjut usia adalah: (1) gerakan mudah dilakukan; (2) gerakan senam bersifat low imfact, tidak di perkenenkan melakukan gerakan meloncat-loncat; (3) gerakan tidak menimbulkan resiko cedera; (4) gerakann harus bersifat ritmis, tidak terhentak-hentak; (5)tidak boleh ada gerakan mundur; dan (6) jarang merubah gerakan secara tiba-tiba. Latihan kekuatan otot Salah satu cara untuk meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot lanjut usia adalah latihan beban (weigh training). Latihan kekuatan otot pada lnjut usia harus di awasi secara ketat. Pengawasan yang dilakukan menyangkut intensitas, lama dan frekwensi latihan. Intensitas beban dimulai daari yang paling ringan misalnya 1 kilogram kemudian sedikit demi sedikit di tingkatkan. Lakukan 2-3 set dari setiap macam latihan, seminggu berlatih 2-3 kali dengan paling sedikit satu hari istirahat. Jangan lupa harus mengambil nafas sepenuuhnya bila melakukan latihan

ini. Keluarkan nafas pada waktu mengangkat beban, dan tariklah nafas pada waktu menurunkan beban. Bila anda sudah merasa ringan mengangkatnya, dapat sedikit-sedikit ditingkatkan bebannya. Dengan demiian secara bertahap kekuatan otot akan meningkat. Latihan-latihan ini dapat membantu menguatkan otot-otot besar dari beban, pada lanjut usia. Lebih di anjurkan menggunakan beban pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki karena hal ini akan memudahkan pelaksanaan latihan. Otot bisep Duduklah tegak dengan kedua lengan di samping badan, beban di tangan. Bengkokan tangan pada sendi siku dan beban di angkat kea rah bahu, ibu jari di atas. Selama mengangkat beban ini lengan jangan bergerak ke atas dan bahu harus diam. Kemudian turunkan beban perlahan-lahan ke posisi awal. Lakukan juga pada lengan sebelah lain. Bergantilah kedua lengan mengangkatnya. Lengan atas dan bawah Duduklah

tegak

dikursi

dengan

dengan

kedua

lengan

menggantung disisi badan, beban di pergelangan tangan atau memeang bebabn. Naikankedua lengan ke samping kemudian ke atas. Usahakan kedua tangan saling menempel diatas kepala. Kemudian turunkan kedua lengan kembali keposisi semula dan ulangi. Ekstensor lutut

Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot paha bagian depan. Duduklah tegak diatas kursi, beban ditempatkan pada pergelangan kaki. Angkat salah satu kaki ke depan sehingga lutut lurus. Kemudian turunkan keposisi semula. Ulangi gerakan ini berganti-ganti mengangkat kedua kaki. Fleksor lutut Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot paha

bagian

belakang. Tanpa menggerakan sama sekali tungkai atas, bengkokan satu-satu lutut sehingga tumit sedekat mungkin dengan paha bagian belakang. Kaki yang lain tetap lurus kemudian turunkan kaki ke posisi awal dan ulangi gerakan ini, lakkukanlah bergantian kaki kiri dan kanan. Ekstensor pinggul Tujuan latihan ini untuk menguatkan otot pantat dan pinggang. Berdiri pada sandaran kaki dan memebengkuk ke depan kurang lebih 45 derajat pada pinggang. Bebabn di pergelangan kaki. Angkatlah salah satu kaki lurus ke belakang setinggi-tingginya tanpa membengkokan lutut atau menggerakan badan bagian atas.kemudian turunkan kaki ke posisi awal dan ulangi gerakan ini. Lakukan bergantian kanan dan kiri. Fleksor flantar Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot pergelangan kaki dan otot-otot betis. Berdiri tegak, berpegangan pada sandaran kursi

dengan beban pada pergelangan kaki. Angkatlah badan ke atas setinggi mungkin, di jari-jari kaki tanpa perubahan letak kursi. Kemudian turunkan badan perlahan-lahan kembali ke posisi awal. Bila terasa terlalu ringan, angkatlah badan dengan satu kali saja, berganti-ganti kanan dan kiri. Latihan fleksibilitas Banyak macam latihan fleksibilitas, namun untuk lanjut usia hanya di perbolehkan latihan fleksibilitas dengan metode statis atau hanya metode fasif. Peregangan statis Peregangan

statis

dilakukan

dengan

mengambil

sikap

sedemikian rupa sehingga meregangkan sekelompok otot tertentu, dipertahankan selama 15-30 detik, dilakukan secara perlahan, bertahap dan pemanjangan otot terkontrol melalui kemungkinan gerak yang maksimal dan dilakukan sebanyak tiga kali. Contoh gerak fleksibilitas misalnya : sikap berdiri dengan tungkai lurus, badan di bungkukan, tangan mencoba menyentuh lantai. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam peregangan statis adalah sebagai berikut : (1) reganngkan otot secara perlahan-lahan tanpa kejutan; (2) bila terasa ada regangan pada otot, berhenti sebentar, lalu lanjutkan sampai terasa sakit, berhenti lagi,

pertahankan 20-30 detik (3) jangan menahan nafas. Peregangan pasif Dalam metode ini lanjut usia merelaksasikan suatu kelompok otot tersebut, kemudian temannya membantu meregangkan otot tersebut secara perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimum, tanpa keikutsertaan lanjut usia pelaku. Pertahankan selama15 detik. Latihan koordinasi dan keseimbangan Latihan

untuk

memelihara

koordinasi

dan

mempertahankan

keseimbangan di arahkan untuk merangsang propioseptor gerakan-gerakan tubuh dilakukan untuk mebantu pemeliharaan alat-alat koordinasi dan keseimbangan tubuh. Contoh: lempartangkap bolatenis keatas, yang dilakukan berulang-ulang. Konsep Dasar Variabel Terkait Gambaran latihan fisik : Gerak Gerakan tubuh yang benar dan tidak menyebabkan cedera yang dilakukan saat latihan fisik atau olah raga, sehingga gerakan tersebut dapat membuat lanjut usia menjadi sehat. Waktu Intensitas atau keseringan dan berapa lama para lanjut usia melakukan latihan

fisik atau olahraga. Tempat Suatu lapangan atau gedung yang aman dan nyaman, tempat dilaksanakannya latihan fisik atau olahraga. Pelatih Orang yang tahu bagaimana gerakan yang seharusnya dan berperan sebagai lider atau yang memimpin saat melakukan latihan fisik atau olahraga, sehingga tidak akan terjadi salah gerakan yang menyebabkan cedera pada lanjut usia. Kerangka Teori Atau Kerangka Fikir Berdasarkan teori diatas hal-hal yang dapat meningkatkan kesehatan lanjut usia antara lain: pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, kesegaran jasmani, pembinaan mental, rekreasi atau kesenian, keterampilan. Bagian yang sangat mempengaruhi kesehatan lanjut usia adalah kesegaran jasmani, dan cara memperoleh kesegaran jasmani tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan fisik atau olahraga, dan dalam melakukan latihan fisik atau olahraga terdapat beberapa teknik yaitu dari ; gerakan, waktu untuk melakukan latihan fisik yaitu dari intensitas, bwrapa lama melakukannya, tempat yang nyaman untuk melakukan latihan fisik atau olahraga, dan pelatih yang memahami dan tahu gerakan yang benar dan tidak mencederai orang yang melakukannya, sehingga mereka bisa mempertahankan kesehatannya dan bukan menjadikan sakit atau cedera.

Gerakan Waktu

Latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia (lansia)

Tempat Pelatih

BAB III SUBYEK DAN METODE Kerangka Konsep Bagan 3.1 Kerangka konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Desain Penelitian Penelitian ini merupakan study deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif yang mengungkapkan karakteristik responden. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang gambaran latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia (lansia) di daerah puskesmas karawaci baru kota tangerang tahun 2009. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan diwilayah Puskesmas Karawaci Baru kota Tangerang Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan terhitung dari tanggal 6 juli 2009 sampai dengan tanggal 7 agustus 2009. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang ada di daerah

puskesmas karawaci baru Kota Tangerang. Sampel. Ukuran besaran sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang mengikuti program pembinaan lanjut usia (Posbindu) di daerah Puskesmas Karawaci Baru kota Tangerang. Cara pengambilan sampel Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Yaitu seluruh lanjut usia yang telah mengikuti program pembinaan Posbindu di daerah Puskesmas Karawaci Baru Kota Tangerang dan sampel yang didapat adalah 28 orang lanjut usia, semua ini terjadi karena keterbatasan waktu dalam pembutan karya tulis ilmiah ini sehingga sampel hanya mendapat 28 dari jumlah sebenarnya yang dibina dipos bimbingan terpadu adalah 261. Cara Kerja Studi pendahuluan mengenai data jumla lanjut usia yang dibina di Puskesmas Karawaci Baru Kota Tangerang tahun 2007. Pemilihan responden sesuai dengan kriteria dan pengisian inform consent. Pengumpulan data yang akan ditelitipada responden. Setelah data terkumpul kemudian diolah. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

Menyusun laporan. Mempresentasikan laporan Revisi laporan. Hasil laporan Identifikasi Variabel Variabel dependent : Latihan fisik untuk kesehatan lanjut usia (lansia) Variabel Independent : Gerakan Waktu Tempat Pelatihan. Devinisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No.

Variabel

Definisi

Cara

Hasil

1

2

3

ukur 4

5

1.

Gerakan

Suatu gerakan tubuh Kousioner

Skala 6

Gerakan yang Ordinal

yang seharusnya yang dilakukan

saat

melakukan fisik

benar

atau

Gerakan yang

latihan

salah

olahraga,

dan

tidak

menimbulkan cedera. 1

2

2.

Waktu

3

4

Intensitas

atau

seberapa sering para lanjut usia melakukan latihan

fisik

atau

olahraga,

5

Kousioner Sesuai

6 Ordinal

ketentuan Tidak

sesuai

ketentuan

dan

berapalama

mereka

melakukan

latihan

fisik atau olahraga. 3.

Tempat

Suatu lapangan atau

Kousioner Tempat yang

gedung yang aman

benar

dan nyaman, tempat

aman dan

dilaksanakannya

nyaman

latihan olahraga,

fisik

atau

sehingga

Tempat yang salah

latihan fisik itu dapat

resiko

berjalan

terjadi

dengan

Ordinal

nyaman.

injuri, cidera

1

2

4.

Pelatih

3

4

5

Seseorang yang tahu Kousioner Orang yang gerakan

yang

seharusnya dan tidak

6 Ordinal

terlatih Tidak

mengakibatkan cedera

terlatih/ha

atau kecelakaan dan

nya tahu

berperan sebagai lider

gerakan

atau pemimpin

Rencan Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan data Setelah data yang diharapkan terkumpul, dilakukan pengolahan data sebagai berikut : Editing data Mengecek alat penelitian yang telah dikumpulkan, hal-hal yang perlu ditinjau kembali adalah : Kelengkapan identitas responden. Kelengkapan jumlah kousioner atau data responden. Kelengkapan isi atau ketepatan dan kesesuaian jawaban responden pada

F

X 100% N

kousioner, bila terjadi kekurangan pada pengisian kouioner maka kousioner dikembalikan pada responden untuk dilengkapi. Coding data Memberikan kode untuk setiap variabel yang dibutuhkan sebagai data yang digunakan pada setiap pertanyaan dalam kousioner atau angket sesuai jumlah responden atau sampel. Coding data adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga pada saat entery data. Scoring data Memberikan skor untuk setiap jawaban yang diberikan responden, sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Prosesing data Setelah semua sampel terisi penuh dan benar, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Proses data tersebut dilakukan dengan cara memasukan data jawaban kuisioner dalam system telly. Analisa Data Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yaitu untuk melihat distribusi frekuensi terhadap berbagai karakteristik pada variabel independent dan dependent dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan

F : Satuan hitung dalam % X : Jumlah yang didapat N : Sampel.

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"

Cks
May 2020 21
Bab Iv Dan Bab V
May 2020 29
Bab I
May 2020 13