Bab 4 Dbd.docx

  • Uploaded by: Eka Novitasari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Dbd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 913
  • Pages: 4
BAB IV ANALISA KASUS Seorang anak laki-laki, usia 3 tahun 3 Bulan 7 hari dengan berat badan 13 kg datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, Pasien mengeluh demam. Demam timbul mendadak dan terus menerus tanpa disertai menggigil dan berkeringat. Demam disertai nyeri kepala dan tidak disertai batuk, pilek, ruam-ruam dan bintik merah, gusi berdarah, mimisan. BAB dan BAK normal, nyeri saat BAK tidak ada. Sejak 4 hari SMRS keluhan demam semakin bertambah berat dan nyeri dirasakan pada seluruh tubuh sehingga pasien berobat ke klinik dokter. Pasien diberikan obat penurun panas. Setelah pasien minum obat penurun panas, namun demam tidak berkurang. Mual dan muntah tidak ada, tetapi nafsu makan pasien menurun dan minum sedikit. BAK sedikit dan pasien mengeluh tidak BAB sejak sebelum masuk rumah sakit sampai sekarang. Riwayat bepergian ke daerah endemis DBD dan malaria disangkal. Ada keluarga pasien yang menderia DBD yaitu saudara pasien namun sudah sembuh dan tempat tinggalnya jauh dengan rumah pasien. Tetangga di sekitar lingkungan rumah pasien yang menderita DBD disangkal. Dari hasil anamnesis dengan keluhan utama demam didapatkan beberapa diagnosis banding yaitu demam berdarah dengue, demam tifoid dan malaria. Pada kasus ini ditemukan beberapa manifestasi klinis yang mengarah ke diagnosis dari demam berdarah dengue, yaitu demam yang berlangsung 2-7 hari yang timbul mendadak dan terus menerus, nyeri kepala, mialgia, artralgia dan nyeri retroorbital. Dari hasil anamnesis juga dapat disimpulkan kemungkinan DBD yang diderita pasien adalah DBD grade I karena pada pasien terdapat uji bendung

(+) dan bukti

kebocoran plasma namun tidak ada perdarahan spontan. Diagnosis banding demam berdarah dengue umumnya adalah demam tifoid dan malaria. Dari hasil anamnesis

28

29

diagnosis demam tifoid dapat disingkirkan karena pada demam tifoid lama demam adalah 7 hari atau lebih dengan karakteristik demam terus menerus, naik pada malam hari dan turun pada siang hari. Kemudian diagnosis banding malaria juga sudah dapat disingkirkan karena dari hasil anamnesis pola demam tidak bersifat intermiten, demam juga tidak disertai menggigil dan berkeringat serta riwayat bepergian ke daerah endemis malaria disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital menunjukkan keadaan sakit sedang dimana kesadaran kompos mentis, tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 66 x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,60C. Pada pemeriksaan terdapat asites (+) edema palpebra (+/+), edema pretibia (+/+) dan rumple leed (+). Pada pasien ini hanya terdapat 1 Warning signs pasien ini yaitu oliguria namun keluhan lain seperti muntah persisten, nyeri perut, menolak asupan peroral, letargi dan gelish, hipotensi postural tidak dikeluhkan oleh pasien. Rumple leed positif menandakan telah terjadinya kebocoran plasma yang merupakan manifestasi dari demam berdarah dengue. Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin yang diambil pada tanggal 3 May 2018 didapatkan hasil hemoglobin 12,7 g/dl, leukosit 2.500/ ul /ul, trombosit 92.000/ ul dan hematokrit 38% Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan hematokrit >42% yaitu 38%dan trombosit 92.000 mm3pada hari ke-4 yang kemungkinan masih bisa turun menjadi <100.000 mm3. Lalu untuk menentukan derajat DBD kita dapat menilai melalui 2 hal yaitu pada gejala ditemukan demam hari ke 4 dan kemungkinan adanya kebocoran plasma serta pada hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan Hematokrit yang meningkat dan trombositopenia, sehingga pada kasus ini diagnosis kerjanya adalah DBD Derajat I. Pada pasien ini dilakukan pemasangan infuse cairan intra vena berupa ringer laktat (RL) 46 cc/jam. Sesuai dengan teori pada pasien DBD derajat I dengan peningkatan Ht >42%, maka jumlah cairan yang diberikan 6-7 cc/kgBB/jam berupa

30

RL atau RA. Pada pasien dengan berat badan 13 kg maka perhitungan yang didapat adalah 10 x 100 cc + 3 x 50 cc = 1000 + 150 = 1150 cc/ 24 jam = 47,92 cc/jam Selanjutnya dilakukan pemantauan terhadap tanda vital, diuresis, tanda perdarahan, dan Hb, Ht, Trombosit setiap 12 jam. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan antipiretik yaitu paracetamol tablet untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 1 1⁄2 πΆπ‘‘β„Ž / hari (apa bila suhu > 38,50 C). Mekanisme kerja dari paracetamol yaitu menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh yang berpengaruh ke pusat demam di hipotalamus. Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non medikamentosa, yaitu minum air yang banyak, mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan dengan 3M plus dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun kuantitasnya. Terapi furosemid pada pasien diberikan karena pasien mengeluh adanya asites, edema palpebra dan edema pretibia. Mekanisme kerja terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na/K+/Cl- dari membrane lumen pada pars acenden Ansa Henle karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun sehingga edema berkurang Pada hari ke 2 monitoring klinis dan laboratorium mengalami perbaikan, Ht naik menjadi 40% meskipun trombosit pasien turun yaitu 62.000/ul. Kebutuhan cairan pasien tetap 46 cc/jam. Kemudian pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit dilakukan tiap 24 jam. Pada hari ke 3 monitoring klinis dan laboratorium mengalami perbaikan yaitu trombosit cenderung meningkat dari 62.000/ul menjadi 64.000/ul,dan Ht turun 38% dari 40 % serta pada hari ke 4 monitoring klinis pasien bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, tidak ditemukan perdarahan internal maupun eksternal, tidak

31

muntah dan nyeri perut. Hal ini sesuai dengan pedoman tatalaksanan DBD Grade I, bebas demem 24 jam tanpa antipiretik, kembalinya nafsu makan , perbaikan klinis, tidak ditemukan distress pernafasan, trombosit >50.000 atau cendrung meningkat, muntah tidak ada, nyeri perut tidak ada serta mulai timbul ruam penyembuhan maka pasien direncanakan pulang. Prognosis pada pasien ini adalah bonam, dikarenakan pasien mengalami proses perbaikan dari hari ke hari, disertai tidak ditemukan gejala komplikasi yang dapat memperberat keadaan pasien. Pemilihan tatalaksana yang tepat dan edukasi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan pada pasien.

Related Documents

Bab 4
May 2020 52
Bab 4
December 2019 75
Bab 4
November 2019 71
Bab 4
November 2019 71
Bab 4
June 2020 34
Bab 4
October 2019 65

More Documents from ""

Bab 4 Dbd.docx
December 2019 28
Cover Kata Pengantar.docx
December 2019 24
Cover Kulit.docx
December 2019 30
Skenario C Blok 17.docx
December 2019 28